BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Gaung perkembangan fashion muslim belakangan ini memang kian terdengar. Fashion muslim terus melakukan transformasi dari gaya konservatif menjadi lebih kontemporer yang berjiwa muda. Beragam faktor yang membuat fashion muslim terus berkembang. Salah satunya dengan munculnya komunitas-komunitas hijabers di Indonesia.1 Sebagai sebuah perkumpulan, komunitas hijabers mempunyai ciri khas tersendiri dari komunitas-komunitas yang lain, yaitu adanya simbol “jilbab” dalam hal ini Hijab Style yang menjadi kewajiban bagi para anggotanya. Semakin banyaknya para hijabers di Indonesia mendorong terbentuknya komunitas-komunitas hijabers di Indonesia, seperti Hijabers Moeslem Makkasar (HMM), Komuniatas Hijab Malang, Komunitas Hijaber Surabaya dan komunitas-komunitas hijabers lainnya yang tersebar hampir di seluruh Indonesia. Terbentuknya komunitas-komunitas hijabers merupakan representasi dari fenomena hijab style yang tersebar melalui media. Gaya para hijabers yang umumnya berkiblat pada budaya luar, kini menjadi gaya nasional yang kemudian disebut budaya populer untuk fashion style. Pada perkembangannya kini, dengan adanya hijab style dan terbentuknya komunitas hijabers, persepsi
1
http//www.vivalife.com. diakses pada tanggal 17 April 2013
1
2
penggunaan jilbab itu sendiri tidak lagi sederhana. Hijabers memperkenalkan gaya terbaru yang selanjutnya untuk mengubah pola pikir perempuan berjilbab bahwa mereka pun mampu tampil modis, chic dan menjadi tidak sesederhana lagi seperti konsep sebelumnya. Pada akhirnya, jilbab bukanlah lagi menjadi sesuatu yang sakral, tetapi sudah menjadi fashion. Jilbab menjadi sebuah produk budaya populer yang memuat unsur agama.2 Di Indonesia memang terjadi pergeseran makna, di mana jilbab dulu disebut dengan kerudung, dan sekarang lebih populer disebut dengan hijab. Dalam pengertiannya, jilbab dan hijab sebenarnya berbeda, namun dalam makna sekarang, hijab dan jilbab dianggap sama oleh masyarkat. Secara terminologi, dalam kamus Bahasa Arab akan didapati pengertian jilbab seperti berikut: Lisanul Arab mengartikan jilbab berarti selendang, atau pakaian lebar yang dipakai wanita untuk menutupi kepada, dada dan bagian belakang tubuhnya. Al Mu'jamal-WaŞit mengartikan jilbab berarti pakaian yang dalam (gamis) atau selendang (khimar), atau pakaian untuk melapisi segenap pakaian wanita bagian luar untuk menutupi semua tubuh seperti halnya mantel. Mukhtar Shihah mengartikan jilbab berasal dari kata Jã lbu, artinya menarik atau menghimpun, sedangkan jilbab berarti pakaian lebar seperti mantel. Dari rujukan ketiga kamus di atas, dapat disimpulan bahwa jilbab pada umumnya adalah pakaian yang lebar, longgar dan menutupi seluruh bagian tubuh.3 Dari
2
http://jaschira.wordpress.com/2012/03/22/fenomena–hijabers – hijabi - hijab- style / diakses pada 19 Februari 2013. 3
http://jaschira.wordpress.com/2012/03/22/fenomena–hijabers – hijabi - hijab- style / diakses pada 19 Februari 2013.
3
sini diindikasikan bahwa jilbab menjadi sebuah tren yang sangat lekat dengan gaya hidup (life style) masyarakat.4 Akhir-akhir ini semaraknya penggunaan jilbab boleh dikatakan simbol gerakan baru keagamaan di Indonesia. Banyak kaum muda di kalangan mahasiswa dan pelajar cenderung melakukan purifikasi dalam sikap keberagaman mereka, termasuk dalam berbusana. Kini jilbab telah menembus batas penggunaan jilbab secara ideologis.5 Kini kata jilbab tergantikan oleh “hijab” atau “hijab style”, yaitu sebuah terobosan terbaru dalam memaki jilbab dengan berbagai gaya. Jika dilihat dari asal katanya, Hijab berasal dari kata hajaban yang artinya menutupi. Sedangkan menurut istilah syara’, al-hijab dimaksudkan sebagai suatu tabir yang menutupi badan wanita. 6 Hijab berarti menutup wajah, bahkan di hadapan orang buta, apalagi orang yang dapat melihat. 7 Diwajibkannya berhijab bagi wanita muslimah bertujuan agar ada pemisah antara dirinya dengan laki-laki yang bukan mahram jika terpaksa harus pergi ke luar rumah.8 Istilah hijab itu sendiri termaktub dalam Al-Qur’an salah satunya adalah:
4
http://ghufronudin.blogspot.com/2011/01/makna-jilbab – di – kalangan –mahasiswi - uns.html, diakses pada 19 Februari 2013. 5
http: // ghufronudin. blogspot. Com/ 2011/ 01/ makna– jilbab – di – kalangan mahasiswiuns. html, diakses pada 19 Februari 2013. 6
Syaikh Abdul Wahab Abdussalam Thawilah, Panduan Berbusana Islami, Jakarta:Al mahira, 2007, hal. 173 7 Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim al-Jarullah, Hak dan Kewajiban wanita Muslimah menurut Al-Qir’an dan as-Sunnah, Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2005, hal. 82 8
Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim al-Jarullah, Hak dan Kewajiban wanita ...hal. 83
4
“Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A'raaf itu ada orang-orang yang Mengenal masingmasing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. dan mereka menyeru penduduk surga: "Salaamun 'alaikum. Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya).”9 Ayat dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa hijab berarti sesuatu yang menghalangi antara dua sisi, sehingga salah satu dari keduannya tidak melihat yanng lain, yakni tidak ada padanya penglihatan yang sempurna. 10 Kecantikan dan kesan trandy yang dimunculkan hijab style menarik minat muslimah yang belum berjilbab menjadi berjilbab. Banyak remaja yang kemudian melirik jilbab dengan desain baru, menyegarkan, lebih modis, dan trendy. Salah satu artis yang dapat dikatakan menjadi icon hijab style ini adalah Marshanda dan sederet nama artis yang kemudian tertarik mengenakan hijab style, seperti Intan Nuraini, Desi Ratna sari, April Yasmin dan yang baru-baru ini mulai istiqomah mengenakan hijab adalah Zaskia Sungkar, dan Nuri Maulida. Hijab memang sudah menjadi fenomena tersendiri di masyarakat Indonesia. Banyak kreatifitas rancangan para desainer muda
9
Q.S Al-A’raf [7] : 46. Mushaf Al-Qur’an Terjemahan edisi tahun 2002, Jakarta: Al
Huda. 10
Nina Surtiretna, Anggun Berjilbab, Bandung: Al Bayan, 1998, hal. 62
5
Indonesia yang membuat harum nama bangsa karena karya mereka sudah mulai mendunia.11 Fenomena hijab style itu pun kini mulai melanda di kota Palangka Raya. seperti yang dilansir oleh Kalteng Pos online bahwa saat ini jilbab hampir setiap hari banyak permintaan di pasaran. 12 Maraknya komunitaskomunitas hijabers pun mulai terjadi di Palangka Raya yang akhirnya membentuk beberapa komunitas hijabers. Walaupun keberadaannya tidak seeksis komunitas-komunitas hijabers di kota-kota besar, namun komunitaskomunitas ini cukup memberikan warna dan perkembangan dalam fashion para muslimah di Kota Palangka Raya, khususnya dalam pakaian muslimah dan maraknya penggunaan jilbab. Di kota Palangka Raya ada tiga komunitas hijabers yang kelihatan mulai berkembang, yaitu Ukhti Community Palangka Raya (UCP), Misha Hijab Community dan Sajida Islamic Forum. Tiga komunitas hijabers ini masing-masing punya ciri khas tersendiri. UCP misalnya, komunitas yang berdiri sejak tanggal 18 September 2011 ini bukan hanya menonjolkan style hijabnya, namun juga pada kegiatan-kegiatan amal dan kegamaan. Berbeda dengan Misha Hijab Community yang lebih menonjolkan Hijab class-nya. Begitu juga Sajida Islamic Forum yang hanya menggelar event saat hari-hari besar Islam saja. Dalam jejaring sosial Facebook, tercatat 268 yang telah bergabung di UCP. Misha Hijab Community yang menggelar Hijab Class 11
12
Lebih jelas lihat Majalah Ummi Smart tahun 2013 hal. 20
http://www.kaltengpos.web.id/?menu=detail_atas&idm=11391. Diakses pada 19 Februari 2013.
6
setiap bulannya juga tidak pernah sepi peserta. Sama halnya dengan Sajida Islamic Forum yang baru-baru ini menggelar acara dengan mendatangkan bintang film sekaligus penulis terkenal yang eksist dengan jilbabnya yaitu Oki Setiana Dewi. Tentu kegiatan ini menyedot banyak peserta yang kebanyakan adalah remaja muslimah. Hal ini menunjukkan bahwa komunitas hijabers di Palangka Raya cukup diminati para muslimah yang ingin berjilbab. Dari ketiga komunitas hijabers yang mulai berkembang di kota Palangka Raya, komunitas UCP tercatat lebih dulu berdiri dibanding komunitas lain. Selain itu, di website Portal Palangka Raya, hanya UCP yang tercatat sebagai komunitas hijabers di kota Palangka Raya. Hal ini menunjukkan bahwa komunitas hijabers UCP mudah dilacak keberadaannya di banding dua komunitas hijabers lain. Uniknya lagi, UCP ini berawal komunitas yang terbentuk dari jejaring sosial facebook yang akhirnya menjadi komunitas nyata. Berbeda dengan dua komunitas lainnya, Misha Hijab Community dan Sajida Islamic Forum, UCP bukan hanya tampil sebagai komunitas hijabers Palangka Raya, tapi juga sebagai komunitas muslimah dan sosial. Hal ini terbukti dengan agenda kegiatan pengajian setiap bulan dan juga kegiatan sosial yang pernah mereka laksanakan. Selain itu, setelah melakukan observasi awal, peneliti menemukan bahwa sebagian dari mereka yang menjadi pengurus dan anggota komunitas hijabers UCP bukanlah orang yang berlatar belakang pendidikan agama.13
13 Pengurus inti Hijabers UCP bukanlah muslimah yang menuntut ilmu di perguruan atau universitas Islam, tetapi mereka mengklaim mempunyai latar pendidikan agama. Meskipun begitu, peneliti tetap mengkategorikan mereka bukan berlatar pendidikan agama, karena pemikiran dan pemahaman muslimah yang mengenyam pendidikan di Perguruan atau
7
Namun, dengan munculnya fenomena Hijab Style dan juga komunitas-komunitas
hijabers,
memunculkan
pertanyaan
yang paling
mendasar yaitu bagaimana sebenarnya pemahaman para hijabers ini tentang jilbab dan hijab. Seperti yang sudah peneliti paparkan sebelumnya bahwa sebenarnya jilbab dan hijab mempunyai arti yang berbeda, walaupun sekarang terjadi pergeseran makna di mana hijab diartikan sebagai jilbab. Sehingga tidak heran jika para hijabers menyebut jilbab kontemporernya dengan sebutan “hijab”. Pada komunitas hijabers UCP dan juga hijabers lainnya di Palangka Raya baik yang tergabung dalam sebuah komunitas ataupun tidak, diketahui bahwa sebagian hijabers hanya menggunakan jilbab saat ada kegiatan bulanan atau pada event-event tertentu saja. Selain itu, sebagian para hijabers terlihat masih saja menggunakan baju dan celana ketat walupun sudah menutup rambut dan lehernya dengan jilbab.14 Melihat hal ini, peneliti kemudian mencoba meneliti lebih jauh mengenai bagaimana sesungguhnya persepsi komunitas UCP itu tentang fenomena Hijab Style dan juga bagaimana pemahaman UCP terhadap perintah menutup aurat dalam syariat Islam. Maka skripsi ini diberi judul “Jilbab dan Budaya Populer (Studi Terhadap Pandangan dan Pemahaman Hijabers Ukhti Community Palangka Raya)”.
Universitas Islam tentu akan berbeda dengan muslimah yang mengenyam pendidikan di Perguruan atau Universitas Umum, terlebih jurusan yang mereka pilih bukanlah jurusan agama Islam. 14
Hal ini berdasarkan observasi awal peneliti, tahun 2012
8
B. Pembatasan Masalah Dalam hal ini supaya tidak terjadi pembahasan yang meluas, maka skripsi ini dibatasi dengan hanya memfokuskan pada pandangan komunitas UCP tentang fenomena Hijab Style sebagai komunitas hijabers di kota Palangka Raya dan pemahaman UCP terhadap perintah menutup aurat dalam syariat Islam. C. Rumusan masalah Pemaparan latar belakang di atas memunculkan beberapa hal yang perlu dipertanyakan, akan tetapi supaya permasalahan-permasalahan itu dapat mengerucut perlu diadakan rumusan masalah. Rumusan masalah yang dimaksud adalah: 1. Bagaimana pandangan Hijabers Ukhti Community Palangka Raya tentang fenomena Hijab Style? 2. Bagaimana Pemahaman Hijabers Ukhti Community Palangka Raya terhadap kewajiban menutup aurat dalam syariat Islam? D. Tujuan Penelitian Agar penelitian yang dilakukan dapat berkualitas serta dapat dipertanggung jawabkan, maka penelitian ini akan diarahkan pada tujuan berdasarkan rumusan masalah yang telah ada, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pandangan Hijabers Ukhti Community Palangka Raya tentang fenomena Hijab Style?
9
2. Mengetahui pemahaman Hijabers Ukhti Community Palangka Raya terhadap kewajiban menutup aurat dalam syariat Islam? E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: 1. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi mahasiswa, dan masyarakat umum, khususnya bagi STAIN Palangka Raya jurusan Dakwah program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam mengenai komunitas jilbab kontemporer di Kota Palangka Raya dari tinjauan ilmu dakwah dan komunikasi. 2. Memberikan tujuan hijabers Ukhti Community Palangka Raya serta identitas kolektif yang ingin mereka ditonjolkan. 3. Sebagai bahan masukan bagi hijabers Ukhti Community palangka Raya mengenai pemahaman tentang kewajiban menutup aurat dalam syariat Islam. 4. Agar dapat menjadi salah satu karya ilmiah yang dapat memperkaya khazanah perpustakaan STAIN palangka Raya. 5. Sebagai informasi awal bagi peneliti berikutnya yang berniat melanjutkan penelitian ini.