BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi verbal manusia yang berwujud ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia atau tulisan sebagai representasi ujaran itu (Wijana, 2011:1). Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa peran bahasa sangat penting bagi masyarakat. Hubungan antarindividu di masyarakat terjalin salah satunya melalui bahasa. Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, komunikasi verbal dapat dilakukan dengan lebih mudah dan cepat. Salah satu kemajuan teknologi di bidang komunikasi adalah munculnya aplikasi media sosial. Aplikasi media sosial, seperti Facebook, Twitter, Path, dan Instagram, merupakan aplikasi digital yang bertujuan untuk mempermudah interaksi sosial melalui dunia maya. Interaksi sosial yang dimaksud adalah interaksi antarindividu berupa bertukar kabar, informasi, dan berita. Twitter merupakan salah satu aplikasi media sosial yang digunakan untuk mendukung komunikasi verbal. Hal tersebut dibuktikan dengan tersedianya kolom tweet yang digunakan sebagai tempat untuk menuliskan informasi, berita, gagasan, maupun “curhatan”. Perbedaan Twitter dengan aplikasi media sosial yang lain ialah Twitter sangat mengedepankan aktualisasi dan tweets yang diunggah sangat kontekstual. Perbedaan yang lain ialah spesialisasi tampilan unggahan dari tiap-taip aplikasi media sosial. Twitter lebih mengutamakan unggahan dalam bentuk tulisan atau teks. Unggahan dalam bentuk visual lebih
1
2
diutamakan di Instagram dan Path. Sementara itu, unggahan baik dalam bentuk teks maupun visual sama-sama relevan untuk media sosial Facebook. Berbagai akun terdapat dalam Twitter, mulai dari akun yang sifatnya personal, akun publik, akun informatif, serta akun hiburan. Parodi berita @Liputan9 (PBL9) merupakan salah satu akun parodi di media sosial Twitter. PBL9 tidak seperti akun parodi pada umumnya karena parodi yang disajikan berupa parodi berita. Keunikan tersebut menjadikan akun PBL9 memiliki cukup banyak pengikut, yaitu sekitar 781 ribu pengikut per 1 Agustus 2015. Kreativitas berbahasa terdapat dalam PBL9. Kreativitas tersebut ditunjukan melalui penciptaan humor. PBL9 dalam menciptakan humor menggunakan berbagai macam topik. Selain itu, humor juga diciptakan melalui penggunaan bahasa. Penggunaan bahasa dalam PBL9 meliputi bentuk dan relasi makna. Selain penggunaan bahasa, humor juga diciptakan melalui pelanggaran terhadap prinsip kerja sama. 1.2 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian PBL9 berada pada ruang lingkup semantik dan pragmatik. Penggunaan bahasa dalam PBL9 dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu berdasarkan bentuk dan relasi makna. Prinsip kerja sama yang dilanggar terdiri dari empat maksim, yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, terdapat tiga masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini
3
a) apa yang dimaksud dengan PBL9? b) apa saja bentuk kebahasaan yang digunakan dalam PBL9? c) bagaimana prinsip kerja sama dipakai dalam PBL9? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, terdapat tiga tujuan dalam penelitian ini a) mendeskripsikan PBL9, b) menguraikan penggunaan bentuk kebahasaan dalam PBL9, c) menjelaskan pemakaian prinsip kerja sama dalam PBL9. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian PBL9 memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoretis dan praktis. Manfaat teoretis penelitian ini adalah untuk menerapkan teori-teori di bidang linguistik, khususnya dalam kajian semantik dan pragmatik, dan hasil penelitian ini berupa temuan dalam PBL9 menggunakan berbagai macam topik, bentuk kebahasaan, relasi makna, dan pemakaian prinsip kerja sama. Manfaat praktis penelitian ini adalah untuk memberi wawasan atau informasi kepada pembaca mengenai penggunaan berbagai bentuk kebahasaan dalam kajian semantik dan kajian pragmatik seperti pelanggaran prinsip kerja sama sebagai sarana menciptakan humor. 1.6 Tinjauan Pustaka Terdapat beberapa penelitian terkait humor, bentuk kebahasaan, dan prinsip kerja sama. Penelitian-penelitian sebelumnya meneliti humor, bentuk kebahasaan, dan prinsip kerja sama dalam tataran wacana, sementara penelitian
4
ini meneliti humor, bentuk kebahasaan, dan prinsip kerja sama dalam tataran kalimat dan wacana. Penelitian ini mengambil tujuh tinjauan pustaka yang paling relevan dengan objek penelitian. Dari ketujuh tinjauan pustaka tersebut belum ada penelitian terkait penggunaan bahasa dalam parodi berita di media sosial Twitter. Ketujuh tinjauan pustaka tersebut ialah penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2015), Sari (2012), Pravitasari (2013), Susanti (2012), Adiantie (2011), Kasih (2012), dan Wijana (2003). Wulandari (2015) meneliti wacana humor di Twitter dalam tesisnya yang berjudul “Wacana Humor Politik dalam Akun Twitter @CapresJokes pada Pilpres 2014”. Dalam tesisnya tersebut Wulandari meneliti empat hal, yaitu struktur wacana humor politik, proses penciptaan humor politik, fungsi wacana humor politik, dan citra capres yang terepresentasi dalam wacana humor politik di akun Twitter @CapresJokes. Sari (2012) meneliti wacana di media sosial dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Wacana Percakapan Twitter (Kajian Sosiopragmatik)”. Dalam tesis tersebut Sari meneliti tiga hal, yaitu struktur percakapan di Twitter, karakteristik bahasa yang digunakan dalam Twitter, dan pengaplikasian prinsip kerja sama dalam percakapan Twitter. Pravitasari (2013) meneliti tentang wacana humor dalam skripsinya yang berjudul “Wacana Rayuan Gombal Salah Satu Bentuk Humor”. Dalam skripsi tersebut Pravitasari meneliti tiga hal, yaitu topik yang digunakan dalam wacana rayuan gombal, relasi makna dan gaya bahasa dalam wacana rayuan gombal, serta penyimpangan aspek pragmatik dalam wacana rayuan gombal.
5
Skripsi “Wacana Marmut Merah Jambu Karya Raditya Dika: Analisis Semantik-Pragmatik” yang ditulis oleh Susanti (2012) memuat penelitian dengan kajian semantik-pragmatik. Terdapat tiga hal yang diteliti dalam skripsi tersebut. Pertama, ragam bahasa yang digunakan dalam penciptaan humor wacana Marmut Merah Jambu. Kedua, pemanfaatan aspek semantik dalam penciptaan humor wacana Marmut Merah Jambu. Ketiga, penyimpangan aspek pragmatik dalam penciptaan humor wacana Marmut Merah Jambu. Adiantie (2011) juga menganalisis relasi makna dalam skripsinya yang berjudul “Berbagai Macam Relasi Makna dan Fungsi Sosial Bahasa Gaul Remaja”. Adiantie meneliti dua hal dalam skripsi tersebut, yaitu relasi makna antara bentuk bahasa gaul dalam Kamus Istilah Gaul SMS dan fungsi sosial yang diemban oleh bahasa gaul di dalam percakapan bahasa Indonesia. Kasih (2012) juga meneliti tentang penggunaan bahasa di media sosial dalam skripsinya yang berjudul “Wacana Komentar Terhadap Artikel Berita dalam Situs Yahoo! Indonesia”. Kasih meneliti tiga hal dalam skripsi tersebut. Pertama, aspek penyusun wacana dan bentuk-bentuk kebahasaan dalam wacana komentar terhadap artikel berita pada situs Yahoo! Indonesia. Kedua, maksim yang berlaku dalam wacana komentar terhadap artikel berita pada situs Yahoo! Indonesia. Ketiga, fungsi komentar terhadap artikel berita pada situs Yahoo! Indonesia. “Wacana Dagadu, Permainan Bahasa, dan Ilmu Bahasa” merupakan penelitian tentang permainan bahasa yang dilakukan oleh Wijana (2003). Hasil penelitian tersebut disampaikan pada Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
6
Fakultas Ilmu Budaya. Dalam penelitian tersebut Wijana menguraikan plesetanplesetan masyarakat Yogyakarta dalam kaus oblong Dagadu, fungsi dan peranan plesetan yang meliputi permainan kata, permainan kata antarbahasa, redundansi, silap lidah, slang, wacana indah, kreasi dan translasi wacana, permainan bahasa dalam hidup manusia, serta kaitan antara permainan bahasa dan ilmu bahasa. Dari penelitian-penelitian di atas dapat dilihat bahwa penelitian tentang prinsip kerja sama, baik penerapan maupun pelanggaran, dan penggunaan bahasa sudah cukup beragam. PBL9 menjadi varian baru sebagai objek kajian dalam penelitian linguistik, terutama dalam ranah semantik dan pragmatik. PBL9 menghadirkan data kebahasaan dalam bentuk teks berita yang diparodikan. Hal tersebut menunjukkan kreativitas dan ekspresi kebahasaan yang unik dari pengguna akun media sosial, terutama Twitter. 1.7 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan landasan teori dalam kajian semantik dan pragmatik. Landasan teori semantik untuk menganalisis bentuk kebahasaan dan relasi makna. Sementara itu, landasan teori pragmatik digunakan untuk menganalisis pemakaian prinsip kerja sama. 1.7.2 Semantik Semantik adalah istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya (Chaer, 2009:2). Dengan kata lain semantik merupakan bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu,
7
semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik. 1.7.2.1 Bentuk Penggunaan bahasa dalam PBL9 berdasarkan bentuknya terdapat 20 aspek di dalamnya. Kedua puluh aspek tersebut, yaitu informatif, imperatif, interogatif, akronim, singkatan, interjeksi, redundansi, pemutusan kata, substitusi kata, permainan angka, permainan kata antarbahasa, plesetan dalam bentuk pengertian kata dan uraian dalam kalimat, serta permainan bunyi yang terdiri dari pasangan minimal, nearly homophone, homofoni, homografi, wacana indah, repetisi, serta substitusi bunyi. Penjelasan lebih rinci dari kedua puluh aspek tersebut akan disampaikan pada bab III. 1.7.2.2 Relasi Makna Hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi dapat berupa kesamaan makna (sinonimi), kebalikan makna (antonim), kegandaan makna (polisemi dan ambiguitas), ketercakupan makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi), kelebihan makna (redundansi), dan sebagainya (Chaer, 2009:83). Dalam PBL9 terdapat 17 aspek relasi makna, yaitu sinonimi, polisemi, ketaksaan, hiponimi, homonimi, asosiasi, anastrof, elipsis, erotesis, hiperbol, paradoks, metafora, personifikasi, sinekdoke, metonimia, ironi, dan sinisme. Setiap kata memberikan kontribusi bagi unsur yang disertainya dalam setiap ujaran, contohnya jaket kakak dan jaket kulit. Pada jaket kakak terdapat relasi „milik‟ karena jaket merupakan benda, sedangkan kakak adalah pemiliknya.
8
Pada jaket kulit terdapat relasi „bahan‟ karena untuk menghasilkan produk jaket diperlukan bahan untuk memproduksinya dan kulit merupakan salah satu bahannya. Kontribusi yang diberikan sebuah kata pada unsur lain yang menyertainya memiliki relasi makna antarleksem. Relasi makna antarleksem dapat berupa relasi sintagmatik dan paradigmatik. Relasi sintagmatik adalah relasi satuan-satuan yang hadir bersama-sama dalam tuturan, sedangkan relasi paradigmatik adalah relasi antara satuan lingual yang satu dengan satuan lingual yang lain secara asosiatif (Wijana, 2010:28). Secara dominan relasi sintagmatik dan relasi paradigmatik dalam PBL9 hadir bersama-sama pada satu tuturan. (1) Ulang Tahun di Awal Bulan, Jadi Petaka Tak Bisa Hindari Traktiran Karena Baru Gajian
Tuturan (1) PBL9 di atas secara utuh merupakan bentuk dari relasi sintagmatik. Sementara itu, frasa awal bulan dan kata gajian menunjukan relasi paradigmatik pada satuan lingual yang lain di luar tuturan (1) PBL9 tersebut. Adanya hubungan penanda waktu awal bulan dengan peristiwa gajian adalah contoh dari relasi paradigmatik. Selain penanda waktu awal bulan, terdapat penanda waktu lain yang memiliki hubungan dengan peristiwa lainnya, contohnya akhir pekan yang berhubungan dengan peristiwa liburan. 1.7.1 Pragmatik Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi (Wijana dan Rohmadi, 2011:4). Komunikasi yang baik diantaranya
9
harus mematuhi prinsip-prinsip tindak tutur dalam pragmatik. Salah satu prinsip tersebut adalah prinsip kerja sama. 1.7.1.1 Prinsip Kerja Sama Grice (via Wijana dan Rohmadi, 2011:44) mengemukakan bahwa dalam rangka melaksanakan prinsip kerja sama, setiap penutur harus mematuhi empat maksim percakapan (conversational maxim), yakni maksim kuantitas (maxim quantity), maksim kualitas (maxim of quality), maksim relevansi (maxim of relevance), dan maksim pelaksanaan (maxim of manner) (Grice, 1975:45--47; Parker, 1986:23; Wardaugh, 1986:202; Sperber & Wilson, 1986:33--34). Wijana dan Rohmadi (2011:45--49) menjelaskan maksim kuantitas menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya. Maksim kualitas adalah maksim percakapan yang mewajibkan setiap peserta percakapan hendaknya didasarkan
pada
bukti-bukti
yang
memadai.
Untuk
maksim
relevansi
mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Sementara itu, maksim pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa, dan tidak berlebih-lebihan, serta runtut. 1.8 Data dan Metode Penelitian Data dalam penelitian ini diambil dari salah satu akun media sosial di Twitter, yaitu @Liputan9. Pengumpulan data dilakukan dari tanggal 3 Januari 2015 hingga 28 Februari 2015. Rentang waktu tersebut dipilih karena memuat data-data yang beragam dari PBL9. Beragamnya data-data tersebut dibuktikan
10
dengan ditemukannya topik berita sejumlah 16 topik dan 37 bentuk penggunaan bahasa. Selain itu, pengumpulan data PBL9 pada rentang waktu tersebut cukup representatif, sesuai dengan kajian yang dibahas dalam penelitian. Waktu pengumpulan data yang kurang lebih hanya dua bulan juga dikarenakan waktu penelitian yang terbatas. Populasi data yang diambil berjumlah 268 buah dan sampel yang terdapat dalam penelitian ini berjumlah 186 buah. Unggahan tweet di akun PBL9 yang tidak termasuk dalam kategori data penelitian tidak diikutsertakan, seperti iklan atau endorse, pengumuman kegiatan, dan tweet lain yang diunggah untuk tujuan bisnis serta kepentingan pribadi sang pemilik akun. Langkah-langkah penelitian melalui tiga tahap, yaitu tahap penyediaan atau pengumpulan data, tahap penganalisisan data, dan tahap penyajian data (Sudaryanto, 1993:5). Metode penyediaan atau pengumpulan data dilakukan dengan metode simak tanpa libat cakap dan menggunakan teknik catat. Dalam metode simak tanpa libat cakap peneliti tidak ikut terlibat langsung dalam tuturan, tetapi memerhatikan dengan teliti dan tekun tuturan antara penutur dan lawan tutur (Sudaryanto, 1994:134). Teknik catat digunakan dalam pengambilan data dalam penelitian ini. Pengambilan data dilakukan dengan cara membaca teks-teks parodi berita
dalam
akun
PBL9
di
media
sosial
Twitter
melalui
website
https://Twitter.com/Liputan9. Selanjutnya, data-data tersebut dipindahkan dengan cara
copy-paste
teks
yang
berupa
tweet
PBL9
dari
https://Twitter.com/Liputan9 ke media microsoft word di komputer.
website
11
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah penganalisisan data. Analisis data dilakukan dengan metode padan. Metode padan merupakan metode yang alat penentunya berada di luar bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13). Metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan refensial dan pragmatis. Metode padan referensial menggunakan referen sebagai alat penentu analisis dan pragmatis menggunakan mitra wicara sebagai alat penentunya (Sudaryanto, 1993:15). Untuk memudahkan analisis, data yang sudah terkumpul kemudian diklasifikasikan berdasarkan aspek penggunaan bahasa dan aspek pelanggaran maksim prinsip kerja sama. Berikut contoh penerapan metode padan referensial dan pragmatis (Kesuma, 2007:50--51). (a) Amin Basuki menelepon Nugroho. Kalimat (a) itu dapat dipilah menjadi tiga konstituen, yaitu Amin Basuki, menelepon, dan Nugroho. Ketiga konstituen itu memiliki identitas sendiri-sendiri. Identitas Amin Basuki adalah „pelaku‟, menelepon adalah „perbuatan‟, dan Nugroho adalah „penerima perbuatan‟. Penentuan identitas Amin Basuki sebagai „pelaku‟, menelepon sebagai „perbuatan‟, dan Nugroho sebagai „penerima perbuatan itu merupakan penentuan identitas menurut metode padan referensial. (b) To, Marto, peganglah tangan Hendrik! Contoh (b) tersebut ditentukan sebagai kalimat perintah. Penentuan seperti itu dilakukan menurut jalur kerja metode padan pragmatis, yaitu contoh (b) itu ditentukan sebagai kalimat perintah karena bila dituturkan mengakibatkan mitra wicara, yakni Marto, melakukan tindakan memegang tangan Hendrik sehingga
12
muncul reaksi seperti dalam (b1) atau menolak untuk melakukan tindakan memegang tangan Hendrik sehingga muncul reaksi seperti (b2) berikut. (b1) Ya, saya pegangnya. (b2) Maaf ya, saya tidak mau (memegangnya). Mintalah bantuan orang lain saja. Hasil analisis data disajikan dengan metode formal dan informal. Hasil analisis data secara formal disajikan menggunakan kaidah. Kaidah itu dapat berbentuk rumus, bagan/diagram, tabel, dan gambar (Kesuma, 2007:76--77). Dalam penelitian ini, kaidah yang akan digunakan adalah bagan, tabel, dan gambar. Selain disajikan dalam bentuk formal, hasil analisis data juga disajikan dalam bentuk informal untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi penelitian. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993:145). 1.9 Sistematika Penyajian Penelitian penggunaan bahasa dalam PBL9 disajikan dalam empat bab. Bab I merupakan bab pendahuluan yang mencakup latar belakang, ruang lingkup penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, data dan metode penelitian, serta sistematika penyajian. Bab II berisi pendeskripsian PBL9. Bab III berisi uraian penggunaan bahasa dalam PBL9. Bab IV berisi penjelasan pemakaian prinsip pragmatik dalam PBL9. Bab V berisi kesimpulan dan saran sebagai penutup analisis. Dalam penyajian hasil analisis data digunakan sistem penomoran untuk data kebahasaan dengan angka Arab yang dimulai dengan angka 1 dan seterusnya
13
pada bab I--IV. Dalam keempat bab tersebut dimungkinkan terjadinya pengulangan data PBL9. Oleh karena itu, penomoran pada subbab-subbab selanjutnya menggunakan nomor data sesuai dengan nomor data pada kemunculannya yang pertama.