BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra dapat disebut sebagai hidangan yang sangat lezat bagi penikmat yaitu masyarakat. Sastra dihidangkan oleh sastrawan dengan keindahan kata dan kalimat yang tersusun secara harmonis, sehingga menggugah rasa ingin kita untuk membaca dan menikmati karya sastra tersebut. Sama halnya dengan yang dikatakan oleh Putu Wijaya (dalam Sigit B. Kresna, 2001:24) “sastra adalah jembatan ajaib yang menghubungkan manusia dengan manusia tanpa perlu melalui petugas pabean apalagi harus menunjukkan paspor.”Begitu juga dengan pandangan Lord Byron yang merupakan seorang penyair asal Inggris, mengatakan bahwa “Sastra (puisi) adalah lavanya imajinasi, yang letusannya mampu mencegah adanya gempa bumi”.Demikianlah sastra dinyatakan sebagai sesuatu yang besar, hebat, dan menakjubkan oleh para ahli-ahli sastra. Kata sastra tentu tidak asing lagi bagi kita, sebab sastra lahir di tengahtengah masyarakat.Menurut Sudjiman (1993:7) “Karya sastra adalah wacana khas yang di dalam ekspresinya menggunakan bahasa dengan memanfaatkan segala kemungkinan yang tersedia.” Jadi, sastra merupakan salah-satu ekspresi pengarang lewat bahasa yang tertata indah tanpa terikat pada aturan atau konvensi yang berlaku. Setiap karya sastra yang lahir umumnya memiliki tafsiran ganda. Interpretasi tentang nilai-nilai atau pesan terhadap karya sastra yang timbul dalam masyarakat bisa bermacam-macam dan beragam, tergantung pada efek yang dapat
1
diberikan karya sastra tersebut lewat bahasa yang khas dan unik kepada pembaca atau pendengar. Setiap tafsiran yang muncul dapat dibenarkan dan dianggab sah. Sastra merupakan hasil imajinasi atau karya fiktif namun, karya sastra tetap mengandung nilai-nilai kebenaran di dunia nyata, sebab sastra merupakan cerminan dari kehidupan yang terjadi di dalam masyarakat. Seperti yang dijelaskan oleh Siswanto (2008:2) “Apa yang terjadi di dalam karya sastra merupakan cerminan dari kehidupan sastrawannya.” Bahasa yang dieksploitasi pengarang umumnya memiliki ciri khas yang dipengaruhi oleh latar belakang si pengarang tersebut. Keadaan atau kondisi pengarang pada saat proses penciptaan sebuah karyaakan memberikan pengaruh terhadap hasil karya yang tercipta dalam hal gaya bahasa serta diksi yang digunakan pengarang. Keadaan dan kondisi yang dimaksudkan adalah situasi kehidupan, konteks, keadaan ekonomi, politik,dan budaya yang kemudian akan ikut serta dalam memberikan sumbangsih terhadap nilai estetika dan makna di dalam karya sastra tersebut. Menurut Edi Subroto (1999:4) “Karya sastra lahir berwujud sebuah teks, diwujudkan dan dipahami lewat medium bahasa. Stilistika yang mengkaji gaya bahasa, merumuskan bagaimana sastrawan mengolah dan memanfaatkan unsurunsur dan potensi bahasa dalam proses kreatifitas untuk memaparkan gagasan, peristiwa dan situasi tertentu.” Bahasa dalam sastra dapat dipahami melalui pendekatan yang tepat. Salah-satu pendekatan yang mampu memberikan pemahaman terhadap gaya bahasa dalam karya sastra adalah melalui pendekatan stilistika.
2
Stilistika berasal dari Bahasa Inggris yaitu style yang berarti gaya dan dari bahasa serapan linguistikyang berarti tata bahasa. Stilistika menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia
yaitu
“ilmu
kebahasaan
yang
mempelajari
gaya
bahasa.”Aminuddin (1995 :46) mengatakan sebagai berikut: ”Stilistika sebagai studi tentang cara pengarang dalam menggunakan sistem tanda sejalan dengan gagasan yang ingin disampaikan dari kompleksitas dan kekayaan unsur pembentuk itu yang dijadikan sasaran kajian hanya pada wujud penggunaan sistem tandanya. Walaupun fokusnya hanya pada wujud sistem tanda untuk memperoleh pemahaman tentang ciri penggunaan sistem tanda bila dihubungkan dengan cara pengarang dalam menyampaikan gagasan pengkaji perlu juga memahami gambaran obyek/peristiwa, gagasan, serta ideologi yang terkandung dalam karya sastranya.” Pada awalnya orang beranggapan bahwa pengkajian stilistika hanya dapat diterapkan pada karya sastra puisi karena strukturnya yang ringkas namun padat.Tetapi menurut Sudjiman (1993:4), “dengan perluasan cakupan pengamatan dari kalimat kewacana, teks prosa yang lebih ekstensif pun dapat dijadikan pengkajian stilistik.”Novel yang merupakan bagian dari prosa, tidak bisa kita pungkiri bahwa didalamnya terkandung beragam gaya bahasa yang unik. Gaya bahasa yang unik ini dijadikan pengarang sebagai senjata pamungkas untuk menarik perhatian pembaca dalam menikmati karya sastra tersebut. Sebagai contoh didalam novel Bulan Lebam di Tepian Toba.Kata, frase, serta kalimat yang digunakan Sihar Ramses Simatupang tentunya akan menimbulkan sebuah kesan menarik bagi pembacanya. Kesan yang saya maksudkan bukan hanya berguna sebagai penghibur atau pelipur lara, tetapi juga bisa membawa pembaca larut ke dalam cerita yang dibawakan Sihar Ramses Simatupang tersebut.
3
Perhatikan contoh kalimat dibawah ini: 1. Tubuhnya serupa dengan tonggak yang tersisa dari warisan kepurbaan. 2. Kulitnya putih seperti babi guling, bungkus pakaian megahnya memperkuat pesan serakah. 3. Ratusan tahun, moyangnya juga telah menggerakkan bajak, memindahlan gunung dan mata air. Kalimat 1, 2, dan 3 diatas adalah sebagian kecil contoh dari gaya bahasa yang terdapat pada novel Bulan Lebam di Tepian Toba karya Sihar Ramses Simatupang. Hal ini tentunya akan sangat menarik untuk dikaji menggunakan teori stilistika. Stilistika umumnya mengkaji tentang masalah unsur kebahasaan atau aspek linguistik di dalam karya sastra seperti masalah fonem, leksikal, semantik, sintaksis dan frase serta morfologi. Namun didalam penelitian ini, saya memusatkan penelitian dengan meperhatikan gaya bahasa yang digunakan dalam novel Bulan Lebam di Tepian Toba karya Sihar Ramses Simatupang serta interpretasi terhadap novel tersebut. “Gaya bahasa yang menjadi objek kajian stilistika, pada umumnya bertumpu pada bentuk cara pemaparan gagasan, peristiwa atau suasana tertentu pada sebuah karya sastra
dengan mengkaji potensi–potensi bahasa yang
dieksploitasi pengarang untuk tujuan tertentu.”(D. Edi Subroto 1999:01). Novel Bulan Lebam di Tepian Toba karya Sihar Ramses menjadi objek kajian di dalam penelitian ini.Novel tersebut menceritakan tentang kehidupan dan kisah manusia di salah-satu dusun Tapanuli dari sudut pandang generasi muda yang ada
4
di perkotaan. Hal-hal penting yang akan diteliti pada objek adalah penggunaan gayabahasanya, yaitu bagaimana bahasa pengarang dalam menyampaikan atau menuliskan cerita, kisah, serta isi di dalam novel tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Masalah yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu: 1. Gaya bahasaapa sajakah yang terdapat dalam novel yangBulan Lebam di Tepian Tobakarya Sihar Ramses Simatupang? 2. Bagaimanakah interpretasi gaya bahasa yang terdapat dalam novel Bulan Lebam diTepian Toba dengan pendekatan stilistika 1.3Tujuan dan Manfaaat Penelitian 1.3.1
Tujuan Penelitian
adapun tujuan penelitian ini adalah 1.
Mendeskripsikan penggunaan gaya bahasadalam novel Bulan Lebam di Tepian Tobakarya Sihar Ramses Simatupang
2.
Mendeskripsikan interpretasi gaya bahasa yang terdapat pada novelBulan Lebam di Tepian Tobakarya Sihar Ramses Simatupang.
1.3.2 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Menemukan ciri-ciri keindahan didalam novel Bulan Lebam di Atas Tepian Toba 2. Menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman pembaca, penulis ataupun peneliti tentang sebuah stilistika didalam karya sastra.
5