BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Konflik adalah perkelahian, peperangan atau perjuangan yaitu berupa konfrontasi fisik antara berbagai pihak yang kemudian berkembang dengan masuknya ketidak kesepakatan yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan, pertentangan ide (Webster 1996).1 Konflik bisa muncul dalam skala yang berbeda seperti konflik antara orang (inter personal conflict), konflik antar kelompok (inter group conflict), konflik antar kelompok dengan negara (vertical conflict), konflik antar negara (inter state conflict).2 Konflik merupakan bagian dari setiap organisasi yang tidak terelakkan atau tidak bisa dihindari. Hal ini disebabkan oleh kompleksnya sifat manusia (human nature),
kompleksnya
hubungan
antarmanusia
(human
relationship)
dan
kompleksnya struktur organisasi (organizational structures). 3 Konflik itu bisa saja diredam, namun tidak bisa dihilangkan. Hal yang bijak bagi seorang pemimpin adalah : mengidentifikasi dan memahami konflik, belajar menghadapi, berusaha mengelola serta menyelesaikan konflik.
1
Pruit dan rubin, Teori Konflik Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, hlm. 10 Novri Susan, Sosiologi Konflik Dan Isu-Isu Konflik Kontemporer, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009, hlm. 5 3 W.F.G. Mastenbroek, Penanganan Konflik dan Pertumbuhan Organisasi (terj, Pandam Gurito) cetakan I, Jakarta: UI-pers, 1986, hlm. 191-192 2
Universitas Sumatera Utara
Seiring dengan agresifnya manusia dalam mencapai kepentingan tersebut, konflik pun tetap omnipresent. Artinya, konflik ada di mana saja, kapanpun waktunya, siapapun kita. Dalam organisasi apapun dimana kita terlibat di dalamnya, pasti bakal berhadapan dengan konflik. Semakin besar organisasi, semakin rumit pula keadaannya. Dan dalam semua aspek, akan mengalami kompleksitas, baik alur informasi, pengambilan keputusan, pendelegasian wewenang, sumber daya manusia dan sebagainya. Dari aspek sumber daya manusia (SDM) misalnya, dapat diidentifikasi berbagai kompleksitas. Contohnya, kompleksitas jabatan, kompleksitas tugas, kompleksitas tanggung jawab, kompleksitas kedudukan, kompleksitas status, kompleksitas hak, kompleksitas wewenang dan lain-lain. Kompleksitas ini dapat merupakan sumber potensial terjadinya konflik. Sebab, setiap manusia yang terlibat dalam organisasi, memiliki keunikan sendiri-sendiri, berbeda latar belakang, berbeda karakter, berbeda visi, berbeda tujuan hidup, berbeda motivasi kerja dan lain-lain. Sebagian besar kalangan menganggap bahwa, semua konflik yang terjadi, pasti berdampak negatif. Dalam hal ini konflik tidak hanya berdampak pada negatif, akan tetapi bisa mengarah kepada positif yang implikasinya pada perkembangan organisasi, kepribadian setiap orang yang mengalami konflik, institusi pemerintahan, dan perusahaan. Dalam sejarah di Indonesia, proses masuknya agama Hindu, Budha, Islam, Protestan, dan Katolik yang dibawa oleh bangsa asing banyak mengalami konflik untuk menyebarkan agama. Konflik tersebut terjadi karena penduduk yang dijumpai sangat kental dengan budaya yang dimiliki secara turun temurun dari nenek
Universitas Sumatera Utara
moyangnya. Untuk menyebarkan agama tersebut para missionaris harus membuat konsep agar penduduk lebih mudah menerima budaya baru tersebut dengan hati yang terbuka. Hal ini juga terjadi pada Agama Kristen yang dibawa para missionaris dari Eropa ke Tanah Batak, di mana banyak mengalami kesulitan untuk menyebarkan agama tersebut. Suku Batak Toba dikenal dengan orang gemar dengan konflik jauh sebelum kedatangan Bangsa Eropa. Ciri khas orang Batak yaitu mengasihi, tulus, murah hati, setia dan jujur, mereka juga sombong, pencuriga atau cemburu, malas, acuh tak acuh dan kikir besemangat berjuang dan berperang (Warneck, 1873). 4 Penyebaran agama ke Tanah Batak oleh para Missionaris Eropa menghadapi tantangan yang berat dialami dari suku Batak Toba yang mempunyai kepercayaan terhadap Debata Mula Jadi Nabolon (Allah yang tidak bermula dan berakhir) yang merupakan kepercayaan orang Batak Toba jaman pra Kristen 5, adat istiadat yang tinggi dan juga masuknya Bangsa Belanda ke Tapanuli orang Batak menganggap bahwa orang Eropa adalah musuh yang harus diusir dari Tanah Batak. Bangsa Eropa yang berhasil menyebarkan agama ke Tanah Batak adalah DR. Ingwer Ludwig Nommesen yang tiba di Barus tahun 1862 dan meneruskan perjalanannya jauh ke bagian Tengah Tanah Batak, ke Lembah Silindung 1864. Keberhasilannya dalam misi zending terlebih dahulu mempelajari kebudayaan untuk mempermudah penyebaran agama Kristen. 4
B. A. Simanjuntak, Konflik Staus Dan Kekuasaan Orang Batak Toba, cetakan ke-2, Yogyakarta: Jendela, 2002, hlm. 4 5 A. M Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan Dalam Gereja Batak (terj. K.M Lumban Tobing), cetakan ke-2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996, hlm. 2
Universitas Sumatera Utara
Namun jauh sebelum kedatangan DR. Ingwer Ludwig Nommesen sudah ada misi zending Tanah Batak yakni utusan Gereja Baptis Inggris tahun 1820 yaitu R. Burton dan N. Ward dan kemudian pada tahun 1834 Misi Zending Amerika yang berpusat di Boston mengirimkan dua missionaris yaitu Munson dan Lyman tetapi upaya-upaya mereka mengalami kegagalan. Dari misi zending di Tanah Batak berdirilah Gereja yaitu HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) yang beraliran Lutheran. HKBP ini ditetapkan pada tanggal 7 Oktober 1861 di Sipirok, yang dibangun pada masa Kolonial Belanda yang bergaya arsitektur Eropa.6 Hal ini dikarenakan tanggal tersebut Badan Zending yang bernama Rheinische mission gesselschaf (RMG) melakukan rapat untuk memulai suatu pembagian pekerjaan Mission Zending di Tanah Batak. Ketika itu para Missionaris yang bekerja di Tanah Batak melangsungkan pertemuan antara pendeta Jerman: Heine dan Klamer dengan Pendeta Belanda, Van Asselt dan Betz. Terbentuknya gereja kesukuan di Indonesia khususnya tanah batak ini adalah karena kondisi pegabaran injil yang menjadi persoalan dalam lingkungannya yaitu pertentangan antara adat lama dengan suatu adat baru yang mau dibina. 7 Para konseptor Injil mengkolaborasi unsur adat lama (adat suku bangsa purba) yang dipertahankan oleh masyarakat batak dengan adat baru yang dibawa para Zending
6
Lucas P. K, Arkeologi Perbukitan Di Bagian Barat Laut Dan Selatan Padang Lawas,Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Balai Arkeologi Medan, 2004, hlm. 36-42, 64-65 7 Lothar Scheiner dalam bukunya Adat und Evangelium. Zur bedeutung der altvolkischen Lebensordnungen fur Kirche und Mission unter den Batak in Nordsumatra ( Terj.P.S. Naipospos, Adat dan Injil: perjumpaan adat dengan iman Kristen di Tanah Batak), cetakan ke-4, Jakarta; BPK Gunung Mulia, 1999, hlm. 1-7
Universitas Sumatera Utara
dari Eropa sehingga adat itu tetap merupakan
dasar yang cukup kokoh untuk
membuat jemaat Kristen menjadi suatu Gereja kesukuan. Gereja HKBP terbentuk dari hasil penggabungan adat lama masyarakat Batak yang diperlihara dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi. Adat orang Batak mempengaruhi pembentukan konsep doktrin dan praktik peribadahan di HKBP. Adapun konsep doktrin dan peribadahan dalam HKBP yang merupakan warisan Teologi para Pekabar Injil RMG yang melayani HKBP antara tahun 18611940 adalah: 8 •
Djamita angka na nienet sian hata ni Debata na di Padan na Robi na ni hatabatakon (Khotbah yang diringkas dari Perjanjian Lama) Djamita angka na nienet sian hata ni Debata na di Padan na Imbaru (Khotbah yang diringkas dari Perjanjian Baru). Parpunguan ni angka ayat dohot ende siapilon ni akka parguru na naeng mangkadjojongkhon haporseaon manang na naeng tardidi (Kumpulan Ayat dan Nyanyian hafalan untuk Pelajaran Katekisasi yang akan menyatakan kepercayaan atau untuk orang yang akan Dibaptis) yang dilengkapi dengan buku ”Sungkun-Sungkun Tu Angka Parguru” (pertanyaan untuk para pelajar Katekisasi) yang merupakan saduran dari ”Herfotder Katechismus” (buku yang berisi keterangan tentang kelima pokok ajaran Katekimus kecil Luther) Pangarimpunan Nioegama Hakristenon (Ringkasan Pengajaran Kristen) merupakan saduran dari Katekismus Heidelberg Pangarimpunan Ni Podapoda Sihaporseon Ni Halak Kristen (Rinkasan Pengajaran Yang Harus Dipercayai Orang Kristen) Panatapan ni na Masa Sogot (Pandangan Kehidupan Kelak) Marantha Boasa ari Minggu ari Paradianan ni Halak Kristen (Mengapa hari Minggu hari perhentian Kristen) Parbinotoan Parsorion (pengetahuan tentang nasib manusia) Apoelapoel di Angka na Marsitaonan (Penghiburan bagi orang yang kemalangan) Songon dia dapot hita Tuhan Jesus? (Bagaimana kita memperoleh Tuhan Yesus?) Buku ende huria (Buku Nyanyian Gereja)
• •
• • • • • • • • • 8
Bambang Subadrijo, Agama Dalam Praktis, cetakan I, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003,
hlm. 201
Universitas Sumatera Utara
•
Katekismus kecil Luther.
Konsep doktrin dasar pengajaran dan peribadahan ini dibuat para pekabar Injil RMG untuk mempermudah pengkristenan di Tanah Batak. Agama Kristen sangat berpangaruh besar dimana masyarakat Batak banyak mengalami perubahan dibidang pendidikan, pertanian, kesehatan. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan simpati dari masyarakat supaya masyarakat Batak dapat menerima Agama Kristen. Setelah dibukanya kegiatan-kegiatan ini banyak masyarakat batak yang tertarik dan masuk ke Agama Kristen yaitu; Dalam sepuluh tahun pertama, setelah Sending bekerja di daerah Batak, kira 1.200 orang Batak yang menjadi orang Kristen. Dalam tahun berikutnya, para penganut agama suku berbondong-bondong meminta supaya diterima di dalam jemaat Kristus. Menghadapi kejadian itu ke Jerman diajukan permintaan yang sangat mendesak, supaya segera mengirm tambahan missionaris... 9
Dari sini bisa kita lihat kegiatan-kegiatan yang dilakukan para Missionaris untuk menarik simpati masyarakat Batak cukup berhasil dalam program pengabaran injil. Dibalik keberhasilan DR. Ingwer Ludwig Nommesen dalam pengabaran injil di Tanah Batak banyak dihadapinya masalah yang bersifat permusuhan dari raja-raja di daerah Silindung dan penduduk setempat di mana mereka menganggap bahwa Nommensen adalah musuh yang dianggap sama dengan pihak Kolonial Belanda untuk menjajah mereka. Namun karena tekat yang kuat untuk dapat tinggal di sana, mengenal sifat orang Batak dan melayani mereka. Keteguhan hatinya untuk hidup
9
Makna Wibawa Jabatan Dalam Gereja Batak, Op. cit hlm., 79
Universitas Sumatera Utara
sederhana, ketekunan dan kepandaian di bidang pengobatan menyebapkan dia dapat tinggal dan bermasyarakat dengan orang Batak Setelah HKBP mengalami perkembangan pada masa Kolonial Belanda, HKBP menjadi mandiri dan menerima pengakuan hukum sebagai rechts-person dengan keputusan pemerintah tertanggal 11 Juni 1932 N.D. 48, Indisch Steatblad 1932, No. 360, serta Koninklijk Besluit tertanggal 29 Juni 1925, yang dituangkan di dalam Indisch Staatsblad 1927 No. 156 (Zending-sconsuls, 1941). 10 Sesudah Bangsa Indonesia merdeka Gereja ini kembali mendapat pengakuan dari pemerintah RI tertanggal 2 April 1968, No: Dd/P/DAK/d/135/68, dan pengakuan ulang pemerintah RI Cq. Departemen RI no. 33 tanggal 6 Pebruari 1988. Dengan dasar pengakuan ini HKBP mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang dinamakan Aturan dan Peraturan HKBP. Jadi HKBP mempunyai hak dan wewenang mengatur keperluan intern, seperti tata kebaktian dan acara-acara seremonial. Pengakuan ini suatu pertanda bahwa negara menjamin kehidupan beragama sesuai dengan yang dimaksud oleh pancasila dan UUD 1945. Dengan pengakuan ini pemerintah negara Republik Indonesia terikat dan wajib menjaga serta menegakkan HKBP sebagai suatu organisasi agama yang berbadan hukum. 11 Dengan adanya pengakuan dari pemerintah Kolonial Belanda pada 1932 dan mendapat pengakuan dari pemerintah Republik Indonesia pada 1968 menjadi organisasi yang berbadan hukum, HKBP melebarkan sayapnya, menjadi salah satu 10
Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba, Op.cit., hlm. 5 J. S. B. P Simanjuntak, Konflik Intern Organisasi Kemasyarakatan Kasus: Huria Kristen Batak Protestan, Tesis UGM, 1998, hlm. 9 11
Universitas Sumatera Utara
Gereja kesukuan yang terbesar di Indonesia bahkan di negara-negara Asia dan Eropa gereja HKBP ini berdiri yang di bawa oleh Suku batak Toba yang bermigrasi ke negara tersebut. Perkembangan HKBP dalam mission zending banyak mengalami konflik dalam tubuh organisasi ini di mana tahun 1917 berdiri sebuah organisasi politik bukan gereja oleh cendikiawan M.H. Manullang yaitu HKB (Hatopan Kristen Batak). Pecahnya konflik ini dikarenakan gereja ini tidak memenuhi tuntutan kaum pribumi untuk memberi hak otonomi luas bagi gereja Batak, sehingga kekuasaan pengelolaan gereja tidak lagi sepenuhnya di tangan orang Jerman. 12 Pada tahun 1962 terjadi konflik setelah orang pribumi secara utuh mengelola HKBP. Konflik ini mengakibatkan pecahnya HKBP dengan melahirkan gereja baru yaitu GKPI (Gereja Kristen Protestan Indonesia) yang berwujud nasionalis pada tanggal 30 Agustus 1964 . Penyebab konflik ini adalah perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, pemilihan petinggi Ephorus dan pemecatan 22 pendeta resort pada bulan Maret 1963.13 Konflik dalam tubuh organisasi HKBP terjadi lagi pada 1988, konflik terjadi karena pemilihan Eporus dengan adanya isu ketidakjujuran kelompok Pdt. Dr. SAE Nababan dalam pemilihan Ephorus yang menyuap para peserta sehingga ia terpilih, dan adanya campur tangan pemerintah. Konflik ini mengakibatkan timbulnya 2 kelompok besar, yakni kelompok yang disebut sebagai HKBP SAI Tiara (HKBP Sinode Agung Istimewa Tiara) yang
12 13
Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba, Op.cit., hlm. 366 Ibid., hlm. 386-392
Universitas Sumatera Utara
dipimpin oleh Pdt. Dr. PWT Simanjuntak yang mendapat dukungan dari pengakuan pemerintah. Kelompok yang lain adalah HKBP Aturan dan Peraturan atau HKBP Setia Sampai Akhir (HKBP SSA) yang dipimpin oleh Pdt. Dr. SAE Nababan. 14 Konflik yang terjadi dalam tubuh HKBP ini menciptakan perubahan yang sangat besar bagi Bangsa Indonesia khusunya bagi jemaat HKBP dan yayasan yang berlogo HKBP seperti Universitas HKBP Nommensen, STT HKBP Nomemnsen, dan yayasan lainnya. Daerah Samosir adalah salah satu ekspansi missi zending yang berpengaruh luas dimana HKBP berdiri sebanyak 46 jemaat dan 18 resort yang dipimpin oleh satu distrik yaitu Distrik VII Samosir yang berdiri pada tahun 1942 yang berkantor di Pangururan. Sebagai salah satu gereja yang mempunyai pengaruh dan jemaat yang sangat besar dibandingkan dengan agama yang masuk ke daerah Samosir seperti Katholik, dan Agama Islam. Di Distrik Samosir, konflik ini cukup berpengaruh besar terhadap jemaat. Pengaruh konflik di Distrik Samosir pada tahun 1962 adanya GKPI sebagai bentuk pencahan HKBP, dan pada tahun 1988 yang terjadi juga sangat berpengaruh dimana ada dua bentuk kegiatan kebaktian yaitu HKBP SAI Tiara dan HKBP SSA. Hal ini perlu penelitian untuk pengungkapan peristiwa yang terjadi sebagai bagian dari sejarah. Berdasarkan hal masalah diatas maka penelitian ini, penulis membuat judul: KONFLIK PENGURUS HKBP DAN PENGARUHNYA TERHADAP JEMAAT DI HKBP DISTRIK VII SAMOSIR (1962-1998).
14
J. S. B. P Simanjuntak, Op.cit., hlm. 1-7
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah Terjadinya konflik HKBP mempunyai pengaruh luas terhadap jemaat HKBP yang ada di Indonesia, oleh sebab itu perlu dibuat batas masalah agar tidak terjadi penyimpangan dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana gambaran umum HKBP di Samosir sebelum 1962? 2. Faktor-faktor penyebab terjadinya konflik dalam tubuh HKBP? 3. Bagaimana pengaruh konflik dalam tubuh HKBP terhadap jemaat di HKBP Distrik VII Samosir 1962-1998
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Segala sesuatu yang dilakukan manusia tentunya mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran umum HKBP di Kabupaten Samosir sebelum 1962. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab konflik. 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh konflik HKBP terhadap jemaat Distrik samosir Kabupaten Samosir 1962-1988. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk memperluas cakrawala ilmu pengetahuan bagi mahasiswa secara umum dan ilmu sejarah secarah khususnya tentang konflik dalam organisasi HKBP. 2. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk para jemaat HKBP khususnya bagi pimpinan HKBP agar dapat mengambil keputusan yang bijaksana untuk menghindari terjadinya konflik yang mengakibatkan perpecahan organisasi dan kerugian dalam materi. 3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk dapat bersikap adil dalam mengatasi konflik yang terjadi.
1.4 Tinjaun Pustaka Konflik merupakan suatu hal yang sangat merugikan dan menyisakan luka dikalangan para korban. Konflik tersebut terjadi di mana saja, kapan saja, kepada siapa saja seperti yang dikemukan dalam buku yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Buku “Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer”, Novri Susan, M.A. Dalam bukunya dasar konflik dibedakan atas dua (Coser, 1957) yakni konflik realistis dan non realistis. Konflik realistis memiliki sumber yang konkrit atau bersifat material, seperti perebutan sumber ekonomi atau wilayah. Jika mereka telah memperoleh tanpa perkelahian maka konflik akan segera diatasi dengan baik. Konflik non realistis didorong oleh keinginan yang tidak rasional dan sering bersifat ideologis, konflik ini seperti konflik antar agama, antar etnis dan konflik antar kepercayaan lainya. Konflik non realistis merupakan satu cara menurunkan
Universitas Sumatera Utara
ketegangan atau mempertegas identitas satu kelompok dan cara ini mewujudkan benuk-bentuk kekejian yang sesungguhnya turun dari sumber-sumber lain. Antara konflik yang pertama dan kedua, konflik yang non realistislah cenderung yang sulit untuk menemukan resolusi konflik. Bagi Coser sangat memungkinkan bahwa konflik melahirkan kedua tipe ini sekaligus sehingga menghasilkan situasi konflik yang lebih kompleks. 15 Tesis ”Konflik Intern Organisasi Kemasyarakatan Kasus: Huria Kristen Batak Protestan”, oleh Junjungan Saut Bonar Pangihutan Simanjuntak. Dalam tulisannya dia mengemukakan bagaimana hubungan antara gereja dengan negara. HKBP sebagai gereja rakyat merupakan wujud dari institusi ”civil society” dimana di dalamnya berbaur nilai tradisional dan nilai-nilai modren. Konflik yang berbaur dengan antara kepentingan negara dan kepentigan gereja, secara teorik perlu didekati melalui analisa tentang bagaimana kekuasaan negara dijalankan. Negara memang harus berpihak kepada salah satu kelompok masyarakat. Tetapi dalam kenyataannya, hal ini sering tidak terjadi Negara tampaknya bukan lembaga yang netral. Negara seringkali melakukan pemihakan kepada salah satu kelompok tertentu, dimana untuk itu negara dapat menggunakan kekuasaannya untuk memaksa. 16 Buku ”Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak”, oleh Pdt. Dr. Andar M. Lumban tobing. Dimana dijelaskan bahwa pengaruh jabatan politik tehadap jabatan gereja batak (HKBP) muncul ketika gereja batak memperoleh kemerdekaan dari pihak Kolonial belanda, dan setelah Indonesia merdeka partai-partai politik
15 16
Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer, Op.cit., hlm. 55 J. S. B. P. Simanjuntak, Op. cit., hlm. 14-19
Universitas Sumatera Utara
bermunculan seperti jamur dimana-mana. Fenomena zaman itu mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan gereja-gereja. Timbullah kata-kata tentang demokrasi; arti dan makna perkataan itu hendak diterapkan diamana-mana, juga dalam gereja. Hal ini banyak orang yang jadi cenderung mempersamakan demokrasi di negara dengan asas Presbyterial-Synodal di gereja. Dengan demikian, harus diperhatikan supaya kedua pengertian tersebut sekali-sekali jangan disamakan atau dicapuradukan. Buku ”Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba”, oleh Bungaran Antonius Simanjuntak. Dia berpandangan bahwa konflik HKBP terjadi karena adanya faktor kebudayaan orang Batak.
1.5 Metode Penelitian Untuk keperluan analisis, peneliti mencari sumber-sumber acuan utama, yaitu sumber-sumber yang diduga memuat data yang relevan atau informasi yang relevan dengan topik penelitian. Dengan menelaah sumber-sumber acuan utama secara efektif, peneliti akan dapat memahami ruang lingkup penelitian, baik ruang lingkup masalah maupun ruang lingkup temporal (waktu) dan spasial (tempat/wilayah) objek penelitian. Metode penelitian yang digunakan untuk mencari informasi tentang konflik HKBP yang berpusat di Pearaja, Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara yang mempunyai pengaruh luas terhadap dalam organisasi HKBP dan Bangsa Indonesia adalah metode library research (penelitian pustaka) dan field research (studi lapangan).
Universitas Sumatera Utara
Penelitian sejarah yang dasarnya adalah penelitian terhadap sumber-sumber sejarah, merupakan implementasi dari tahapan kegiatan yang tercakup dalam metode sejarah, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. a. Heuristik Kegiatan mencari dan menemukan sumber yang diperlukan. Penelusuran sumber-sumber sejarah terdiri dari arsip, dokumen, buku, majalah, surat kabar dan lain-lain. Berdasarkan sifatnya, sumbersejarah terdiri dari sumber primer dan sumber sekunder. b. Kritik Sumber Sumber untuk penulisan sejarah ilmiah bukan sembarang, tetapi sumbersumber itu terlebih dahulu harus dinilai melalui kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern menilai, apakah sumber itu benar-benar sumber yang diperlukan, apakah sumber itu asli, turunan, atau palsu. Kritik ekstern ini menilai keakuratan sumber. Kritik intern menilai kredibilitas data dalam sumber. Tujuan utama kritik sumber adalah untuk menyeleksi data, sehingga diperoleh fakta. c. Interpretasi Setelah fakta untuk mengungkap dan membahas yang diteliti cukup memadai, kemudian dilakukan interpretasi, yaitu penafsiran akan makna fakta dan hubungan antara satu fakta dengan fakta lain. Penafsiran atas fakta harus dilandasi dengan sikap obyektif. d. Historiografi
Universitas Sumatera Utara
Tahapan terakhir atau penulisan terakhir sejarah. Kegiatan terakhir dari penelitian sejarah (metode sejarah) adalah merangkaikan fakta berikut maknanya secara kronologis/diakronis dan sistmatis, menjadi tulisan sejarah sebagai kisah. Kedua sifat uraian itu harus benar-benar tampak, karena kedua hal itu merupakan bagian ciri karya sejarah ilimiah, sekaligus ciri sejarah sebagai ilmu.
Universitas Sumatera Utara