1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Neraca kebutuhan aluminium ingot (batangan) di dalam negeri hingga kini masih timpang karena produksi tak mampu mengimbangi pertumbuhan konsumsi yang terus meningkat. Dari sekitar 560.000 ton kebutuhan aluminium ingot di pasar domestik per tahun, baru sekitar 100.000 ton per tahun yang diproduksi dalam negeri. Adapun sisanya, masih diperoleh melalui impor. Produksi aluminium ingot dalam negeri hanya dipenuhi oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum). Adapun produksinya saat ini hanya sekitar 250.000 ton per tahun. Itu pun sekitar 60% hasil produksi Inalum harus diekspor ke Jepang. Artinya, kebutuhan di dalam negeri yang bisa dipenuhi oleh Inalum hanya 40% dari 250.000 ton per tahun atau hanya sekitar 100.000 ton per tahun. Kebutuhan aluminium secara keseluruhan mencapai 700.000 ton per tahun. Untuk aluminium ingot, kebutuhan domestik mencapai sekitar 560.000 ton per tahun. Langkah pendek yang bisa dilakukan untuk menambah produksi dalam negeri adalah meningkatkan kapasitas pabrik Inalum setelah diambil alih oleh Indonesia. Adapun kapasitas pabrik Inalum bisa ditingkatkan hingga 400.000 ton per tahun. Kapasitas Inalum masih bisa ditingkatkan lagi, tetapi butuh tambahan investasi. Ini nanti dibicarakan oleh manajemen yang baru setelah diambil alih. Di pasar global, aluminium pun merupakan komoditi logam yang cenderung stabil. Hal ini mengingat kebutuhan dunia akan produk aluminium terus meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini produksi dunia mencapai 41 juta ton yang dihasilkan oleh 43
2
negara termasuk Indonesia. Produsen aluminium terbesar dunia adalah China, dengan kemampuan produksi 16,8 juta ton per tahun (Tabel 1).
Tabel 1. Tingkat Rata-Rata Produsen & Konsumsi Aluminium di Dunia
1
China
2
Rusia
Kapasitas Produksi Unit Jumlah MT 16,800,000 MT 3,850,000
3
Canada
MT
2,920,000
17,6 kg
4
Australia
MT
1,950,000
17,6 kg
5
USA
MT
1,720,000
17,6 kg
6
Brazil
MT
1,550,000
-
7
India
MT
1,400,000
-
8
United Emirates Arab
MT
1,400,000
-
25
Indonesia
MT
250,000
1,4 kg
MT
7,000 ~ 10,000
17,6 kg
No
Negara Produsen
Akhir Jepang
Negara Konsumsi Per Kapita 17,6 kg -
Dari sisi konsumsi aluminium, Indonesia memang masih rendah jika dibandingkan dengan negara maju lainya. Jerman, Kanada, Amerika, Jepang, Korea, Australia, China sedangkan rata-rata konsumsi dunia mencapai 6,2 kg per kapita. Rata-rata negara Asean sekitar 2,7 kg per kapita (Tabel 1). Dengan telah berakhinya kerja sama dengan konsorsium Jepang pada Oktober 2013, kepemilikan 100 persen saham Inalum oleh pemerintah menjadi sangat krusial. Menguasai Inalum secara keseluruhan, maka pemerintah bisa memutuskan strategi bisnis perusahaan di Sumatera Utara tersebut termasuk untuk memperioritaskan kebutuhan aluminium ke pasar dalam negeri. Dengan melihat kebutuhan pasar domestik dan global, kebutuhan akan aluminium pasti akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Untuk itu, persediaan akan
3
bahan baku utama mempunyai pengaruh besar terhadap kegiatan produksi. Masalah persediaan bahan baku utama dapat diatasi dengan aktivitas ataupun langkah-langkah yang sesuai dengan cara menentukan jumlah yang tepat untuk persediaan. Baik buruknya manajemen perusahaan berpengaruh terhadap usaha yang dilakukan, termasuk dalam kebijakan dalam menentukan persediaan yang disesuaikan dengan kapasitas gudang. Untuk itu, harus ditentukan jumlah persediaan yang tepat sehingga usaha dapat berjalan efektif dan efisien. Dalam perkembangan dunia bisnis sekarang ini, banyak terjadi perubahan pola pikir dalam menentukan kebijakankebijakan terkait sistem manajemen perusahaan untuk perusahaan tersebut. Perubahan tersebut diharapkan menjadi suatu alternative yang baik dalam suatu perusahaan. Salah satu faktor penting dalam penentuan persediaan adalah kebijakan dari perusahaan. Perusahaan harus mempertahankan kelangsungan operasionalnya dengan tujuan untuk mempertahankan konsistensinya di pasar. Namun hal ini juga perlu ditunjang dengan ketersediaan faktor-faktor produksi seperti bahan baku utama, bahan baku pendukung maupun tenaga kerja. Perkembangan perusahaan mengakibatkan kebutuhan akan faktor-faktor produksi semakin besar. Hal ini yang kemudian harus menjadi perhatian dari internal perusahaan. Kajian mengenai persediaan baik persediaan dari faktor-faktor produksi maupun persediaan produk jadi menjadi suatu kebutuhan. Namun persediaan pada akhirnya juga akan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap biaya yang dikeluarkan perusahaan. Perusahaan yang memiliki persediaan yang berlebih tentu saja akan dapat memberikan kerugian bagi perusahaan karena biaya penyimpanan yang meningkat. Risiko kerusakan persediaan yang meningkat juga akan menambah beban biaya. Namun sebaliknya jika persediaan tidak mencukupi maka dikhawatirkan tidak akan
4
dapat memenuhi permintaan konsumen. Oleh karena itu, perusahaan harus menerapkan manajemen persediaan bahan baku yang tepat sehingga tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan persediaan bahan baku. Persediaan merupakan aspek yang cukup besar nilainya dalam sebuah perusahaan industri logam untuk menjamin efisiensi penggunaan modal sehingga dapat menguntungkan perusahaan secara keseluruhan. PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) merupakan perusahaan manufaktur industri hulu. PT Inalum mengolah bahan baku utama seperti Alumina (Al203), AluminiumFlouride (Alf3), Cokes dan Coal Tar Pitch menjadi barang jadi berupa aluminium batangan (ingot) primer. Bahan baku yang dibutuhkan oleh PT Inalum sebagian besar dibeli dari luar negeri, misalnya dari Australia, India, China, dan Argentina, namun ada pula yang dibeli dari dalam negeri. PT Inalum selalu memiliki stok minimum bahan baku digudang, sehingga kemungkinan kecil untuk mengalami kekurangan bahan baku, namun walaupun begitu, PT Inalum tetap harus memperkirakan kapan akan melakukan pembelian dengan baik dan harus pada jumlah yang tepat dan waktu yang tepat. PT Inalum telah menggunakan sistem akutansi pusat pertanggungjawaban yang terdapat dalam tiap divisi. Setiap divisi terdiri dari beberapa departemen dan tiap departemen terdiri dari beberapa seksi. Masing-masing manajer memimpin satu seksi dan bertanggungjawab atas seksi yang dipimpinnya. Tiap manajer bertanggungjawab untuk mengendalikan biaya-biaya dan mempertanggungjawabkannya pada bagian perencanaan (planning) perusahaan. Sistem pengendalian manajemen dibutuhkan dalam setiap bagian perusahaan, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Hal ini dimaksudkan bahwa sistem pengendalian manajemen yang ada, tidak hanya dilakukan
5
pada aspek-aspek yang bersifat keorganisasian saja, atau hanya pada aspek-aspek yang memberi pemasukan saja, tetapi juga pada aspek-aspek yang memberikan beban pengeluaran bagi perusahaan. Salah satu bagian yang menjadi sumber pengeluaran yang tidak dapat dihindari oleh perusahaan adalah dalam hal persediaan bahan baku. Dalam hal ini sangat penting bagi perusahaan untuk mengupayakan pemenuhan kebutuhan bahan baku agar tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, terjamin kontinuitasnya, serta efektif dan efisien. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis memberi judul tulisan ini dengan “Analisis Kebijakan Perusahaan dalam Pengendalian Persediaan Bahan Baku Utama di PT. Indonesia Asahan Aluminium”. 1.2. Perumusan Masalah 1. Bagaimana sistem persediaan bahan baku utama Alumina yang telah dilakukan di PT Indonesia Asahan Aluminium? 2. Bagaimana kebijakan pengendalian persediaan bahan baku utama Alumina yang optimal di PT Indonesia Asahan Aluminium? 3. Seberapa besar tingkat persediaan (Safety Stock) dan pemesanan kembali (Reorder Point) bahan baku utama Alumina yang optimal di PT Indonesia Asahan Aluminium dari Leadtime pemasok yang bervariasi? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisa sistem persediaan bahan baku utama Alumina di PT Indonesia Asahan Aluminium. 2. Untuk mengetahui kebijakan pengendalian persediaan bahan baku utama Alumina yang optimal di PT Indonesia Asahan Aluminium.
6
3. Untuk menentukan tingkat persediaan (Safety Stock) yang optimum dan pemesanan kembali (Reorder Point) bahan baku utama Alumina di PT Indonesia Asahan Aluminium dari Leadtime pemasok yang bervariasi.. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan untuk: 1. Perusahaan Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam menjalankan operasional perusahaan dan perencanaan strategi di masa yang akan datang sehingga perusahaan dapat menjadi lebih kompetitif. 2. Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan referensi dan informasi dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan persediaan. 3. Penulis Sebagai wahana penerapan ilmu dan persyaratan kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen. 1.5. Batasan Masalah Fokus dari penelitian ini adalah menganalisis kebijakan persediaan yang dilakukan oleh PT. Indonesia Asahan Aluminium dalam penyediaan produk jadi. Penelitian dilakukan hanya di lingkungan internal dimulai dari perencanaan penjualan, pengadaan bahan baku, hingga produk didistribusikan. Selain itu penelitian ini hanya terfokus pada satu bahan baku yaitu Bahan Baku Utama Alumina yang dianggap major dengan asumsi bahwa jika ada peningkatan penggunaan ada bahan baku ini maka penggunaan bahan baku lain juga meningkat
7
tetapi peningkatan ini masih dapat dipenuhi oleh pemasok. Biaya yang digunakan pada penelitian ini hanya mencakup biaya penyimpanan dan biaya pemesanan yang dilakukan perusahaan tidak termasuk biaya asuransi kehilangan bahan baku dalam gudang.