BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masyarakat kota Medan, seperti juga halnya masyarakat lainnya di dunia, memiliki bentuk kesenian yang didalamnya mencakup seni musik, seni tari, seni sastra, seni drama, dan sebagainya. 1 Dalam kesenian masyarakat kota Medan dikenal berbagai genre (jenis) kesenian. Kesenian yang begitu identik dengan kota Medan salah satunya adalah Melayu seperti ronggeng Melayu, Makyong, Qasidah, dan lain-lain. Namun tulisan tentang kesenian kelompok etnis Melayu Medan melalui orkes musik di Medan sangat terbatas, bahkan belum ada yang menulis tentang orkes musik di kota Medan, apalagi dibidang musik yang ditulis secara ilmiah. Hal ini dimungkinkan karena tradisi orkes musik itu bersifat lisan. 2 Sangat disayangkan apabila tulisan-tulisan ilmiah tentang orkes musik khususnya dalam bidang kesenian tidak segera dipelihara oleh masyarakat dan didukung oleh instansi pemerintah setempat yang berpengaruh terhadap maju atau mundurnya kebudayaan suatu etnis diwilayahnya. Sebagai seorang sejarawan pemula, penulis merasa prihatin dengan keadaan kebudayaan-kebudayaan kita sekarang khususnya kebudayaan Melayu di kota Medan, jika kita tidak menjaga dan melestarikannya mulai saat ini, maka kebudayaan Melayu itu akan terkikis seperti air hujan yang jatuh ke sebuah batu besar hingga akhirnya batu tersebut menjadi kecil, akibat tetesan air dan batu itu lama-kelamaan akan hilang tanpa meninggalkan bekas. Begitulah keadaan kebudayaan kita sekarang. Besar kemungkinan kebudayaan lama akan hilang, berubah menjadi kebudayaan baru, yang lebih dominan dari budaya-budaya Barat. 1
Drs. Fadlin, Studi Organologis Gendang Ronggeng Melayu Sumatera Timur, Medan: USU, 1991, hal 1. 2 Ibid, hal 1.
Universitas Sumatera Utara
Muncul, berkembang dan redupnya suatu kebudayaan sangat tergantung pada faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berkaitan dengan sikap pendukung atau masyarakat dari kebudayaan itu sendiri, sementara faktor eksternal berhubungan dengan penetrasi kebudayaan luar. Penetrasi kebudayaan luar merupakan konsekuensi logis dari pilihan untuk membuka relasi dengan kebudayaan lain. Namun, pengaruh dari penetrasi tersebut akan sangat tergantung pada pola respons pendukung kebudayaan yang bersangkutan. Redup atau berkembangnya kebudayaan Melayu akan sangat tergantung pada orang Melayu itu sendiri, dalam mengembangkan kebudayaannya sendiri dan merespons penetrasi kebudayaan asing. Gambaran yang paling nyata saat ini adalah pengaruh negara-negara barat terhadap masyarakat kota Medan telah membawa implikasi-implikasi tersendiri terhadap kehidupan mereka. Orang-orang Melayu di kota Medan menyadari bahwa mereka pernah berjaya di masa lalu. Berbagai peninggalan sejarah sebagai bukti kejayaan masa lalu tersebut masih bisa disaksikan hingga saat ini. Seperti orkes-orkes musik dikota Medan salah satunya adalah orkes musik El Suraya dengan mengolaborasikan antara seni Melayu dan seni musik Arab. Ketika berkaca ke masa lalu dan membandingkannya dengan keadaan masa kini, orang-orang Melayu kemudian menyadari bahwa mereka sebenarnya telah cukup jauh meninggalkan bahkan melupakan akar kebudayaannya, mereka telah menjadi kelompok marjinal, bahkan di wilayahnya sendiri. Dari situ, kemudian muncul keinginan dan kesadaran baru untuk memperhatikan dan menghidupkan kembali kebudayaan Melayu tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Perhatian dan keinginan tersebut tidak hanya dilatar belakangi oleh nostalgia dan romantisme masa lalu, tapi juga disebabkan oleh adanya kesadaran dan pengetahuan tentang keagungan dan keluhuran budaya Melayu tersebut. Untuk itulah,
Universitas Sumatera Utara
aspek-aspek mengenai kebudayaan Melayu, seperti pandangan hidup, adat istiadat, bahasa dan sastra perlu diaktualisasikan kembali dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan musik Melayu di Medan saat ini, banyak sekali menghadapi masalah. Masuknya pengaruh kebudayaan asing kedalam kebudayaan suatu masyarakat seperti musik Melayu akan membuat suatu perubahan. Perubahan tersebut bersifat positif dan negatif. Perubahan positif yaitu musik yang dikolaborasikan dengan bertambahnya alat musik yang digunakan seperti gitar, drum, bass, keyboard, dan lain-lain. Sedangkan perubahan negatifnya adalah hilangnya atau sirnanya musik-musik yang telah ada sebelumnya seperti gendang ronggeng Melayu, Makyong, Nobat Diraja, digantikan dengan musik-musik yang lebih modern seperti orkes-orkes musik. Sirnanya musikmusik tersebut karena semakin tingginya tingkat pendidikan masyarakat, adanya rasa gengsi, dan kemajuan teknologi. Maka musik Melayu berkembang dan menjadi musik modern, karena menggunakan peralatan-peralatan yang bisa mengubah aransemen musik menjadi tidak kaku dan bervariasi seperti lagu Sekapur Sirih, Seri Balas Musalmah Manis, Tanjung Katung, Lancang Kuning, dan Seri Balas Pasir Salak. Dengan variasivariasi musik tersebut mendorong untuk menciptakan variasi-variasi yang lebih indah. Masalah yang paling utama adalah karena masyarakat Melayu khususnya di kota Medan tidak konsisten untuk mempertahankan kebudayaannya dan juga karena kurangnya kesadaran, kemauan, dan minat untuk mempelajari ataupun mendalami kebudayaan mereka sendiri. Kemunduran suatu kebudayaan memang disebabkan oleh pengaruh-pengaruh kebudayaan asing, tetapi jika masyarakat itu sendiri tidak bekerja sama untuk mempertahankannya, maka kebudayaan itu akan punah seiring waktu yang cepat berlalu. Jika diteliti perkembangan musik dunia, saat ini musik diwarnai dengan
Universitas Sumatera Utara
hingar bingar alunan lagu dan irama serba menarik. Hal ini menyebabkan terjadinya persaingan antara orkes-orkes musik di kota Medan seperti OM. Sinar Medan, OM. Bukit Siguntang, dan orkes musik lainnya, melalui persaingan yang kekal dan sengitlah musikmusik diatas tetap bertahan. Kenyataan ini menuntut agar seniman terus bijaksana dalam meniti perjuangan, tanpa mengabaikan garis panduan yang telah ditetapkan oleh syarak (hukum Islam), sudah saatnya kita melakukan usaha agar seni kreasi baru terdororng untuk maju. Untuk itu perlu penelitian lebih lanjut agar orkes-orkes musik di kota Medan terhindar dari kepunahan dan kehilangan identitas sebagai masyarakat yang beragama Islam. Seiring dengan berkembangnya group musik di kota Medan, maka pada tahun 1960-an peta permusikan dikota Medan mulai terdesak dengan kehadiran musik rock dan musik lainnya yang lebih menggairahkan. Maka group musik tersebut memasukkan elemen-elemen musik Melayu kedalam lagu-lagu yang mereka bawa. Namun demikian bukan berarti musik ini berawal dari Barat. Karakter yang ada adalah sesuai dengan karakter asli Indonesia baik dari idiom, gaya, dan liriknya semua dapat dikatakan mencerminkan budaya Indonesia. 3 Pada era 1960-an inilah masa hangat-hangatnya disebut dengan istilah “Kembali kepada kepribadian Indonesia melawan pengauh musik Barat ataupun kebudayaan asing di nusantara”. 4 Pada awal tahun 1970-an Qasidah Gambus mulai berkembang seiring dengan Qasidah Rebana. Qasidah Gambus diiringi dengan alat musik yang biasanya terdiri dari Gambus, Biola, Seruling, Gendang, Tabla, dan sebagainya. 5 Dan biasanya mereka membawakan lagu-lagu dakwah atau lagu-lagu yang bertemakan keagamaan, dengan 3
Dharmo Budi Suseno, Dangdut Musik Rakyat, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005, hal 29. Tengku Luckman Sinar dan Wan Syaifudin, Kebudayaan Sumatera Timur, Medan: USU PRESS, 2002, hal 343. 5 Tengku Luckman Sinar. SH, Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu, Medan: Perwira, 1990, hal 72. 4
Universitas Sumatera Utara
melodi dan irama ala Timur Tengah. Pada masa yang sama wujud orkes musik gambus biasanya juga membawakan lagu-lagu asli Timur Tengah. Diantara orkes-orkes musik dikota medan yang amat terkenal adalah orkes musik El Suraya yang berdiri pada tahun 1964. Awal pembentukan ataupun latar belakang berdirinya orkes musik El Suraya dikarenakan sangat sedikitnya lagu-lagu bernapaskan Islam serta anjuran dari temanteman Ahmad Baqi yang menggeluti bidang agama di pesantren Darul Ulum Tapanuli Tengah. Berdirinya orkes musik El Suraya dikota Medan, dengan tujuan agar menjadi suatu bukti bahwa di antara pemusik (Ahmad Baqi) dan ulama (sahabat-sahabatnya Ahmad Baqi yaitu Al. Ustad Azra’I Abdul Rauf dan H. Abdul Razak kedua-duanya sebagai guru Qori International di kota Medan, photo terlampir pada lampiran). Bisa bersatu dalam menyumbangkan tenaga dan pikiran melalui musik, dengan harapan dikemudian hari kelak bisa dikenang oleh anak cucu mereka. Orkes musik El Suraya adalah orkes musik yang beraliran dari musik Arab. Pemilihan aliran musik ini dikarenakan Ahmad Baqi sangat suka mendengarkan lagulagu dari Arab. Setiap harinya beliau meluangkan waktu untuk mendengarkan lagu-lagu dari Arab tersebut ditelevisi seperti lagu-lagu Ummi Kalstum, Abdul Halim Hafiz, dan Abdul Wahab sebagai pencipta lagu-lagu Mesir dan seorang komposer yang dikagumi Ahmad baqi, disamping ituihal ni juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu dari faktor keluarga, dan faktor lingkungan. Aliran musik Arab dalam panutan orkes musik El Suraya adalah karena Ahmad Baqi berasal dari keluarga ulama (ayahnya H. Abdul Majid) yang sangat kental akan agama Islam. Selain itu karena Ahmad Baqi pernah mendapatkan pendidikan di pesantren Darul Ulum Tapanuli Tengah, juga karena Ahmad Baqi memiliki beberapa sahabat-sahabat yang sangat kental akan Islam sewaktu beliau menjalani
Universitas Sumatera Utara
pendidikan pesantren Darul Ulum bersama para sahabatnya. Dari sinilah Ahmad Baqi mengadopsi lagu-lagu dari Arab dengan menyatukan lagu-lagu Melayu seperti grenek ataupun cengkok menyanyi. Letak perpaduan antara lagu-lagu tersebut bisa disimak dalam album orkes musik El Suraya, disana akan kita temukan perpaduan antara musik timur tengah dan musik Melayu. Seperti Selimut Putih, El Ghuyyum, Balladi, Zikrayat, El Hamamah dan lain-lain. El Suraya memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan orkes musik lainnya di Medan. Ciri khas tersebut terdapat pada Hawa Qur’an dalam pembawaan lagu-lagunya seperti Sikkah, Soba, Rast, Bayati, Nahwan, Zaharka, Hijaj, dan lain-lain. Maka dari itu lagu-lagu El Suraya tidak mudah untuk dinyanyikan orang-orang karena harus mengerti nafas Qur’an terlebih dahulu. Kelebihan lain yang tidak dimiliki oleh orkes manapun pada saat itu karena El Suraya menggunakan alat musik Gannun terdiri dari 78 senar, dan juga karena lirik ataupun syair-syair lagu-lagunya begitu menyentuh hati dan mampu menitiskan air mata bagi yang mengamatinya. Sepanjang perjalan dan perkembangan orkes musik El Suraya tentunya pasti memiliki banyak permasalahan. Lagu-lagunya yang menyentuh kehidupan dan menempatkan manusia sebagai mana mestinya sangat digemari. Terutama bagi rakyat (masyarakat kebanyakan) keberhasilan ini mengundang banyak minat dari tangan-tangan jahil dan tidak bertanggung jawab untuk membajak lagu-lagu milik El Suraya kedalam bentuk pita atau biasanya disebut dengan kaset tape dan piringan hitam (photo terlampir pada lampiran) ke seluruh nusantara pada tahun 1980-an. Ini menyebabkan kerugian besar pada orkes musik El Suraya, sebab El Suraya tidak merasa mengadakan perjanjian dan mendapat bagian dari keuntungan penjualan kaset-kaset bajakan tersebut, dan juga
Universitas Sumatera Utara
penulisan nama orkes tidak sesuai dengan nama orkes aslinya, ini bisa membuat para penggemar bingung akibat dari penambahan ataupun pengurangan nama dari orkes musik El Suraya, seperti nama orkes musik El Suraya yang asli adalah El Suraya dibajak menjadi orkes musik Nur El Suraya dan El Surayya (photo terlampir pada lampiran). Kemudian dengan keberhasilan dalam lagu-lagunya, nama orkes musik El Suraya diduplikasi oleh pihak bertangan jahil. Seperti apa yang terjadi saat penulis meneliti orkes musik El Suraya ini untuk pertama kalinya, dengan secara tidak sengaja penulis menemukan orkes El Suraya yang palsu dijalan kampung baru Medan dengan sebuah papan nama orkes musik El Suraya, dipimpin oleh bapak Fachruddin Nasution. Beliau memberitahukan kepada penulis bahwa El Suraya tidak hanya satu dikota Medan. Dan memberitahukan bahwa keberadaan orkes musik El Suraya lainnya berada dijalan sungai mati Medan. Akan tetapi keberadaan orkes yang dimaksud tidak ada, setelah penulis telusuri dari hari kehari, minggu berganti minggu, akhirnya keberadaan orkes El Suraya lainnya penulis temukan dengan bantuan teman lama yang kebetulan pada tahun 1986 memanggil El Suraya untuk mengisi acara pernikahan. Setelah beberapa bulan penulis meneliti orkes musik El Suraya di kota Medan, maka penulis mengetahui orkes musik El Suraya yang asli berada dijalan Garu I no 86 Medan dengan bukti-bukti yang cukup kuat seperti istri Alm. Ahmad Baqi, Ahmad Syauqi (Penerus Pimpinan El Suraya yang dimandatkan Ahmad Baqi tahun 1990), photo-photo beliau semasa hidup, alat musik seperti Gannun, catatan harian Alm. Ahmad Baqi, beserta catatan-catatan lainnya (photo terlampir dalam lampiran). Dari permasalahan-permasalahan yang telah dijelaskan diatas maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat judul “Orkes Musik El Suraya Di Kota Medan (1977-
Universitas Sumatera Utara
1990)” dengan alasan, karena sejauh yang penulis ketahui belum ada yang menulis tentang orkes musik El Suraya, karena banyaknya orkes musik El Suraya di kota Medan hingga membuat penulis semakin bergairah untuk meneliti mana orkes musik El Suraya asli dan mana orkes musik El Suraya yang palsu, juga karena syair-syair ataupun lirik pada lagu-lagu orkes El Suraya sangat menyentuh hati, mempunyai makna dan arti yang mengajak manusia agar tidak lupa kepada Yang Maha Sempurna. Munculnya pembajakan-pembajakan atas lagu-lagu El Suraya dan penduplikasian atas nama orkes musik El Suraya dan selain itu orkes musik lainnya berkiblat kepada orkes musik El Suraya seperti OM. Assyabab, OM. Shoutun Nil, dan OM. Al Jamil. Itu yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti orkes ini. Dengan diabadikan ke dalam bentuk suatu tulisan tentang orkes musik El Suraya dengan harapan dapat terus lestari menjadi pelajaran dan kenangan bagi orang-orang yang membacanya. Dalam penelitian ini, digunakan batasan waktu antara tahun 1977-1990. Batasan waktu ini digunakan untuk lebih memfokuskan penelitian pada orkes musik El Suraya. Alasan penulis membatasi kurun waktu tersebut adalah karena tahun 1977 adalah awal puncak kejayaan orkes musik El Suraya Medan melalui lagu selimut putih dan cita-cita hingga lagu ini sangat populer di nusantara bahkan di Malaysia. Dan tahun 1990 merupakan tahun keterpurukannya orkes ini atau kurang diminati oleh masyarakat karena masuknya hiburan musik tunggal keyboard yang lebih praktis dan murah harganya, di samping itu karena semakin tingginya tingkat pendidikan masyarakat, adanya rasa gengsi sosial, status sosial masyarakat, dan munculnya hiburan-hiburan malam yang menyediakan segala kebutuhan dengan fasilitas memuaskan hingga membuat masyarakat lupa akan kebudayaannya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
dan
untuk
menghindari
terjadinya
penyimpangan, maka peneliti membatasi ruang lingkup permasalahan agar nantinya uraian tidak terlalu meluas dari jangkauan studi. Adapun permasalahan-permasalahan tersebut terdiri dari beberapa hal yaitu karena lagu-lagu El Suraya sangat menyentuh dalam kehidupan dan menempatkan manusia sebagai mana mestinya sangat digemari, terutama bagi rakyat (masyarakat kebanyakan). Keberhasilan lagu-lagu ini mengundang banyak minat dari para kriminal untuk membajak lagu-lagu El Suraya yang sudah beredar di Malaysia guna diedarkan ke Indonesia. Pembajakan juga tak lepas dari penduplikasian nama orkes musik El Suraya, hal ini memang benar terjadi dengan berdirinya groupgroup musik yang memakai nama El Suraya sehingga membuat para penggemar bingung mana El Suraya asli dan mana yang palsu. Masalah yang dihadapi bukan hanya itu. Lagulagu yang agamais bernuansa kecintaan kepada Allah dan mengkritik kecintaan kepada keduniaan, kejayaan, kekayaan, dan lain-lain bersifat material membawa permasalahan kepada Yang Dipertuan Agung Malaysia (Perdana Menteri) tentang pelarangan peredaran dan penarikan kaset-kaset lagu-lagu El Suraya Selimut Putih dan Cita-Cita tahun 1977 yang dikelola MMI (Malaysia Music Recording) dari pasaran, karena kesalahpahaman pengertian bahasa yang berbeda dari suatu Negara. Serta kemunduran orkes musik El Suraya yang disebabkan oleh kemunculan alat musik keyboard dan hiburan-hiburan lainnya yang muncul pada tahun 1990 dikota Medan. Begitu banyak permasalahan yang dihadapi oleh orkes musik El Suraya, akan tetapi beliau pimpinan orkes musik El Suraya menghadapi permasalahan itu secara arif
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan keadaan zaman saat itu. Upaya-upaya yang dilakukan adalah untuk menjawab permasalahan-permasalahan tersebut. Untuk itulah tulisan ini dilaksanakan guna mengkaji lebih dalam agar lebih jelas. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana sejarah ataupun latar belakang orkes musik El Suraya di kota Medan ? 2. Bagaimana eksistensi orkes musik El Suraya di kota Medan ? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Rekonstruksi masa silam dari aktifitas manusia berguna untuk masa sekarang dan yang akan datang. Masa silam manusia tidak dapat ditampilkan kembali. 6 Penelitian ini tentunya mempunyai maksud dan tujuan tertentu baik secara akademik kepada penulis maupun kepada orang lain. Tujuan yang diharapkan dari penulisan ini antara lain: 1. Mengetahui bagaimana latar belakang sejarah dari proses pertumbuhan dan perkembangan orkes musik El Suraya di kota Medan 2. Menjelaskan eklsistensi orkes musik El Suraya di kota Medan Di samping itu, penelitian ini ingin menuai manfaat antara lain: 1. Memperluas pengetahuan mengenai seni musik dan perkembangannya di kota Medan. 2. Menambah referensi kesejarahan lokal sebagai bagian integral sejarah Indonesia. 3. Menumbuhkan rasa cinta terhadap hasil kebudayaan bangsa yang bernilai tinggi.
6
Louis Gottschalk, Understanding History: Mengerti Sejarah Nugroho Notosutanto (Terj.), Jakarta: UI Press, 1973, hal 127.
Universitas Sumatera Utara
4. Sebagai inspirasi untuk melestarikan warisan kebudayaan yang berbentuk fisik, demi kepentingan dan pengajaran manusia, sekarang dan akan datang tentunya.
1.4 Tinjauan Pustaka Membicarakan tentang Studi Kelompok Orkes Musik El Suraya Tahun 1977-1990 Di Kota Medan, tidak dapat dihindari dari pengaruh-pengaruh kebudayaan asing dan kebudayaan etnik disekitarnya. Dan literatur-literatur yang menulis tentang kebudayaan Melayu cukup banyak dan bervariasi. Menyoroti dunia permusikan didalam orkes musik El Suraya melalui sumber pustaka tidaklah begitu banyak. Karena pembahasan mengenai El Suraya adalah hal yang masih baru di Indonesia. Tidak seperti di luar negeri, kajian tentang orkes musik sudah diteliti sejak awal musik berkembang. Dan orkes musik bukan lagi sebagai media penghibur tetapi sudah menjadi suatu industri, oleh karena itu pencarian data tidak cukup dari sumber-sumber pustaka, akan tetapi akan lebih terbantu dengan adanya beberapa artikel yang memuat tentang orkes musik El Suraya Medan. Karya Tuanku Luckman Sinar,”Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu”. Buku ini memberikan banyak informasi mengenai perkembangan kesenian musik dan tarian Melayu serta menjelaskan tentang pengaruh-pengaruh kebudayaan Melayu dari pengaruh kebudayaan-kebudayaan asing. Juga menjelaskan sedikit tentang orkes-orkes musik Melayu yang berkembang pada masa 1960-an. Salah satunya adalah orkes musik Melayu Sinar Medan yang dipimpin oleh almarhum Umar Asseran yang begitu terkenal hingga ke Jawa. Seiring makin maraknya orkes-orkes musik dinusantara ini membuktikan bahwa pada era 60-an banyak orkes-orkes di luar Medan mengambil ide-ide dari orkes-
Universitas Sumatera Utara
orkes musik Medan. Seperti penyanyi Said Effendi menyanyikan top hits didalam film “Seroja” pada tahun 1955. Bila melihat perbandingannya dengan orkes-orkes di luar Medan, maka buku yang berjudul “Dangdut Musik Rakyat” oleh Dharmo Budi Suseno memberikan banyak wawasan tentang bagaimana perkembangan musik Melayu dinusantara dari masa ke masa. Buku ini membuat perbandingan keberadaan musik di Medan dengan musik di Jakarta. Keberadaan musik di Medan adalah sebagai orkes penghibur yang banyak diikuti oleh orkes-orkes di luar Medan sedangkan orkes-orkes musik di Jakarta dianggap sebagai salah satu karya seni yang harus dikembangkan dan pada masa 60-an bergerak menjadi suatu perindustrian. Dharmo Budi Suseno juga memberikan penjelasan dan menceritakan tentang sejarah dangdut hingga berkembangnya musik rakyat tersebut keseluruh nusantara. Buku ini juga menyajikan lagu-lagu dangdut yang popular pada masanya. Dalam penelitian Drs. Kumalo Tarigan, “Musik Dalam Konteks Islam Pada Masyarakat Jawa Di Desa Paya Bengkuang Kec. Gebang, Langka”, yang membahas tentang kesenian dalam konteks islam salah satunya adalah kesenian arab-araban sering juga disebut shalawatan arab-araban atau rebana arab-araban. Shalawatan arab-araban merupakan seni musik, karena dalam penyajiannya shalawat yang dibacakan dalam bentuk bernyanyi yang diiringi alat musik rebana dan jidur atau beduk. Membicarakan sejarah dan perkembangan, instrument penduduk serta konteks penyajiannya merupakan suatu hal yang menarik perhatian, karena aspek tersebut memberikan pemahaman kepada pembaca untuk mengetahui deskripsi pertunjukan di atas.
Universitas Sumatera Utara
Dalam buku
M. Soeharto, “Kamus Musik”. Buku ini banyak memberikan
informasi mengenai pengertian-pengertian tentang musik. Bila ditinjau secara umum, pengertian musik adalah hasil ekspresi jiwa manusia yang dituangkan melalui melodi, irama, harmoni, dengan unsur pendukung dalam bentuk gagasan sifat dan warna, dalam penyajiannya sering dengan unsur-unsur lain seperti bahasa, gerak, dan warna. Melodi adalah rangkaian dari sejumlah nada atau bunyi yang ditanggapi berdasarkan perbedaan tinggi rendah (pitch) atau naik turunnya dapat merupakan satu bentuk ungkapan penuh, atau hanya berupa penggalan ungkapan, irama adalah gerak yang teratur mengalir karena munculnya aksen secara tetap. Keindahannya akan lebih terasa oleh adanya jalinan perbedaan nilai dari satuan-satuan bunyinya (duration), disebut juga ritme, rhythme atau rhythm. Harmoni adalah perihal keselarasan paduan bunyi secara teknis meliputi susunan, peranan, dan hubungan dari seluruh paduan bunyi dengan sesamanya atau dengan bentuk keseluruhannya. Berdasarkan hal tersebut musik dapat disimpulkan sebagai media seni yang mana manusia mengungkapkan ekspresi musikalnya melalui bunyi atau suara. Perasaan yang diungkapkan oleh seorang komponis lagu selalu berbeda sesuai dengan zamannya, yang merupakan penjelmaan dari keinginan manusia untuk memberi bentuk kepada ungkapan perasaannya kedalam bentuk musikalnya. Musik diciptakan sebagai tuntutan masyarakat yang menggambarkan keadaan suatu zaman. Dengan demikian musik dan proses terciptanya musik juga ditentukan oleh aspirasi masyarakatnya yang hidup pada saat itu. Beberapa artikel yang terdapat di surat kabar harian Waspada, dan Koran Nasional Batam, juga kliping artikel mengenai orkes musik El Suraya yang didapat penulis dari Perpustakaan Daerah Provinsi Sumatera Utara, juga dari situs internet. Dan
Universitas Sumatera Utara
yang paling utama adalah lagu-lagu dan catatan-catatan tentang orkes musik El Suraya yang ditinggalkan oleh almarhum Ahmad Baqi kepada Ahmad Syauqi sangat membantu dalam pembuktian, bahwa orkes musik El Suraya Medan dapat dilihat dan serangkaian kata penulis dalam proses penulisan biografi Ahmad Baqi dan Ahmad syauqi tersebut merupakan kesaksian sejarah bahwa keberadaan orkes musik El Suraya Medan masih lanjut usia hingga sekarang. 1.5 Metode Penelitian Dunia seni dalam sejarah dihadapkan dengan karya-karya seniman tempo dulu. Karya itu dapat berupa syair-syair, lagu-lagu, puisi-puisi, bahkan benda-benda yang mempunyai nilai artistik. Karya tersebut merupakan pendukung kebudayaan pada masa itu. 7 Pengumpulan karya tersebut dalam pencarian sumber sering terbentur dengan keadaan jangka waktu yang terlalu jauh kebelakang. Penulis sangat menyayangkan hal ini mengingat minimnya kesadaran beberapa seniman tempo dulu untuk menyelamatkan karyanya. Banyak seniman pada masa lampau cuma bisa mengingat peristiwa itu sebagai pelaku sejarah, oleh karena itu sejarah ini kebanyakan dapat dibuktikan melalui sejarah lisan (oral history). Di dalam usaha pengumpulan data serta penganalisaan untuk mencari kebenaran yang dipandang ilmiah dalam menyelesaikan permasalahan yang dilakukan melalui metode penelitian. Metode sejarah adalah suatu proses yang benar, berupa aturan-aturan yang dirancang untuk membantu dengan efektif dalam menempatkan kebenaran suatu sejarah. 8
7
Lihat Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia, Jakarta : Kanisius, 1973, hlm 11. Louis Gotschalk, Understanding History: Mengerti Sejarah terj. Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985, hlm 143. 8
Universitas Sumatera Utara
Pemilihan metode yang dapat memungkinkan ditemukannya kebenaran yang objektif dengan didukung oleh fakta yang ditemukan, maka langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan sumber-sumber yang berhubungan dengan objek penelitian. Tahap ini biasanya disebut sebagai tahap heuristik (pengumpulan data). Metode yang digunakan dalam mengumpulkan sumber adalah dengan melakukan penelitian pustaka dan penelitian lapangan. Penelitian pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai tulisan, sasaran pokok penelitian pustaka ini adalah peninjauan buku–buku, gambar–gambar orkes musik saat mengadakan pertunjukan serta alat-alat musik yang dipergunakan, serta artikel dari surat kabar, jurnal ilmiah, majalah, maupun situs internet yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Selain itu juga dilakukan peninjauan langsung pada objek penelitian. Serta melakukan wawancara pada pengurus orkes musik El Suraya dan beberapa tokoh yang dianggap mengerti mengenai objek dan permasalahan penelitian. Langkah yang kedua adalah melakukan kritik dan seleksi kepada sumber yang telah diperoleh. Kritik yang dilakukan adalah kritik intern dengan cara melihat isi dari data yang diperoleh dengan tujuan apakah tulisan dari data tersebut dapat diterima sebagai kenyataan ataupun bernilai objektif. Dan menyoroti penulis sumber apakah ia dapat memberi kesaksian yang benar dan dapat mempertanggungjawabkannya, sehingga dapat diketahui kredibilitas sumber tersebut. Sedangkan kritik ekstern bertujuan untuk memeriksa dengan teliti sumber tersebut dari bagian luar sumber di mulai dari bentuk tulisan, penerbit dan lain-lain, hingga dapat dilihat apakah sumber yang digunakan benarbenar asli. Namun kedua kritik tersebut bertujuan untuk mendapatkan kebenaran atas sumber yang diperoleh.
Universitas Sumatera Utara
Langkah yang ketiga adalah melakukan interprestasi, setelah sumber-sumber tersebut dapat dibuktikan otensitasnya, baru kemudian sumber tersebut diolah dan dikembangkan serta ditafsirkan hingga menjadi fakta sejarah yang benar. Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan disiplin ilmu etnografi, antropologi sosial, dan pendekatan agama islam. Hal ini dilakukan untuk memudahkan interprestasi, dan menghindari kesalahan dalam bentuk penulisan yang diakibatkan oleh kedangkalan ataupun kesalahan dalam memahami objek yang diteliti. Dan langkah yang terakhir adalah melakukan penulisan sejarah atau historiografi. Setelah semua telah dikembangkan dan ditafsirkan menjadi fakta yang benar, maka dilanjutkan dengan penulisan akhir. Penulisan penelitian ini dimulai dari memaparkan latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan dan manfaat, tinjauan pustaka, serta metode penelitian yang digunakan. Selanjutnya dipaparkan mengenai Pengertian musik Melayu, musik asli, musik tradisional, dan musik modern serta menceritakan berbagai pencampuran musik melayu terhadap berbagai budaya baik dari budaya asing maupun dari budaya di wilayah sekitar. Kemudian latar belakang terbentuknya orkes musik El Suraya dimulai dari berdirinya orkes tersebut hingga orkes ini berkembang dan mempunyai peranan penting dalam peta permusikan di Malaysia, Brunei Darussalam, dan Indonesia hingga menjadi orkes yang dikenal. Berikutnya adalah Kemunduran-kemunduran orkes musik El Suraya dari segi ekonomi, sosial budaya. Juga karena munculnya berbagai macam aliran musik serta hiburan-hiburan malam. Dan yang terakhir adalah kesimpulan.dan saran.
Universitas Sumatera Utara