BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan kemajuan dalam perekonomian, sektor bisnis baik usaha kecil maupun menengah juga semakin marak dijalankan. Kondisi ini mengharuskan setiap pengusaha baik usaha kecil maupun menengah melakukan upaya peningkatan usaha dengan cara memperbesar usaha dan memperluas usaha yang telah didirikan guna lebih meningkatkan eksistensi usahanya. Semakin besar dan berkembang suatu usaha, maka semakin besar pula kebutuhan dananya. Kebutuhan dana tersebut dapat dipenuhi dengan menggunakan modal sendiri atau dapat pula sebagian atau seluruh modal diperoleh dengan melakukan pinjaman atau kredit. Pemenuhan kebutuhan dana melalui kredit dapat ditempuh dengan melakukan pinjaman kepada pihak eksternal. Pihak eksternal salah satunya adalah lembaga keuangan atau bank yang pada umumnya dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pihak peminjam dalam pengembangan bisnis. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Selain itu pemberian kredit juga merupakan bisnis utama bank, sehingga bagian terbesar dari asset bank berupa kredit, begitu juga halnya dengan pendapatan bank sebagian besar berasal dari pendapatan bunga kredit.
1
2
Salah satu jasa kredit yang disalurkan oleh bank dalam rangka meningkatkan atau mengembangan sebuah usaha atau bisnis yaitu dalam bentuk Kredit Modal Kerja (KMK). Menurut Suhardjono (2004:287) Kredit Modal Kerja adalah fasilitas kredit yang dipergunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan yang pada umumnya berjangka waktu pendek, maksimal satu tahun. Sedangkan modal kerja sendiri adalah sejumlah dana yang dipergunakan untuk membiayai operasional perusahaan mulai dari pengadaan bahan baku/bahan penolong/bahan setengah jadi, membiayai tenaga kerja dan biaya overhead, proses produksi barang sampai dengan barang tersebut dijual. Siklus operasi perusahaan pada umumnya terdiri dari pengadaan bahan, proses produksi, dan distribusi/penjualan.Aliran kas dalam kegiatan ini sering tidak sinkron, pengeluaran kas sering dilakukan jauh-jauh hari sebelum penerimaan kas, disamping itu juga penjualan dan biaya yang harus dikeluarkan sering tidak pasti. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan meningkatkan produksinya, maka kemungkinan besar akan kehilangan pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya dan akan menghadapi masalah likuiditas. Oleh karena itu, perusahaan perlu untuk menjaga modal kerja yang cukup. Salah satu bank yang memberikan kredit modal kerja adalah PT. Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk - Kantor Cabang Madiun.
Bank Rakyat
Indonesia ini merupakan salah satu bank pemerintah yang masih berperan serta secara aktif dalam pembangunan nasional dengan menyediakan pelayanan dalam
3
jasa perbankan bagi seluruh lapisan masyarakat salah satunya yaitu pelayanan dibidang perkreditan. Kredit modal kerja dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal usaha sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan tingkat produksi operasional, dan juga untuk mempertahankan kelangsungan aktivitas/ usaha calon debitur. Karena pemberian kredit merupakan penghasilan terbesar bagi bank, oleh karena itu perlu adanya pengendalian yang baik terhadap sistem perkreditan pada perusahaan perbankan.Hal tersebut didukung dengan adanya kasus kredit bermasalah dan kredit macet yang semakin banyak pada lembaga keuangan. Biasanya kredit bermasalah terjadi karena terdapat kelalaian pihak bank dalam menganalisa kredit yang akan disalurkan. Oleh karena itu, keamanan atas pemberian kredit harus benar-benar diperhatikan oleh bank. Karena salah dalam pengambilan keputusan akan menyebabkan terjadinya kredit macet yang akan merugikan bank. Permasalahan ini bisa dihindari dengan adanya suatu pengendalian internal yang memadai dalam bidang perkreditan. Dengan kata lain diperlukan suatu pengendalian internal yang dapat menunjang efektifitas sistem pemberian kredit. Menurut Mulyadi (2008:163), Sistem pengendalian internal memiliki struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Dengan terselenggaranya pengendalian internal yang memadai dalam bidang perkreditan,
4
berarti menunjukkan adanya sikap kehati-hatian pada bank terutama dalam hal memberikan kredit. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka penulis mengangkat judul dalam penulisan skripsi ini yaitu: “Evaluasi Terhadap Sistem Pengendalian Internal pada Proses Pemberian Kredit Modal Kerja (studi kasus pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk – Kantor Cabang Madiun)”
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan dalam latar belakang penelitian, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Bagaimana sistem pengendalian internal pada prosespemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk – Kantor Cabang Madiun?”
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasisistem pengendalian internal pada proses pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk – Kantor Cabang Madiun.
1.4 Manfaat Penelitian Dengan adanya sistem pengendalian internal terhadap proses pemberian kredit modal kerja diharapkan bagi perusahaandapat digunakan sebagai bahan masukan untuk menambah kemajuan perusahaan khususnya lembaga keuangan
5
dalam bidang perbankan, agar pengawasan yang dilakukan dapat lebih efektif.Selain itu dapat menambah dan memperluas wawasan, pengetahuan, dan sebagai sumber informasi.