BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Keanekaragaman budaya Indonesia dari Sabang sampai Merauke
merupakan aset yang tidak ternilai harganya, sehingga harus tetap dipertahankan dan terus dilestarikan.Keanekaragaman budaya ini memberikan kita banyak keuntungan, apabila dibanding dengan negara-negara lainnya di dunia Keuntungan tersebut memberikan manfaat bagi bangsa kita. Dalam bidang pariwisata misalnya, potensi keberagaman budaya dapat dijadikan objek dan tujuan pariwisata di Indonesia yang bisa mendatangkan devisa. Pemikiran yang timbul dari sumber daya manusia di masing-masing daerah dapat pula dijadikan acuan bagi pembangunan nasional. Dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, dijelaskan bahwa pariwisata merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, dan bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup di dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup serta kepentingan nasional. Penekanan terhadap perlindungan nilai agama dan budaya yang hidup dalam masyarakat serta kelestarian mutu lingkungan hidup menjelaskan bahwa konsep pembangunan berkelanjutan dan pembangunan berbasis masyarakat menjadi dasar dalam kepariwisataan. Dengan mempertimbangkan bahwa
1
2
Indonesia memiliki potensi wisata yang beraneka ragam yang tersebar pada setiap Daerah Tujuan Wisata (DTW), maka keanekaragaman potensi wisata yang dimiliki Indonesia ini harus dipelihara dan dikembangkan, karena selain dapat membawa dampak positif bagi perekonomian, pelestarian kesenian dan budaya juga dapat menciptakan citra pariwisata Indonesia yang mempunyai ciri khas dibandingkan negara-negara lainnya. Sebagai salah satu kota perniagaan dan jasa, Kota Pontianak tidak memiliki sumber daya alam yang secara signifikan mampu menopang pembangunan. Pembangunan yang dilakukan sangat bergantung pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, yang mana sektor ini menyumbang kontribusi sebesar 26,07 persen terhadap total PDRB Kota Pontianak. Semakin banyak tamu yang datang, menginap serta membelanjakan uangnya di Kota Pontianak diharapkan dapat mendorong kegiatan perekonomian Kota Pontianak yang berujung pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Besarnya peranan sektor perdagangan, hotel dan restoran ini menjadikan sektor ini memiliki fungsi strategis dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta dalam menunjang pembangunan. Untuk meningkatkan dan mengoptimalkan fungsi strategis dari sektor ini antara lain dapat dilakukan oleh Pemerintah Kota Pontianak dengan cara mengembangkan potensi pariwisata khususnya pariwisata berbasis budaya dan kearifan lokal. Hal ini bertujuan tidak hanya untuk memperkenalkan berbagai kebudayaan yang lahir dari keragaman etnis dan budaya, tapi juga yang paling penting ialah bahwa sektor pariwisata ini mampu
3
memberikan nilai tambah bagi Pemerintah Kota Pontianak pada khususnya dan masyarakat Kota Pontianak pada umumnya. Kota Pontianak sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Barat memiliki karakter kota yang sangat unik dan jarang sekali ditemui pada kota-kota lainnya. Kota yang mendapat julukan sebagai Kota Khatulistiwa ini memiliki keberagaman budaya yang sangat kaya. Hal ini tercermin dari beraneka ragamnya suku atau etnis yang mendiami. Etnis-etnis tersebut mulai dari etnis Tionghoa, Melayu dan Madura sebagai etnis mayoritas, ditambah etnis-etnis minoritas seperti Dayak, Bugis, Jawa, dan etnis-etnis lainnya. Masing-masing etnis ini hidup rukun dan damai serta saling toleransi antara yang satu dengan yang lainnya. Masing-masing etnis ini juga kemudian saling memperkenalkan kebudayaannya yang pada akhirnya menambah keanekaragaman khasanah budaya yang ada di Kota Pontianak. Keberagaman budaya dan kerukunan antar etnis di Kota Pontianak ini kemudian direpresentasikan dalam sebuah slogan yang menjadi identitas, dan tidak hanya merepresentasikan Kota Pontianak secara khusus, tapi juga Kalimantan Barat secara umumnya yaitu: “Harmonis Dalam Etnis”. Keberagaman etnis ini, kemudian melahirkan potensi pariwisata yang menjanjikan, yaitu pariwisata yang berbasis kepada kebudayaan dan kearifan lokal. Di Indonesia, pelaksanaan kegiatan pariwisata berbasis budaya sendiri telah ditunjukkan oleh beberapa daerah dan provinsi. Selain Bali, daerah lain yang fokus dalam pelaksanaan ini adalah Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya Kota Yogyakarta.
4
Mengapa pariwisata khususnya yang berbasis pada budaya dan kearifan lokal masyarakat setempat menjadi sebuah isu penting untuk dikembangkan? Di masa depan, diramalkan bahwa objek wisata yang diminati oleh wisman (wisatawan mancanegara) akan lebih banyak terpusat pada hasil kebudayaan suatu bangsa. Pariwisata berbasis budaya menjadi salah satu bentuk pariwisata yang akan banyak mendatangkan wisatawan. Sebagaimana diproyeksikan oleh organisasi WTO bahwa pada tahun 2020 pariwisata berbasis budaya diramalkan akan menjadi fokus utama pariwisata bagi masyarakat dunia khususnya yang berasal dari Eropa. (e.g Boyd, 2002; Frangialli, 2002; Light & Prentice, 1994 dalam Niemczyk, 2012). Oleh karena itu dalam industri pariwisata nanti, hasil kebudayaan bangsa merupakan “komoditi” utama untuk menarik wisman berkunjung ke Indonesia. Menurut penelitian Citra Pariwisata Indonesia pada tahun 2003, budaya merupakan elemen pariwisata yang paling menarik minat wisatawan mancanegara untuk datang ke Indonesia. Budaya mendapatkan skor 42,33 dari wisatawan mancanegara dalam kategori 'sangat menarik' dan berada di atas elemen lainnya seperti keindahan alam dan peninggalan sejarah, dengan skor masing-masing 39,42 dan 30,86. Hal tersebut membuktikan bahwa atraksi budaya merupakan hal yang paling disukai para turis dari pariwisata di Indonesia. Dengan memperhatikan berbagai potensi dan peluang yang ada maka sudah selayaknya pemerintah daerah khususnya Pemerintah Kota Pontianak untuk mengembangkan potensi Pariwisatanya khususnya yang berbasis pada kebudayaan dan kearifan lokal.
5
Tabel 1 Persepsi Wisatawan Mancanegara terhadap Objek dan Daya Tarik Wisata di Indonesia Persepsi No
Elemen
Sangat
Tidak
Pariwisata
tidak
menarik
menarik 1
Keindahan
Menarik/ Menarik tdk
Sangat menarik
Skala
menarik
0,79
2,01
9,38
48,41
39,42
4,02
0,72
1,73
15,54
51,15
30,86
3,86
Alam 2
Peninggalan Sejarah
3
Budaya
0,59
1,26
8,32
47,50
42,33
4,11
4
Karya Manusia
0,64
3,21
18,37
46,08
31,70
3,81
Sumber: Data Lapangan, Penelitian Citra Pariwisata Indonesia, 2003 (Yoeti,dkk : 2006) 1.2
Atraksi Budaya: Festival Meriam Karbit Salah satu atraksi budaya dari Pariwisata berbasis budaya di Kota
Pontianak yang akan dibahas oleh penulis adalah atraksi budaya Festival Meriam Karbit. Sebagaimana festival budaya lainnya di Kota Pontianak, Festival Meriam Karbit memiliki potensi besar untuk dikembangkan.Festival ini kerap kali dimainkan
setiap
malam
menyambut
Hari
Raya
Idul
Fitri
di
Kota
Pontianak.Festival Meriam Karbit ini mampu menarik minat pengunjung yang antusias menyaksikan dentuman bunyi meriam yang membahana dan saling bersahutan. Festival yang sekaligus menjadi permainan rakyat ini keberadaannya diakomodir oleh Pemerintah Kota Pontianak melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pontianak bekerja sama dengan Forum Meriam Karbit.
6
Dilihat dari aspek sejarah, permainan meriam karbit memiliki hubungan yang erat dengan sejarah berdirinya Kota Pontianak. Alkisah di masa lalu menurut sebagian para ahli sejarah, raja pertama Pontianak,yaitu Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, ketika akan membuka lahan untuk bertempat tinggal di Pontianak konon sempat diganggu oleh keberadan mahkluk-mahkluk halus. Sultan kemudian memerintahkan pasukannya untuk mengusir mahkluk-mahkluk halus itu dengan menembakkan meriam ke arah daratan yang dipenuhi oleh mereka.Bunyi meriam yang membahana dan bersahutan itu akhirnya berhasil mengusir para mahkluk halus dan daratan yang ditinggalkan kemudian dijadikan daerah bermukim Sultan dan para pengikutnya.Selain itu, bunyi keras meriam juga sering digunakan pada masa itu sebagai penanda waktu adzan bagi Sultan dan pengikutnya yang beragama muslim. Untuk mengenang peristiwa yang bersejarah itu, warga masyarakat Kota Pontianak, khususnya yang bermukim di tepian Sungai Kapuas kemudian membuat meriam-meriam dari berbahan batang kayu
bergelondongan
besar
yang
diberi
nama
meriam
karbit
dan
membunyikannya pada waktu waktu tertentu atau ketika ada suatu perayaan. Meriam karbit yang dikenal saat ini bukanlah meriam yang menggunakan mesiu seperti gambar perang dengan VOC, maupun pipa logam di atas gerobak atau kereta.Meriam ini adalah meriam yang dibuat dari ruas-ruas bambu, batang kelapa.dan langsung diambil dari batang pohon. Meriam ini terbuat dari kayu besar yang berdiameter kurang lebih antara 50 cm sampai dengan 100 cm, dengan panjang antara 4 sampai 7 meter. Pada salah satu bagiannya, tepatnya di tengah
7
meriam, di beri lubang.Cara memainkannya ialah meriam terlebih dahulu diisi dengan air dengan jumlah tertentu, kemudian dimasukkan karbit lalu disulut. Meriam ini menggunakan karbit sebagai sebagai bahan bakar untuk menimbulkan bunyi ledakan yang sangat keras.Karbit yang bereaksi dengan air akan menghasilkan gas yang apabila disulut dengan api akan mengakibatkan ledakan. Untuk satu kali permainan paling tidak dibutuhkan sekitar 3 sampai 5 ons karbit.Suara ledakan yang di hasilkannya mampu menggoyangkan bangunan di sekitarnya.Pada beberapa kasus, pernah terjadi pecah pada kaca rumah.Kondisi ini terjadi jika jarak antara meriam dengan rumah terlalu dekat.Secara teoritis, ledakan yang di timbulkan meriam karbit di karenakan adanya konsentrasi gas di tempat yang sempit. Gas yang di hasilkan karbit memiliki sifat mudah terbakar.Akumulasi gas dalam jumlah besar dapat di peroleh dalam waktu relatif singkat melalui pencampuran air dengan karbit. Saat ini khususnya selama bulan puasa terutama di sepanjang tepian Sungai Kapuas, dapat dilihat pemandangan meriam berderet-deret dan saling berhadapan yang berada sepanjang tepian sungai. Bunyi dentuman menggelegar seperti layaknya suasana pertempuran sudah menjadi hal biasa pada setiap malam Lebaran di Kota Pontianak.Tradisi membunyikan meriam karbit saat puasa hingga lebaran, telah berlangsung berpuluh tahun lamanya.Tradisi tersebut tidak pernah putus di masyarakat yang bermukim di pinggiran Sungai Kapuas.Pada masa orde baru, perayaan meriam karbit ini sempat mengalami pelarangan dan baru kembali diadakan setelah era orde baru berakhir. Dalam lima tahun terakhir, permainan rakyat ini semakin dikenal dan berkembang.Pemerintah Kota Pontianak sendiri
8
telah membuat peraturan, bahwa permainan meriam karbit hanya dapat dibunyikan pada saat tiga hari sebelum lebaran dan tiga hari setelah lebaran. Festival Meriam Karbit ini jelas memiliki nilai pesona budaya yang amat menarik.Tidak sedikit wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara yang terpesona dengan festival yang merupakan bagian dari permainan rakyat ini.Bagi para wisatawan, festival seperti ini jelas adalah sebuah momen yang sangat langka.Bahkan besar kemungkinan bahwa Festival Meriam Karbit hanya ada satusatunya di dunia, dan berada di Kota Pontianak. Namun meskipun demikian secara keseluruhan,Festival Meriam Karbit sebagaimana festival-festival lainnya yang ada di Kota Pontianak dapat dikatakan belum mampu mengangkat image Kota Pontianak sebagai Kota Pariwisata yang berbasis kepada budaya.Hal ini tercermin dari belum adanya suatu identitas yang jelas, yang menyatakan bahwa Kota Pontianak adalah salah satu destinasi wisata yang mampu menawarkan berbagai pengalaman pariwisata yang memiliki keunikan dibanding destinasi wisata lainnya di Indonesia. Untuk mempertegas penyataan ini dapat ditunjukkan melalui tabel berikut: Tabel 2. Daftar 10 Kota di Indonesia Dengan Jumlah Kunjungan Internasional Terbesar Selama 2012 No Nama Kota
Jumlah Kunjungan Wisatawan Internasional (Juta Jiwa) 2.902.125
1
Denpasar, Bali
2
Jakarta, DKI Jakarta
2,063,850
3
Pekanbaru, Riau
1,767,439
4
Medan, Sumatera Utara
206,845
9
5
Surabaya, Jawa Timur
197,776
6
Bandung, Jawa Barat
146,736
7
Yogyakarta, DI Yogyakarta
58,926
8
Padang, Sumatera Barat
32,768
9
Pontianak, Kalimantan Barat
25,887
10
Solo, Jawa Tengah
21,612
Sumber: Badan Pusat Statistik 2012 Dilihat dari tabel di atas, Kota Pontianak saat ini menempati urutan kesembilan dari sepuluh Kota di Indonesia yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. Namun, dari total kunjungan wisatawannya terpaut sangat jauh apabila dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Daerah yang menjadi primadona wisatawan Internasional di Indonesia saat ini masih dipegang oleh Bali dengan jumlah kunjungan wisatawan mencapai 2,9 juta wisatawan, atau seratus kali lipat lebih jumlahnya dibandingkan dengan kunjungan wisatawan ke Kota Pontianak yang hanya 25 ribu wisatawan. Bahkan dibandingkan dengan Yogyakarta yang juga mengandalkan pariwisatanya dari hasil seni dan kebudayaannya, jumlah kunjungan wisatawannya masih terpaut jauh atau tidak sampai setengah dari total kunjungan yang mencapai 59 ribu wisatawan. Hal ini amat disayangkan bahwa, tanpa identitas pariwisata yang jelas maka tidak hanya potensi pariwisata berbasis budaya yang dimiliki oleh Kota Pontianak akan terlewatkan dan menjadi sia-sia, namun juga Festival Meriam Karbit sebagaimana festival-festival budaya lain yang seharusnya mampu menjadi
10
daya tarik wisatawan baik domestik maupun internasional menjadi sulit untuk berkembang. Untuk Festival Meriam Karbit itu sendiri, dibanding dengan festival budaya lain yang diselenggarakan di Kota Pontianak dapat dikatakan masih belum mampu menyaingi pamor festival budaya lainnya seperti misalnya Festival Cap Go Meh atau Festival Gawe Dayak. Padahal apabila dilihat dari sisi sejarah, Festival Meriam Karbit seharusnya mampu menjadi identitas Kota Pontianak serta mampu mempresentasikan Kota Pontianak beserta sejarahnya. Dari unsur keberagaman juga dapat dilihat bahwa Festival Meriam Karbit yang dianggap mempresentasikan kebudayaan Melayu ini, seolah berdiri sendiri dan belum melibatkan berbagai unsur kebudayaan lainnya. Hal-hal inilah yang kemudian menjadikan Festival Meriam Karbit ini hanya menjadi tontonan dan hiburan semata bagi masyarakat setempat, belum menjadikannya komoditi pariwisata yang seharusnya memiliki nilai jual yang tinggi. Festival Meriam Karbit sebagai bagian dari pariwisata berbasis budaya menjadi salah satu identitas yang perlu dilestarikan dan dikembangkan agar memiliki daya saing, sehingga pada akhirnya dapat memberikan nilai tambah bagi Pemerintah Kota Pontianak pada khususnya dan masyarakat Kota Pontianak pada umumnya.Dari berbagai uraian yang telah disampaikan, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Pengembangan Pariwisata Berbasis Budaya Atraksi Budaya Festival Meriam Karbit di Kota Pontianak”
11
1.3
Rumusan Masalah Berdasarkan berbagai uraian yang telah disampaikan pada latar belakang
masalah, maka permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan melalui pertanyaan berikut: 1.
Bagaimana kebijakan pengembangan potensi pariwisata atraksi budaya Festival Meriam Karbit oleh Pemerintah Kota Pontianak?
2.
Faktor-faktor apa yang menghambat pengembangan potensi pariwisata atraksi budaya Festival Meriam Karbit oleh Pemerintah Kota Pontianak?
1.4
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini antara lain:
1.
Menjelaskan bagaimana kebijakan pengembangan potensi pariwisata atraksi budaya Festival Meriam Karbit oleh Pemerintah Kota Pontianak.
2.
Menjelaskan
faktor-faktor
yang
menghambat
pengembangan
potensi
pariwisata atraksi budaya Festival Meriam Karbit oleh Pemerintah Kota Pontianak. 1.5
Manfaat Penelitian Manfaat dari dilakukannya penelitian ini antara lain:
1.
Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kota Pontianak dalam kebijakan pengembangan, pengelolaan dan pemasaran pariwisata berbasis budaya khususnya atraksi budaya Festival Meriam Karbit di Kota Pontianak
2.
Sebagai masukan dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya kebijakan pariwisata berbasis budaya atraksi budaya Festival Meriam Karbit.
12
1.6
Keaslian Penelitian Sepanjang pengetahuan penulis ada beberapa penelitan serupa mengenai
kebijakan pengembangan pariwisatadan beberapa di antaranya berkaitan dengan pengembangan pariwisata berbasis budaya baik itu objek wisata maupun atraksi budaya. Namun diantara penelitian tersebut peneliti belum menemukan bentuk tulisan yang membahas mengenai kebijakan pengembangan pariwisata berbasis budaya oleh Pemerintah Daerah yang secara spesifik mengacu pada salah satu kegiatan atraksi budaya atau festival budaya sebagaimana yang penulis bahas dalam penelitian ini. Beberapa penelitian yang serupa antara lain: 1.
Rifdan (1997) dalam penelitiannya berjudul Pengembangan Pariwisata di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta: Strategi dan Implikasi Kebijakan Dalam Mewujudkan Ketahanan Sosial Budaya mengatakan bahwa pengembangan dan pendayagunaan potensi pariwisata budaya oleh Pemerintah Provinsi DIY melalui strategi dan kebijakan pengembangan pariwisata yang idealis, realis dan pragmatis telah berhasil meningkatkan pendapatan daerah, swasta dan masyarakat. Kebijakan ini juga mampu meningkatkan keuletan dan ketangguhan warga masyarakat agar tetap memelihara nilai-nilai kebudayaannya.
2.
Primadella
(2007)
dalam
penelitiannya
yang
berjudul
Arahan
Pengembangan Pariwisata Sungai Musi Palembang Dengan Konsep Highlight Attraction mengatakan bahwa faktor yang menentukan highlight attraction adalah tingkat keunikan atraksi wisata, keragaman daya tarik serta tingkat pengembangan yang terdiri atas skala jangkauan pasar, jaringan
13
aksesibilitas, kelengkapan sarana dan prasarana. Aktivitas budaya yang ada mencerminkan keaslian pola hidup masyarakat sebagai bagian dari atraksi wisata. Highlight attraction di Sungai Musi yaitu Jembatan Ampera, tematema wisata dan berbagai atraksi wisata sebagai pendukung atraksi utama.