1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kota Yogyakarta sebagai kota pelajar dan terkenal gudegnya sebagai makanan khas daerah.Suasana damai, tentram, nyaman dan ramah dapat dirasakan di daerah ini. Para penduduk dari berbagai daerah desa maupun kota besar datang untuk mencari peluang kerja dan menanam modal. Dampak peningkatan pendapatan daerah, disisi lain juga menambah masalah baru untuk kota pariwisata ini,yaitu meningkatnya kepadatan jumlah penduduk. Peningkatan jumlah penduduk melalui kelahiran maupun laju urbanisasi, menuntut pertumbuhan kota dengan berbagai fasilitas yang harus disediakan. Pemekaran pemukiman baru mengakibatkan padatnya pusat kota,biasanya masyarakat kelas menengah keatas menempati daerah pingiran kota karena harga tanah masih terjangkau / murah dan nyaman. Tetapi masyarakat kelas bawah / penghasilan rendah lebih senang tinggal di pusat kota karena dekat dengan tempat mereka mencari nafkah, daerah yang mereka minati di daerah aliran sungai. Hal tersebut timbul karena masalah keterbatasan ruang yang tersedia untuk mewadahi kaum urban,yang merupakan pelaku pendukung kegiatan di pusat kota.
2
1. Pemukiman di Daerah Aliran Sungai Derah Aliran Sungai yang melintas Kotamadya Yogyakarta menimbulkan masalah keterbatasan ruang yang tersedia untuk mewadahi masuknya kaum urban. Sungai yang melintas di tengah kota ada 3 yaitu : sungai Gajah Wong, sungai Code, dan sungai Winongo. Sungai Code merupakan sungai yang membelah kota Yogyakarta dari utara ke selatan sampai ke Parangtritis. Disekitar sungai ini merupakan area menarik bagi masyarakat urban untuk bertempat tinggal, karena berada di pusat kota dan dekat dengan tempat usaha atau mata pencaharian tanpa memperhitungkan bahaya banjir, legalitas, dan kekumuhan lingkungan. Sehingga Kawasan Sungai Code menjadi pemukiman yang padat. Dan akan direncanakan akan dikembalikan menjadi jalur hijau sebagai paru-paru kota. Tetapi berkat usaha almarhum Romo Mangun dan kawan-kawan, bantaran sungai Code ditunda untuk dijadikan jalur hijau yaitu daerah khusus untuk penghijauan atau paru-paru kota. Pada kenyataannya daerah aliran sungai Code harus menanggung dampak yang ditimbulkan karena keberadaan mereka, disamping kepadatan penduduk yang akhirnya menimbulkan pemukiman kumuh karena kurangnya sarana dan prasarana yang mewadahi juga menyebabkan penyempitan dibeberapa bagian alur sungai, sehingga menambah jumlah lahan kritis yang ada. Dalam mengatasi lahan kritis ini tidak dengan menggusur pemukiman yang ada di lahan kritis tersebut dan mengembalikan sebagai bagian dari kawasan sungai Code. Tetapi bagaimana dengan masyarakat yang digusur? Apakah cukup dengan
3
memindahkan mereka ke suatu area penampungan di pinggiran kota, tanpa memperhitungkan kondisi dan kebutuhan masyarakat? Penyelesaian yang diharapkan tidak begitu saja memindahkan mereka ke lokasi lain tetapi dengan peremajaan lingkungan dan penataan, yaitu dengan pengadaan bangunan yang hemat lahan dalam bentuk rumah bersusun dan penataan lanskap. Penyelesaian ini diutamakan pada pertimbangan kebutuhan dan kondisi penghuninya, yang merupakan kaum pendatang yang sedang beradaptasi dari kehidupan desa ke dalam kehidupan kota.
2. Penghuni Daerah Aliran Sungai Kawasan Sungai Code Disebabkan terdorong oleh keinginan kehidupan yang lebih baik di kota banyak penduduk dari desa di sekitar kotamadya Yogyakarta berurbanisasi. Mereka tinggal di sekitar pusat kota khususnya di kawasan sungai Code karena murah dan strategis bagi kaum urban ekonomi lemah. Tempat yang dihuni oleh kaum urban ada dua jenis, yaitu di daerah pinggiran sungai dengan status tanah tidak jelas dan tanah yang sudah bersertifikat. Di tempat tinggal baru di kawasan sungai Code tersebut mereka harus melakukan penyesuaian dari pola pikir kehidupan desa ke pola pikir kehidupan kota. Sebagian masyarakat di sekitar kawasan sungai Code mempunyai kebiasaan yang belum dapat diterima di kalangan masyarakat yang sudah maju. Para pemuda kebanyakan menghabiskan waktu malam hari untuk mabuk dengan minum minuman keras di pinggir sungai. Pada paginya sering ada tontonan sabung ayam yang ramai dikunjungi oleh orang-orang di daerah sekitarnya. Dan ada pula beberapa kaum hawa
4
yang menjadi pekerja seks komersial yang sering mangkal di sekitar Kantor Pos Pusat dan Bank Indonesia. Mereka melakukan itu semua pada dasarnya masalah ekonomi, lingkungan, dan pendidikan. Dalam proses ini terjadi penggabungan dua pola pikir dalam kehidupan mereka.Untuk itu mereka membutuhkan suatu penghubung yang dapat menjembatani dan mendukung mereka dalam melangsungkan dan memperbaiki kehidupan yang mereka inginkan. Rumah susun sederhana sistem sewa diharapkan mampu menjembatani yang tidak hanya sebagai “Shelter” tetapi juga sebagai pendukung transformasi budaya desa-kota sebagai sarana pembentuk pola pikir manusia yang mandiri yang sanggup menghadapi tantangan-tantangan kehidupan kota.
B. Permasalahan Sebagian lahan di pemukiman sungai Code berupa lahan kritis dan berkembang tak terkendali merupakan masalah menarik perhatian berbagai pihak untuk ikut mengatasi permasalahan tersebut sehingga keputusan akhir merupakan pemecahan masalah yang layak untuk dilaksanakan.Masalah lain adalah berkaitan dengan perkembangan kota, makin berkembangnya kota berkembang pulalah daerah perkampungannya khususnya keberadaan pemukiman yang berada di kawasan pusat kota dimana kondisinya merupakan pemukiman padat dan sebagai pemukiman semakin buruk karena kurang tersedianya sarana dan prasarana yang memadahi lebihlebih dengan dipadatinya kampung itu oleh kaum urban.
5
Keadaan fisik lingkungan yang demikian akhirnya menjadi ciri-ciri kampung kota. Untuk itu perlunya suatu perencanaan dan perancangan pemukiman serta penataan lanskap sebagai alternatif untuk perbaikan lingkungan pemukiman
di
kawasan sungai Code, sehingga dapat menjadi kebutuhan rumah yang layak dan sesuai dengan kondisi dari latar belakang penghuninya.
C. Perumusan Masalah 1. Bagaimana mendesain bangunan yang menghemat lahan namun memiliki fleksibilitas ruang dalam bentuk rumah susun sehingga pemukiman kampung kota di daerah aliran sungai Code menjadi lebih jelas dan layak huni. 2. Bagaimana mendesain bangunan rumah susun sederhana sistem sewa yang dapat menjadi penghubung antara budaya desa-kota pada lingkungan kampung kota khususnya budaya perilaku sosial masyarakat yang membentuk pola hunian sehingga mendukung proses adaptasi
mereka
menjadi manusia mandiri. 3. Bagaimana mewujudkan tuntutan fisik yang mampu memberikan kebebasan yang cukup, meskipun tidak sebebas waktu di atas tanah. 4. Bagaimana mengurangi penyebab pencemaran limbah di daerah aliran sungai Code oleh penggunanya. 5. Bagaimana fasilitas sosial dan open space agar bermanfaat lebih baik.
6
D. Tujuan dan Sasaran Pembahasan Tujuan 1. Mendapat landasan konseptual perancangan Rumah susun sederhana sistem sewa di daerah aliran sungai di kawasan sungai Code yang ramah pada lingkungan. 2. Mengungkapkan fisik bangunan Rumah Susun pada lingkungan kampung kota di daerah aliran sungai di kawasan sungai Code yang memperhatikan pola hunian di kelurahan Prawirodirjan.
E. Lingkup Pembahasan Secara keseluruhan pembatasan diarahkan pada perencanaan dan perancangan fisik arsitektural pada Rumah susun sederhana sistem sewa di Prawirodirjan Rt. 47 dan Rt. 48 ditinjau dari pola hunian di kelurahan Prawirodirjan.
F. Metode Pembahasan Mengumpulkan data tentang pemungkiman di kawasan sungai Code, menganalisa secara deskritif masalah-masalah yang timbul pada pemukiman rumah di bantaran sungai Code dan manusia penggunanya yang kemudian dikaitkan dengan fungsi peranan dan persyaratan rumah susun yang layak huni sehingga dapat memberi spesifikasi pada ungkapan fisik bangunan.
7
G. Sistematika Pembahasan Pembahasan dibagi dalam lima bagian dengan isi masing-masing bab adalah sebagai berikut : Bab I,
meliputi pengantar dari keseluruhan proses yang berisi Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Sasaran Pembahasan, Lingkup Pembahasan, dan Metode Pembahasan, serta Sistematika Penulisan.
Bab II,
pembahasan mengenai kondisi Kota Yogyakarta dengan Daerah Aliran Sungai Kawsan Sungai Code, pemukiman dan penghuni Prawirodirjan di bantaran Sungai Code.
Bab III, tinjauan Konseptual mengenai Rumah Susun, sarana dan prasarananya (jalan, open space, fasilitas sosial) berdasar pada interaksi sosial dan kebiasaan masyarakat. Bab IV, membahas mengenai kebutuhan fasilitas rumah susun di derah aliran sungai kawasan sungai Code yang disesuaikan dengan pola hunian di kelurahan Prawirodirjan, sera analisa data usulan investasi Bab V,
konsep Perencanaan dan Perancangan Rumah Susun.