BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan berjalannya waktu, akhir-akhir ini berbisnis dalam dunia kuliner sangat berkembang pesat. Pasalnya salah satu faktor yang menjadi pendukung dalam kemajuan didunia kuliner di Indonesia adalah dengan
kebudayaan
dari
negara
asing.
Negara
asing
dengan
kebudayaannya, cukup berperan dalam membangun kemajuan kuliner di hingga masyarakat lokal sendiri atau masarakat Indonesia jadi lebih banyak mengetahui tentang kebudayaan asing, terutama didalam dunia kuliner. Sektor pariwisata dan kuliner di Indonesia 2013, terdapat 8,8 juta wisatawan mancanegara masuk ke Indonesia. Semua wisatawan pasti membutuhkan makanan, pembelanjaan para wisatawan pasti diserap pada sektor kuliner. Data Kementrian pariwisata dan ekonomi kreatif (kemenparekraf) menunjukkan, wisata kuliner mengkontribusikan sekitar 25% dari perekonomian beberapa negara, kuliner merupakan sub-sektor ekonomi kreatif ke-15 yang dikembangkan sebagai produk unggulan agar menjadi daya tarik pariwisata sekaligus menjadi citra dan indetitas bangsa. Hal ini perkembangan dalam salah satu sub sektor pengembangan kuliner menjadi pesat. ( sumber: Kompas,Senin, 29 september 2014, 21:16 WIB).
1
2
Salah satu kota di negara Indonesia yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang berkembang cukup pesat dalam bidang jasa adalah kota Bandung. Dalam kurun lima tahun terakhir pertumbuhan perekonomian kota Bandung terus terdongkrak naik. Penyebabnya kondisi yang tengah dialami kota Bandung tidak hanya karena saat ini menjadi salah satu kota tertinggi dikunjungi wisatawan sebagai kota wisata tetapi juga sebagai kota bisnis dan konvensi. Imbas dari kondisi tersebut, julukan business and leisure di Bandung menjadi sangat kondang, Kehadiran sektor perdagangan dan jasa mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan sektor lain. (Sumber: Pikiran Rakyat, Bisnis dibandung Masih Menjanjikan, Selasa, 30 Maret 2010) Saat ini semakin banyak jenis makanan yang berasal dari negara asing yang beredar di Indonesia salah satunya adalah makanan yang berasal dari negara barat yaitu steak. Makanan yang berasal dari negara barat ini semakin banyak digemari oleh pencinta kuliner oleh masyarakat indonesia sejak dahulu bermunculannya restoran-restoran baru di indonesia yang semakin banyak khususnya Bandung saat ini, membuat persaingan menjadi ketat, yang paling baik dalam memberikan pelayanan kepada konsumen. Dengan munculnya restoran baru justru menjadi tantangan untuk berpacu agar bisa bertahan di tengah ketatnya persaingan dalam bisnis restoran. (Sumber: Suara Merdeka, Selasa, 11 September 2007) .
3
Melihat perkembangan kota Bandung yang begitu pesat, melihat banyaknya 14 sub sektor industri kreatif yang diangkat oleh Walikota Kota Bandung salah satunya sub sektor riset pengembangan dan kuliner. Saat ini banyak sekali berdirinya restoran-restoran yang mengusung menu makanan dari negara barat khususnya jenis steak. Restoran seperti Suis Butcher Steak House, Waroeng Steak and Shake, Steak Ranjang adalah tiga dari beberapa restoran Eropa yang berada di kota Bandung yang memiliki cita rasa yang unik dengan sajian yang menarik. Ketiga restoran tersebut menawarkan menu yang hampir sama , yaitu menu spesialisasinya adalah steak atau bisnis. Menurut data Dinas kebudayaan dan Pariwisata kota Bandung. Pemerintah Kota Bandung mempunyai 575 buah restoran yang terdaftar dengan berbagai kategori. Kategori dan jumlah restoran di Kota Bandung disajikan dalam tabel dibawah ini: Tabel 1.1 Kategori dan jumlah restoran di Kota Bandung No
Kategori
Jumlah
1
Restoran Indonesia
179
2
Restoran Eropa
115
3
Bar & Cafe
85
4
Restoran Asia
80
5
Restoran Sunda
74
6
Restoran siap jadi
42
Total
575
Sumber : Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kota bandung tahun 2013
4
Persaingan pada restoran Eropa sangat tinggi, bisa dilihat dalam tabel diatas bahwa restoran Eropa menempati jumlah terbanyak ke dua dengan jumlah 115 buah restoran di Kota Bandung. Hal tersebutlah yang membuat intensitas persaingan antar industri restoran khususnya makanan Eropa semakin tinggi. Berdasarkan data yang didapat dari Duane E. Knapp dalam jurnal Lii adi Wibowo (2006:5) menyatakan bahwa setiap restoran
dituntut menerapkan strategi
deferensiasi secara unik, untuk membedakan satu restoran dengan restoran lainnya,dalam upaya menciptakan keunggulan yang berkesinambungan. Salah satunya Steak Ranjang dengan menciptakan niat beli ulang konsumen . Memang tak bisa dipungkiri bahwa sesuatu yang unik dan sensasional dicari dan di lirik orang karena image yang agak “nakal” seperti usaha Steak Ranjang, Karena logo dari Steak ranjang menggunakan karikatur Maria Ozawa a.k.a (Artis Sensasional dijepang) dengan bantal yang digunakan untuk menyenderkan kepalanya sambil bergaya ala menawarkan steak. Dengan slogan “Nikmat Menggelinjang”. Nama Steak Ranjang digunakan untuk memancing minat calon pembeli dan niat beli ulang, Tempatnya yang unik dan nama yang nyeleneh. Steak Ranjang memiliki ciri khas yang ditawarkan baik dari menu dan suasananya. Letak Steak Ranjang berada di pusat keramaian,memacu keinginan konsumen untuk memanjakan perutnya. terletak di jalan Dipati ukur bandung depan tempat travel terkenal dibandung. Beragam menu yang ditawarkan seperti “Sirloin Telanjang Panas, Sirloin Telanjang Binal, Tenderloin Selimut binal dan masih banyak lagi”. Menurut Biel (1992) dalam jurnal Xian,Oentoro (2011:1876)
5
brand image memiliki tiga komponen yaitu corporate image (citra perusahaan), user image (citra pemakai), dan product image (citra produk). Citra dari sebuah perusahaan berawal dari perasaan pelanggan dan para pelaku bisnis tentang organisasi yang bersangkutan sebagai produsen produk tersebut sekaligus sebagai hasil evaluasi individual tentang hal tersebut (Surachman, 2008:275). Xian, Oentoro (2011:1876) menyatakan bahwa “The user image refers to whether the brand personality is congruent with the consumers.” Citra pemakai mengacu pada apakah kepribadian merek sesuai dengan konsumen. Manfaat dari citra merek yang baik adalah perusahaan bisa mengembangkan produk dengan memanfaatkan citra positif yang telah terbentuk. Hal yang perlu diperhatikan yaitu bagaimana mempertahankan dan meningkatkan citra merek yang sudah positif. Terdapat
perbedaan
teori
dengan
kenyataan,
teori
menyatakan
berpengaruh positif terhadap niat beli ulang, namun pada Steak ranjang niat beli ulang terus meningkat meskipun citra merek jelek, citra merek jelek dikarenakan banyak isu negatif makanan steak ranjang memiliki sensasi yang pedas sedangkan makanan pedas tidak baik untuk tubuh menurut ahli kesehatan dampaknya tidak baik lambung, pencernaan, maag, insomnia ,badan kurus dan sakit kepala. Disisi lain yang menyebabkan niat beli ulang terus meningkat adalah kualitas pelayananan yang bagus. Kualitas produk berkaitan dengan bagaimana perusahaan menawarkan produk yang memiliki nilai lebih sehingga berbeda dengan produk yang dimiliki pesaing. Kualitas produk terdiri dari kualitas barang dan kualitas jasa Adapun
6
kualitas yang diterapkan oleh steak ranjang kepada setiap konsumennya adalah dengan: 1.
Menyapa setiap konsumen yang datang
2.
Ramah kepada setiap pelanggan
3.
Selalu menjaga kebersihan lokasi maupun kebersihan dari karyawan Steak Ranjang.
4.
Tanggap akan setiap kebutuhan pelanggan.
Menurut Schnaars (dalam Tjiptono,1997) tujuan suatu bisnis adalah untuk menciptakan para pelanggan merasa puas. Kualitas pelayanan yang unggul dan konsisten dapat menumbuhkan kepuasan pelanggan dan akan memberikan berbagaimanfaat (Tjiptono, 1996:78) seperti: 1. Hubungan perusahaan dan para pelanggannya menjadi harmonis; 2. Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang. Kualitas jasa berhubungan dengan pelayanan yang diberikan perusahaan kepada konsumen. Jika pelayanan yang diberikan perusahaan dapat melebihi harapan konsumen, maka konsumen akan merasa puas, begitu juga sebaliknya jika perusahaan memberikan pelayanan dibawah harapan konsumen, maka konsumen akan merasa kecewa. Karena jika konsumen sudah puas, maka akan berpengaruh terhadap niat beli ulang seperti yang dikemukakan oleh Ni Made Dhian Rani Yulianti, Ni Wayan Sri Suprapti, dan Ni Nyoman Kerta Yasa (2014) yang dikutip dari Solvang (2007). Persaingan yang dilakukan oleh Steak Ranjang adalah melalui strategi citra merek dan kualitas pelayanan agar terjadi niat beli ulang oleh konsumen.
7
Salah satu tempat makan Steak Ranjang yang dijadikan objek penelitian berdasarkan pra riset yang dilakukan penulis terdapat fenomena sebagai berikut: Tabel 1.2 Perbandingan Harga Steak Ranjang Jalan Dipati Ukur dan Waroeng Steak and Shake Cabang Dipati Ukur
No
Harga Steak
Waroeng Steak and
Ranjang
Shake
Produk
1
Steak Tenderloin
Rp 18.000
Rp 14.000
2
Steak Sirloin
Rp 16.000
Rp 14.000
3
Chicken Crispy
Rp 16.000
Rp 11.000
4
Chicken Rice
Rp 17.000
Rp 11.000
5
Rice Sirloin
Rp 18.000
Rp 13.500
Sumber: Data di olah,Kamis, 19 Februari 2015. Dari Tabel 1.1 yaitu tabel perbandingan harga, dapat disimpulkan bahwa harga yang dijadikan sampel oleh penulis memiliki harga yang sedikit lebih mahal dibandingan dengan pesaingnya yang memiliki harga sedikit lebih murah. Namun menetapkan harga murah tidak menjamin bahwa konsumen akan melakukan niat beli ulang. Dapat dilihat pada tabel perbandingan pengunjung Steak Ranjang dan Waroeng Steak and Shake sebagai berikut:
8
Tabel 1.3 Perbandingan Pengunjung Steak Ranjang Jalan Dipati Ukur dan Waroeng Steak and Shake Cabang Dipati Ukur Kunjungan Konsumen Hari
Tanggal
Jam
Steak
Waroeng Steak
Ranjang
and Shake
Rabu
18-02-15
± 12.00-15.00
71
64
Kamis
19-02-15
± 12.00-15.00
75
62
Jumat
20-02-15
± 12.00-15.00
72
67
Sabtu
21-02-15
± 12.00-15.00
82
74
Minggu
22-02-15
± 12.00-15.00
83
76
Senin
23-02-15
± 12.00-15.00
72
65
Selasa
24-02-15
± 12.00-15.00
78
69
511
477
Total Kunjungan Konsumen
Sumber: Data diolah , 18 februari – 23 februari 2015. Dari Tabel 1.2 terlihat bahwa pengunjung lebih banyak datang ke Steak Ranjang dari pada ke Waroeng Steak and Shake cabang Dipati Ukur. Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 merupakan hasil survei diolah pada dua Steak dibandung , yaitu Steak Ranjang jalan Dipati Ukur nomor 68 yang memiliki jarak ± 250 m ke Waroeng Steak and Shake cabang Dipati Ukur No. 63. Dari Tabel 1.1 dan 1.2 di atas, terdapat fenomena yang terjadi yaitu walaupun harga Steak Ranjang lebih mahal, namun pengunjung lebih banyak
9
datang ke Steak Ranjang dibandingkan datang ke Waroeng Steak
yang
memiliki harga lebih murah dengan jenis produk yang sama. Ternyata dengan strategi harga lebih murah tidak berpengaruh terhadap niat beli ulang konsumen. Hal tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmadi (2013) yang menyatakan bahwa harga berpengaruh terhadap minat beli ulang. Kemungkinan hal tersebut terjadi karena citra merek dan kualitas pelayanan
perusahaan seperti penelitian yang dilakukan Andriadi dan
Untarini (2013) yang berpendapat bahwa citra merek dan kualitas pelayanan berpengaruh terhadap niat beli ulang. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Citra Merek dan Kualitas pelayanan Terhadap Niat Beli Ulang Konsumen pada Steak Ranjang Bandung”.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dengan semakin manjamurnya usaha Steak maka sedikit banyak harus menuntut para pengusahanya untuk berfikir aktif dan kreatif untuk meningkatkan mutu perusahaan, salah satu cara yang harus diterapkan pada sebuah Steak adalah dengan memberikan sebuah pelayanan berkualitas yang mampu memuaskan konsumennya sehingga bisa menghasilkan niat beli ulang konsumen, karena apabila hal ini dianggap sepele oleh para pengusaha makanan maka bukan tidak mungkin para konsumennya akan berpaling ke pesaingnnya. Adapun yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah:
10
1. Bagaimanakah citra merek berpengaruh terhadap niat beli ulang konsumen Steak Ranjang? 2. Bagaimanakah kualitas pelayanan berpengaruh terhadap niat beli konsumen Steak Ranjang? 3. Bagaimanakah citra merek dan kualitas pelayanan berpengaruh terhadap niat beli ulang konsumen Steak Ranjang?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah untuk meningkatkan citra merek dan kualitas pelayanan bagi konsumen maka mutlak diperlukan kreatifitas dan inovasi yang diharapkan mampu menciptakan loyalitas pelanggan. Maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh citra merek dalam terhadap niat beli ulang konsumen Steak Ranjang. 2. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap niat beli ulang konsumen Steak Ranjang. 3. Untuk menganalisis pengaruh citra merek dan kualitas pelayanan terhadap niat beli ulang konsumen Steak Ranjang secara simultan.
1.4 Kegunaan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan bagi pihakpihak yang memerlukannya. Kegunaan penelitian diantaranya adalah: 1. Kegunaan Praktisi
11
Memberikan
saran-saran
yang
yang
bermanfaat
sebagai
bahan
pertimbangan, rujukan informasi langsung dari konsumen serta beban evaluasi
khususnya
dalam
memecahkan
masalah-masalah
dalam
perusahaan yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilaksanakan. 2. Kegunaan Akademisi Untuk dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pengetahuan dalam bidang manajemen pemasaran khususnya mengenai kualitas pelayanan yang berkaitan dengan niat beli ulang konsumen. 1.5 Lokasi Penelitian Dalam
penyusunan
Laporan Tugas Akhir ini penulis
melaksanakan penelitian pada Steak Ranjang yang berlokasi di Jl. Dipati Ukur No. 68 (Di depan Pool City Trans).