BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu sektor penting bagi perkembangan perekonomian wilayah dan kehidupan masyarakat. Adanya pertumbuhan dan perkembangan
aktivitas
di
suatu
wilayah
mengakibatkan
munculnya
kebutuhan/demand untuk melakukan pergerakan dari satu tempat ke tempat lain. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk melayani distribusi barang maupun orang. Dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, Provinsi Bali termasuk dalam Koridor Ekonomi dengan salah satu peran utama sebagai pintu gerbang pariwisata. Menurut Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Bali Triwulan IV-2013, pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada triwulan I-2014 diperkirakan 5,8 – 6,2%, dimana lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 5,6 - 6%. Peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh sektor perdagangan hotel dan restoran yang terpusat di kawasan Bali Selatan (Kota Denpasar dan Kabupaten Badung). Kondisi ini memberikan implikasi bagi sektor transportasi yaitu pada meningkatnya kebutuhan terhadap sarana dan prasarana transportasi. Salah satu dukungan sistem jaringan prasarana untuk menghubungkan pusat-pusat kegiatan tersebut adalah jalan arteri primer. Beberapa tahun terakhir
1
2
kepadatan lalu lintas pada jalan arteri primer utamanya di perkotaan relatif mengalami peningkatan. Menurut Dinas Pendapatan Provinsi Bali (2012), kendaraan pribadi di wilayah Sarbagita sudah mencapai 1.292.838 kendaraan. Jumlah penggunaan kendaraan pribadi mencapai 91.20% dengan kenaikan 10.89% per tahun, sementara infrastruktur jalan hanya naik sebesar 1.99%/tahun. Adanya ketidakseimbangan antara supply dan demand khususnya di wilayah perkotaan mengakibatkan terjadinya titik-titik jenuh karena tundaan lalu lintas, bahkan di beberapa ruas sudah mencapai titik stagnasi yang mengkhawatirkan dikarenakan sudah berdampak kepada meningkatnya biaya operasi kendaraan, tundaan waktu perjalanan (delay), polusi udara, dan keselamatan berkendara. Fungsi jalan arteri primer pada sistem jaringan jalan nasional adalah melayani pergerakan lalu lintas menerus, oleh karena itu diperlukan suatu kondisi jalan yang memiliki kapasitas yang memadai. Selain itu, kondisi geometrik simpang-simpang yang berada di jalan arteri primer harus memenuhi syarat guna melayani berbagai jenis kendaraan yang melalui jalan arteri primer tersebut. Namun pada kenyataannya bahwa masih banyak jalan arteri primer yang belum mampu memberikan pelayanan yang optimal karena batas kapasitas baik pada simpang maupun ruas jalan terlampaui, sebagaimana halnya yang terjadi pada simpang maupun ruas sepanjang Jalan Imam Bonjol, Denpasar. Berdasarkan SK Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Ruas Jalan Nasional No 248 Tahun 2015, Jalan Imam Bonjol Denpasar (termasuk dalam ruas Denpasar – Tuban) adalah ruas jalan arteri primer penghubung antara Kota Denpasar dengan Kabupaten Badung yang merupakan salah satu pusat
3
destinasi wisata di Provinsi Bali. Dengan letak yang strategis, jalan ini memiliki peranan penting sebagai jalan utama yang padat lalu lintas. Seiring dengan perkembangan wilayah di sekitar ruas jalan Imam Bonjol, perubahan tata guna lahan yang cukup pesat terjadi, dimana peruntukkan lahan didominasi oleh kawasan komersil, perdagangan jasa, perkantoran serta pendidikan. Adanya hambatan samping disepanjang ruas Jalan Imam Bonjol serta volume lalu-lintas yang cukup besar pada ruas jalan ini mengakibatkan tingkat pelayanannya menurun. Menurut penelitian Oktariani (2012), kinerja ruas jalan Imam Bonjol pada saat jam puncak berdasarkan derajat kejenuhan adalah sebesar 1,1589. Berdasarkan derajat kejenuhan (DS) tersebut, ruas jalan Imam Bonjol berada pada tingkat pelayanan F (DS > 1) dengan kecepatan perjalanan rata – rata 29,9353 km/jam. Kondisi tersebut semakin diperparah dengan faktor lain seperti jarak antara persimpangan yang berdekatan dan kondisi geometrik simpang-simpang di sepanjang koridor jalan yang kurang memenuhi standar sehingga mengakibatkan sering terjadinya kemacetan. Menurut penelitian Indrayana (2013), diketahui bahwa derajat kejenuhan ruas Jalan Imam Bonjol (segmen Simpang Gunung Soputan - Simpang Teuku Umar Barat) adalah 0,88 yang berarti memiliki tingkat pelayanan E. Hal tersebut berarti, tidak memenuhi standar operasi kendaraan untuk daerah perkotaan yang memiliki tingkat pelayanan minimal C. Beberapa masalah yang terjadi pada jalan Imam Bonjol menyebabkan diperlukannya beberapa alternatif penanganan yang mampu meningkatkan kapasitas jalan yang bermuara pada peningkatan pelayanan jalan. Direktorat
4
Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum melalui Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah VIII, berencana untuk melakukan peningkatan kapasitas jalan melalui pelebaran Jalan Denpasar – Tuban (Imam Bonjol) sebagai salah satu solusi permasalahan transportasi yang terjadi. Untuk menindaklanjuti rencana tersebut, BPJN VIII telah melakukan penyusunan Feasibility Study (FS) sehingga dapat diketahui kelayakan peningkatan kapasitas Jalan Denpasar – Tuban (Imam Bonjol) tersebut pada tahun 2013. Berdasarkan hasil kajian dan dengan mempertimbangkan kondisi tata guna lahan yang sangat padat pada ruas jalan Imam Bonjol, diperoleh rekomendasi yaitu peningkatan kapasitas jalan berupa pelebaran jalan direncanakan dengan melakukan penutupan permukaan Tukad Teba yang membentang sepanjang 3,2 km mulai dari simpang Teuku Umar di Km 4+000 hingga simpang Sunset Road di Km 7+200 dengan menggunakan box culvert. Rencana pelebaran jalan Imam Bonjol ini merupakan proyek Pemerintah dengan sumber dana dari APBN yang bersifat pelayanan publik, sehingga studi kelayakan yang dilakukan adalah berupa studi kelayakan ekonomi untuk mengetahui hasil total atau produktivitas suatu proyek untuk kepentingan masyarakat/ perekonomian secara keseluruhan. Studi kelayakan ekonomi penting dilakukan sebelum suatu proyek akan dilaksanakan/dikerjakan untuk memberikan gambaran yang jelas dan terbaik ditinjau dari aspek teknis, ekonomis serta menghitung besarnya biaya dan berapa besarnya manfaat (benefit) yang akan dihasilkan dari proyek tersebut
5
Atas dasar tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan ekonomi pelebaran jalan Imam Bonjol dari segi akademis berdasarkan analisis kinerja jalan dan biaya yang dikeluarkan terhadap manfaat yang diterima oleh masyarakat pemakai jalan.
1.2 Rumusan Masalah Sebagai jalan nasional, ruas Jalan Imam Bonjol yang merupakan bagian dari Ruas Jalan Denpasar – Tuban yang memiliki fungsi sebagai jalan arteri primer untuk menghubungkan Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Namun seiring dengan pertumbuhan yang pesat disekitar ruas jalan tersebut, terjadi perkembangan tata guna lahan serta peningkatan volume lalu lintas sehingga kapasitas jalan tidak lagi mampu mempertahankan tingkat pelayanannya. Pemerintah melalui BPJN VIII merencanakan peningkatan kapasitas jalan berupa pelebaran jalan yang dilakukan dengan penutupan permukaan Tukad Teba yang membentang sepanjang 3,2 km mulai dari simpang Teuku Umar hingga simpang Sunset Road dengan menggunakan box culvert. Rencana pelebaran jalan Imam Bonjol ini merupakan proyek Pemerintah yang bersifat pelayanan publik, sehingga studi kelayakan yang dilakukan adalah berupa studi kelayakan ekonomi. Berdasarkan permasalahan di atas, dapat diuraikan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1.
Bagaimanakah kinerja ruas jalan eksisting tanpa adanya pelebaran pada Jalan Imam Bonjol Denpasar (segmen simpang Teuku Umar sampai simpang Sunset Road)?
6
2.
Bagaimanakah kinerja ruas jalan apabila pelebaran Jalan Imam Bonjol dilakukan?
3.
Berapakah besarnya biaya dan manfaat dari rencana pelebaran jalan Imam Bonjol tersebut?
4.
Bagaimanakah kelayakan ekonomi pelebaran Jalan Imam Bonjol Denpasar berdasarkan manfaat yang diperoleh dan biaya yang diperlukan untuk mewujudkannya?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Untuk menganalisis kinerja jalan ruas jalan eksisting tanpa adanya pelebaran pada Jalan Imam Bonjol Denpasar (segmen simpang Teuku Umar sampai simpang Sunset Road).
2.
Untuk menganalisis kinerja ruas jalan apabila pelebaran Jalan Imam Bonjol dilakukan.
3.
Untuk menganalisis biaya dan manfaat dari rencana pelebaran jalan Imam Bonjol tersebut.
4.
Untuk menganalisis kelayakan ekonomi pelebaran Jalan Imam Bonjol Denpasar berdasarkan manfaat yang diperoleh dan biaya yang diperlukan untuk mewujudkannya.
7
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1.
Dapat menjadi acuan bagi para akademisi dan praktisi yang terlibat di bidang pembangunan jalan.
2.
Dapat memberikan masukan kepada Pemerintah, khususnya Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum setempat.
3.
Dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut bagi peneliti lainnya.
1.5 Batasan Masalah Agar lebih terarah sesuai dengan rumusan dan tujuan, maka lingkup penelitian dibatasi pada : 1.
Wilayah penelitian dibatasi sepanjang rencana pelebaran yakni Jalan Imam Bonjol sepanjang 3,2 km mulai dari segmen simpang Teuku Umar di Km 4+000 hingga simpang Sunset Road di Km 7+200.
2.
Analisis kinerja hanya dilakukan pada ruas jalan, dan tidak dilakukan analisis kinerja terhadap simpang.
3.
Analisis lalu lintas didasarkan pada faktor pertumbuhan normal (normal growth factor), tidak dilakukan analisis terhadap bangkitan pergerakan yang timbul akibat perubahan tata guna lahan di sekitar lokasi proyek.
4.
Data volume lalu lintas yang akan digunakan dalam proses analisis selanjutnya dalam penelitian ini didapatkan melalui data sekunder dari Balai Pelaksanaan Jalan Nasional VIII (BPJN VIII) tahun 2013.
8
5.
Untuk perhitungan kapasitas jalan, data hambatan samping tidak didapatkan melalui survei. Hambatan samping ditentukan berdasarkan ditentukan berdasarkan kondisi tata guna lahan (kondisi khusus) untuk mewakili keadaan segmen jalan yang dianalisa.
6.
Analisis kelayakan ekonomi ditinjau berdasarkan kriteria investasi meliputi: analisis Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Internal Rate of Return (IRR).
7.
Pendekatan untuk perhitungan nilai waktu dalam penelitian ini menggunakan data PDRB Kota Denpasar.
8.
Tingkat suku bunga yang digunakan dalam perhitungan analisis ekonomi ini adalah sebesar 17% per tahun, merupakan rata-rata tingkat suku bunga perbankan yang berlaku.
9.
Analisis dilakukan untuk rentang waktu sampai 20 tahun sejak pembukaan jalan setelah konstruksi pelebaran terbangun, dengan pertimbangan umur investasi untuk dapat dinilai manfaatnya terhadap biaya yang diperlukan untuk mewujudkannya.
10. Aspek manfaat yang ditinjau adalah manfaat langsung yang diterima oleh pemakai jalan dan dapat dianalisis secara kuantitatif, dimana dibatasi pada variabel penghematan BOK dan nilai waktu perjalanan.