BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam mengembangkan potensi anak tunarungu secara optimal diperlukan pelatihan yang terus menerus terutama dalam pembelajaran bidang studi keterampilan
yang
bersifat
vokasional,
salah
satunya
adalah
melalui
keterampilan membatik. Istilah batik berasal dari kosakata bahasa Jawa, yaitu amba dan titik. Amba berarti kain, dan titik adalah cara memberi motif pada kain menggunakan malam cair dengan cara dititik-titik. Cara kerja membuat batik pada dasarnya adalah menutup permukaan kain dengan malam cair (wax) agar ketika kain dicelup ke dalam cairan pewarna, kain yang tertutup malam tersebut tidak ikut terkena warna. Teknik seperti ini dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama wax-resist dyeing. Bagi siswa normal pada umumnya pembelajaran membatik tidaklah terlalu sulit untuk di ajarkan, namun bagi siswa tunarungu yang mengandalkan kemampuan visualnya dengan kondisi yang disandangnya sulit untuk menerima perintah, maka mereka mempunyai hambatan dalam pembelajarannya. Salah satu kendala yang dihadapi mereka dalam latihan keterampilan membatik adalah adanya miss komunikasi dengan guru ketika guru menyampaikan perintah kepada siswa.
1 Kartika Nurlaila Rahmawati, 2012 Pembelajaran Keterampilan Membatik Pada Tunarungu Jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
Ketika guru menerangkan sesuatu hal, maka terkadang akan ditangkap lain maksudnya oleh siswa. Namun demikian, walaupun mempunyai kendala dalam pembelajaran keterampilan tersebut mereka tetap berhak untuk mengembangkan potensi dirinya dalam hal pembelajaran keterampilan, salah satunya adalah pengembangan potensi dalam keterampilan membatik. Dengan pembelajaran keterampilan membatik ini diharapkan dapat melatih dan mempersiapkan mereka untuk memasuki dunia pekerjaan setelah lulus nanti, sehingga mereka bisa mendapatkan pekerjaan dengan modal keterampilan yang diberikan selama mendapatkan pendidikan di sekolah. Untuk mengembangkan kemampuan yang ada pada diri anak tunarungu, maka mereka berhak memperoleh pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuannya, yaitu melalui layanan pendidikan luar biasa. Dalam PP 72 tahun 1991, bab 2 pasal 2 disebutkan bahwa tujuan pendidikan luar biasa adalah … membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik/atau mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia atau mengikuti pendidikan lanjutan.
Sedangkan tujuan khusus pendidikan anak tunarungu jenjang SMALB ditekankan pada pematangan keterampilan
berkomunikasi, keterampilan
menerapkan kemampuan dasar di bidang akademik yang mengerucut pada pengembangan kemampuan vokasional yang berguna sebagai pemenuhan kebutuhan hidup, dengan tidak menutup kemungkinan mempersiapkan siswa tunarungu melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Kartika Nurlaila Rahmawati, 2012 Pembelajaran Keterampilan Membatik Pada Tunarungu Jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3
Fakta di lapangan yang di temui saat observasi awal tentang kegiatan belajar mengajar membatik pada siswa tunarungu di SLB Negeri Cicendo adalah dalam pengerjaan pengecapan pada kain, cap yang digunakan siswa terkadang melenceng dari pola yang seharusnya di buat. Hal ini di sebabkan oleh ketidaktelitian siswa dalam pengerjaan dan kurang fokusnya perhatian siswa terhadap pekerjaan yang dihadapinya. Pelajaran keterampilan membatik yang secara teoritis sangat sulit dipahami oleh siswa tunarungu karena adanya keterbatasan dalam menerima informasi yang bersifat abstrak mengakibatkan terkadang terjadinya miss komunikasi ketika guru sedang menyampaikan teori dalam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar), sehingga kurang lancarnya pembelajaran keterampilan membatik. Oleh karena itu, dalam pembelajaran keterampilan membatik para siswa tunarungu harus lebih banyak menerima pembelajaran yang bersifat konkrit seperti lebih banyak melakukan praktik dibandingkan mendapat pembelajaran yang bersifat teori. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Pembelajaran Keterampilan Membatik Pada Siswa Tunarungu Jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung.”
B. Fokus Masalah Adapun yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pelaksanaan pembelajaran keterampilan membatik pada siswa tunarungu jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung?”. Dengan sub fokus masalah sebagai berikut :
Kartika Nurlaila Rahmawati, 2012 Pembelajaran Keterampilan Membatik Pada Tunarungu Jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4
1. Bagaimana perencanaan program pembelajaran keterampilan membatik pada siswa tunarungu? 2. Bagaimana pelaksanaan program pembelajaran keterampilan membatik pada siswa tunarungu? 3. Bagaimana pelaksanaan evaluasi pembelajaran keterampilan membatik pada siswa tunarungu? 4. Hambatan apa saja yang dialami siswa tunarungu dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan membatik? 5. Bagaimana upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi hambatan tersebut?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Tujuan Penelitian Secara Umum Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan pembelajaran keterampilan membatik pada siswa tunarungu jenjang SMALB di SLB-B Negeri Cicendo Kota Bandung.
b. Tujuan Penelitian Secara Khusus: 1. Untuk mengetahui perencanaan program pembelajaran keterampilan membatik yang dibuat guru untuk siswa tunarungu. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan program pembelajaran keterampilan membatik pada siswa tunarungu.
Kartika Nurlaila Rahmawati, 2012 Pembelajaran Keterampilan Membatik Pada Tunarungu Jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5
3. Untuk mengetahui pelaksanaan evaluasi pembelajaran keterampilan membatik pada siswa tunarungu 4. Untuk mengetahui hambatan yang dialami siswa tunarungu dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan membatik. 5. Untuk mengetahui upaya guru dalam mengatasi hambatan tersebut.
2. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini adalah : a. Sebagai salah satu pilihan untuk pendidikan keterampilan bagi siswa tunarungu. b. Sebagai masukan bagi sekolah agar dapat mengadakan pembelajaran keterampilan membatik yang proporsional sesuai dengan kebutuhan siswa. c. Bahan pertimbangan bagi para guru lainnya dalam mengantisipasi kesulitan-kesulitan yang ada dalam keterampilan membatik. d. Menambah wawasan ilmu PLB tentang keterampilan membatik pada anak tunarungu. e. Sebagai bahan pertimbangan serta kajian bagi peneliti selanjutnya.
Kartika Nurlaila Rahmawati, 2012 Pembelajaran Keterampilan Membatik Pada Tunarungu Jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6
D. Konsep Dasar Untuk mempermudah memahami istilah yang digunakan dalam judul ini, selanjutnya diuraikan penjelasan istilah-istilah tersebut :
1. Pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis melalui tahapan rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru.
2. Keterampilan adalah suatu usaha untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat, dan tepat, dalam menghadapi permasalahan belajar.
3. Membatik adalah sebuah teknik menahan warna dengan lilin malam secara berulang-ulang di atas kain.
4. Tunarungu adalah seseorang yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya , sehingga mengalami gangguan berkomunikasi secara verbal.
Kartika Nurlaila Rahmawati, 2012 Pembelajaran Keterampilan Membatik Pada Tunarungu Jenjang SMALB Di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu