BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atletik merupakan dasar dari segala macam olahraga. Karena sebagian gerakannya dimiliki oleh sebagian besar cabang olahraga lainnya. Cabang atletik memiliki empat macam, yaitu : jalan cepat, lari, lempar dan lompat. Sedangkan lari terdiri dari enam macam yang salah satunya adalah Lari cepat (Sprint) yang kemudian dibagi menjadi tiga jarak, yakni 100m, 200m, 400m (Muhajir, 2007). Prestasi olahraga tidak akan pernah lepas dari kondisi dan kualitas fisik., dimana setiap cabang olahraga memiliki kondisi dan kualitas fisik yang berbedabeda sesuai dengan karakteristik olahraganya. Kondisi fisik adalah salah satu komponen fisik yang dimiliki seseorang. Kondisi fisik merupakan persyaratan yang
harus
dimiliki
oleh
seorang
atlet
didalam
meningkatkan
dan
mengembangkan prestasi olahraga yang optimal, sehingga segenap kondisi fisik harus dikembangkan dan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing cabang olahraga (Galatang, 2009). Menurut Hadisasmita (2000) Sprint adalah lari yang dilakukan dengan kecepatan penuh atau kecepatan maksimal sepanjang jarak yang harus ditempuh. Dalam lari jarak pendek, hal yang paling di perhatikan adalah kecepatan, karena untuk menjadi juara lomba lari jarak pendek diperlukan kecepatan lari yang maksimal. Kecepatan lari merupakan salah satu kondisi fisik yang diperlukan pada berbagai cabang olahraga. Kecepatan adalah kemampuan untuk berjalan, berlari 1
2
dan bergerak dengan sangat cepat (Tangkudung, 2006). Kecepatan merupakan kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu sesingkat mungkin. Berdasarkan uraian tersebut, kecepatan lari dapat didefinisikan sebagai catatan waktu yang digunakan untuk melakukan gerakan lari dengan menempuh jarak tertentu (Widodo, 2010). Kemampuan seseorang untuk dapat bergerak cepat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu : fleksibilitas, kekuatan otot, power otot, daya tahan anaerobik, koordinasi gerakan, keterampilan teknik lari, dan jenis serabut otot yang dimiliki oleh atlet. Untuk meningkatkan kemampuan lari cepat, harus didukung oleh unsur kondisi fisik seperti, kekuatan dan daya tahan otot. Namun faktor yang paling utama adalah daya ledak otot tungkai, karena didalamnya sudah terdapat kekuatan dan kecepatan (Widodo, 2010). Untuk memaksimalkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan lari, maka yang diperlukan seorang pelari adalah latihan. Latihan merupakan proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya. Latihan adalah suatu proses yang sangat kompleks, yang diorganisasi dan direncanakan secara sistematis, secara bertahap serta dilaksanakan secara berkelanjutan dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi olahraga (Tangkudung, 2006). Ada berbagai latihan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter. Metode untuk meningkatkan kecepatan lari diantaranya adalah latihan lari akselerasi dan latihan lari interval. Kedua latihan ini merupakan latihan yang sama-sama menitik beratkan pada pengulangan gerakan. Namun
3
dengan metode yang berbeda (Putra, 2010). Latihan lari cepat akselerasi atau acceleration sprint adalah percepatan secara bertahap dari lari lambat, kelangkah cepat, kemudian diikuti dengan lari cepat yang pelaksaannya diselingi waktu istirahat disetiap latihannya. Komponen latihan lari akselerasi ini adalah joging, striding, sprinting, walk (Benidektus, 2013). Sedangkan latihan lari interval atau interval training adalah lari secepatnya, kemudian istirahat, lari kembali dan istirahat dan seterusnya dengan jarak dan tempo yang lari yang telah di tentukan sebelumnya. Dalam hal ini istirahat yang dilakukan adalah
jogging (Rahim,
2011). Untuk melatih kecepatan lari harus melakukan latihan yang terprogram dan sistematis. Selain itu, agar program latihan dapat berjalan sesuai dengan harapan, maka perlu dipilih metode latihan yang berpengaruh besar untuk peningkatan kecepatan lari 100 meter. Pemilihan metode ini berdasarkan pemakaian energi yang paling dominan dalam lari 100 meter. Untuk lari 100 meter yang harus mengeluarkan tenaga dalam waktu kurang dari 30 detik, sistem energi yang diperlukan adalah ATP-PC atau Adenosine TriphosphatePhosphocreatine (Putra, 2011). Nomer lari cepat 100 meter membutuhkan daya tahan yang singkat 4-2 menit dan sumber energi utamanya anaerobik, oleh sistem fospagen dan sistem laktat. Untuk lari 100 meter sisten energi anaerobik berkontribusi sebesar 80%, dan sisanya adalah aerobik (Bompa, 2005). Latihan anaerobik pada umumnya merupakan usaha untuk meningkatkan sistem glikosis ATP-PC ( Adenosine Triphosphate-Phosphocreatine) atau sistem asam laktat (Nala, 2011). Ada
4
beberapa latihan
yang mengembangkan sistem latihan ATP-PC untuk
meningkatkan prestasi lari 100 meter, diantaranya latihan akselerasi, larihan lari hollow, latihan lari interval, dan latihan lari cepat. Keempat latihan tersebut samasama menggunakan energi dominan yaitu ATP-PC (Benidektus, 2013). Selain berpegangan dengan sistem energi yang sama yang dipakai antara latihan dan yang diperlukan oleh seorang pelari, penelitian ini juga berpacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Ada pun beberapa penelitian yang telah dilakukan
adalah
“Pengaruh
Pendekatan
Lari
Interval
Teratur
dalam
Meningkatkan Kecepatan Lari 100 Meter dan 200 Meter pada Siswa SMP” hasil penelitian ini menunjukan bahwa
latihan interval memberikan perubahan
kecepatan lari dengan waktu 12-13 detik yang sebelumnya dapat dicapai 13-14 detik. Kemudian penelitian yang membandingkan latihan lari cepat akselerasi dengan latihan lari repetisi, dengan hasil penelitian bahwa Latihan lari cepat akselerasi lebih meningkatkan kecepatan lari 100 meter dibandingkan dengan latihan lari repetisi (Ambara, 2011) Dari kedua penelitian tersebut, dan beberapa penelitian sebelumnya, peneliti saat ini ingin membandingkan latihan yang sama-sama meningkatkan latihan lari 100 meter, yaitu Latihan Lari Akselerasi dan Latihan Lari Interval. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMA. Pada umur ini mereka sedang memasuki masa adolisensi, masa adolisensi pada laki-laki adalah umur 12 tahun dan berakhir pada umur 20 tahun. Pada masa ini merupakan masa yang paling tepat dalam meningkatkan kemampuan fisik yang optimal. Masa ini merupakan masa pertumbuhan yang pesat, yang ditandai dengan
5
perkembangan biologis yang kompleks. Perkembangan yang paling menonjol dalam masa ini yaitu kekuatan, kecepatan, dan ketahanan kardiorespirasi. Kekuatan meningkat sejalan dengan perkembangan jaringan otot yang cepat. Perkembangan otot yang cepat serta latihan yang tepat, akan dapat meningkatkan kekuatan, kecepatan, dan ketahanan (Hadiwijaya,2010) SMA Negeri 1 Kuta Selatan dan SMA Negeri 2 Kuta adalah Sekolah Menengah Atas
yang berada di Kabupaten Badung. Sekolah ini memiliki
ekstrakurikuler atletik dengan cabang olahraga lari, namun belum memiliki pelatihan yang tepat untuk meningkatkan kecepatan lari dari para siswa tersebut. Selama ini peningkatan kecepatan lari yang dimiliki belum dapat memenuhi kriteria untuk memasuki sebuah perlombaan. Hal ini menjadi dasar peneliti untuk mengambil sampel di kedua sekolah tersebut. Berdasarkan dari hal diatas, dan berdasarkan penelitian sebelumnya, peneliti merasa tertarik untuk mengembangkan lebih jauh, membandingkan kedua penelitian dan memodifikasi beberapa teknik dalam penelitian yang berjudul “Pelatihan Lari Akselerasi Meningkatkan Kecepatan Lari 100 Meter Daripada Pelatihan Lari Interval Pada Siswa SMA di Kabupaten Badung.” 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang disampaikan adalah sebagai berikut: 1. Apakah pelatihan lari akselerasi dapat meningkatkan kecepatan lari 100 meter pada siswa SMA di Kabupaten Badung?
6
2. Apakah pelatihan lari interval dapat meningkatkan kecepatan lari 100 meter pada siswa SMA di Kabupaten Badung? 3. Apakah pelatihan lari akselerasi lebih meningkatkan kecepatan lari 100 meter, daripada pelatihan lari interval pada siswa SMA di Kabupaten Badung?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1
Tujuan Umum Untuk mengetahi perbedaan peningkatan kecepatan lari 100 meter, antara pemberian pelatihan lari akselerasi dan pelatihan lari dengan interval pada siswa SMA di Kabupaten Badung.
1.3.2
Tujuan Khusus 1. Untuk
membuktikan
bahwa
pelatihan
lari
akselerasi
dapat
meningkatkan kecepatan lari 100 meter pada siswa SMA di Kabupaten Badung. 2. Untuk membuktikan bahwa pelatihan lari interval dapat meningkatkan kecepatan lari 100 meter pada siswa SMA di Kabupaten Badung 3. Untuk
membuktikan
bahwa
pelatihan
lari
akselerasi
lebih
meningkatkan kecepatan lari 100 meter daripada pelatihan lari interval pada siswa SMA di Kabupaten Badung.
7
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Manfaat Teoritis a. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi bagi para pembaca (mahasiswa) tentang pelatihan lari akselerasi meningkatkan kecepatan lari 100 meter daripada pelatihan lari interval pada siswa SMA di Kabupaten Badung. b. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan bagi para pembaca (mahasiswa) dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.
1.4.2
Manfaat Praktis Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi aplikasi bagi masyarakat umum, sesama fisioterapis, para atlet lari, beserta pelatihnya, tentang jenis
pelatihan lari akselerasi lebih meningkatkan
kecepatan lari 100 meter daripada pelatihan lari interval pada siswa SMA di Kabupaten Badung.