BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah salah satu pelaku ekonomi di Indonesia yang masih survive di tengah krisis ekonomi yang melanda pada tahun 1997 dan krisis keuangan global tahun 2008. Hal ini karena sektor UKM memiliki kreatifitas dalam menjalankan usaha dan mampu melihat peluang usaha. Selama barang atau produk yang dihasilkan oleh UKM masih diminati oleh konsumen dalam negeri, maka dampak krisis akan lebih kecil dirasakan oleh UKM. Walaupun dampak krisis akan menurunkan sedikit pendapatan UKM, namun kenyataannya UKM di Indonesia masih bisa survive di tengah krisis 1997 dan 2008, dan masih mampu menyerap banyak tenaga kerja. Saat ini saja, dari sekitar 120 juta tenaga kerja sebanyak 70 persennya bekerja dan berusaha di sektor UKM. Selain itu, nilai kewirausahaan (enterpreneurship) yang dimiliki pelaku UKM juga terkenal tangguh. Bahkan ragam usaha yang dikerjakan UKM, sering kali tidak terpikirkan orang lain. Ini adalah keunikan UKM jika dibandingkan dengan usaha lain, yaitu tangguh dan konsisten.1
1
Ananta Pratikno, Batik Pekalongan, http://www.batikmarkets.com. Diakses Sabtu, 20 Nopember 2010.
1
2
UKM ini memiliki arti strategis bagi pembangunan, sebagai upaya untuk meratakan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. 2 Jadi, ketangguhan UKM perlu menjadi perhatian penting untuk mengembangkan sektor industri dan perdagangan di masa sulit seperti sekarang ini. Dilihat dari pentingnya UKM dalam menyangga perekonomian Indonesia, maka peran UKM diarahkan dalam rangka memperluas kesempatan berusaha, pemerataan pembangunan, penggalian, pengembangan potensi sumber daya dan budaya daerah, yang pada akhirnya memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan pendapatan daerah. 3 Meskipun usaha kecil dan menengah telah menunjukkan peranannya dalam perekonomian nasional, namun masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, seperti masalah permodalan dan akses ke pasar, masalah organisasi dan manajemen, masalah penguasaan teknologi, serta belum tersistemnya pengelolaan keuangan dari usaha kecil dan menengah tersebut. Sehingga pemerintah dan dunia usaha harus secara bersama-sama mendukung dan melakukan pemberdayaan terhadap usaha kecil dan menengah ini demi kokohnya perekonomian Indonesia. 4 Dalam menjalankan usaha, baik perusahaan besar maupun kecil membutuhkan manajemen modal kerja yang efektif dan efisien. Modal kerja
2
Pandji Anoraga dan Djoko Sudantoko, Koperasi Kewirausahaan dan Usaha Kecil, Cet. I, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 224. 3 Sri Wigiati, Staf Bidang Perkoperasian dan UMKM, wawancara pribadi di Kantor Perkoperasian dan UMKM Disperindagkop dan UMKM Pekalongan, Jumat, 14 Januari 2011. 4 Siswanto, M.M, Kabid UMKM Perkoperasian dan UMKM, wawancara pribadi di Kantor Perkoperasian dan UMKM Disperindagkop dan UMKM Pekalongan, Jumat, 14 Januari 2011.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
3
merupakan unsur terpenting untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan, yang digunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan sehari-hari yang dapat berubah sesuai dengan keadaan perusahaan. Dengan adanya proses produksi yang lancar dapat menghasilkan produksi yang sesuai dengan harapan para pengusaha, sehingga dapat meningkatkan hasil penjualan dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan bagi perusahaan tersebut.5 Tujuan utama didirikannya suatu usaha adalah untuk memperoleh pendapatan dan pada akhirnya dapat mempertahankan kegiatan operasi perusahaan. Pendapatan usaha disini adalah berupa pendapatan bersih atau laba yang diperoleh dari pendapatan usaha dikurangi dengan biaya-biaya usaha. Walaupun pendapatan yang diperoleh tinggi belum tentu pendapatan bersih atau laba yang diperoleh juga tinggi. 6 Lapangan usaha yang didirikan hendaknya dapat memenuhi kebutuhan konsumen, sehingga dapat terjadi timbal balik diantara keduanya. Artinya, konsumen dapat terpenuhi kebutuhannya dan mendapatkan kepuasan dengan memberikan pengorbanan, sedangkan dari pihak pengusaha dengan adanya konsumen yang meningkat, maka diharapkan akan meningkat pula pendapatan bersih usaha tersebut. Diharapakan juga dengan adanya Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ini, maka setiap Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dapat meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat meningkatkan pendapatan mereka,
5
Hisyam Diputra, Pengusaha Batik Griya Mas, wawancara pribadi di Galeri Batik Griya Mas Kauman, Kamis, 4 Agustus 2011. 6 Yusman Hakim, Pengusaha Batik Double “MM”, wawancara pribadi di Kauman Gg. 11, Selasa, 9 Agustus 2011.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
4
dan menciptakan lapangan pekerjaan baru, serta pada akhirnya dapat juga meningkatkan pendapatan masayarkat. Pendapatan adalah hasil dari penjualan barang atau pemberian jasa yang dibebankan kepada langganan, atau mereka yang menerima jasa. Pendapatan juga berarti hasil yang diterima dari jumlah seluruh penerimaan setelah dikurangi pengeluaran biaya operasi. Hal-hal yang mempengaruhi tingkat pendapatan menurut Wahyudin dan Oktarina adalah jumlah tenaga kerja, jam kerja, modal usaha, serta pengalaman usaha. Sedangkan menurut Winoto, faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan adalah faktor tenaga kerja, faktor alam, faktor modal, dan faktor keahlian seperti keahlian kewirausahaan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pendapatan usaha, maka pengusaha harus meningkatkan kinerja pengelolaan usahanya, seperti pemanfaatan modal kerja secara optimal dan penggunaan tenaga kerja yang sesuai kebutuhan. Dengan semua proses ini, maka akan menentukan tingkat pendapatan yang maksimal. Modal kerja adalah dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan memproduksi dan menyalurkan barang kepada pembeli. 7 Modal kerja yang tepat merupakan syarat keberhasilan suatu perusahaan apalagi bagi perusahaan kecil, di samping itu modal kerja sangat menentukan posisi likuiditas perusahaan dan likuiditas adalah persyaratan keberhasilan serta kontinuitas perusahaan.8 Selain faktor modal kerja, faktor tenaga kerja juga mempunyai peranan yang penting dalam usaha mendukung operasi suatu perusahaan dalam 7
Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi, Ed. I, Jilid. I, (Jakarta: Erlangga, 2005), hlm. 7. Kamarudin Ahmad, Dasar-dasar Manajemen Modal Kerja, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 1. 8
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
5
mencapai tujuannya. Tanpa tenaga kerja manusia, tidak mungkin berbagai kegiatan dalam suatu perusahaan dapat berjalan dengan baik. Suatu usaha yang mempunyai tenaga kerja yang berkualitas, berpengalaman, handal dan terampil, maka akan menghasilkan jumlah produk yang lebih meningkat dengan kualitas mutu yang lebih baik, sehingga akan berpengaruh juga dalam menentukan tingkat pendapatan yang akan diperoleh para pengusaha. Usaha kerajinan batik adalah salah satu jenis UKM di Indonesia, yang banyak ditekuni oleh masyarakat seperti di Kota Pekalongan, Solo, Yogyakarta dan Cirebon. Pekalongan sendiri dikenal sebagai "Kota Batik" yang mempunyai potensi besar dalam kegiatan pembatikan dan telah berkembang begitu pesat, baik dalam skala kecil maupun besar. Hasil produksi batik Pekalongan juga menjadi salah satu penopang perekonomian Kota Pekalongan. Corak dan warna yang khas dari produk Batik Pekalongan telah menjadikan kerajinan Batik Pekalongan semakin dikenal. Industri dibidang batik ini telah mampu mengekspor ke berbagai negara antara lain Australia, Amerika, Timur Tengah, Jepang, Cina, Korea dan Singapura. 9 Hal ini menunjukkan bahwa gerak roda perekonomian di Kota Pekalongan sangat dipengaruhi oleh industri batik, sehingga batik mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan menggiatkan kembali sektor riil UKM masyarakat yang mempunyai daya lentur dalam menghadapi berbagai guncangan krisis ekonomi. 10
9
Ananta Pratikno, Batik Pekalongan, http://www.batikmarkets.com. Diakses Sabtu, 20 Nopember 2010. 10 Riyanto, Pekan Batik Internasional: Pekalongan Membatik Dunia, (Pekalongan: Muara Offset, 2006), hlm. 4.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
6
Bagi pecinta batik, Pekalongan merupakan tempat yang tepat untuk mencari batik dan aksesorisnya, karena Pekalongan adalah tempat pasar batik, butik batik, dan grosir batik, baik batik asli (batik tulis), batik cap, batik printing atau sablon dengan harga bervariasi. Industri ini memberikan sumbangan yang besar terhadap kemajuan perekonomian di Kota Pekalongan dengan mayoritas dari home industri. 11 Pada era sekarang ini, batik sudah diakui oleh UNESCO PBB sebagai warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia. Seiring dengan pengakuan UNESCO, usaha batik pada tahun 2009-2010 mengalami kemajuan yang cukup signifikan, yaitu banyak perusahaan, sekolah maupun instansi pemerintah yang mengkhususkan salah satu hari kerjanya untuk menggunakan seragam batik. Inovasi perkembangan batik sekarang juga sudah meningkat dengan banyaknya kalangan seperti orang tua, anak muda, dan anak-anak yang menggunakan batik. Motif batik yang dahulu hanya cocok dipakai orang tua, sekarang sudah berinovasi dengan motif-motif modern yang cocok untuk kalangan muda. Sehingga semuanya ini akan menjadikan permintaan dari kerjinan batik meningkat di seluruh Indonesia khususnya Kota Pekalongan yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan para pengusaha batik. Melihat fenomena di atas Kota Pekalongan khususnya Kelurahan Kauman yang telah menjadikan wilayahnya sebagai “Kampoeng Batik” dan kelurahan Kradenan dengan Buaran Batik Centernya, mengalami kenaikan yang cukup signifikan untuk Industri Batiknya, baik jumlah investasi, jumlah tenaga kerja, 11
Batik Pekalongan-Pekalongan Kota Batik, http://www.batikmarkets.com. Diakses, 18 Agustus 2011.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
7
jumlah unit usahanya maupun pendapatan dari para pengusaha batiknya. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1.1 Perkembangan Usaha Industri Batik Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan Tahun 2009 dan 2010 2009 2010 Kelurahan Kauman Kradenan Jumlah
Investasi (Rp.juta)
Tenaga Kerja
505 1.458 1.963
Unit Usaha
344 467 811
17 54 71
Investasi (Rp.juta)
Tenaga Kerja
1.917,93 1.625,15 3.543,08
Unit Usaha
369 559 928
Sumber : Disperindagkop dan UMKM Kota Pekalongan yang diolah
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan pada tahun 2009 dan 2010 mengalami kenaikan, baik nilai investasi, jumlah tenaga kerja, maupun jumlah unit usahanya. Nilai investasi di Kauman meningkat lebih dari 50 persen, dikarenakan mayoritas penduduknya sebagai pengusaha batik yang telah bersatu membentuk suatu paguyuban “Kampoeng Batik Kauman” yang telah melebarkan sayap ke seluruh dunia, sehingga banyak pecinta batik yang berdatangan ke wilayah ini, baik turis lokal maupun manca negara. Begitu juga dengan Kelurahan Kradenan yang juga mayoritas penduduknya sebagai pengusaha batik, pekerja dan pedagang batik. Hal ini jelas sesuai dengan sebutan bahwa “Pekalongan Kota Batik”. Karena bertopang pada ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar dan batik sudah menjadi nafas kehidupan sehari-hari warga Pekalongan. Sehingga hasil produksi batik Pekalongan telah menjadi salah satu penopang perekonomian Kota Pekalongan. 12
12
Batik Pekalongan-Pekalongan Kota Batik, http://www.Batikmarkets.com, Diakses 18 Agustus 2011.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
18 57 75
8
Dengan pencapaian tingkat pendapatan yang maksimal, maka seorang pengusaha mampu eksis di dunia usahanya dan dapat mengembangkan usahanya. Sehingga bagi pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan, tingkat pendapatan yang diperoleh merupakan hal yang sangat penting, dan perlu diketahui hal-hal yang dapat mempengaruhi tingkat pendapatan usaha. Mengingat pentingnya kedudukan modal kerja dan jumlah tenaga kerja dalam mempengaruhi tingkat pendapatan guna mempertahankan kontinuitas perusahaan dan perkembangan usaha agar dapat meningkatkan kesejahteraan hidup usaha batik, maka dengan ini penulis mengambil judul “PENGARUH MODAL KERJA DAN TENAGA KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI KELURAHAN KAUMAN DAN KRADENAN KOTA PEKALONGAN TAHUN 2009-2010“.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Seberapa besar modal kerja dan tenaga kerja berpengaruh secara parsial terhadap tingkat pendapatan pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan tahun 2009-2010? 2. Diantara modal kerja dan tenaga kerja, faktor manakah yang lebih dominan mempengaruhi tingkat pendapatan Pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan tahun 2009-2010
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
9
C.
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh secara parsial faktor modal kerja dan tenaga kerja terhadap tingkat pendapatan Pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan tahun 2009-2010. 2. Untuk menganalisis faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap tingkat pendapatan Pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan tahun 2009-2010.
D. Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Kegunaan Teoritis a. Dapat memberikan kontribusi yang positif bagi peneliti, yaitu sebagai bahan perbandingan antara teori dengan praktek yang sesungguhnya khususnya di industri batik. b. Bagi peneliti berikutnya penelitian ini digunakan sebagai bahan acuan dibidang penelitian sejenis dan sebagai pengembangan penelitian lebih lanjut. c. Bagi pembaca merupakan bahan informasi untuk mengetahui pengaruh modal kerja dan tenaga kerja terhadap pendapatan pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan tahun 2009-2010.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
10
2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi para Pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan dan sekitarnya, bahwa modal kerja dan tenaga kerja merupakan dua faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan, sehingga para pengusaha batik dapat meningkatkan pendapatan. E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Teoritis dan Penelitian yang Relevan Penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan telah dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain: Penelitian yang dilakukan oleh Galih Suryananto tahun 2005 yang meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang konveksi. Objek penelitian ini adalah para pedagang konveksi di pasar Godean, Sleman, Yogyakarta. Variabel dependen yang digunakan adalah pendapatan pedagang konveksi, sedangkan variabel independennya adalah Modal Dagang, Jam Berdagang dan Pengalaman Berdagang. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa Modal Dagang dan Pengalaman Berdagang signifikan mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang
konveksi,
sedangkan
Jam
Berdagang
tidak
signifikan
mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang konveksi. 13 Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Galih Suryananto tahun 2005 dengan
13
Galih Suryananto, “Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pedagang Konveksi”, Skripsi Sarjana Ekonomi, (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2005), hlm. vi.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
11
penelitian yang saya lakukan adalah sama-sama variabel terikatnya berupa tingkat pendapatan dengan variabel bebasnya lebih dari satu, dan sama-sama menggunakan alat analisis regresi berganda untuk mengukur ada atau tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Sedangkan yang membedakan dengan penelitian saya adalah objek penelitian saya pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan tahun 20092010 dengan variabel dependennya modal kerja dan tenaga kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Noor Yuli Astuti tahun 2007 yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pengusaha meubel di Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara. Variabel dependen yang digunakan adalah pendapatan pengusaha meubel, sedangkan variabel independennya adalah modal kerja, tenaga kerja dan produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan faktor modal kerja, tenaga kerja dan produk signifikan mempengaruhi pendapatan, sedangkan secara parsial menunjukkan bahwa faktor modal kerja, tenaga kerja, dan produk berpengaruh terhadap pendapatan dengan kontribusi masing-masing variabel adalah 13,9%; 25,9%; 15,3% untuk modal kerja, tenaga kerja, dan produk.14 Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Noor Yuli Astuti tahun 2007 dengan penelitian yang saya lakukan adalah sama-sama meneliti tentang tingkat pendapatan pengusaha dan sama-sama menggunakan alat analisis regresi berganda. Sedangkan perbedaanya terletak pada variabel bebas yang digunakan, untuk penelitian Noor Yuli Astuti menggunakan 14
Noor Yuli Astuti, ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Meubel di Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara”, Skripsi Sarjana Ekonomi, (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2007), hlm. vi.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
12
variabel bebas modal kerja, tenaga kerja dan produk, untuk variabel bebas dari penelitian saya adalah modal kerja dan tenaga kerja, di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan tahun 2009-2010. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu Ratna Wulandari tahun 2008 tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pengusaha Brem di Kabupaten Madiun. Variabel dependen dari penelitian ini adalah pendapatan pengusaha Brem, sedangkan variabel independennya adalah modal, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, pengalaman usaha dan waktu operasi per hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, pengalaman usaha dan waktu operasi per hari berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pengusaha Brem. Faktor yang paling dominan pengaruhnya adalah tenaga kerja.15 Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Ayu Ratna Wulandari dengan penelitian yang saya lakukan adalah sama-sama meneliti tentang tingkat pendapatan pengusaha. Sedangkan perbedaanya terletak pada variabel bebas yang digunakan, untuk penelitian Ayu Ratna Wulandari menggunakan varibel bebas yaitu modal, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, pengalaman usaha dan waktu operasi per hari, sedangkan untuk variabel bebas dari penelitian saya adalah modal kerja dan jumlah tenaga kerja pada pengusaha batik Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan tahun 2009-2010. Penelitian yang dilakukan oleh Muchamad Arifin tahun 2009 tentang pengaruh penggunaan modal kerja dan biaya overhead pabrik terhadap 15
Ayu Ratna Wulandari, “Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Brem di Kabupaten Madiun”, Skripsi Sarjana Ekonomi, (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2008), hlm. vi.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
13
pendapatan industri Tahu pada anggota KOPTI Semarang Timur di Desa Tandang Kota Semarang. Variabel dependen dari penelitian ini adalah pendapatan industri tahu, sedangkan variabel independennya adalah modal kerja dan biaya overhead pabrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal kerja berpengaruh secara positif terhadap pendapatan, artinya setiap bertambahnya modal kerja akan terjadi kenaikan pendapatan, akan tetapi sebaliknya,
biaya
overhead
pabrik
berpengaruh
negatif
terhadap
pendapatan, yang artinya setiap kenaikan BOP menyebabkan penurunan pendapatan.16 Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Muchamad Arifin tahun 2009 dengan penelitian yang saya lakukan adalah sama-sama meneliti tentang tingkat pendapatan dan sama-sama menggunakan alat analisis regresi berganda. Sedangkan perbedaanya terletak pada variabel bebas yang digunakan, untuk penelitian Muchamad Arifin menggunakan varibel bebas modal kerja dan biaya overhead pabrik, sedangkan untuk variabel bebas dari penelitian saya adalah modal kerja dan jumlah tenaga kerja pada pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan tahun 20092010.
16
Muhammad Arifin, “Pengaruh Penggunaan Modal Kerja dan Biaya Overhead Pabrik terhadap Pendapatan Industri Tahu pada Anggota KOPTI Semarang”, Skripsi Sarjana Ekonomi, (Semarang: Universitas Negeri Semarang. 2009) , hlm. 6.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
14
2. Kerangka Berpikir Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan secara sederhana melalui bagan sebagai berikut:
Kas yang dimiliki Modal Kerja Tingkat Pendapatan Pengusaha Batik Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalonagan 20092010
Nilai bahan baku yang dimiliki Jumlah tenaga kerja yang digunakan
Tenaga Kerja
Gambar 1.1 Kerangka berpikir
3. Hipotesis Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai suatu hal yang dibuat untuk
menjelaskan
hal
yang
sering
dituntut
untuk
melakukan
pengecekannya. 17 Dari kerangka berpikir di atas, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: Ha: Terdapat pengaruh antara modal kerja dan tenaga kerja terhadap tingkat pendapatan Pengusaha Batik Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan tahun 2009-2010.
17
Sudjana, Metode Penelitian, Cet. I, (Bandung: Tarsito, 2005), hlm. 219.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
15
Ho: Tidak terdapat pengaruh antara modal kerja dan tenaga kerja terhadap tingkat pendapatan Pengusaha Batik Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan tahun 2009-2010.
F. Metode Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 18 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan yang berjumlah 75 unit dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 928 pekerja. Data ini diketahui dari Disperindagkop dan UMKM Kota Pekalongan tentang data industri tahun 2010. 2. Sampel Penelitian Menurut Gay dan Diehl (1996) dalam Kuncoro (2003) secara umum jumlah sampel minimal yang dapat diterima untuk suatu studi tergantung dari jenis studi yang dilakukan. Untuk studi deskriptif, sampel 10% dari populasi dianggap merupakan jumlah amat minimal. Untuk populasi yang lebih kecil, setidaknya 20% mungkin diperlukan. 19
18
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm. 13. Lubis, Populasi dan Sampel Penelitian, http://lubisgrafura.wordpress.com/2009/01/20/populasi-dan-sampel-penelitian/. Diakses, Rabu, 3 Agustus 2011. 19
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
16
Dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan mengenai pendapatan pengusaha batik, maka jumlah sampel minimal yang diperlukan adalah sebesar 10%. Sampel yang akan diteliti merupakan pengusaha batik yang yang berada di kelurahan Kauman dan Kradenan periode 2009-2010. Jumlah pengusaha batik yang terdaftar pada periode 2009-2010 adalah sebesar 75 pengusaha, maka jumlah sampel yang diteliti minimal berjumlah 7 sampai 8 pengusaha. Teknik pengambilan sampel ini dilakukan secara random sampling. Pengambilan sampel secara random ini karena semua subjek-subjek di dalam populasi dianggap sama seperti sama-sama home industri, samasama produknya batik. Dengan demikian, maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel. 20 Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan istilah lain, sampel harus representatif. Maka dalam penelitian ini peneliti memutuskan untuk mengambil jumlah sampel di atas jumlah sampel minimal, yaitu sebanyak 30 pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan tahun 2009-2010 agar lebih representatif.
20
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Suatu Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hlm. 134.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
17
3. Variabel Penelitian Variabel penelitian yaitu obyek penelitian yang bervariasi. 21 Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel independen atau bebas (X) dan variabel dependen atau terikat (Y). Tabel 1.2 Deskripsi Variabel Penelitian Variabel
Deskripsi
kerja merupakan Variabel (X) Modal Modal kerja kekayaan atau aktiva yang (X1) diperlukan oleh perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar dalam periode tertentu. Tenaga kerja Tenaga kerja adalah individu (X2) yang menawarkan keterampilan dan kemampuan untuk memproduksi barang atau jasa agar perusahaan dapat meraih keuntungan dan untuk itu individu tersebut akan memperoleh upah atau gaji sesuai keterampilan yang dimilikinya. Variabel (Y) Pendapatan adalah hasil uang Tingkat yang diterima oleh suatu pendapatan perusahaan dari penjualan pengusaha barang atau pemberian jasa batik kepada pelanggan.
Indikator 1. Kas
2. Nilai baku
Jenis Data Data primer
bahan Data primer
Jumlah tenaga Data kerja yang ada di primer dalam perusahaan
Pendapatan bersih Data yang merupakan primer hasil yang diterima dari jumlah seluruh penerimaan setelah dikurangi pengeluaran biaya operasi
4. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam skala numerik (angka). Penelitian ini menggunakan data primer,
21
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Suatu Praktek, hlm. 181.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
18
yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner, dokumentasi, dan wawancara langsung dengan responden. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah para pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan tahun 2009-2010. 5. Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan beberapa metode: a. Metode Kuesioner atau angket Metode Angket adalah cara pengumpulan data dengan daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden dengan maksud agar responden bersedia memeberikan jawaban yang sesuai. 22 Metode ini digunakan untuk memperoleh beberapa data modal kerja dan tenaga kerja yang memepengaruhi tingkat pendapatan pengusaha batik Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan tahun 2009-2010. b. Metode Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barangbarang tertulis. Di dalam melaksanakan dokumentasi penulis meneliti benda-benda tertulis berupa buku-buku, majalah, dokumen, peraturanperaturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. 23 Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data dari Dinas
22
Suaharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), hlm.
23
Suaharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, hlm. 231.
136.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
19
Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM (Disperindagkop dan UMKM) Kota Pekalongan. c. Metode Wawancara Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang lain. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang diwawancarai, tetapi dapat juga secara tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan lain. 24 Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang laporan keadaan modal dan tenaga kerja perusahaan batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan, serta informasi lain yang diperlukan tentang industri batik secara keseluruhan. 6. Metode Analisis Data Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Adapun metode analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Uji Asumsi Klasik Untuk mengetahui apakah model regresi benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representative maka model tersebut harus memenuhi asumsi klasik. Ada empat pengujian dalam uji asumsi klasik, yaitu:
24
Umar Husein, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Ed. II, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 31.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
20
1) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. 25 Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik. Dasar pengambilan keputusan dari menggunakan analisis grafik adalah dengan melihat pola sebaran dari sekitar garis diagonal. Apabila data tersebut menyebar di sekitar garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Sedangkan dasar pengambilan keputusan dari menggunakan analisis statistik (dalam penelitian ini menggunakan uji Komogrof-Smirnov) adalah dengan membandingkan nilai tingkat kepercayaan (α= 0,05). Apabila nilai sig> nilai α, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memiliki data berdistribusi normal. 2) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Cara yang digunakan untuk mendiagnosa autokorelasi adalah uji Durbin Waston (DW test). 25
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS Edisi 3, (Semarang: UNDIP, 2007), hlm. 110.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
21
Dasar pengambilan keputusan dengan menggunakan uji Durbin Watson adalah:26 d< du
: Terjadi masalah autokolerasi yang positif yang perlu perbaikan.
du< d< du
: Ada masalah autokolerasi positif tetapi lemah, dimana dengan perbaikan akan lebih baik.
du< d< 4- du
: Tidak ada masalah autokolerasi.
4du
: Masalah autokolerasi lemah, dimana dengan perbaikan akan lebih baik.
4- du< d
: Masalah autokolerasi serius.
3) Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas pada uji asumsi klasik digunakan, bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas atau independen lainnya. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terdapat gejala multikolinieritas. Gejala multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat dari nilai variance inflation fatoe (VIF) dan nilai tolerance. Dasar pengambilan keputusannya adalah nilai VIF> 10, maka model regresi memiliki gejala multikolinieritas. Apabila nila tolerance< 0,01, maka model regresi memiliki gejala multikolinieritas.
26
Purbayu Budi Santoso dan Ashari, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, (Jogjakarta: Andi, 2005), hlm. 241.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
22
4) Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain tetap,
maka
disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Analisis
deteksi
adanya
masalah
heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah menggunakan grafik scatterplot. Dasar pengambilan keputusan dengan menggunakan grafik scatterplot adalah dengan pola yang dibentuk oleh titik-titik dalam grafik. Apabila titik- titik teresbut membentuk pola-pola tertentu, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat gejala heteroskedastisitas. Sedangkan dasar pengambilan keputusan dengan uji glejser adalah dengan membandingkan nilai sig variabel independen dengan nilai α 0,5. Apabila nilai sig> α, maka dapat disimpulkan, bahwa model regresi tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. b. Analisis Regresi Berganda Dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel bebas. Oleh karena itu, dalam penelitian ini menggunakan model regresi berganda dengan spesifikasi model sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + e Keterangan:
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
23
Y
= Variabel pendapatan.
a
= Bilangan konstanta.
b1,b2,
= Koefisien persamaan regresi prediktor X1,X2. = Modal kerja. = Tenaga kerja.
e
= Variabel Pengganggu.
c. Uji t (parsial) Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Seperti halnya dengan uji F (simultan), pengambilan keputusan uji t (parsial) juga didasarkan pada nilai probabilitas yang didapatkan dari hasil pengolahan data melalui program (SPSS 16.00 for Windows).27 Apabila dari perhitungan menggunakan SPSS diperoleh nilai P Value< 0,05, maka variabel bebas dapat menerangkan variabel terikat yang ada dalam model. Sebaliknya apabila P value> 0,05, maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas tidak dapat menjelaskan variabel terikatnya atau dengan kata lain tidak ada pengaruh antara dua variabel yang diuji. Pada uji t, tingkat signifikansi dapat dilihat pada hasil pengolahan dari program SPSS pada tabel ANOVA kolom sig atau significance.
27
Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametik, (Jakarta: PT. Elek Media Komputindo, 2004), hlm. 168.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
24
d. Uji Koefisien determinasi Dalam uji regresi linier berganda ini dianalisis pula besarnya determinasi (
) keseluruhan
digunakan untuk mengukur ketepatan
yang paling baik dari analisis linier berganda. Jika
yang diperoleh
mendekati 1 (satu) maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut menerangkan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika mendekati 0 (nol), maka semakin lemah variabel-variabel bebas menerangkan variabel terikat. Selain melakukan pembuktian dengan uji F dan uji t, perlu juga dicari besarnya koefisien determinasi ( variabel bebas. Menghitung
) parsial untuk masing-masing
digunakan untuk mengetahui sejauh mana
sumbangan dari masing-masing variabel bebas, jika variabel lainnya konstan terhadap variabel terikat. Semakin besar nilai
, maka semakin
besar variasi sumbangannya terhadap variabel terikat.
G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penjelasan, penelaahan, dan pemahaman, maka dalam penulisan ini penulisannya dibagi menjadi lima bab yang setiap babnya terdiri dari sub-sub bab. Tiap bab ataupun sub bab yang satu dengan yang lainnya merupakan rangkaian yang sangat terkait. Bab I
Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, hipotesis, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
25
Bab II
Gambaran Umum lokasi penelitian, yang menerangkan keadaan wilayah penelitian yang berkaitan dengan perkembangan usaha batik.
Bab III Landasan Teori dan Hipotesis, yang memaparkan kajian teoritis yang terkait dengan permasalahan yang merupakan landasan teoritis serta acuan dalam perumusan hipotesis bagi penelitian. Bab IV
Hasil
Penelitian
dan
Pembahasan,
berisi
tentang
pendahuluan, analisis uji hipotesis, dan analisis lanjutan. Bab V
Penutup, yang terdiri dari simpulan dan saran.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
analisis