BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia menunjukkan bahwa perbankan dengan sistem konvensional bukan satu-satunya sistem yang dapat diandalkan. Perbankan syariah merupakan salah satu sistem perbankan lain yang lebih tangguh karena menawarkan prinsip keadilan dan keterbukaan. Perbankan syariah yang dilaksanakan diatas prinsip yang berbeda dengan perbankan konvensional yang kenyataannya lebih terbukti mampu bertahan pada saat krisis sekalipun. Saat ini, sistem perbankan syariah lebih berkembang dan menjadi alternatif menarik bagi kalangan perusahaan sebagai pelaku bisnis, akademisi sebagai penyedia sumber daya manusia dan masyarakat sebagai pengguna jasa perbankan. Jasa perbankan yang ditawarkan oleh bank syariah pada umumnya untuk menghimpun dan menanamkan dana dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito berjangka. Pada prinsip operasional bank syariah terdapat ciri khusus, yaitu pemilik dana menyimpan dan menanamkan dananya di bank syariah tidak dengan motif untuk mendapatkan bunga. Bank syariah sama halnya dengan bank konvensional berfungsi untuk mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan atau pemberian kredit, namun terdapat perbedaan mendasar dalam tujuan utama dan sistem pemberian imbalan. Bank syariah secara umum bertujuan
untuk mendorong dan mempercepat kemajuan ekonomi suatu masyarakat dengan melakukan kegiatan perbankan, finansial, komersial, dan investasi sesuai kaidah syariah.Bank syariah menggunakan sistem bagi hasil, sedangkan bank konvensional menggunakan sistem bunga sebagai dasar untuk menentukan imbalan yang diberikan kepada nasabah yang bertujuan bagi pencapaian keuntungan setinggi-tingginya (profit maximization). Prinsip bagi hasil merupakan karakteristik dasar perbankan syariah, prinsip syariah terbukti mampu bertahan dan memiliki kinerja yang lebih baik serta konsisten dalam menjalankan fungsi intermediasinya.Jasa pembiayaan yang diberikan bank syariah jauh lebih beragam daripada jasa pembiayaan yang diberikan oleh bank konvensional.Jasa perbankan syariah secara alamiah merujuk pada dua kategori kegiatan ekonomi, yaitu produksi dan distribusi. Pada kategori produksi difasilitasi melalui skema bagi hasil,yaitu mudharabah, pembiayaan ini diberikan untuk membantu nasabah debitur yang memerlukan modal untuk suatu usaha atau proyek. Sedangkan kegiatan distribusi manfaat hasil-hasil produk dilakukan melalui skema jual beli (murabahah) dan sewa menyewa (ijarah). PT. Bank Mandiri Syariah yang didirikan pada tahun 2000, berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/PBI/2008 adalah merupakan akad penghimpunan dan penyaluran dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran pembiayaan yang ada pada PT. Bank Mandiri Syariah, terdapat dua produk utama yang dijalankan oleh bank dalam penyaluran pembiayaan, yaitu pembiayaan dengan prinsip jual beli (murabahah) dan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah).
Murabahah merupakan akad jual beli suatu barang dengan harga sebesar harga pokok ditambah keuntungan yang disepakati bersama, dengan disertai cara pembayarannya. Pendapatan bank sangat ditentukan oleh berapa banyak keuntungan yang diterima dari pembiyaan yang disalurkan. Keuntungan yang diterima dari prinsip jual beli (murabahah) berasal dari mark up yang ditentukan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan nasabah. Pada muarabahah penyerahan barang dilakukan secara tunai, tangguh ataupun dicicil.Sedangkan pendapatan dari prinsip bagi hasil (mudharabah) ditentukan berdasarkan kesepakatan besarnya nisbah, keuntungan bank tergantung pada keuntungan nasabah. Pendapatan ataupun keuntungan tersebut dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati dari awal akad (sumber : Afif,Yoso,dkk : 2000). Dengan diperolehnya pendapatan dari pembiayaan yang disalurkan, diharapkan profitabilitas bank akan membaik, yang tercermin dari perolehan laba yang meningkat. Oleh karena itu, pengelolaan pembiayaan baik pembiayaan jual beli (murabahah), pembiayaan bagi hasil (mudharabah, musyarakah), maupun jenis pembiyaan lainnya akan sangat mempengaruhi profitabilitas yang diterima bank syariah. Pembiayaan musyarakah, mudharabah, dan murabahah dalam jumlah besar dapat membawa hasil yang menguntungkan bagi pihak bank, jika penyaluran pembiayaan tersebut dalam pengembaliannya berjalan dengan lancar. Dimana semakin besar pendapatan maka semakin besar pula bank dalam pembayran kewajiban kepada pihak lain. Dengan begitu profitabilitas menjadi faktor penting dalam penilaian aktivitas perbankan syariah dalam kegiatanya. Fenomena pertumbuhan aset selama tiga tahun terakhir yang mencapai rata-rata
38,2 % atau senilai Rp 82,1 Triliun per Agustus 2010 melonjak tiap tahunnya. Rata-rata pertumbuhan asset per bulan industry perbankan syariah selama November 2008 hingga Agustus 2010 mencapai Rp 1,5 Triliun perbulan. Pencapaian asset tersebut sangat pesat dibandingkan pertumbuhan aset industry perbankan syariah periode September 2004 hinggan oktober 2008 dimana saat itu perbankan syariah baru terdiri atas 3 BUS, aset hanya tumbuh Rp 661,1 miliar perbulan.(http://www.infobanknews.com/2013/04/kenaikan-asetperbankan%20syariah/). Pendapatan dari prinsip bagi hasil (mudharabah) pada Bank Syariah Mandiri menujukkan perkembangan yang tidak terlalu signifikan bakan cenderung monoton, sebagaimana dapat dilihat pada Grafik 1.1 Grafik 1.1 Pendapatan Mudharabah, Murabahah dan Profitabilitas Bank Syariah Mandiri 14.00 12.00 10.00 8.00
ROA
6.00
Murabahah
4.00
Mudharabah
2.00 0.00 2008
2009
2010
2011
2012
Pendapatan bagi hasil mudharabah dan murabahah menunjukkan kenaikan dan penurunan yang searah dengan profitabilitas selama lima tahun, apabila mudharabah dan murabahah menunjukkan perkembangan yang berarti maka akan
meningkatkan profitabilitas. Begitu juga apabila mudharabah dan murabahah menunjukkan penurunan maka akan menurunkan profitabilitas pula. Akan tetapi pendapatan mudharabah tidak diikuti dengan peningkatan jual beli murabahah terhadap profitabilitas. Sehingga profitabilitas meningkat lebih diakibatkan oleh meningkatnya jual beli murabahah. Dengan demikian pendapatan jual beli murabahah jauh lebih tinggi dibandingkan pendapatan mudharabah. Meningkatnya pertumbuhan aset menunjukkan kekuatan kinerja bank syariah dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Pengelolaan perbankan syariah yang semakin membaik akan memberikan keuntungan yang dapat meningkatkan profitabilitas bank syariah. Profiatbilitas merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kinerja bank. Profotabilitas bank yang tinggi dapat menunjukkan kinerja keuangan bank yang baik. Sebaiknya, jika profitabilitas yang dicapai rendah, mengindikasikan kurang maksimalnya kinerja keuangan manajemen dalam menghasilkan laba. Jika profitabilitas yang rendah ini terus diabaikan akan berdampak pada penurunan kepercayaan masyarakat terhadap bank. Profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio yang meliputi :
Return On Asset ( ROA ) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank laba secara keseluruhan.
Return On Equity ( ROE ) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri.
Rasio Biaya ( Beban ) Operasional adalah perbandingan antara biaya (beban) operasional dengan pendapatan operasional.
Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank berdasarkan selisih pendapatan yang diterima dengan kegiatan operasionalnya. Pada penelititian ini penulis akan menghitung tingkat profitabilitas
menggunakan tolak ukur Return On Asset (ROA), dengan pertimbangan bahwa ROA merupakan salah satu alat penilaian profitabilitas terbaik dalam penilaian tingkat kesehatan bank yang digunakan oleh Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas perbankan. Rasio ini digunakan karena mampu mengukur tingkat kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan.Salah satu bank umum syariah yang ada pada saaat ini adalah Bank Syariah Mandiri.Selama tujuh tahun ini Bank Mandiri Syariah telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Bank Syariah Mandiri mencatat laba bersih periode 2012 mencapai Rp 805,691 milyar atau naik 46.20 % dibandingkan tahun 2011 Rp 551.070 milyar. Sedangkan pendapatan Operasional periode 2012 mencapai Rp 6.056 triliun atau naik 19.75% dibandingkan Operasional periodde 2011. Adapun perkembangan tingkat profitabilitas PT Bank Syariah Mandiri berdasarkan ROA( Return On Asset) pada tahun 2006-2010 adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1 Perkembangan tingkat profitabilitasPada PT Syariah Mandiri Berdasarkan ROA 2006-2012 Laba Sebelum
Profitabilitas Kenaikan/Penurunan
Tahun
Pajak
Total Aktiva
(%)
(%)
2006
95.237.000
9.554.967.000
1.10 %
-
2007
168.183.151
12.885..391.000
1.53 %
0.43 %
2008
284.085.000
17.065.938.000
1.83 %
0.30%
2009
498.403.000
22.036.535.000
2.23 %
0.4 %
2010
468.733.000
32.481.873.000
2.21 %
-0.02 %
2011
347.934.000
48.671.950.000
1.95 %
-0.26 %
2012
1.097.133.000
54.229.396.000
2.25 %
0.3 %
Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Manidiri (data diolah kembali) Berdasarkan data diatas, total aktiva yang dimiliki Bank Syariah Mandiri senantiasa meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2007 total aktiva naik sebesa 34.9 %, sedangkan pada tahun 2008 naik sebesar 32,44 % kemudian pada tahun 2009 total aktiva naik sebesar 29. 12% begitu pula pula pada tahun-tahun berikutnya. Namun permasalahan muncul, pertumbuhan total aktiva tidak diikuti oleh pertumbuhan laba sebelum pajak. Pada tahun 2010 total aktiva naik sebesar 47.40% namun laba sebelum pajak turun sebesar -5.95%. Begitupun pada tahun 2011 total aktiva naik sebesar 49.7 %, namun laba sebelum pajak turun sebesar 25.8%.
Hal tersebut akan berdampak pada tingkat profitabilitas bank. Kondisi laba sebelum pajak fluktuatif menyebakan tingkat profitabilitas yang dicapai Bank Syariah Mandiri Rendah. Pada tahun 2007-2009 mengalamin kenaikan yang mana pada tahun 2007 sebesar 0.43%,tahun 2008 sebesar 0.30% dan pada tahun 2009 sebesar 0.4%. Akan tetapi di tahun 2010 dan 2011 mengalami penurunan tingkat profitabilitas sebesar0.26% dan ditahun 2010 dan sebesar 0.02%. Namun peningkatan profitabilitas ini tidak sebesar penurunannya sehingga masih dapat dikategorikan trend turun. Salah satu penyebab menurunnya tingkat profitabilitas bank adalah karena adanya penurunan dalam perolehan laba bersih. Menurunnya perolehan laba bersih ini dapat disebabkan karena perolehan pendapatan lebih kecil dibandingkan dengan bebabn yang terjadi. Sehingga untuk meningkatkan kembali laba bersih dengan cara meningkatkan pendapatan dan meminimalkan beban. Adapun gejala-gejala yang terjadi pada kondisi penurunan prfitabilitas dia tas di karenakan adanya factor-faktor eksternal dan internal yang memungkinkan penyebab terjadinya pernurunan tersbut seperti pada factor internal dan eksternal dimana terjadinya pembiyaan macet atupun kredit macet dari pihak nasabah yang mana tidak terlepas dari resiko adanya pembiyaan macet. Seperti hal nya dengan kredit bermasalah atau NPL (Non Performing Loan) merupakan salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi bank. Salah satu fungsi bank itu sendiri adalah sebagai lembaga intermediary atau penghubung antara pihak yang memiliki dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Yang menyebabkan naik turun nya kredit macet tersebut adalah : kemauan atau iktikad baik
debitur,kebijakan pemerinatah dan Bank Indonesia,kondisi perekonomian yang mana terkait dengan inflasi dan kurs rupiah Pembiyaan merupakan tulang punggung kegiatan perbankan syariah. Hal ini dapat terlihat dari sisi aktiva yang didominasi oleh besarnya jumlah pembiyaan, begitupun dari sisi pasiva akan banyak diperoleh dari pendapatan pembiyaan. Bila dalam bank konevensional salah satu sumber pendapatannya berasal dari pendapatan bunga, maka dalam bank syariah salah satu sumber pendapatannya berasal dari pendapatan bagi hasil mudharabah dan jual beli murabahah. Berdasarkan
hal
tersebut
maka
penulis
terdorong
untuk
mengatahui,mempelajari dan meniliti lebih lanjut apakah pendapatan bagi hasil mudhrabah dan jual beli murabahah terhadap tingkat profitabilitas pada Bank Syariah Mandiri. Dimana salah satu sumber pendapatan bank syariah yaitu berasal dari pendapatan mudharabah dan murabahah, maka penelitian ini penulis akan lebih focus pada pendapatan bagi hasill mudharabah dan jual beli murabahah. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil judul: “PENGARUH PENDAPATAN MUDHARABAH DAN MURABAHAH TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS BANK MANDIRI SYARIAH PERIODE 2008-2012 ’’.
1.2 Identifikasi Masalah Sesuai dengan latar belakang penelitian yang dikemukakan di atas, maka penulis mencoba mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan pendapatan bagi hasil (mudharabah), jual beli (murabahah), dan Profitabilitas Bank Syariah Mandiri 2. Bagaimana pengaruh tingkat pendapatan bagi hasil (mudharabah) dan jual beli (murabahah) terhadap tingkat profitabilitas pada PT Bank Syariah Mandiri,Tbk secara simultan. 3. Bagaimana pengaruh tingkat pendapatan(mudharabah) dan (murabahah) terhadap tingkat profitabilitas pada PT Bank Syariah Mandiri,Tbk secara Parsial.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data memperoleh data serta
informasi
yang
diperlukan
mengenai
pendapatan
bagi
hasil
mudharabah,murabahah dan tingkat profitabilitas pada Bank Syariah Mandiri sehingga dapat diketahui pengaruh pendapatan bagi hasil mudharabah dan murabahah terhadap tingkat profitabilitas pada Bank Syariah Mandiri. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan bagi hasil (mudharabah) terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri, Tbk.
2. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan jual beli (murabahah)terhadap tingkat profitabilitas pada PT Bank Syariah Mandiri,Tbk. 3. Untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh pendapatanmudharabah dan murabahahterhadap tingkat profitabilitas pada PT Bank Syariah Mandiri,Tbk.
1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan bagi pihak bank syariah dalam menentukan kebijakan-kebijakan dalam rangka mengoptimalkan pendapatan bagi hasil (mudharabah) dan murabahah
sehingga dapat
tercapai tingkat prfitabilitas yang maksimal. 2. Bagi Pihak Lain Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan, umumnya mengenai dunia perbankan, khususnya mengenai bank syariah dan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lainnya serta bahan masukan atau referensi guna menambah informasi. 3. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan menambah pengethuan tentang bank syariah. Khususnya penerapan prinsip bagi hasil ( mudharabah ) dan prinsip jual beli ( murabahah ) sehingga dapat
membendingkan antara teori yang dipelajari dengan fakta yang terjadi di lapangan. 1.5 Kerangka Penelitian Bank yang berbasis islam dikembangkan atas dasar tidak memperbolehkan pemisahaan antara masalah duniawi dan agama. Dasar tersebut mengharuskan kepatuhan terhadap syariah bagi semua aspek kehidupan yang tidak mencakup ibadah saja, tetapi juga salah satunya transaksi bisnis yang harus sesuai dengan perinsip syariah. Strategi pembangunan harus dilakukan dengan pijakan yang kuat, dimulai dengan memaksimalkan bidang-bidang ekonomi yang dijalankan baik di bidang keuangan perbankan, ekspor-impor, koperasi pembinaan usaha kecil maupun di bidang perdagangan umum dan industri.Semua potensi ekonomi tersebut perwujudannya dilakukan melalui pendanaan yang kuat, adapun sumbernya didapatkan dari dalam negeri dan luar negeri.Dana yang diperoleh dari sumber tersebut harus dikelola secara profesional agar distribusinya dapat dimanfaatkan oleh semua pihak yang memerlukan. Berkaitan dengan pernyataan tersebut, salah satu sektor penting yang berperan dalam pengelolaan dana dan turut mendorong perekonomian adalah sektor perbankan. Menurut
Undang-undang
No.10
Tahun
1998,
bank
diartikan
sebagai:“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. diartikan
sebagai:“Lembaga
keuangan
Menurut yang
Kasmir
kegiatan
(2002:2)bank
usahanya
adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya”.Dari pengertian tersebut mencerminkan dua peran bank baik sebagai financial intermediate maupun institute of
economic development. Sebagai perantara keuangan (financial
intermediate), bank melakukan penghimpunan dana dari masyarakat yang surplus dana dalam berbagai bentuk simpanan. Melalui penghimpunan dana, bank membayar bunga kepada masyarakat atau nasabah penyimpan. Selanjutnya bank
menyalurkan
dana
tersebut
(sebagian
besar)
dalam
bentuk
kredit/pembiayaan kepada masyarakat yang defisit dana. Melalui penyaluran dana (pembiayaan) bank memperoleh pendapatan bunga/bagi hasil. Penilaian aspek penghimpunan dan penyaluran dana merupakan kinerja keuangan yang berkaitan dengan peran bank sebagai lembaga intermedasi. Berdasarkan uraian di atas, kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, rentabilitas, profitablitas, serta likuiditas. Menurut Nazir dan Hassanudin (2004:56) bank umum sebagai berikut: “Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran”. Berdasarkan pengertian di atas, bank umum memiliki dua sistem yaitu: 1. Sistem konvensional (berdasarkan bunga: kredit). 2. Prinsip Syariah (tanpa bunga/bagi hasil: pembiayaan).
Dalam operasionalnya, bank konvensional memberikan kredit kepada peminjam atau debitur, sedangkan bank dengan prinsip syariah memberikan pembiayaan. Dalam pembiayaan yang dilakukan bank akan mengandung risiko kredit/pembiayaan seperti risiko likuiditas, risiko kredit, risiko tingkat bunga, dan lain-lain. Untuk dapat menentukan tingkat risiko tersebut, bank dapat melihat laporan keuangannya. Definisi laporan keuangan menurut Simamora(2000:21), adalah: “Laporan keuangan adalah laporan yang mencakup neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan”.
Laporan akan memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menentukan tingkat risiko kredit/pembiayaan. Untuk menentukan tingkat risiko kredit perusahaan harus menganalisis laporan keuangannya. Analisis laporan keuangan dijelaskan oleh Hanafi dan Halim(2003:5), sebagai berikut:“Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan”. Analisis profitabilitas
laporan
keuangan
(keuntungan)
dan
dilakukan tingkat
untuk
risiko
atau
mengetahui tingkat
tingkat
kesehatan
perusahaan.Tingkat kesehatan bank merupakan unsur terpenting dalam penilaian kualitas suatu bank. Menurut Susilo,Triandaru, Santoso(2000: 22)mendefinisikan tingkat kesehatan bank, sebagai berikut:“Kesehatan bank sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan
mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku”. Menurut Susilo, dkk (2000: 22)alat ukur atau indikator dalam menilai tingkat kesehatan bank, sebagai berikut:“Alat ukur atau indikator dalam menilai tingkat kesehatan bank meliputi permodalan, kualitas aset, profitabilitas, manajemen dan aspek lainnya”. Begitu luasnya cakupan kesehatan suatu bank dalam melaksanakan aktivitas usahanya, maka ada beberapa indikator yang digunakan dalam menilai tingkat
kesehatan
bank
yaitu
meliputi
permodalan,
kualitas
aset,
rentabilitas/profitabilitas, manajemen bank, dan aspek lainnya. Ketentuan mengenai kesehatan bank lebih jelasnya diatur dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang perbankan, di mana aturan mengenai kesehatan bank tersebut mencakup dana sampai dengan penggunaan dan penyaluran dana. Kualitas aset (aktiva) merupakan salah satu hal terpenting di dalam menentukan tingkat kesehatan bank.Aset bank terbagi menjadi dua jenis yaitu aktiva produktif dan aktiva non produktif.MenurutNazir dan Hassanuddin (2004:33), aset adalah:“Aset merupakan salah satu faktor dari komponen penilaian tingkat kesehatan bank yaitu menilai kualitas aktiva produktif”. Menurut Antonio(2001:37), aset adalah:“Aset adalah sesuatu yang mampu menimbulkan aliran kas positif atau manfaat ekonomi lainnya, baik dengan dirinya sendiri ataupun dengan aset yang lain, yang haknya didapat oleh bank Islam sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa di masa lalu”.Aset digunakan sebagai alat untuk penilaian kualitas aktiva produktif.Salah satu aktiva produktif dalam bank adalah
kredit atau pembiayaan.Pembiayaan digunakan sebagai indikator dalam menilai tingkat kesehatan bank. Aktiva produktif menurut Susilo, dkk (2000:74), sebagai berikut:“Aktiva produktif adalah suatu aktiva dalam rupiah dan valuta asing yang dimiliki bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai fungsinya, sehingga kredit atau pembiayaan merupakan salah satu aktiva produktif”. Aktiva produktif merupakan aktiva yang dimiliki bank yang digunakan untuk memperoleh penghasilan, salah satu aktiva produktif diantaranya adalah kredit atau pembiayaan. Menurut Susilo, dkk (2001: 10) “Bank Syariah adalah bank yang dalam aktifitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu bagi hasil dan jual beli.Prinsip dasar yang melandasi kegiatan usaha perbankan syariah diantarana prinsip jual beri dan bagi hasil. Prinsip jual beli sehubungan dengan adanya perpindahan
kepemilikan
dilaksanakan
barang atau benda
(transfer of property). Tingkat
keuntungan bank ditentukan
di
depan dan menjadi bagian
harga atas barang yang dijual. Yang termasuk ke dalam prinsip jual beli yaitu pembiayaan
murabahah. Menurut Muhammad dan Suwiknyo (2009: 42-43),
murabahah adalah menjual barang dengan harga jual sebesar harga perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan harga perolehan barang tersebut kepada pembeli. Yang termasuk prinsip bagi hasil diantaranya pembiayaan musyarakah dan pembiayaan murabahah. Menurut
Antonio (2001: 90), musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dari risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Menurut Muhammad dan Suwiknyo (2009: 158), mudharabah/muqaradah
adalah suatu bentuk
kerjasama antara banksyariah selaku pemilik modal (shahibul/ robbul maal) dengan pengusaha selaku pengelola usaha (mudharib) dimana bank memberikan seluruh pembiayaan suatu usaha. Sedangkan menurut Susilo, dkk ( 2000 ; 114 ) “ mudharabah adalah akad antara pihak pemilik modal ( shahibul maal ) dengan pengelola ( mudharib ) untuk memperoleh pendapatan ataupun keuntungan. Pendapatan atapun keuntungan tersebut dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati diawal akad. Keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan (berupa nisbah/ratio) diantara keduanya, namun bila mengalami kerugian (oleh karena risiko suatu usaha
operasional/business risk), maka sepenuhnya ditanggung oleh pemilik
modal selama kerugian tersebut tidak disebabkan oleh kelalaian/kesalahan pengelola.Menurut Harahap (2000: 35), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas menunjukkan tingkat keberhasilan suatu badan usaha dalam menghasilkan pengembalian (return) kepada pemiliknya. Untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan dengan melakukan berbagai alat analisis, tergantung dari tujuan analisisnya.Analisis profitabilitas memberikan bukti pendukung mengenai kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dan
sejauh mana efektivitas pengelolaan perusahaan. Alat-alat analisis yang sering digunakan untuk analisis profitabilitas adalah dengan menggunakan rasio profitabilitas yang meliputi : 1. ROA (Return On Asset) adalah merupakan alat ukur untuk mengukur kemampuan aktiva perusahaan dalam memperoleh laba dari operasi perusahaan. Laba operasi yang digunakan untuk mengkur ROA adalah laba sebelum pajak. 2. ROE (Return On Equity) adalah merupakan rasio yang digunakan untuk mengkur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal itu sendiri. 3. Rasio Biaya (beban) operasional adalah merupakan perbandingan antara biaya (beban) operasional dan pendapatan operasional. 4. NPM (Net Profit Margin) adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Pada penelitian ini penulis akan menghitung tingkat profitabilitas dengan menggunakan tolak ukur ROA. Menurut Dendawijaya (2005;118) “ ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh kentungan (laba) secara keseluruhan semakin besar ROA maka akan semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Besarnya pendapatan bagi hasil akan mempengaruhi tingkat profitabilitas bank syariah. Semakin besar pendapatan bagi hasil mudharabah dan murabahah
maka peluang perolehan laba bersih juga akan besar dan tentunya tingkat perofitabilitas bank pun akan meningkat, begitu sebaliknya semakin kecil pendapatan mudharabah dan murabahah maka laba bersih akan berpeluang menjadi kecil dan tentunya tingkat profitabilitas bank pun akan menjadi kecil dengan pertimbangan besarnya peningkatan beban lebih besar dibandingkan peningkatan pendapatan. Maka paradigma dan kerangka pemikiran dari uraian di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran
Bank syariah
Penyaluran dana
Pembiyaan
Pembiyaan Prinsip bagi hasil
Pembiyaan Prinsip jual beli
(mudharabah)
(Muarabahah)
X1
X2
P. Sewa/Ijarah
Laba
Tingkat Profitabilitas (Y)
Keterangan : : diteliti : tidak diteliti Gambar 1.2 Paradigma penelitian PendapatanMurabahah Return on Asset
PendapatanMudharabah PROFITABILITAS
1.6 Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan studi kasus. Metode deskriptif adalah suatu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, menyajikan, membandingkan dengan teoori-teori yang menunjang dan menganalisanya, sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai objek yang diteliti, memberikan informasi dan dapat menarik kesimpulan berdasarkan penelitian. Pengertian motode Deskriptif menurut Nazir (2003:63) adalah sebagai berikut : “Metode Deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, saatu set kondisi, suatu sistem pemikiran,ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian Deskriptif adalah untuk membuat Deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki”. Sedangkan definisi metode verifikatif menurut Rasdian Rasyad (2003:6) sebagai berikut : “Metode Verifikatif adalah metode yang digunakan untuk melakukan perkiraan (estimate) dan pengujian hipotesis.” Pendekatan studi kasus merupakan penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan saatu fase spesifik atau khas dari suatu kasus tertentu, yang kemudian akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Penelitian lapangan ( field research) Penelitian lapangan adalah penelitian langsung terhadap objek penelitian dengan
maksud
untuk
memperoleh
data
dan
informasi
yang
diperlukan.Teknik yang digunakan adalah dokumentasi yaitu menelaah dokumen-dokumen bank syariah yang berkaitan dengan penelitian. 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian
kepustakaan
yaitu
penelitian
yang
dilakukan
untuk
mendapatkan data dengan membaca mempelajari literatur-literatur berupa buku-buku, catatan-catatan kuliah dan sumber bacaan lain berupa tulisantulisan ilmiah lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti agar mendapatkan suatu pemahaman yang mendalam serta menunjang proses pembahasan mengenai masalah-masalah yang diidentifikasi. 1.7 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hubungan hal tersebut. Dalam penelitian ini hipotesis yang akan diuji adalah ada atau tidaknya hubungan yang ditimbulkan oleh variabel independen( variabel X ) terhadap variabel dependen ( variabel Y ) baik secara langsung maupun tidak langsung, serta untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan antara kedua variabel tersebut. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa hipotesis dari penelitian ini: “PENGARUH PENDAPATAN MUDHARABAH DAN MURABAHAH TERHADAP
TINGKAT
PROFITABILITAS
SYARIAH PERIODE 2008-2012”
BANK
MANDIRI
1.8 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan secara tidak langsung ke perusahaan yaitu dengan melakukan penelitian dengan pengumpulan data keuangan ke pojok bursa Widyatama dan pengambilan data keuangan di website www.syariahmandiri.co.id untuk mendapatkan laporan tahunan
(annual report) perusahaan guna
memperoleh data sekunder berupa laporan keuangan selama 5 tahun yaitu periode 2008-2012.