BAB I PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia sejak lama di kenal sebagai Bangsa yang memiliki Adat Istiadat yang serba sopan dan moral yang sopan. Walaupun demikian ternyata budaya atau kepribadian Indonesia semakin lama mengalami kemerosotan. Aksi – aksi yang menunjukkan hal – hal yang serba vulgar atau sering disebut porno akhir – akhir ini telah menyeber ke seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Banyak kasus yang termasuk porno aksi dan pornografi. Misalnya goyangan ratu Inul Daratista dan majalah Play Boy yang sedang marak dibicarakan. Hal – hal diatas dikhawatirkan akan menimbulkan tindak kriminal atau pelecehan seksual. Sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap bahwa porno aksi dan pornografi sangat bertentangan dengan kepribadian bangsa. Namun, pada hakekatnya trend mode masa kini telah menunjukkan pornoaksi.
1.1. Latar Belakang Masalah
Pornografi bukanlah merupakan permasalahan yang baru. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat sekarang ini, tidak bisa dipungkiri bahwa setiap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu tidak hanya menimbulkan dampak positif saja, namun juga menimbulkan dampak negatif yang mengarah kepada meningkatnya tindak pidana atau kriminalitas, terutama tindak pidana pomografi. Hal ini dapat kita lihat dengan adanya internet yang menyajikan situs-situs porno, merebaknya produksi VCD porno, juga media massa dan media elektronik yang sering memuat berita, cerita, dan gambar-gambar yang dapat menimbulkan gairah bagi orang yang melihatnya.
1
1.2. Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul makalah ini “Cyber Crime Kasus Pormografi”. Terkait dengan kejahatan pornografi, dan mengacu pada penelitian kami, maka latar belakang masalah dapat di identifikasi sebagai berikut: 1. Kasus penyebaran video porno Arile & Luna Maya di Internet 2. Penyebarluasan dan pemalsuan foto-foto public figure di internet 3. Situs-situs porno yang bebas di akses oleh siapapun di internet, termasuk anak-anak.
BAB II PEMBAHASAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, Pornografi adalah penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu birahi. Dalam pembahasan lain, Majelis Ulama Indinesia (MUI) memberikan satu definisi yang hampir sama. Yaitu pornografi adalah Menggambarkan, secara langsung atau tidak langsung, tingkah laku secara erotis, baik dengan lukisan, gambar, tulisan, suara, reklame, iklan, maupun ucapan, baik melalui media cetak maupun elektronik yang dapat membangkitkan nafsu birahi. Menurut Undang-undang nomor 44 tahun 2008 tentang pornografi yang dimaksud dengan Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.
2
2.1. Contoh Kasus Cyber Crime Pornografi
1. Kasus penyebaran video porno Kasus ini perrnah dibicarakan banyak orang, kasus video porno Ariel “PeterPan” dengan Luna Maya dan Cut Tari, video tersebut di unggah di internet oleh seorang yang berinisial „RJ‟ dan sekarang kasus ini sedang dalam proses. Pada kasus tersebut, modus sasaran serangannya ditujukan kepada perorangan atau individu yang memiliki sifat atau kriteria tertentu sesuai tujuan penyerangan tersebut. Penyelesaian kasus ini pun dengan jalur hukum, pengunggah dan orang yang terkait dalam video tersebut pun turut diseret pasal-pasal sebagai berikut, Pasal 29 UURI No. 44 th 2008 tentang Pornografi Pasal 56, dengan hukuman minimal 6 bulan sampai 12 tahun. Atau dengan denda minimal Rp 250 juta hingga Rp 6 milyar. Dan atau Pasal 282 ayat 1 KUHP. Sangat jelas dengan kasus di atas, bahwa pengunggahan video tersebut adalah kasus pornografi, dan orang yang berada di video tersebut merasa di rugikan, karena namanya tercemar karena ulah pengunggah video porno tersebut.
2. Kasus Penyebarluasan dan pemalsuan foto-foto public figure di internet .
Saat ini sudah sering sekali terjadi tindakan cybercrime oleh oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab, misalnya saja pemalsuan dan penyebarluasan foto-foto yang dinilai sebagai pornografi dan terjadi dikalangan artis atau public figure Indonesia. Kasus yang pernah terjadi pada artis cantik Sandra Dewi. Perbuatan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi Photoshop. Hanya dengan mencuri foto milik target kemudian menyesuaikannya dengan foto orang lain yang menjadi pelaku, sehingga foto editan tersebut tampak seperti foto milik target. Tentu saja perbuatan tersebut dapat merugikan pihak-pihak tertentu.
3
3. Kasus Situs-situs porno yang bebas di akses oleh siapapun di internet. Mungkin menurut sebagian orang situs porno adalah wajar-wajar saja, namun di Indonesia situs porno tidak di perbolehkan, karena bertentangan dengan norma-norma masyarakat Indonesia. Namun ada saja oknum yang berusaha membuat situs porno di Indonesia, jelas ini masalah kejahatan yang serius, karena pengguna internet adalah semua kalangan. Apabila semua orang mudah mengakses situs-situs porno di internet, maka dampak yang paling buruk adalah terjadi pada anak-anak, karena anak-anak di bawah umur belum sepatutnya atau belum pantas untuk mengakses situs porno, karena akan berdampak pada psikologis dan pola pikir si anak tersebut. Oleh karena itu pemerintah membuat undang-undang tentang pornografi.
2.2. Undang-Undang Tentang Pornografi
Pengaturan pornografi melalui internet dalam UU ITE Dalam UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik juga tidak ada istilah pornografi, tetapi “muatan yang melanggar kesusilaan”. Penyebarluasan muatan yang melanggar kesusilaan melalui internet diatur dalam pasal 27 ayat (1) UU ITE mengenai Perbuatan yang Dilarang, yaitu; Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. Pelanggaran terhadap pasal 27 ayat (1) UU ITE dipidana dengan pidana penjara paling lama enam tahun dan/atau denda paling banyak Rp1 milyar (pasal 45 ayat [1] UU ITE).
4
Bunyi pasal 29 UU RI NO. 44 tahun 2008 tentang pornografi: Setiap orang yang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah). Pasal 282 KUHP berbunyi: Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan, atau barangsiapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membikin tulisan, gambaran
atau
benda
tersebut,
memasukkannya
ke
dalam
negeri,
meneruskannya,
mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan, ataupun barangsiapa secara terangterangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkannya atau menunjukkannya sebagai bisa diperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.
5
2.3. Penanggulangan Cyber Crime Pornografi
1. Melakukan pengamanan sistem yang terintegrasi 2. Melakukan sosialisasi secara intensif, dan meningkatkan kesadaran kepada warga masyarakat dalam penanggulangan cyber crime pornografi 3. Memproteksi gambar atau foto pribadi dengan sistem yang tidak dapat memungkinkan orang lain mengakses secara leluasa. 4. Meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur penegak hukum mengenai upaya pencegahan, investigasi dan penuntutan perkara-perkara yang berhubungan dengan cybercrime. 5. Peran dari lingkungan orang tua, dan lingkungan sekitar.
6
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa sumber yang kami dapat, bisa kami simpulkan bahwa ada baiknya kita sebagai masyarakat Indonesia yang mempunyai norma dalam bermasyarakat, bisa memilih mana yang baik dan yang tidak baik untuk di lihat, di tiru atau di lakukuan. Apalagi cyber crime pornografi ini sangat berpengaruh sekali, terutama pada anak-anak di bawah umur. Selebihnya, kembali kepada masing-masing individu itu sendiri.
3.2. Saran
-
Harus adanya sangsi yang tegas kepada para pelaku kejahatan cyber crime pornografi
-
Perlunya pengawasan orang tua dalam membimbing anak-anakya.
-
Adanya kesadaran diri dari masyarakat, agar terciptanya pemikiran yang sehat dan berbudaya.
-
Stop Kenakalan Remaja Di Era Informatika!!!
7