BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia, karena kedelai
merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein 30-50 persen, dan lemak 15-25 persen dan beberapa bahan gizi penting yang lainnya, misalnya vitamin (asam fitat) dan lesitin. Tanaman kedelai dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai industri makanan, minuman, pupuk hijau dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya. Menurut Elvina (2008:23), Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang relatif luas dan subur. Iklimnya yang cocok untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman pangan seperti padi, sagu, jagung, kedelai dan lain-lain. Hampir seluruh tanaman pangan pokok tersebut dapat tumbuh dengan relatif baik. Kedelai (Glycine max (L.) Merr) merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang dibutuhkan oleh banyak penduduk di Indonesia. Kedelai dapat ditanam dengan cara yang sederhana, tetapi produksi di dalam negeri hampir tidak mungkin dapat memenuhi permintaan yang terus meningkat. Jumlah industri pangan berbahan baku kedelai yang semakin bertambah dan ditambah dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk mengakibatkan permintaan kedelai di Indonesia terus meningkat. Pada sisi lain,
1
2
produksi dalam negeri terus mengalami penurunan, sehingga defisit kedelai terus meningkat. Kedelai (Glycine max (L.) Merr) menjadi komoditas pangan yang telah lama dibudidayakan di Indonesia, yang saat ini tidak hanya diposisikan sebagai bahan baku industri pangan, namun ditempatkan sebagai bahan baku industri nonpangan. Beberapa produk yang dihasilkan antara lain tempe, tahu, kecap, es krim, tauco, toge, susu kedelai, tepung kedelai, pakan ternak, bahan baku industri dan minyak kedelai. Sifat multiguna yang ada pada kedelai menyebabkan tingginya permintaan kedelai di dalam negeri. Selain itu, manfaat kedelai sebagai salah satu sumber protein murah membuat kedelai semakin diminati. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, permintaan kedelai di dalam negeri pun berpotensi untuk meningkat setiap tahunnya. Setiap tahun produksi kedelai mengalami penurunan. Diakibatkan oleh luas lahan kedelai yang semakin berkurang dan petani yang sedikit. Semakin berkurangnya petani dalam menggarap kedelai, karena dalam penanamannya membutuhkan teknologi, pupuk, dan benih yang unggul. Disamping itu juga, penanaman kedelai harus di tempat yang cocok agar kedelai yang dihasilkan bermutu baik. Adapun dibawah ini adalah tabel perbandingan antara produksi, kebutuhan, dan, kekurangan supply kedelai di Indonesia. Tabel 1.1 Perbandingan Produksi, Kebutuhan, dan Kekurangan Supply Kedelai Tahun Produksi Kedelai Kebutuhan Kedelai Kekurangan Supply (ton) (ton) (ton) 2010 907.031 2.264.600 1.357.569 2011
851.286
2.284.000
1.432.714
2012
843.153
2.300.000
1.456.847
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS).
3
Jumlah produksi kedelai dalam negeri menurun setiap tahunnya dan tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi, mengakibatkan masyarakat kekurangan produksi kedelai. Kekurangan supply kedelai tiga tahun terkhir ini meningkat. Kekurangan supply dalam negeri ini membuat pemerintah pada akhirnya membuka keran impor agar tidak terjadi kelangkaan kedelai di masyarakat. Namun, ketika kekurangan terus ditutupi dengan membeli, tanpa diikuti pengembangan infrastruktur dan penerapan penelitian di bidang pertanian, maka masalah krisis pangan akan terus menghantui negeri ini. Kekurangan kedelai menyebabkan masyarakat memebeli kedelai dengan harga yang sangat tinggi. Perlu adanya upaya dari pemerintah untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri, supaya Indonesia tidak selalu melakukan impor kedelai untuk menutupi kebutuhan kedelai. Indonesia masih belum mampu dalam meningkatkan jumlah produksi kedelai. Pada saat ini, pemerintah masih mencari solusi agar kedelai di Indonesia meningkat dalam produksinya dan masyarakat akan terpenuhi kebutuhan kedelainya. Peningkatan pendapatan dan pertumbuhan penduduk yang terjadi di Indonesia menyebabkan semakin bertambah cepatnya permintaan pangan. Gross Domestic Product (GDP) Indonesia tiap tahunnya mengalami peningkatan. GDP Indonesia pada tahun 2002 sebesar Rp 1.505.216,4 miliar dan pada tahun 2006 mengalami peningkatan menjadi Rp 1.846.654,9 miliar. Rata-rata peningkatan GDP Indonesia adalah sebesar 5,242 persen. Indonesia sejak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintah pada tahun 2004 selalu mengalami peningkatan dalam PDB. Dari total PDB sebesar
4
1.656 triliun pada tahun 2004, peningkatan PDB ini dapat dikatan berkembangnya negara Indonesia dalam sektor pariwisata, ekspor dan lain sebagainya. Hal ini menjadi indikator baiknya pembangunan ekonomi Indonesia saat ini. Cadangan devisa (foreign exchange reserve) adalah simpanan mata uang asing oleh bank sentral dan otoritas moneter. Simpanan ini merupakan aset bank sentral yang tersimpan dalam beberapa mata uang cadangan (reserve currency) seperti dolar, euro, dan yen, dan digunakan untuk menjamin kewajibannya, yaitu mata uang lokal yang diterbitkan, dan cadangan berbagai bank yang disimpan di bank oleh pemerintah atau lembaga keuangan. Dalam perkembangan ekonomi nasional Indonesia dikenal dua terminologi cadangan devisa, yaitu official foreign exchange reserve dan country exchange reserve, yang masing-masing mempunyai cakupan yang berbeda. Pertama, merupakan cadangan devisa milik negara
yang dikelola, diurus, dan
ditatausahakan oleh bank sentral, sesuai dengan tugas yang diberikan oleh UU No. 13 Tahun 1968. Kedua, mencakup seluruh devisa yang dimiliki badan, perorangan, lembaga keuangan nasional yang secara moneter merupakan bagian dari kekayaan nasional (Halwani Hendra, 2005). Cadangan devisa bertambah ataupun berkurang tampak dalam neraca lalu lintas moneter. Cadangan devisa disimpan dalam neraca pembayaran (BOP). Cadangan devisa lazim diukur dengan rasio cadangan resmi terhadap impor, yakni jika cadangan devisa cukup untuk menutupi impor suatu negara selama 3 (tiga) bulan, lazim dipandang sebagai tingkat yang aman, dan jika 2 (dua) bulan atau kurang maka akan menimbulkan tekanan terhadap neraca pembayaran (Rustian
5
Kamaludin, 1998). Cadangan devisa diperlukan untuk membiayai impor dan membayar utang luar negeri. Dimana pengelolaannya dilakukan oleh Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 pasal 13. Pengelolaan itu dilakukan dengan melalui berbagai jenis transaksi devisa yaitu menjual, membeli, dan atau menempatkan devisa, emas dan surat-surat berharga secara tunai atau berjangka termasuk pemberian pinjaman. Laju ekspor yang tinggi akan menghasilkan hard currency yang dapat memperkuat cadangan devisa, namun mengakibatkan apresiasi domestic currency, yang kemudian menambah jumlah uang beredar melalui NFA (Net Foreign Asset) yang pada akhirnya dapat mendorong inflasi. Ini merupakan suatu siklus ekonomi yang berkesinambungan dan erat kaitannya dalam proses pertahanan pengolahan cadangan devisa. Pada tahun 2004 cadangan devisa Indonesia mengalami penurunan yaitu menjadi sebesar 241.684,42. Ini disebabkan karena faktor tingginya harga minyak dunia yang sempat menembus angka US$ 68/barel sehingga berdampak terhadap membengkaknya pengeluaran untuk impor minyak. Sehingga kebutuhan devisa untuk membayar utang luar negeri juga cukup besar. Kedelai yang diimpor oleh Indonesia antara lain berasal dari Amerika. Pasokan kedelai di Indonesia ternyata masih tergantung dengan Amerika Serikat. Ini terbukti dari data BPS yang mencatat bahwa Amerika Serikat (AS) adalah negara importir terbesar untuk komoditas kedelai. Dari data BPS, impor kedelai Indonesia pada periode Januari sampai Agustus 2013 mencapai 1 juta ton.
6
Sedangkan nilai impor mencapai USD 414 juta. Tidak hanya dari Amerika saja, Indonesia mengimpor kedelai diantaranya dari: 1.
Argentina. Volume impor sebesar 72,8 ribu. Sedangkan nilainya USD 44 juta.
2.
Malaysia. Volume impor sebesar 15,3 ribu. Sedangkan nilainya USD 12 juta.
3.
Paraguay. Volume impor sebesar 6,4 ribu. Sedangkan nilainya USD 3,7 juta.
4.
Kanada. Volume impor sebesar 10,2 ribu. Sedangkan nilainya USD 5,4 juta.
Sehingga total impor kedelai di Indonesia sampai dengan Agustus 2013 sebesar 1.104,7 juta ton dengan nilai USD 735 juta. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kedelai pada tahun 2008 meningkat rata-rata sebesar 2,08 persen per tahun. Peningkatan produksi kedelai disebabkan oleh meningkatnya produktivitas kedelai rata-rata sebesar 1,49 persen per tahun, serta meningkatnya luas areal panen kedelai rata-rata sebesar 0,56 persen per tahun. Perkembangan produksi kedelai di Indonesia ini masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara produsen utama dunia. Maka dari itu, Indonesia lebih banyak mengimpor kedelai dari negara yang tingkat produksi kedelainya tinggi. Negara Amerika Serikat dengan tingkat produksi kedelai terbesar sebagai pilihan utama Indonesia untuk mengimpor kedelai dari negara tersebut. Dikarenakan jumlah yang dikonsumsi meningkat, disamping itu penduduk Indonesia yang banyak tidak dapat menutupi permintaan kedelai yang
7
dibutukan untuk kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan Tabel 1.2, terlihat bahwa pada tahun 2008, jumlah produksi Amerika Serikat sebagai produsen kedelai tertinggi di dunia berproduksi sebesar 80,75 juta ton. Sedangkan kedelai Indonesia menempati rangking ke-10 dengan jumlah produksi sebesar 775.710 ton. Pada tahun 2009, menurut Badan Pusat Statistik, produksi kedelai Indonesia meningkat menjadi 972.945 ton (Angka Sementara 2009). Produksi kedelai di Indonesia baru sekitar 0,3 persen dari total produksi kedelai di dunia. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.2. Tabel 1.2 Produksi Kedelai Indonesia dan Beberapa Negara Produsen Utama Kedelai Dunia Tahun 2008 (ton) Ranking
Negara
Produksi
1
Amerika Serikat
80.748.700
2
Brazil
59.242.480
3
Argentina
46.238.087
4
China
15.545.141
5
India
9.905.000
6
Paraguay
6.311.794
7
Canada
3.335.900
8
Bolivia
1.259.676
9
Uruguay
880.000
10
Indonesia
775.710
Total
230.581.106
Sumber : FAO, Production Yearbook, 2008
Meningkatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia secara langsung mempengaruhi pertumbuhan permintaan makanan. Hal ini disebabkan oleh pertambahan populasi dan perubahan pola pangan yang sejalan dengan
8
perrtumbuhan ekonomi. Dampak dari peningkatan pendapatan masyarakat adalah adanya perubahan pola pangan karbohidrat yang tinggi dengan protein rendah menjadi pola pangan karbohidrat lebih rendah dengan protein yang lebih tinggi. Jumlah penduduk Indonesia menempati urutan ke empat terbesar didunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat. Pada tahun 2006, jumlah penduduk Indonesia sebesar 222.192.000 jiwa. Indonesia mengalami pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 2,34 persen setiap tahunnya. Pada tahun 2002 menunjukkan jumlah penduduk sebesar 202.707.418 jiwa. Kemudian meningkat menjadi 214.374.096 jiwa di tahun 2003. Peningkatan ini disebabkan oleh terjadinya masyarakat yang tidak ikut dalam program KB. Program KB sangat penting untuk menekan angka kelahiran yang besar, karena KB dapat membantu dalam keluarga yang ingin memiliki dua anak cukup. Pelembagaan KB yang mengakibatkan masyarakat semakin menyadari pentingnya keluarga kecil sejahtera. Selain itu, semakin tingginya pendidikan serta mudahnya informasi yang diperoleh masyarakat juga mendorong tingginya keikutsertaan masyarakat dalam program KB. Indonesia tidak akan terjadi lonjakan penduduk seperti yang diperkirakan para pengamat kependudukan lainnya. Upaya pemerintah untuk memenuhi permintaan kedelai merupakan awal munculnya kebijakan impor kedelai di Indonesia. Pada tahun 2008, volume impor kedelai telah menjadi 1.169.016 ton. Impor kedelai cenderung meningkat, kondisi ini semakin memperlebar kesenjangan antara produksi dan konsumsi. Sehingga tidak heran jika Indonesia menjadi salah satu negara pengimpor kedelai di dunia dengan pangsa yang cukup besar, selain Belanda, Jepang, Korea Selatan dan
9
Jerman. Pemerintah juga memberikan solusi yang paling mudah, namun akan memberatkan perekonomian, baik dari sisi kenaikan inflasi maupun defisit transaksi berjalan seperti yang terjadi pada saat ini. Selain melakukan impor kedelai, pemerintah juga terus mengupayakan untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri. Hal ini juga bertujuan untuk mengurangi
ketergantungan terhadap kedelai
impor. Pada tahun 2006
ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor sangat tinggi, yaitu lebih dari 60 persen. FAO memberikan rekomendasi untuk mencapai ketahanan pangan cadangan harus mencapai 17-18 persen dari kebutuhan konsumsi. (Sinar Tani, 2008), Bappenas menyatakan bahwa Indonesia sudah dapat dikatakan swasembada jika 90 persen kebutuhan domestik dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka judul penelitian ini adalah “Pengaruh Jumlah Produksi Kedelai, Cadangan Devisa, Harga Kedelai, Dan Nilai Tukar (KURS) Terhadap Volume Impor Kedelai Indonesia Dari Amerika Serikat Periode 1999-2012”.
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis ingin mengetahui pengaruh
jumlah produksi kedelai dalam negeri, cadangan devisa Indonesia, harga kedelai Indonesia, dan nilai tukar (KURS) terhadap volume impor kedelai Indonesia dari Amerika Serikat periode 1999-2012?
10
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh jumlah produksi kedelai dalam negeri, cadangan devisa Indonesia, harga kedelai Indonesia, dan nilai tukar (KURS) terhadap volume impor kedelai Indonesia dari Amerika Serikat periode 19992012.
1.4
Kegunaan Penelitian Berdasarkan penjelasan diatas, maka diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat untuk berbagai pihak, sebagai berikut: 1. Kepentingan akademis, dapat memberikan tambahan informasi dalam wacana akademik yang berkaitan dalam ilmu pengetahuan khususnya ilmu ekonomi perdagangan internasional dan ekonomi pertanian, sehingga dapat dijadikan masukan, referensi serta bahan penelitian sejenis di masa yang akan datang. 2. Kepentingan Praktis, diharapkan dapat membantu pihak-pihak perumus ataupun bagi para pengambil keputusan dalam pemerintahan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 3. Untuk Penulis, yaitu melengkapi syarat menyelesaikan program perkuliahan S1, program studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan dan sebagai salah satu media latih untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan sesuai disiplin ilmu yang dipelajari.