BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Masalah
1.1.1. Permasalahan Sandang, pangan, papan merupakan kebutuhan primer manusia. Ketiga kebutuhan tersebut harus dapat dipenuhi agar hidup dapat berlanjut.
Ketiga
kebutuhan tersebut sangatlah vital bagi kehidupan manusia. Manusia yang sudah selesai dengan kebutuhan primernya, akan beralih pada kebutuhan selanjutnya yaitu kebutuhan sekunder dan tersier. Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan yang sangat vital dari tiga kebutuhan primer tersebut. Kekurangan persediaan pangan akan menyebabkan berbagai masalah seperti kelangkaan bahan pangan pokok dan kelaparan. Kabupaten Bantul secara administratif merupakan wilayah dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Bantul memiliki luas wilayah sebesar 50.685 hektar dengan jumlah penduduk 911.503 jiwa pada sensus tahun 2010 yang tersebar di 17 kecamatan (BPS Bantul, 2010). Luas lahan pertanian sawah basah di Kabupaten Bantul adalah 15.465 hektar dari 50.685 hektar luas wilayah Kabupaten Bantul pada tahun 2010. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir trend penurunan luas lahan sawah basah semakin meningkat. Penyusutan lahan di Kabupaten Bantul mencapai 95,8 hektar/tahun atau 0,59 %/tahun dalam kurun waktu tahun 2000 sampai 2010.
1
2
Penyusutan lahan pertanian sawah basah di Kabupaten Bantul disebabkan oleh alih fungsi lahan akibat dari bertambahnya jumlah penduduk. Bertambahnya penduduk akan meningkatkan kebutuhan lahan untuk perumahan sehingga yang terjadi adlah alih fungsi lahan. Jumlah penduduk Kabupaten Bantul dalam sepuluh tahun terahir (2000-2010) bertambah 130.757 jiwa dari 781.013 jiwa pada tahun 2000 menjadi 911.770 jiwa pada tahun 2010 (BPS Bantul, 2010). Selama kurun waktu tersebut pertumbuhan penduduk Kabupaten Bantul bertambah dari 1,19% pada sensus penduduk tahun 2000 menjadi 1,56 % pada sensus 2010. Bertambahnya jumlah penduduk akan berdampak pada meningkatnya kebutuhan beras sebagai bahan makanan pokok. Kebutuhan beras ini harus dipenuhi agar tidak terjadi kelangkaan bahan pangan. Dalam memenuhi kebutuhan beras ini dapat dilakukan dengan dua cara utama yaitu meningkatkan produktifitas lahan atau melakukan import. Peningkatkan produksi beras dapat dilakukan dengan cara ekstensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi adalah usaha untuk meningkatkan jumlah produksi dengan menambah luas tanam. Intensifikasi adalah usaha yang dilakukan untuk meningkatkan hasil produksi dengan penerapan teknologi. Dari penjelasan diatas maka upaya ekstensifikasi belum diterapkan di Kabupaten Bantul, hal ini dapat dilihat dari penurunan luas lahan tiap tahunnya. Di Kabupaten Bantul dalam meningkatkan produksi beras menggunakan cara intensifikasi. Penerapan intensifikasi ini dapat dilihat dari trend meningkatnya produksi rata-rata tiap tahun.
3
Berikut disajikan data penduduk, luas lahan pertanian sawah basah, dan produktifitas lahan Kabupaten Bantul dalam kurun waktu 10 tahun dari tahun 2001-2010. Tabel 1.1. Luas lahan sawah basah, produktifitas lahan, dan jumlah penduduk Kabupaten Bantul Tahun 2001-2010 Luas Lahan Sawah Jumlah Produktifitas No Tahun Basah (hektar) Penduduk (jiwa) (ton/ha) 1
2001
16438
793197
6,044
2
2002
16310
805571
6,117
3
2003
16310
818138
6,123
4
2004
16079
830901
6,176
5
2005
16036
843863
5,990
6
2006
15945
857027
5,931
7
2007
15884
870396
6,249
8
2008
15848
883975
6,671
9
2009
15569
897765
6,470
10
2010
15465
911770
6,213
Sumber : Profil Kabupaten Bantul (BPS Bantul) 2001-2010
Ketersediaan beras dalam suatu wilayah dapat di jabarkan menjadi tiga bagian yaitu produksi, distribusi dan konsumsi. Masalah produksi dapat dijabarkan menjadi ketersediaan lahan pertanian, teknologi yang digunakan, serta produktifitas. Faktor distribusi adalah pengelolaan, dalam hal ini adalah tanggung jawab pemerintah dalam pendistirbusian beras kewilayahnya. Untuk faktor konsumsi dapat dilihat dari jumlah penduduk yang mengkonsusmsi beras sebagai bahan makanan pokok. Penerapan teknologi dalam hal ini alat mesin pertanian pada sistem budidaya padi pada pra tanam, perawatan dan pasca panen akan menunjang produksi beras. Alat mesin pertanian merupakan kunci utama dalam meningkatkan produktifitas, efisiensi dan mutu produk pertanian. Tanpa adanya
4
alat mesin pertanian maka daya saing dan nilai tambah produk pertanian dalam negeri akan kalah bersaing dengan produk pertanian dari luar negeri, baik dalam segi kualitas maupun kuantitas. Problema inilah yang dijadikan landasan dalam penelitian ini. Model kebutuhan beras dan alat mesin pertanian digunakan sebagai solusi untuk melihat hubungan antara penyusutan lahan pertanian, kebutuhan beras dan kebutuhan alat mesin pertanian di Kabupaten Bantul. 1.1.2. Rumusan Masalah Penyusutan lahan pertanian di Kabupaten Bantul semakin tahun semakin bertambah. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya jumlah penduduk yang berakibat pada alih fungsi lahan sawah. Di Kabupaten Bantul sendiri luas sawah mengalami penyusutan sebesar 958 hektar dalam kurun waktu 10 tahun dari tahun 2000 sampai tahun 2010. Berkurangnya lahan pertanian tanpa adanya upaya intensifikasi atau pun ekstensifikasi maka produksi akan berkurang setiap tahunnya. Selain itu dengan berkurangnya lahan pertanian akan berpengaruh pada ketercukupan alat mesin pertanian. Di ketahui bahwa satu-satunya cara yang tersisa agar produksi tetap tinggi tanpa melakukan ekstensifikasi adalah penerapan teknologi dalam budidaya padi. Berdasarkan data penyusutan lahan pertanian ditahun-tahun sebelumnya maka dapat dilakukan proyeksi untuk melihat keadaan luas sawah tahun-tahun selanjutnya berrdasar pada trend tahun sebelumnya. Proyeksi ini selanjutnya digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan agar dampak-dampak negatif dari
5
penyusutan lahan dapat diminimalisir, serta dapat dilakukan upaya pencegahan sebelumnya. 1.1.3. Batasan Masalah Ketersediaan bahan pangan pokok beras dipengaruihi beberapa faktor yang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu masalah produksi dan konsumsi. Masalah produksi dapat dijabarkan menjadi ketersediaan lahan pertanian, teknologi yang digunakan, serta produktifitas. Untuk faktor konsumsi dapat dilihat dari jumlah penduduk yang mengkonsusmsi beras sebagai bahan makanan pokok. Batasan dari penelitian ini akan menitikberatkan pada faktor pertumbuhan penduduk, produktifitas lahan sawah basah dan kecukupan alat mesin pertanian. Ketersediaan pangan dan kebutuhan alat mesin pertanian dapat diketahui dari penyusutan lahan sawah basah, pertumbuhan penduduk dan produktifitas lahan tahun-tahun sebelumnya. 1.2.
Tujuan Penelitian Berdasarkan pada trend penyusutan lahan dan pertumbuhan penduduk di
Kabupaten Bantul penelitian ini bertujuan: a. Menghasilkan model dinamis yang tepat untuk melihat hubungan penyusutan lahan pertanian dan pertumbuhan penduduk terhadap ketersediaan pangan dan kebutuhan alat mesin pertanian b. Memberi gambaran tentang kebutuhan pangan beras di Kabupaten Bantul di tahun-tahun selanjutnya
6
c. Memberi informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan kebijakan dalam menjaga ketersediaan pangan berupa beras. d. Memberi informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan kebijakan dalam memenuhi kebutuhan alat mesin pertanian di Kabupaten Bantul.