BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Lingkungan Eksternal Perusahaan Saat ini kesadaran akan pentingnya pariwisata sudah menjadi perhatian khusus
pada masyarakat di Indonesia, khususnya di kota besar seperti Jakarta. Salah satu cara untuk menikmati pariwisata adalah dengan pergi berlibur. Banyak sekali tempattempat pariwisata yang dapat dikunjungi, baik dalam dan luar negeri, mulai dari wisata pantai, wisata sejarah, wisata pegunungan hingga wisata kuliner sudah menjadi santapan masyarakat di kota besar. Hidup seimbang adalah pilihan bagi setiap orang. Untuk menjadi seimbang, kita dapat memulainya dengan berwisata ke tempat-tempat yang disesuaikan dengan kebutuhan, salah satunya melalui tur yang diselenggarakan oleh seluruh agen perjalanan wisata. Paket tur yang ditawarkan juga bervariasi. Biasanya masyarakat lebih memilih agen perjalanan wisata yang menawarkan paket-paket tur di bawah harga pasar. Tetapi seiring dengan kebutuhan, harga tidak lagi menjadi prioritas utama melainkan jenis paket tur itu sendiri yang tidak didapatkan di agen perjalanan wisata lain. Selain berdampak baik bagi kesehatan dan keseimbangan hidup, berwisata juga memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari beberapa hal, antara lain peningkatan devisa negara, kemajuan pariwisata Indonesia,
1
sosialisasi pariwisata Indonesia terhadap dunia luar, hingga kesejahteraan masyarakat di daerah pariwisata. Pada dasarnya, setiap usaha memiliki produk. Produk bisa diklasifikasikan dengan berbagai cara, antara lain berdasarkan daya tahan atau wujud produk tersebut. Berdasarkan pengklasifikasian produk tersebut, produk dikelompokkan dalam tiga bagian. Pertama, non-durable goods yakni barang yang tidak bertahan lama, yang pada umumnya waktu pemakaiannya tidak lebih dari setahun, seperti barang kebutuhan sehari-hari. Kedua, durable goods yakni barang yang bertahan lama, yang pemanfaatannya lebih dari setahun, seperti tekstil dan barang elektronik. Ketiga, jasa atau servis yang merupakan aktivitas ekonomi yang ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumen, yang pada dasarnya bersifat intangible atau tidak berwujud fisik, yang memberikan kepuasan bagi konsumen sehingga dapat menarik minat konsumen melalui peningkatan dan menciptakan kualitas pelayanan yang baik (Tjiptono, 2002). Dari ketiga pengelompokan jenis bisnis tersebut, dapat diketahui bahwa bisnis jasa memiliki keunggulan.. Dengan demikian, tidak diragukan bahwa tujuan utama dari bisnis jasa pariwisata adalah menawarkan produk wisata dan memberikan kepuasan terhadap produk yang ditawarkan kepada pelanggan. Sebagian besar pola bisnis jasa tidak memerlukan adanya product circulation. Berarti, tidak akan pernah ada pengendapan modal produk yang disebabkan belum terjualnya produk pasar. Namun ada juga pola bisnis jasa yang memerlukan pengendapan modal produk, seperti bisnis percetakan. Bila dibandingkan dengan bisnis non jasa, biasanya memerlukan adanya gudang stok untuk sirkulasi produk maupun bahan baku, kecuali cadangan bahan dan peralatan kerja yang jumlahnya tentu tidak banyak. Selain itu, juga membutuhkan persiapan yang konsisten. 2
Melihat adanya peluang terhadap bisnis jasa yang tidak memerlukan adanya pengendapan modal produk, Peneliti mencoba membuat sebuah rencana bisnis yang berhubungan dengan sektor pariwisata. Peneliti memilih bisnis pariwisata dikarenakan banyaknya peluang dan kebutuhan yang tinggi dari masyarakat. Sehubungan dengan banyaknya manfaat dan dampak yang positif dari pariwisata, maka Departemen Pariwisata sejak tahun 2000 telah memberikan perhatian yang serius terhadap pengembangan pariwisata di Indonesia. Perhatian serius pemerintah terhadap dunia pariwisata telah membawa hasil pada masyarakat kota besar dengan melihat tren dan permintaan pasar yang semakin meningkat. Seiring dengan pertumbuhan kalangan menengah di Indonesia, tren berwisata ke dalam dan luar negeri menjadi semakin ramai. Hal tersebut dapat kita lihat salah satunya melalui maraknya persaingan di antara perusahaan maskapai domestik maupun internasional dengan cara mengeluarkan harga promo untuk berwisata ke dalam dan luar negeri secara rutin. Belum lagi kemudahan yang diberikan bagi mereka pemegang kartu kredit yang menjadi rekanan perusahaanperusahaan maskapai seperti Garuda Indonesia, Lion Air, atau AirAsia, baik melalui potongan harga saat pembelian tiket hingga cicilan tanpa bunga hingga 36 bulan.
Persaingan tak kalah ketat diantara para produsen tur. Lebih dari 30.000 agen perjalanan wisata yang terdaftar di Indonesia, tak cukup membuat masyarakat puas terhadap keseluruhan produk wisata yang beredar di pasaran. Termasuk di antaranya adalah jasa agen pariwisata yang sudah berpengalaman lebih dari 20 tahun seperti Panorama Tour, Dwidaya Tour, Anta Tour, Wita Tour, dan sebagainya. Para produsen tur tersebut berlomba-lomba dalam memberikan harga, servis dan fasilitas terbaik dengan menembak pasar menengah dan menengah ke atas. Hal tersebut tidak 3
hanya berlaku kepada individu yang membeli produk mereka, tetapi juga terhadap perusahaan swasta dan instansi pemerintah dengan cara memberikan kemudahan dalam fasilitas pembayaran. Hanya saja, di antara para pemain besar dalam industri pariwisata di Indonesia, belum dapat memenuhi 100% kebutuhan dan keinginan masyarakat yang cenderung mengikuti tren, dibuktikan dengan maraknya komunitas yang mengatur sendiri kegiatan tur mereka tanpa menggunakan jasa agen pariwisata. Padahal jika para produsen tur jeli melihat peluang, mereka dapat menaikkan omzet penjualan berkali-kali lipat dalam setiap tahunnya. Diperkirakan rata-rata nilai penjualan total suatu perusahaan jasa agen pariwisata yang sudah beridiri lebih dari 20 tahun mencapai ratusan miliar rupiah per tahun. Hal inilah yang menjadi wacana tersendiri bagi Peneliti untuk membuat produk tur yang belum eksis di Indonesia.
Tetapi meskipun ada kesempatan untuk membangun bisnis pariwisata yang baru, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan seperti kompetisi yang akan berakibat kepada perang harga. Kompetisi didapatkan dengan mengetahui pesaing yang ada, dan apa yang mereka tawarkan dapat membantu meningkatkan produk, jasa dan pemasaran. Ini akan memungkinkan untuk mengatur harga dan meringankan kompetensi dalam menanggapi tingkat persaingan dengan inisiatif kita sendiri. Kesadaran dari pesaing yang ada juga membantu untuk membuat strategi pemasaran yang mengambil keuntungan dari kelemahan pesaing, dan meningkatkan kinerja bisnis. Kita juga bisa menilai setiap ancaman yang ditimbulkan oleh pendatang baru dan pesaing saat ini (Chartered Institute of Marketing, 2012). Oleh karena itu, agar dapat terus bertahan dan menjadi pemimpin pasar di tengah kondisi persaingan yang kian ketat ini, maka para produsen tur diharapkan memiliki kekuatan bersaing yang dapat menjadikannya lebih unggul bila dibandingkan dengan kompetitor. Akibat dari 4
persaingan tersebut, maka terjadilah perang harga. Kompetisi diperlukan untuk memahami mengapa perang harga terjadi atau mungkin terjadi. Kompetisi juga penting untuk mengenali kebutuhan dalam mencari sumber daya untuk bersaing dengan kompetitor sebagai cara untuk menganalisis pelanggan, perusahaan, pesaing, dan pemain lain di dalam dan di luar industri. Indonesia dipenuhi orang-orang dari berbagai jenis dan tingkatan dalam pekerjaan, sehingga harga selalu menjadi isu sensitif. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan pertimbangan responden mengenai harga produk. Tetapi meskipun ada kepekaan harga, mereka masih menunjukkan keinginan untuk mencoba produk baru. Berdasarkan hal ini, Peneliti menyimpulkan bahwa ada kesempatan yang baik untuk membangun bisnis Woman Tour. Kesempatan muncul dari peningkatan permintaan masyarakat yang ingin berwisata terutama para kaum hawa yang menginginkan sebuah sensasi berwisata yang berbeda dengan produk wisata pada umumnya. Oleh karena itu, Peneliti ingin memperkenalkan sebuah bisnis tur dan perjalanan wisata yang lebih terfokus untuk keinginan para kaum hawa. Adapun sasaran pasar utama dari bisnis Woman Tour ini adalah komunitaskomunitas wanita, baik komunitas pecinta otomotif, komunitas pengusaha, komunitas pelajar dan mahasiswa, hingga komunitas kaum sosialita terutama di kota besar seperti Jabodetabek. Dimana gaya hidup dan pola pikir wanita-wanita yang tinggal dan bekerja di kota besar cenderung lebih terbuka terhadap hal-hal baru, belum lagi pendapatan per kapita yang berbanding lurus dengan tingkat konsumsi produk wisata. Semakin membaiknya tingkat standar kehidupan di suatu negara, memiliki implikasi terhadap pekerjaan dan rekreasi. Kenaikan pendapatan cenderung disertai dengan pergeseran nilai untuk memperoleh rekreasi lebih banyak karena kini orang 5
memiliki kemampuan untuk membayar hal-hal yang mereka inginkan. Tren ini terlihat di Eropa, di mana telah terjadi penurunan jam kerja sejak tahun 1970 serta di Amerika Latin dan Karibia. Hal ini bahkan mulai muncul di Amerika Serikat dan Asia Timur yang secara tradisional jam bekerja jauh lebih lama dari Eropa dan banyak negara berkembang (World Tourism Organization, 2010). Demografi merupakan salah satu faktor eksternal yang membentuk permintaan pariwisata dan pembangunan. Struktur masyarakat yang terus berubah, dan bagi instansi publik dan swasta yang bekerja di sektor pariwisata adalah relevan untuk mempelajari perubahan-perubahan dalam rangka untuk mengantisipasi dan bereaksi terhadap perubahan dan menyusun cara dan strategi yang paling kompetitif. Perubahan demografis berdampak pada pola permintaan untuk berwisata, termasuk frekuensi, lama tinggal, produk, dan akibatnya pada strategi komunikasi para pelaku bisnis pariwisata. Pada masa akhir-akhir ini disebutkan oleh World Trade Organization (WTO) bahwa populasi di beberapa negara maju mengalami penuaan. Sementara pada negara berkembang lebih banyak populasi orang muda. Faktor-faktor demografi dunia yang berpengaruh terhadap bisnis pariwisata yakni. 1) Populasi Dunia Yang Menua Jumlah penduduk berusia tua yang semakin meningkat, terutama dinegaranegara maju, di Eropa dan Jepang. Sementara banyak negara yang disebut “emerging” atau berkembang memiliki penduduk dengan usia produktif yang lebih banyak. Hubungan dengan pariwisata adalah penduduk dengan usia lebih tua akan memilih tujuan wisata yang lebih menenangkan seperti wisata keindahan alam, religi, dan permintaan fasilitas jasa akomodasi perhotelan yang berstandar tinggi. Karena para pelancong dalam usia ini memiliki 6
tabungan yang lebih banyak. Hal ini berimplikasi bahwa para pelancong dari negeri berkembang seperti China dan India akan berusia muda dan para pelancong dari negeri maju rata-rata akan berusia tua. 2) Angka Harapan Hidup Yang Meningkat Hampir di seluruh negara, angka harapan hidup rata-rata mengalami peningkatan. Tingkat kesehatan dan pelayanan kesehatan diberbagai negara juga mengalami peningkatan. Hubungan dengan bisnis pariwisata adalah akan lebih banyak pada beberapa tahun mendatang, para wisatawan berusia tua. Mereka akan terlihat lebih sehat dalam usianya. 3) Komposisi Rumah Tangga, Struktur Keluarga Terdapat penurunan tingkat fertilitas di negara maju. Struktur keluarga mengalami perubahan, dari semula struktur horizontal artinya menyebar secara melebar, atau keluarga dengan banyak anak-anak menjadi keluarga dengan susunan vertikal yang panjang. Hal ini menjadi sinyal bahwa jasa pariwisata yang akan diminta perlu menyesuaikan diri dengan memberikan tawaran yang lebih bervariasi. Di negara maju wisatawan tunggal akan berkembang. Ini mencerminkan tumbuh tren di masyarakat yang lebih luas bagi kaum muda untuk menghabiskan periode waktu tinggal sendiri atau dengan teman-teman sebelum menikah dan memulai sebuah keluarga. 4)
Lokasi Populasi Banyak populasi dari semua negara sebagian besar tumbuh diperkotaan. Selain faktor ini, peran negara berkembang akan memiliki pengaruh besar pada pariwisata dalam dua dekade mendatang. Penduduk cenderung memiliki pandangan yang kosmopolitan, sebagai akibat dari hidup di lingkungan yang
7
lebih beragam budayanya. Hal ini membawa mereka untuk bepergian ke luar negeri dan ini akan membantu mendorong kenaikan pariwisata. Dibandingkan dengan negara berkembang, terjadi penurunan peran. Proporsi Eropa dari populasi global akan menurun hingga 9% kurang lebih sama dengan Karibia dan Amerika. Sementara Amerika Serikat dan Kanada menyumbang sekitar 6% dari populasi dunia, meskipun hanya 1% dari Kanada dan sisanya adalah Amerika Serikat. Pada 2030 Asia akan mencapai 60% dari populasi dunia, sementara India dan China masing-masing berkontribusi hanya kurang dari 20%. Faktor terakhir yang mempengaruhi distribusi penduduk adalah migrasi. Migrasi dapat mempengaruhi pariwisata di dua cara, pariwisata dapat menarik pendatang ke bagian dunia lain di mana ada kebutuhan bagi para pekerja. Dan migrasi dapat menarik wisatawan untuk mengunjungi tempat-tempat kelahiran mereka, atau kerabat yang bekerja di luar negeri.
Dilihat dari segi distribusi, rantai pemasaran produk wisata di Indonesia masih cukup panjang. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan harga yang cukup besar di antara para produsen tur. Di sini Peneliti melihat adanya peluang bisnis yang cukup menguntungkan pada bisnis pariwisata, terutama bila menggunakan konsep yang belum pernah ada. Dengan mempertimbangkan aspek bisnis, maka Peneliti ingin mengembangkan rencana bisnis Woman Tour ini.
Dalam rencana bisnis ini, Peneliti akan menawarkan produk wisata khusus wanita. Adapun varietas produk yang akan Peneliti gunakan ada tiga jenis, yakni sebagai berikut.
8
1)
Reguler Tour. Dengan pertimbangan bahwa varietas ini dikonsumsi oleh seluruh wanita tanpa batasan umur. Rute yang akan dijalankan ialah rute domestik dan internasional.
2)
Celebrity Tour. Dengan pertimbangan bahwa varietas ini lebih terkonsep sehingga dapat memenuhi kepuasan wanita untuk berwisata dengan atau tanpa pendamping. Di tur ini Peneliti akan menggunakan public figure yang dipilih oleh pelanggan melalui pemungutan suara di jejaring sosial media. Peserta tanpa batasan umur dan rute yang akan dijalankan meliputi domestik dan internasional.
3)
Religi Tour. Dengan pertimbangan bahwa varietas produk inilah yang juga berperan penting dalam peningkatan kepuasan pelanggan. Banyak dari peserta tur wanita yang tidak dapat didampingi keluarganya dalam menjalankan ibadah umroh maupun haji. Ketiga jenis varietas produk wisata ini selanjutnya akan Peneliti pasarkan secara
langsung kepada pelanggan, baik melalui customer care maupun call center. Selain itu, akan Peneliti distribusikan pula kepada seluruh agen perjalanan wisata. Pada tahap awal, penjualan dan pendistribusian Woman Tour ini akan langsung Peneliti berlakukan di seluruh kota di Indonesia. Hal ini didasarkan pertimbangan pemenuhan kebutuhan dan kepuasan pelanggan yang merata. Dalam rangka meningkatkan jumlah penjualan, Peneliti juga merencanakan untuk melakukan sosialisasi produk Woman Tour ini ke berbagai kota di Indonesia sehingga mereka dapat menemukan solusi dalam berwisata tanpa didampingi keluarga. Selain itu, bagi wanita muda yang belum menikah, orang tua mereka dapat
9
lebih mempercayakan perjalanan wisata anak-anak mereka sehingga dapat berjalan lancar dan efektif.
Dari ketiga varietas produk yang ditawarkan, sudah pasti menimbulkan pesaing pasar yang terbagi menjadi empat tingkatan:
1)
Persaingan Merek. Produk atau jasa yang bersaing secara langsung menawarkan hal yang sama. Untuk saat ini, produk Woman Tour belum memiliki pesaing langsung.
2)
Persaingan Industri. Yaitu persaingan dalam satu industri, tidak hanya satu merek saja. Dalam hal ini, TD Travelindo bersaing dengan Panorama Tour.
3)
Persaingan Bentuk. Yakni persaingan dalam bentuk produk yang sama. Disini TD Travelindo belum memiliki pesaing.
4)
Persaingan Generik. Adalah persaingan umum pada semua industri. Misalnya persaingan TD Travelindo dengan Snapy.
Mengingat persaingan tidak hanya bersifat langsung, tetapi juga tidak langsung, untuk mengatasai hal tersebut, salah satu hal yang dapat Peneliti lakukan terlebih dahulu adalah membagi strategi bersaing menjadi 3 strategi umum:
1)
Diferensiasi.
Adalah
strategi
memberikan
penawaran
yang
berbeda
dibandingkan penawaran yang diberikan oleh kompetitor. Strategi ini mengisyaratkan perusahaan mempunyai jasa atau produk yang mempunyai kualitas ataupun fungsi yang bisa membedakan dirinya dengan pesaing. 2)
Keunggulan biaya. Adalah strategi mengefisienkan seluruh biaya produksi sehingga menghasilkan produk atau jasa yang bisa dijual lebih murah
10
dibandingkan pesaing. Strategi ini fokus pada harga, sehingga seringkali produsen tidak terlalu peduli dengan berbagai faktor pendukung dari produk karena yang terpenting adalah bisa menjual harga termurah di pasaran. 3)
Fokus. Adalah strategi menggarap satu target market khusus. Strategi ini biasanya dilakukan untuk produk atau jasa yang memang memiliki karakteristik khusus. Beberapa produk misalnya hanya khusus ditargetkan untuk kaum wanita sehingga semua produknya memberikan benefit.
Membangun Keunggulan Bersaing
Untuk bisa bertahan dalam persaingan, perusahaan harus mempunyai keunggulan bersaing (competitive advantage) dibandingkan dengan kompetitornya. Keunggulan bersaing akan menjadi senjata untuk menaklukan pasar dan kompetisi. Untuk keunggulan bersaing, perusahaan bisa melakukan beberapa langkah:
1)
Mencari sumber-sumber keunggulan, misalnya keterampilan yang prima, sumber daya yang berkualitas, dan lain-lain.
2)
Mencari keunggulan posisi dibanding pesaing dengan mengefisienkan biaya produksi dan memberikan nilai tambah kepada konsumen.
3)
Menghasilkan performa yang prima dengan melihat kepuasan dan loyalitas pelanggan, pangsa pasar, an juga profitabilitas dari produk atau jasa yang dihasilkan.
11
1.2
Lingkungan Internal Perusahaan
TD Travelindo berdiri pada tahun 2010 dan pada awal berdirinya, TD Travelindo ditunjuk oleh Bangun Tjipta Group untuk mengatur perjalanan wisata dari perusahaan tersebut. Kemudian strategi bisnis dari TD Travelindo mulai berkembang di awal tahun 2011, dimana TD Travelindo pertama kali beroperasi di akhir tahun 2010 mengembangkan bisnisnya ke Corporate Travel. Tidak lama kemudian TD Travelindo menjadi agen perjalanan wisata yang berdiri sendiri dengan kegiatan utama yakni mengurus perjalanan internasional perusahaan pemerintah maupun swasta. Dalam studi penulisan ini, model bisnis yang dinamakan TD Travelindo, adalah penjualan produk wisata yang menawarkan produk unik serta pelayanan memuaskan yang merupakan citra perusahaan. Nama “TD” mewakili nama pemilik yakni Tyas Dwisunu dan “Travelindo” yang berarti travel dari Indonesia dengan produk yang variatif dan jaringan usaha internasional tanpa menghilangkan ciri khas budaya Indonesia karena TD Travelindo diharapkan menjadi salah satu travel pertama di Indonesia yang mengangkat unsur feminisme sebagai salah satu keunggulannya. Visi TD Travelindo adalah menjadi pilihan pertama masyarakat di Indonesia untuk berwisata baik ke dalam maupun luar negeri, khususnya bagi para wanita. Misi nya tidak hanya memberikan pelayanan yang memuaskan dengan varietas produk unggulan yang ada, tetapi juga dapat membawa Indonesia menjadi salah satu destinasi favorit bagi turis mancanegara melalui optimalisasi teknologi informasi.
Diawal tahun 2012, TD Travelindo kembali mengembangkan bisnisnya ke Leisure Travel disamping Corporate Travel. TD Travelindo kemudian tidak hanya mengirimkan turis keluar negeri tetapi juga menangani turis dari luar negeri yang
12
ingin mengunjungi Indonesia. TD Travelindo terus berkembang hingga sekarang tetap menjadi perusahaan jasa pariwisata terpercaya dari berbagai penerbangan domestik maupun International seperti Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air, Citilink, Singapore Airlines, Lufthansa, KLM, Air France, Malaysia Airlines, Eve Air, Japan Airlines, Korean Airlines, China Airlines, Qantas Airways, Cathay Pacific Airways dan lain sebagainya.
Setelah 3 (tiga) tahun melayani jasa pariwisata ke berbagai daerah di dalam dan luar negeri, peneliti melihat peluang untuk menjadi yang pertama dalam pemenuhan kebutuhan pariwisata yang berbasis wanita. Itulah sebabnya kini TD Travelindo memperkenalan diri sebagai brand jasa pariwisata dengan konsep Fun Fresh Feminine. Dengan adanya pembaharuan sistem dan manajemen serta pengembangan produk, TD Travelindo siap bersaing di lapangan. Tentunya sebagai pelengkap atas produk-produk pariwisata yang telah beredar di pasaran sehingga dapat turut serta meramaikan industri pariwisata di Indonesia, khususnya produk yang mempunyai target wanita.
Selain itu, TD Travelindo juga mulai mengembangkan kesempatan berbisnis bagi mereka yang ingin memulai karir bisnisnya di agen perjalanan wisata. Begitu juga dalam bentuk e-commerce, degan harapan www.tdtravelindo.com dapat menjadi salah satu media tambahan bagi pengguna internet untuk merencanakan liburan mereka. TD Travelindo akan terus mengembangkan strategi bisnis untuk terus menyediakan kemudahan dan kenyaman bagi pelanggan di dalam merencanakan, memesan, dan menggunakan jasa pariwisata, sehingga kepuasan pelanggan dapat terealisasi.
13
Selanjutnya, TD Travelindo juga menawarkan satu nilai bagi pelanggan melalui desain. TD Travelindo memberikan suasana yang menyenangkan bagi pelanggan untuk berkumpul dan menghabiskan waktu bersama-sama di tempat yang bersih dan nyaman, yang memiliki keunikan tersendiri melalui ruang desain tematik. Desain TD Travelindo menggambarkan citra gaya berwisata yang Fun dan Fresh. Memasuki ruangan, pelanggan seperti sedang berada di sebuah cafe bernuansa traveling, lengkap dengan properti dan dekorasi travel yang ditata semenarik mungkin di setiap sudut ruangan. Penataan meja dan kursi layaknya di kantor tur dan perjalanan wisata lain, tidak akan ditemukan disini. Setelah duduk santai di sofa yang tersedia, staff akan datang memberikan pelayanan pemesanan dan cetak tiket melalui iPad, ataupun hanya sekedar cek harga tiket pesawat. Tetapi bagi pelanggan yang masih ingin berkonsultasi terlebih dahulu mengenai produk yang ditawarkan maupun destinasi yang cocok dengan selera mereka, Peneliti melakukan pelayanan melalui TV Plasma dengan layar sentuh yang sudah terkoneksi dengan situs jaringan TD Travelindo. Segala informasi seputar produk, layanan hingga pilihan destinasi yang sifatnya customized, dapat dilakukan melalui TV Plasma tersebut sehingga memudahkan pelanggan jika ingin registrasi langsung. Peneliti membuat segalanya lebih personalized.
1.3
Rumusan Masalah
Sebagaimana telah diketahui bahwa pariwisata menjadi salah satu industri yang bergairah untuk saat ini. Tidak kurang dari 30.000 agen perjalanan wisata telah beroperasi di Indonesia dan hanya 40% dari total kebutuhan dan keinginan masyarakat Indonsia yang terpenuhi dalam dunia pariwisata. Hal ini menjadi wacana
14
bagi TD Travelindo untuk mencari tahu keinginan dan kebutuhan pelanggan secara lebih spesifik.
Bisnis di bidang pariwisata memiliki horison pertumbuhan bisnis yang sangat panjang. Namun, dalam rencana bisnis ini, Peneliti akan membatasi hanya pada masalah pengembangan produk. Pengembangan produk ini diidentifikasi dari kebutuhan dan keinginan pelanggan yang diutarakan secara langsung oleh pelanggan. 1.4
Tujuan Penelitian Secara umum, tujuan penelitian rencana bisnis ini adalah sebagai berikut.
1)
Membuat konsep model bisnis yang tepat dengan mempertimbangkan berbagai faktor, baik internal maupun eksternal, agar dapat memenangkan kompetisi di masa mendatang dan terus mengembangkan usaha dalam horison investasi jangka panjang.
2)
Membuat rencana bisnis jangka panjang untuk lima tahun mendatang dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman yang ada.
3)
Menyusun perencanaan bisnis untuk ditawarkan kepada pemodal ventura serta perbankan, baik melalui penanaman modal maupun pinjaman.
1.5
Manfaat
Secara garis besar, di dalam sebuah bisnis, manfaat bagi perusahaan, pemilik maupun karyawan adalah mendapatkan keuntungan. Dan bagi masyarakat, bisnis agen perjalanan wisata dapat menjadi sarana yang mempermudah untuk mendapatkan informasi dan kebutuhan yang diperlukan dalam berwisata.
15
1.6
Sistematika Penulisan
Diuraikan dalam lima bab penulisan. Bab I merupakan Latar Belakang penulisan dimana bab ini menjelaskan lingkungan eksternal dan internal bisnis. Bab II merupakan Landasan Teori yang menggambarkan bentuk dasar penelitian. Bab III meliputi Metode Penelitian yang terdiri dari unit analisis, sumber dan metode pengumpulan data, dan juga langkah penelitian. Bab berikutnya adalah Bab IV. Bab ini mencakup strategi dan rencana bisnis yang meliputi analisis Peta Empati, dan analisis Model Bisnis Woman Tour. Bab terakhir, Bab V menjelaskan periode perencanaan dan pengukuran kinerja untuk model bisnis yang akan dijalankan.
16