BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota
suatu masyarakat untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 2008:24). Wijana (2011:1-2) memberikan definisi bahwa bahasa adalah alat komunikasi verbal manusia yang berwujud ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia atau tulisan sebagai representasi dari ujaran itu. Dengan penjelasan tersebut maka jelaslah bahwa bahasa yang menjadi objek kajian linguistik mempunyai dua wujud, yaitu bahasa yang ditransmisikan secara lisan dan bahasa yang ditransmisikan secara tulisan, yakni dengan huruf atau lambang bunyi. Ada dua macam komunikasi bahasa, yaitu komunikasi searah dan komunikasi dua arah (Chaer dan Agustina, 2004:21). Dalam komunikasi searah, si pengirim tetap sebagai pengirim, dan si penerima tetap sebagai penerima, misalnya komunikasi yang terjadi saat khutbah di masjid atau ceramah di gereja, sedangkan komunikasi dua arah secara berganti-ganti si pengirim mungkin menjadi penerima, dan penerima mungkin menjadi pengirim, misalnya komunikasi yang terjadi dalam diskusi, rapat, perundingan, surat-menyurat, dan sebagainya. Salah satu wujud kongkret dari adanya komunikasi adalah pemberitaan di media massa. Media massa dapat diartikan sebagai segala bentuk media atau sarana komunikasi untuk menyalurkan dan mempublikasikan berita kepada publik atau
1
2
masyarakat (Yunus, 2010:27), sehingga, melalui media massa itulah publik atau masyarakat dapat memperoleh informasi. Berita merupakan bentuk laporan tentang suatu kejadian yang sedang terjadi baru-baru ini atau keterangan terbaru dari suatu peristiwa. Dengan kata lain, berita adalah fakta menarik atau sesuatu hal yang penting yang disampaikan pada masyarakat orang banyak melalui media. Akan tetapi, tidak semua fakta bisa diangkat menjadi suatu berita oleh media karena setiap fakta akan dipilih mana yang pantas untuk disampaikan pada masyarakat (Pratama, 2012). Syarat agar berita diminati adalah harus menarik perhatian para ‘konsumen’ atau yang jauh lebih luas, yaitu perhatian masyarakat (Mondry, 2008:134). Adapun beberapa kriteria umum nilai berita yang perlu diperhatikan agar menarik perhatian diantaranya adalah informatif (informative), aktual (timeliness), keluarbiasaan (unusualness), ketertarikan manusia (human interest), konflik (conflict), kejutan (surprising), akibat (impact), orang penting (public figure), dan lain sebagainya (Yunus, 2010:51-52). Dalam dunia jurnalistik, berita tidaklah hadir dengan sendirinya. Berbagai berita yang setiap hari kita baca dan menghiasi halaman media cetak merupakan hasil karya wartawan yang ditulis setelah melakukan liputan atau wawancara (Yunus, 2010:65) sehingga dapat disimpulkan bahwa fungsi utama berita adalah menyampaikan informasi serta fakta-fakta kepada masyarakat yang bersumber dari sebuah peristiwa. Menurut Yunus (2010:75), tidak ada berita yang menarik tanpa judul berita dan juga tidak ada berita yang menjadi public issue tanpa judul berita. Judul
3
merupakan pembuka berita sekaligus pengundang daya tarik pembaca. Perlu dibaca atau tidak suatu berita sangat bergantung pada judul berita yang dipakai. Berita tanpa judul menjadi sia-sia karena tidak ada pesan yang disampaikan. Judul berita memang terkesan sepele. Meskipun begitu, judul berita menjadi bagian yang penting dalam suatu berita. Tidak sedikit surat kabar atau majalah yang laris dibeli dan dibaca banyak orang karena dipicu oleh tampilan judul berita yang fenomenal. Sebaliknya, tidak sedikit pula berita yang sebenarnya bagus dan menarik, tetapi karena ketidaktepatan dalam pembuatan judul berita, menyebabkan berita tersebut tidak banyak dibaca orang (Yunus, 2010:75). Bahasa yang digunakan dalam suatu berita surat kabar termasuk dalam kategori bahasa transaksional, yaitu bahasa yang memiliki karakteristik dan lebih berorientasi pada penyampaian pesan secara efektif (Badara, 2013:24). Khusus penggunaan bahasa pada judul berita, umumnya mengabaikan kaidah bahasa (ekonomisasi bahasa), tetapi mengandung pemadatan isi berita dan tetap mencerminkan isi berita (Badara, 2013:24). Selain sebagai intisari dari sebuah berita dan digunakan untuk membuka sebuah teks berita, judul berita juga merupakan sebuah kalimat yang bermakna lebih dari sekedar penyampaian informasi, di antaranya adalah untuk menyampaikan saran, anjuran, nasihat, sindiran, larangan, dan lain sebagainya. Adapun contoh dari pernyataan tersebut adalah sebagai berikut. NIKOTIN ROKOK MEMICU GANGGUAN JIWA (KOMPAS, 16/Des/13)
4
Judul berita tersebut mengandung informasi bahwa nikotin yang terkandung dalam rokok dapat memicu gangguan jiwa. Akan tetapi, apabila judul berita tersebut dibaca oleh para perokok, maka fungsi judul berita tersebut tidak hanya berfungsi untuk menginformasikan sesuatu, melainkan juga untuk memberi nasihat kepada para perokok tersebut untuk berhenti merokok supaya tidak mengalami gangguan jiwa. Dengan demikian, judul berita dapat dikategorikan sebagai wacana karena mengandung unsur tataran kebahasaan yang berada di bawahnya seperti kalimat, klausa, frasa, dan kata, sehingga memungkinkan untuk dianalisis dengan kajian tindak tutur serta implikatur. Adapun wacana adalah satuan bahasa terlengkap, sehingga dalam hirearki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar (Kridalaksana, 2008:259). Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, majalah, dan lain sebagainya), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap. Tindak tutur dan implikatur dikaji dalam studi pragmatik. Adapun pragmatik merupakan cabang linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu (Nadar 2009:2). Sebagai salah satu disiplin ilmu bahasa, pragmatik memiliki peranan cukup penting karena tidak hanya memahami struktur formal bahasa, tetapi juga struktur fungsional yang menyangkut bagaimana struktur-struktur formal itu berfungsi di dalam tindak komunikasi (Wijana, 1996:67). Dewasa ini, perkembangan teknologi informasi semakin pesat, begitu juga dengan perkembangan media massa. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya penggunaan media massa berbasis tekologi informasi atau media online. Media online merupakan salah satu jenis media massa yang populer dan mempunyai ciri
5
khas. Kekhasan media online terletak pada keharusan memiliki jaringan teknologi informasi (internet) dengan menggunakan perangkat komputer, di samping pengetahuan tentang program komputer untuk mengakses informasi atau berita (Yunus, 2010:32). Di samping itu, jaringan teknologi informasi (internet) kini dapat dengan mudah diakses melalui gadget lainnya, seperti handphone, i-phone, tablet PC (i-pad), dan lain sebagainya. Perkembangan teknologi yang pesat ini dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat di berbagai belahan dunia, termasuk beberapa di antaranya adalah negaranegara Arab. Salah satu negara Arab yang memanfaatkannya adalah Arab Saudi. Di negara
ini
terdapat
website
bernama
SEHAONLINE
yang
beralamat
di
www.sehaonline.com. Situs tersebut telah mendapat lisensi dari Kementerian Kebudayaan dan Penerangan Arab Saudi. Informasi-informasi yang terdapat dalam situs tersebut disajikan dalam bentuk website dengan harapan dapat dibaca dan dinikmati oleh masyarakat di seluruh penjuru dunia secara online. Situs yang berpusat di kota Riyadh tersebut adalah sebuah situs yang memuat informasi-informasi seputar dunia kedokteran dan kesehatan. Situs tersebut mempunyai misi menyajikan pelayanan yang bersifat edukatif dan konsultatif seputar masalah-masalah yang berkaitan dengan kedokteran dan kesehatan. Dalam situs tersebut terdapat berita-berita, artikel-artikel, petunjuk-petunjuk dan eksperimeneksperimen dalam bidang kedokteran, penelitian-penelitian dalam bidang kesehatan, rubrik konsultasi, jadwal diet, alat pendeteksi BMI (Body Mass Index) dan lain sebagainya.
6
Alasan peneliti memilih situs tersebut karena bertemakan seputar ilmu kedokteran dan kesehatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kedokteran diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan dokter atau pengobatan penyakit (Tim Penyusun, 2008:361), sedangkan kesehatan diartikan sebagai keadaan sehat (bebas dari sakit) (Tim Penyusun, 2008:1284). Dalam Undang Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan disebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Adapun World Health Organization (WHO) pada tahun 1948 mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan lengkap fisik, mental, dan kesejahteraan sosial dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan (Anonim, 2010). Dari segi metode, kedokteran menggunakan pendekatan kuratif dan rehabilitatif. Kuratif adalah kegiatan pengobatan atau penyembuhan seseorang dari keadaan sakit secara fisik dan psikis, sedangkan rehabilitatif (pemulihan) adalah proses pemulihan agar seseorang yang sudah sembuh (belum 100% sembuh) dapat kembali bugar seperti semula. Adapun kesehatan menggunakan pendekatan preventif dan promotif. Preventif (pencegahan) adalah tindakan pencegahan supaya tidak sampai terkena penyakit atau menjaga kondisi badan dan jiwa tetap sehat, sedangkan promotif (peningkatan) adalah tindakan peningkatan status kesehatan agar semakin meningkat (Edris, 2009). Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan tentang ilmu kedokteran dan kesehatan merupakan hal yang penting dan berharga dalam hidup manusia. Informasi-informasi seputar kedokteran dan kesehatan memiliki nilai
7
dan pandangan tersendiri di mata masyarakat. Setiap orang yang ingin selalu hidup sehat akan menyempatkan diri untuk mencari informasi yang berkaitan dengan kedua hal tersebut supaya mengetahui dengan jelas tentang apa pun yang hendak ia lakukan berguna bagi kesehatan atau dapat membahayakan kesehatannya, bahkan apabila diperlukan dapat melakukan pengobatan ketika sedang sakit, meskipun dengan metode yang relatif sederhana. Lebih lanjut, situs SEHAONLINE menggunakan bahasa Arab dan berita-berita yang dimuat ditampilkan dalam bentuk website sehingga dapat diakses secara online kapan pun dan di mana pun. Situs tersebut juga dilengkapi link pencari berita sehingga memudahkan peneliti untuk menemukan data yang diharapkan. Selain itu, pada bagian kalimat judul berita disertakan pula sebuah ilustrasi sederhana berupa gambar (foto) untuk merepresentasikan isi berita tersebut sehingga lebih menarik perhatian para pembaca. Kalimat yang digunakan sebagai judul berita pada umumnya berupa kalimat deklaratif, yaitu kalimat yang digunakan untuk memberitakan (menginformasikan) sesuatu. Akan tetapi, kalimat-kalimat judul berita berkategori kedokteran dan kesehatan dalam situs SEHAONLINE edisi Juni-September 2013 tidak hanya bermodus kalimat deklaratif, melainkan juga bermodus kalimat imperatif (perintah) yang lazim digunakan untuk memerintah, memohon, melarang, dan lain sebagainya, serta kalimat interogatif (pertanyaan) yang digunakan untuk menanyakan sesuatu (Wijana, 1996:30). Di sisi lain, ada beberapa kalimat deklaratif pada judul-judul berita dalam situs SEHAONLINE Juni-September 2013 yang tidak hanya berfungsi untuk
8
menginformasikan
sesuatu,
melainkan
juga
untuk
menyampaikan
nasihat,
permohonan, maupun peringatan, sehingga terjadi ketidaklangsungan penggunaan modus kalimat dalam kalimat tersebut. Kalimat-kalimat tersebutlah yang berpotensi memunculkan tindak perlokusi, yaitu tindak tutur untuk mempengaruhi mitra tuturnya (pembaca) untuk melakukan sesuatu (Wijana, 1996:20). Penelitian ini membahas tentang tindak tutur dan implikatur yang terdapat pada judul-judul berita berkategori kedokteran dan kesehatan dalam situs SEHAONLINE edisi Juni-September 2013. Adapun hasil yang diharapkan adalah mengetahui jenis tindak tutur yang digunakan pada kalimat-kalimat judul berita tersebut, serta mengungkap implikatur-implikatur yang terkandung dalam kalimatkalimat judul berita tersebut yang tidak disampaikan secara eksplisit. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dianalisis
dalam penelitian ini adalah : 1. apa saja jenis-jenis tindak tutur yang terdapat pada judul-judul berita berkategori kedokteran dan kesehatan dalam situs SEHAONLINE edisi JuniSeptember 2013, 2. apa saja implikatur yang terkandung pada judul-judul berita berkategori kedokteran dan kesehatan dalam situs SEHAONLINE edisi Juni-September 2013. 1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
9
1. mengetahui dan mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur yang terdapat pada judul berita berkategori kedokteran dan kesehatan dalam situs SEHAONLINE edisi Juni-September 2013, 2. mengetahui dan menjelaskan implikatur apa saja yang terkandung dalam judul berita berkategori kedokteran dan kesehatan dalam situs SEHAONLINE edisi Juni-September 2013. 1.4
Tinjauan Pustaka Penelitian yang berkaitan dengan judul berita dan analisis pragmatik sudah
pernah dilakukan sebelumnya. Berikut ini adalah penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian tentang judul berita pernah dilakukan oleh Sumarno (2005) dari Prodi Linguistik, Program Pascasarjana UGM dalam tesisnya yang berjudul “Judul Berita Surat Kabar: Sebuah Kajian Sintaksis”. Tesis tersebut membahas tentang pola unsur fungsional judul berita, maksud penggunaan instrumen-instrumen sintaksis dalam judul berita, pemadatan struktur sintaksis judul berita, serta preferensi penulisan judul berita, antara bentuk kalimat dan bentuk frase. Hasil penelitian Sumarno menyimpulkan bahwa pada hakikatnya, instrumen-instrumen struktur sintaksis itu sendiri hanyalah alat untuk menunjukkan penonjolan (emphasis), untuk membuat judul berita terasa forceful, menyentak dan tegas, untuk membuat judul berita menarik, merangsang, atau membangkitkan kuriositas pembaca. Selain itu disimpulkan pula bahwa pemadatan struktur sintaksis kalimat judul berita pada dasarnya adalah usaha untuk membuat judul berita menjadi ringkas dan hemat kolom, dengan menggunakan pelesapan-pelesapan unsur-unsur sintaksisnya. Oleh karena
10
itulah, judul berita yang ringkas lebih efektif dalam menekankan atau menyampaikan pesan atau visi-misi media cetaknya. Selain itu, penelitian tentang judul berita juga pernah dilakukan oleh Muttaqin (2006) dari Jurusan Sastra Asia Barat, Fakultas Ilmu Budaya UGM dalam skripsi S1nya yang berjudul “Judul Berita pada Situs www.asharqalawsat.com Edisi 1-31 Januari 2006: Analisis Sintaksis.” Dalam skripsi tersebut, Muttaqin membahas tentang analisis pada teknik yang ditempuh dalam proses pembuatan judul berita dan menganalisis pola-pola bahasa Arab yang terdapat pada judul berita tersebut. Hasil analisis Muttaqin menyimpulkan bahwa terdapat enam pola judul berita yang ditemukan dalam situs www.asharqalawsat.com. Pola tersebut adalah pola judul berita berdasarkan jumlah klausa, berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, berdasarkan langsung tidaknya penuturan dari sumber berita, berdasarkan struktur intern klausa, berdasarkan kategori kata atau frase yang mengisi fungsi P, dan judul yang berupa frasa. Selain itu, penulis judul berita pada situs tersebut lebih banyak menggunakan pola kalimat nominal (jumlah ismiyyah) dari pada kalimat verbal (jumlah fi’liyyah). Mayoritas judul-judul dalam situs ini berbentuk kalimat aktif (predikat berupa fi’l mabni ma’lum), sedangkan kalimat pasif (predikat berpola fi’l mabni majhul) jarang digunakan. Penelitian dengan menggunakan analisis pragmatik pernah dilakukan oleh Aminah (2006) yang dimuat dalam jurnal “Al-Adab: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Arab” berjudul Jenis Tindak Tutur dan Maksud Iklan dalam Surat Kabar AlIttihād: Kajian Pragmatik. Penelitian tersebut membahas tentang jenis-jenis tindak tutur dan maksud yang terkandung pada iklan dalam surat kabar Al-Ittihād. Hasil
11
analisis Aminah menyimpulkan bahwa penutur iklan dalam menyampaikan maksudnya tidak hanya menggunakan satu macam tindak tutur, tetapi beberapa macam tindak tutur, yaitu tindak tutur langsung literal, langsung tidak literal, tidak langsung literal, dan tidak langsung tidak literal. Adapun tindak tutur yang paling banyak digunakan adalah tindak tutur tidak langsung baik literal maupun non literal. Hal ini bertujuan agar pembaca menjadi tertarik untuk membaca bagian iklan yang lain, serta bertujuan untuk memperhalus perintah kepada mitra tutur. Adapun penelitian tentang judul berita dengan menggunakan analisis pragmatik pernah dilakukan oleh Nurhidayati (2009) dari Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra, Universitas Pendidikan Indonesia dalam skripsinya yang berjudul “Implikatur pada Judul Berita Harian Umum Rakyat Merdeka: Sebuah Kajian Tindak Tutur”. Penelitian tersebut membahas implikatur tuturan pada koran harian umum Rakyat Merdeka melalui tindak tutur yang digunakan untuk menyampaikannya. Penelitian tersebut dilatarbelakangi oleh munculnya judul berita pada harian umum Rakyat Merdeka yang bukan hanya berfungsi sebagai pemadatan atau inti dari teks berita, namun juga digunakan sebagai penyampaian pesan atau makna lain yang tersirat. Hasil penelitian Nurhidayati menyimpulkan bahwa dalam menyampaikan judul berita, Rakyat Merdeka menggunakan tiga jenis tindak tutur, yaitu asertif, direktif, dan ekspresif. Tindak tutur yang dominan adalah tindak tutur ekspresif yang digunakan sebagai bentuk penilaian terhadap isi berita. Adapun makna implikatur yang dominan adalah sindiran terhadap isi berita yang menandakan Rakyat Merdeka masih kritis sebagai salah satu media massa yang berkembang saat reformasi.
12
Dalam penelitian ini dibahas mengenai jenis-jenis tindak tutur dan implikatur yang terdapat pada judul-judul berita berkategori kedokteran dan kesehatan dalam situs SEHAONLINE edisi Juni-September 2013. Adapun hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah mengetahui dan menjelaskan jenis-jenis tindak tutur dan implikatur yang terdapat dan terkandung dalam judul-judul berita berkategori ilmu kedokteran dan kesehatan dalam situs SEHAONLINE edisi Juni-September 2013. 1.5
Landasan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pragmatik. Adapun
pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antarpenutur dan lawan tutur (Verhaar, 2001:14). Wijana (1996:1) mendefinisikan pragmatik sebagai cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi. Makna dalam pragmatik bersangkutan dengan penutur dan mitra tutur yang terikat pada suatu konteks tertentu. Konsep penutur dan mitra tutur ini juga mencakup penulis dan pembaca bila tuturan bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulisan. Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan mitra tutur ini adalah usia, latar belakang (status sosial dan ekonomi), jenis kelamin, tingkat keakraban, dan lain sebagainya. Adapun konteks tuturan dalam pragmatik pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan (back ground knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur seperti tempat, waktu, dan suasana saat terjadinya tuturan (Wijana, 1996:10-11). Abdurrahman (2006:11) mengemukakan bahwa terdapat 4 (empat) objek kajian pragmatik, yaitu deiksis (deixis), praanggapan (presupposition), tindak tutur
13
(speech act), dan implikatur (implicature). Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut. 1)
Deiksis (Deixis) Deiksis adalah hubungan antara kata yang digunakan di dalam tindak
tutur dengan referen kata itu yang tidak tetap atau dapat berubah dan berpindah (Chaer dan Agustina, 2004:57). Kata-kata yang referennya bisa menjadi tidak tetap ini disebut kata-kata deiktis. Dengan demikian, deiksis adalah suatu kata yang memiliki referen yang tidak pasti seperti kata ‘aku’, ‘kamu’, ‘dia’, ‘mereka’, ‘di sini’, ‘nanti’, dan sebagainya. Fenomena deiksis merupakan cara yang paling jelas untuk menggambarkan hubungan antara bahasa dan konteks di dalam struktur bahasa itu sendiri (Djajasudarma, 2012:50-51). Deiksis dapat berupa lokasi, identifikasi orang, objek, peristiwa, proses, atau kegiatan yang sedang dibicarakan atau yang diacu dalam hubungan dimensi ruang dan waktu pada saat dituturkan oleh pembicara atau kawan bicara. 2)
Praanggapan (Presuppotition) Praanggapan adalah syarat yang diperlukan bagi benar-tidaknya suatu
kalimat (Kridalaksana, 2008:198). Praanggapan merupakan anggapan dasar atau penyimpulan dasar mengenai konteks dan situasi berbahasa yang membuat bentuk bahasa menjadi bermakna bagi pendengar atau pembaca (Mulyana, 2005:14). Praanggapan membantu pembicara menentukan bentuk-bentuk bahasa (kalimat) untuk mengungkapkan makna atau pesan yang ingin dimaksudkan.
14
Jadi, semua pernyataan atau ungkapan kalimat, baik yang bersifat positif maupun negatif, tetap mengandung anggapan dasar sebagai isi dan substansi dari kalimat tersebut. 3)
Tindak Tutur/ Tindak Ujar (Speech Act) Tindak tutur adalah fungsi bahasa sebagai sarana penindak (Mulyana,
2005:80). Semua kalimat atau ujaran yang diucapkan oleh penutur sebenarnya mengandung fungsi komunikasi tertentu. Fungsi inilah yang menjadi semangat para penutur untuk ‘menindakkan’ sesuatu. Searle (1969:22-25) di dalam bukunya Speech Acts: An Essay in The Philosophy of Language mengemukakan bahwa setidak-tidaknya terdapat tiga macam tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (ilocutionary act), dan perlokusi (perlocutionary act). Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu (the act of sayying something), tindak ilokusi adalah tindak tutur menyatakan untuk melakukan sesuatu (the act of doing something), sedangkan tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan sesuatu (the act of affecting something) (Wijana, 1996:17-20). Ditinjau dari segi modus kalimatnya, Wijana (1996:30) membagi tindak tutur menjadi tindak tutur langsung (direct speech act) dan tindak tutur tidak langsung (indirect speech act). Tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang diutarakan sesuai dengan modusnya, yaitu kalimat berita (deklaratif) untuk memberitakan sesuatu, kalimat tanya (interogatif) untuk menanyakan
15
sesuatu, dan kalimat perintah (imperatif) untuk menyuruh, mengajak, memohon, dan lain sebagainya, sedangkan tindak tutur tidak langsung adalah tindak tutur yang diutarakan tidak sesuai dengan modus kalimatnya. Ditinjau dari segi keliteralan kata-kata penyusun kalimatnya, Wijana (1996:32) membagi tindak tutur menjadi tindak tutur literal (literal speech act) dan tindak tutur tidak literal (non-literal speech act). Tindak tutur literal adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusun kalimatnya (tuturan), sedangkan tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Dari
kedua
pembagian
jenis
tindak
tutur
tersebut
apabila
disinggungkan maka akan didapatkan tindak tutur langsung literal (direct literal speech act), tindak tutur langsung tidak literal (direct non-literal speech act), tindak tutur tidak langsung literal (indirect literal speech act), dan tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect non-literal speech act). Tindak tutur langsung literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya, tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa yang dimaksudkan penutur, tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud
16
penuturnya, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan (Wijana, 1996:33-36). 4)
Implikatur (Implicature) Implikatur (implicature) adalah komponen (unsur atau bagian) maksud
penutur yang merupakan aspek dari apa yang dimaksud dalam tuturan penutur tersebut tanpa menjadi bagian dari apa yang dikatakannya (Horn, 2006:3). Dalam suatu tindak komunikasi, setiap bentuk tututan (utterance) pada dasarnya mengimplikasikan sesuatu (Mulyana, 2001:53). Sesuatu yang berbeda tersebut dapat berupa maksud maupun fungsi kalimat (tindakan) yang tidak terungkap secara eksplisit dalam sebuah kalimat. Oleh karena tidak ada keterkaitan semantis yang mutlak antara suatu tuturan dengan yang diimplikasikannya,
maka dapat
diperkirakan bahwa
sebuah
kalimat
memungkinkan menimbulkan implikatur yang tak terbatas jumlahnya (Wijana, 1996:38-39). Implikatur terdiri dari dua jenis, yaitu implikatur konvensional (conventional implicature) dan implikatur percakapan (conversational implicature) (Grice:1975:44). Implikatur konvensional dikaitkan dengan pemakaian dan pemaknaan umum, sedangkan implikatur percakapan merujuk pada prinsip-prinsip pertuturan secara tepat. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.
17
a) Implikatur Konvensional Implikatur konvensional adalah makna yang dipahami atau diharapkan pada bentuk-bentuk bahasa tertentu, tetapi tidak terungkap (Kridalaksana, 2008:91). Pemahaman terhadap implikasi yang bersifat konvensional mengandaikan kepada pendengar atau pembaca memiliki pengalaman dan pengetahuan umum (Mulyana, 2001:57). Implikatur konvensional bersifat non-temporer, artinya makna yang diimplikasikan lebih tahan lama. Suatu leksem tertentu yang terdapat dalam suatu bentuk ujaran, dapat dikenali implikasinya karena maknanya sudah diketahui secara umum (Mulyana, 2001:57). b) Implikatur Percakapan Implikatur percakapan adalah maksud yang dipahami tetapi tidak atau kurang terungkap dalam apa yang diucapkan (Kridalaksana, 2008:91). Oleh karena implikatur percakapan muncul dalam suatu tindak komunikasi berupa percakapan, maka sifatnya temporer (terjadi saat berlangsungnya tindak percakapan) (Mulyana, 2001:58). Jenis implikatur ini dianggap lebih menarik dan sangat penting dalam kajian pragmatik karena memerlukan pengkajian lebih mendalam terkait konteks percakapan seperti pemahaman terhadap situasi tutur, pengetahuan bersama (common sense) antara penutur dan mitra tutur, serta latar belakang budaya (cultural background) keduanya (Mulyana, 2001:53). Dalam implikatur percakapan, maksud penulis (penutur) atau fungsi kalimat yang terimplikasi pada sebuah kalimat dapat diketahui dengan
18
mengindentifikasi konteks komunikasi (percakapan) tersebut. Keterkaitan ujaran yang disampaikan oleh penutur dan mitra tutur terikat dalam sebuah prinsip yang disebut `prinsip kerjas sama` (cooperative principle) (Grice, 1975:45). Prinsip yang dikemukakan Grice (1975:45) tersebut terbagi dalam empat kategori maksim yaitu maksim kuantitas (maxim of quantity), maksim kualitas (maxim of quality), maksim hubungan (maxim of relation), dan maksim cara (maxim of manner). Prinsip kerjasama yang dijabarkan dalam empat maksim tersebut bersifat regulatif (mengatur) (Mulyana, 2001:58). Oleh karena itu, secara normatif, setiap percakapan seharusnya mematuhi prinsip tersebut. Dengan demikian, fungsi-fungsi (tindakan) atau maksud penutur yang terimplikasi dalam sebuah kalimat dapat dengan mudah dipahami dan diidentifikasi. Akan tetapi, pada kenyataannya prinsip tersebut tidak selamanya dipatuhi oleh peserta percakapan, sehingga dalam beberapa percakapan banyak ditemukan pelanggaran terhadap aturan atau prinsip kerja sama tersebut (Mulyana, 2001:58). Pelanggaran terhadap prinsip tersebut bukan berarti `kerusakan` atau `kegagalan` dalam berkomunikasi.
Pelanggaran
tersebut mungkin disengaja oleh penutur atau mitra tutur untuk memperoleh efek implikatur yang diinginkan dalam tuturan yang diucapkannya, misalnya untuk berbohong, bercanda, atau bergurau. Analisis pragmatik yang diterapkan dalam penelitian ini hanya sebatas kajian tindak tutur dan implikatur pada kalimat judul berita berkategori kedokteran dan kesehatan dalam situs SEHAONLINE edisi Juni-September 2013. Kajian tindak tutur
19
bertujuan untuk mengetahui fungsi sebuah kalimat sebagai sarana penindak yang ditulis atau disampaikan oleh seorang penutur (penulis) kepada mitra tutur (pembaca) dalam situasi tertentu, serta modus dan keliteralan kalimat tersebut. Adapun kajian implikatur (implikasi pragmatis) bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang secara logis merupakan kesimpulan dari suatu ujaran berdasarkan latar belakang yang diketahui bersama oleh penulis dan pembaca dalam konteks situasi tertentu. Dengan demikian, maksud maupun fungsi kalimat yang terimplikasi dalam sebuah kalimat dapat diketahui dengan mengidentifikasi konteks komunikasinya. Wujud fungsi kalimat dapat berupa penyampaian informasi maupun fungsi-fungsi komunikasi yang lain seperti perintah, permintaan, pertanyaan, ajakan, tawaran, nasehat, himbauan, dan lain sebagainya. 1.6
Metode Penelitian Menurut Sudaryanto (1993:5) dalam upaya memecahkan masalah, si peneliti
tentu saja harus menelusuri liku-likunya. Dalam menelusuri itulah dia melangkah pada tiga tahap upaya strategis yang berurutan, yaitu penyediaan data, penganalisisan data yang telah disediakan, dan penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1993:5). Objek
formal
adalah
cara
pandang
penelitian
yang
memfokuskan
penelitiannya hanya pada pada kajian tertentu (Wibowo, 2011:39). Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitiannya pada kajian tindak tutur dan implikatur dalam studi pragmatik. Dengan demikian, data yang disediakan harus sesuai dengan objek formal penelitian. Data adalah objek material penelitian (gegenstand) beserta dengan konteksnya (context) (Sudaryanto, 1988:10). Adapun objek material dalam penelitian ini adalah judul berita berkategori kedokteran dan kesehatan dalam situs
20
SEHAONLINE edisi Juni-September 2013, sedangkan konteks objek penelitiannya adalah kalimat-kalimat yang menjadi judul berita tersebut. Dengan demikian, data yang disediakan dalam penelitian ini adalah kalimat-kalimat judul berita berkategori kedokteran dan kesehatan dalam situs SEHAONLINE edisi Juni-September 2013. Pembatasan penelitian pada judul-judul berita dalam situs SEHAONLINE edisi bulan Juni-September 2013 tersebut didasarkan pada teknik purposive sampling atau judgement sampling, yaitu penentuan sampel penelitian dengan pertimbanganpertimbangan (maksud dan tujuan) tertentu (Mustafa, 2000:9). Dalam hal ini, dasar pertimbangan terletak pada karakteristik populasi penelitian yang terwakili pada judul-judul berita yang terbit selama rentang waktu antara bulan Juni hingga September 2013, yaitu berupa modus-modus kalimat tertentu pada judul-judul berita dalam situs SEHAONLINE. Dengan demikian, sampel yang dikumpulkan selama rentang waktu Juni-September 2013 mencukupi untuk dilakukan penelitian. Adapun populasi adalah tuturan yang sudah ada atau diadakan, baik yang kemudian terpilih sebagai sampel maupun tidak, sedangkan sampel adalah segenap tuturan yang dipilih oleh peneliti (Sudaryanto, 1988:21). Pada tahap penyediaan data, peneliti melakukan penyediaan data dengan menggunakan metode simak. Disebut metode simak atau penyimakan, karena memang berupa penyimakan; dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1988:2). Oleh karena peneliti tidak terlibat langsung dalam pembentukan dan pemunculan calon data yang terbentuk dari peristiwa kebahasaan yang hendak diteliti, melainkan hanya sebagai pemerhati saja, maka metode simak yang digunakan adalah metode simak bebas libat cakap (SBLC)
21
(Sudaryanto, 1998:4). Penggunaan metode simak ini kemudian ditindaklanjuti dengan teknik sadap sebagai teknik dasar dan teknik catat sebagai teknik lanjutannya. Adapun teknik sadap adalah teknik dasar dengan cara menyadap penggunaan bahasa untuk mendapatkan data, sedangkan teknik catat adalah teknik lanjutan dengan melakukan pencatatan pada kartu data yang segera dilanjutkan dengan klasifikasi (Sudaryanto, 1988:2-5). Pada tahap ini, metode simak dilakukan dengan cara menyimak penggunaan bahasa pada judul-judul berita berkategori kedokteran dan kesehatan dalam situs SEHAONLINE edisi Juni-September 2013, dilanjutkan dengan teknik sadap, yaitu dengan cara menyadap penggunaan bahasa judul-judul berita berkategori kedokteran dan kesehatan dalam situs SEHAONLINE edisi Juni-September 2013. Adapun teknik catat sebagai lanjutan dari teknik sadap dilakukan dengan teknik catat ortografis, yaitu teknik catat dengan mengabaikan transkripsi fonetis. Langkah-langkah pencatatan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. mengakses laman situs www.sehaonline.com dengan perangkat komputer atau laptop berkoneksi internet, 2. mengakses arsip-arsip berita dengan cara meng-click kolom khidmatuna> `layanan kami`, lalu memilih opsi berita dengan meng-click link al-akhba>r `berita-berita`, 3. menelusuri dan mengakses berita-berita tersebut dengan cara meng-click judul-judul berita sesuai tanggal, bulan, dan tahun terbitnya. Dalam hal ini berita-berita yang terbit pada bulan Juni-September 2013,
22
4. meng-copy kalimat-kalimat judul berita dalam situs www.sehaonline.com edisi Juni-September 2013 tersebut, kemudian mem-paste kalimat-kalimat tersebut pada kartu data. Dalam hal ini peneliti menggunakan software Microsoft Office Word yang telah disiapkan dengan setting kertas berukuran A4 (21cm x 29,7cm), 5. mengklasifikasi kalimat-kalimat judul berita yang telah dikumpulkan dalam kartu data tersebut berdasarkan modus kalimatnya. Selanjutnya, pada tahap analisis data, peneliti menggunakan metode padan (identity method) dan metode analisis kontekstual. Metode padan adalah metode yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13). Kejatian atau identitas objek sasaran penelitian ditentukan berdasarkan tingginya kadar kesepadanannya, keselerasannya, kesesuaiannya, kecocokannya, atau kesamaannya dengan alat penentu yang bersangkutan yang sekaligus menjadi standar pembaku-nya (Sudaryanto, 1993:13). Dalam hal ini, metode padan yang digunakan adalah metode padan pragmatis (pragmatic identity method). Dinamakan metode padan pragmatis karena peneliti menitik beratkan penelitiannya pada mitra tutur dan reaksinya terhadap sebuah tuturan (Sudaryanto, 1993:15). Metode analisis kontekstual adalah cara-cara analisis yang diterapkan pada data dengan mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan konteks yang ada (Rahardi, 2005:16). Adapun konteks adalah pengetahuan yang sama-sama dimiliki pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham akan apa yang dimaksud pembicara (Kridalaksana, 2008:134).
23
Untuk mengetahui reaksi mitra tutur atau pembaca pada kalimat judul berita dalam situs SEHAONLINE edisi Juni-September 2013 dilakukan dengan cara mengakses fan page situs tersebut di media sosial Facebook pada https:// www.facebook.com/sehaonline. Judul-judul berita tersebut ditelusuri berdasarkan tanggal terbitnya dalam rentang waktu bulan Juni-September 2013. Reaksi mitra tutur atau pembaca yang terdapat pada laman Facebook fan page tersebut digunakan sebagai salah satu alat penentu dalam penggunaan metode padan pragmatis untuk mengetahui kepragmatikan judul-judul berita berkategori kedokteran dan kesehatan dalam situs SEHAONLINE edisi Juni-September 2013. Dalam hal ini reaksi pembaca yang dimaksud adalah respon berupa komentar dari para pembaca. Hasil analisis yang dilakukan kemudian disajikan dalam sebuah laporan. Penyajian laporan dilakukan secara informal. Metode penyajian informal adalah penyajian laporan yang berupa perumusan dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993:145). 1.7
Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan, dan pedoman transliterasi Arab-Latin. Bab II berisi analisis jenis tindak tutur pada judul-judul berita berkategori kedokteran dan kesehatan dalam situs SEHAONLINE edisi Juni-September 2013. Bab III berisi analisis implikatur pada judul-judul berita berkategori kedokteran dan kesehatan dalam situs
24
SEHAONLINE edisi Juni-September 2013. Bab IV berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran. 1.8
Transliterasi Arab-Latin Pedoman transliterasi yang digunakan adalah pedoman transliterasi Arab-
Latin berdasarkan “Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia no. 158 th. 1987 dan nomor 0534/ b/ U/ 1978” yang secara garis besarnya adalah sebagai berikut: 1)
Konsonan Konsonan bahasa Arab dilambangkan dengan huruf Hijaiyah atau disebut
huruf Arab. Daftar huruf Arab dan lambang transliterasi dalam huruf latin akan disajikan dalam tabel berikut. No.
Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Keterangan
1.
ا
Alif
tidak dilambangkan
tidak dilambangkan
2.
ب
bā`
B
Be
3.
ت
tā`
T
Te
4.
ث
Śā
Ś
s (dengan titik di atasnya)
5.
ج
Jīm
J
Je
6.
ح
ḥā`
ḥ
ha (dengan titik di bawahnya)
7.
خ
khā`
Kh
ka dan kha
8.
د
Dal
D
De
9.
ذ
Żal
Ż
z (dengan titik di atasnya)
10.
ر
rā`
R
Er
11.
ز
Zai
Z
Zet
25
No.
Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Keterangan
12.
س
Sīn
S
Es
13.
ش
Syīn
Sy
es dan ye
14.
ص
Şād
Ş
15.
ض
ḍāḍ
ḍ
16.
ط
ṭā`
ṭ
17.
ظ
ẓā`
ẓ
18.
ع
‘ain
‘
koma terbalik (di atas)
19.
غ
Gain
G
Ge
20.
ف
fā`
F
Ef
21.
ق
Qāf
Q
Qi
22.
ك
Kāf
K
Ka
23.
ل
Lām
L
El
24.
م
Mīm
M
Em
25.
ن
Nūn
N
En
26.
و
Wāwu
W
We
27.
ه
hā`
H
Ha
s (dengan titik di bawahnya) d (dengan titik di bawahnya) t (dengan titik di bawahnya) z (dengan titik di bawahnya)
28.
ء
Hamzah
′
apostrof, tetapi lambang ini tidak dipergunakan untuk hamzah di awal kata
29.
ي
yā`
Y
Ye
26
2)
Vokal
No.
Vokal Pendek
Vokal Panjang
Diftong
1.
...ﹷ: a
ا...ﹷ: ā
ي...ﹷ: ai
2.
...ﹻ: i
ي...ﹻ: ī
و...ﹷ: au
3.
...ﹹ: u
و...ﹹ: ū
3)
Tā` Marbūṭah Apabila tā` marbūṭah hidup atau mendapat harakat fatḥah, kasrah, atau
ḍammah, maka transliterasinya adalah /t/. Contoh:
اﳌﻨﻮرة ّ اﳌﺪﻳﻨﺔ
: al-Madīnatul-Munawwaratu
Apabila tā` marbūṭah disukunkan, maka transliterasinya adalah /h/. Jika pada kata yang terakhir terdapat huruf tā` marbūṭah dan diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al, serta kedua kata itu terpisah, maka tā` marbūṭah itu ditransliterasikan dengan /h/. Contoh:
اﳌﻨﻮرة ّ اﳌﺪ ﻳﻨﺔ: al-Madīnah al-Munawwarah 4)
Syaddah Tanda syaddah dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang
diberi tanda syaddah tersebut. Contoh:
ّل ﻧﺰ: nazzala 5)
Kata Sandang Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf al.
Kata sandang dalam transliterasi dibedakan menjadi kata sandang yang diikuti hurūf syamsiyyah dan hurūf qamariyyah.
27
Kata sandang yang diikuti oleh hurūf Syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu fonem /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut. Contoh:
اﻟﺸﻤﺲ: asy-Syamsu Kata sandang yang diikuti hurūf Qamariyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu fonem /l/ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh:
اﻟﻘﻤﺮ: al-Qamaru 6)
Hamzah Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof jika terletak di tengah dan di
akhir kata. Bila terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa alif. Contoh:
ّإن
: inna
ﻳﺄﺧﺬ: ya`khużu ﻗﺮأ 7)
: qara`a
Penulisan Kata Setiap kata pada dasarnya ditulis terpisah, tetapi untuk kata-kata tertentu
yang penulisannya dalam huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka transliterasinya dirangkaikan dengan kata lain yang mengikutinya. Contoh:
28
و ّإن اﷲ ﳍﻮ ﺧﲑ اﻟﺮازﻗﲔ Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn Wa innallāha lahuwa khairur-rāziqīn 8)
Huruf Kapital Meskipun dalam sistem tulisan Arab tidak dikenal huruf kapital, tetapi
dalam transliterasinya huruf kapital digunakan dengan ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Contoh:
و ﻣﺎ ﳏﻤﺪ ّإﻻ رﺳﻮل: Wa mā Muḥammadun illā rasūl