BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis taksi di Indonesia pada umumnya dan di DKI Jakarta pada khususnya kini semakin ketat. Oleh sebab itu, masing-masing perusahaan taksi dituntut menerapkan strategi bisnis dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada penumpang untuk menjaga pertumbuhan bisnisnya. Berdasarkan hasil penelitian Komisi Pengawas Persaingan Usahan (KPPU) pada tahun 2008, terkait dengan industri taksi di DKI Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia, pengaturan mengenai tarif taksi menjadi isu yang menarik. Seiring dengan kenaikan biaya Bahan Bakar Minyak (BBM), tarif taksi sejak tahun 2005 mengalami perkembangan yang menarik yaitu lahirnya tarif taksi lama. Tarif taksi lama adalah tarif taksi yang lebih rendah dibanding tarif taksi normal yang ditetapkan Pemerintah. Penerapan tarif taksi lama oleh sebagian perusahaan taksi, rupanya cukup menarik minat konsumen, dimana konsumen dapat memilih tarif terbaik sesuai dengan kemampuannya. Penerapan tarif taksi lama ini telah mendorong beberapa perusahaan taksi seperti Taksi Express dan Taksi Putra mengambil porsi yang lebih besar di pasar industri taksi, khususnya di DKI Jakarta. Penerapan tarif batas atas oleh Pemerintah, selaras dengan prinsip persaingan usaha yang sehat. Kebijakan tersebut dapat menghindarkan konsumen dari eksploitasi yang mungkin dilakukan oleh produsen yang memiliki posisi dominan dalam bentuk harga
1
yang terlalu tinggi. Meskipun prinsip persaingan usaha mentolerir adanya penerapan batas atas oleh Pemerintah, tidak demikian halnya dengan penerapan tarif batas bawah. Penerapan batas bawah akan melindungi perusahaan taksi yang tidak efisien untuk tetap dapat berada dalam industri tersebut. Penerapan batas bawah juga dapat merugikan konsumen karena konsumen terpaksa harus membayar harga minimal sebesar tarif batas bawah, meskipun mungkin layanan yang diberikan kurang dari itu. Selain itu penetapan tarif batas bawah akan menyebabkan pelaku usaha yang bisa beroperasi dengan efisien dan bisa melahirkan tarif yang besarannya berada di bawah tarif batas bawah, maka dia terhambat untuk mengimplementasikan keunggulan bersaingnya tersebut. Akibatnya masyarakat kehilangan pilihan tarif murah, secara jangka panjang hal ini akan menimbulkan inefisiensi yang sangat besar. Berdasarkan data tahun 2012 dari Dinas Perhubungan Propinsi DKI Jakarta jumlah perusahaan taksi reguler ada 28 perusahaan dengan total armada taksi sebesar 16.881 unit. Tabel 1 menyajikan nama perusahaan dan nama taksi yang diurutkan dari jumlah armada terbesar sampai yang terkecil. Tabel 1. Nama Perusahaan Taksi dan Jumlah Taksi di Jakarta No
Nama Perusahaan
Nama Taksi
Jumlah Armada
Blue Bird 1
PT Blue Bird Group
4.050 Group
PT Express Transindo 2
Express Group
3.573
Utama
2
No
Nama Perusahaan
Nama Taksi
Jumlah Armada
3
Kosti Jaya
Kosti Jaya
1.350
4
PT Gamya
Gamya
1.070
KTI
1.049
Citra
982
Koperasi Taksi 5 Indonesia PT Citra Transpor 6 Nusantara 7
PT Dian Taksi
Dian
800
8
PT Ratax Armada
Jakarta Trans
800
Taxiku
600
PT Bersatu Aman 9 Sejahtera 10
PT Sri Medali
Sri Medali
497
11
PT Presiden Taksi
Prestasi
468
12
Koptajasa
Golden
435
Primajasa
400
Queen
200
Prima Express
200
PT Primajasa 13 Perdanaraya PT Irdawan Multi 14 Trans PT Semesta Indo 15 Prima 16
Koperasi Taksi Sepakat Kotas
163
17
PT Tulus Sinar Selatan
160
Star Express
3
No
Nama Peruahaan
Nama Taksi
Jumlah Armada
PT Buana 18
Buana
63
Metropolitan 19
Transkoveri DKI
Trans Koveri
7
20
PT Steady Safe
Steady Safe
6
21
PT Citra Pancakabraja
Swadharma
3
Centri
3
Spirit
2
PT Centris Wahana 22 Taksi PT Wahana Artha 23 Sentosa 0 Ijin operator masih PT Luhur Satria 24
Transit Cab
aktif namun sudah tidak
Dwiraya ada armadanya 25
PT Bhakti Dian Sardo
B.D.S
0
Tiffani
0
Bima Sakti
0
Inkoperba
0
PT Master Taxi 26 Indonesia 27
Koperasi Bima Sakti Koperasi Perisai
28 Bangsa Jumlah total armada
16,881
Express Group memiliki jumlah armada terbesar kedua setelah Blue Bird Group. Dengan banyaknya perusahaan taksi tersebut pasti menimbulkan
4
tingkat persaingan yang tinggi antar perusahaan taksi.
Dalam persaingan
mendapatkan pengemudi yang baik, perusahaan mengandalkan reputasi Express Group sebagai salah satu pemimpin pasar dan penerapan model bisnis yang menarik. Model bisnis yang diterapkan untuk taksi reguler adalah skema kemitraan yaitu perusahaan tidak memberikan upah kepada para pengemudi. Persaingan bisnis taksi di Jakarta di dominasi oleh lima perusahaan taksi. Kelima perusahaan taksi tersebut yaitu Blue Bird, Express Group, Kosti Jaya, Gamya, KTI. Kelima perusahaan ini diperkirakan memiliki pangsa pasar sebesar 47,1% berdasarkan ukuran armada. Pasar taksi di Indonesia terkonsentrasi di Jabodetabek dengan total pangsa pasar sebesar 69,0% dari unit armada.
Sementara di wilayah lain di Indonesia, perusahaan
taksi
cenderung memiliki pangsa pasar yang lebih kecil, yang ditunjukan dari jumlah armada yang lebih sedikit berdasarkan Laporan Tahunan Express Group 2012. Perusahaan taksi berkompetisi dengan mengutamakan reputasi, kualitas pelayanan, penetapan tarif argo, kehandalan kendaraan, jumlah armada dan jenis serta usia kendaraan. Hal ini berdasarkan Laporan Tahunan Express Group 2012. Express Group sedang berupaya meningkatkan pasar yang dikuasai saat ini sekitar 15% sampai 20% di Jakarta. Tahun 2013, Express Group akan menambah armadanya sebanyak 2000 unit baru. Supaya penambahan armada tersebut memberikan pertumbuhan bisnis yang baik maka diperlukan dukungan sumber daya manusia yaitu mitra kerja (pengemudi) dan teknologi sehingga dapat memberikan pelayanan yang
5
terbaik bagi pelanggan dan memenangkan persaingan bisnis taksi di Jakarta. Express Group adalah perusahaan taksi pertama yang menggunakan Digital Dispatch System (DDS) yang dapat mengirimkan pesan pelanggan secara tertulis (tidak menggunakan radio sebagaimana biasanya) sehingga pesan dapat disampaikan lebih akurat untuk menghindari human error.
Dalam
persaingan mendapatkan pengemudi yang baik, Express Group mengandalkan reputasi Express Group sebagai salah satu pemimpin pasar dan penerapan model bisnis yang menarik. Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan objek penelitian perusahaan taksi PT Express Transindo Utama Tbk (Express Group) dengan melakukan analisis strategi bisnis yang dilakukan dengan judul FORMULASI STRATEGI BERSAING PT EXPRESS TRANSINDO UTAMA
Tbk
(EXPRESS
GROUP)
DALAM
MEMENANGKAN
PERSAINGAN BISNIS TAKSI DI JAKARTA
B. Rumusan Masalah Untuk memenangkan persaingan di industri taksi, Express Group perlu memformulasikan strategi bersaing. Analisis yang dapat digunakan untuk merumuskan strategi bersaing ini adalah menggunakan pendekatan Playing To Win (Lafley & Martin, 2013). Pendekatan Playing To Win dipilih karena pendekatan ini komprehensif dan praktis untuk diterapkan, yang mencakup pembuatan rencana (plan) dan eksekusi (execution) terhadap lima
6
(5) pertanyaan penting yang harus dijawab. Lima (5) pertanyaan tersebut saling terkait satu dengan lainnya. Lima pertanyaan itu adalah: 1. Apa aspirasi kemenangan perusahaan ? (What is our winning aspiration ?) 2. Di mana perusahaan akan bermain ? (Where will we play?) 3. Bagaimana kita akan menang ? (How will we win ?) 4. Apa kapabilitas yang harus dimiliki perusahaan? (What capabilities must be in place?) 5. Apa sistem manajemen yang harus dimiliki perusahaan? (What management systems are required ?) Berdasarkan uraian pada bagian b diatas, maka pertanyaan penelitian diatas adalah:
Apa strategi bersaing PT Express Transindo Utama Tbk
(Express Group) dalam memenangkan persaingan bisnis di Jakarta dengan pendekatan Playing To Win (Lafley & Martin, 2013).
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalis kondisi lingkungan eksternal industri dan persaingan serta faktor-faktor yang menjadi kunci sukses dalam industri taksi di Indonesia khususnya di Jakarta. 2. Menganalisis kondisi internal dan mengidentifikasi keunggulan kompetitif pada Express Group.
7
3.
Memformulasi strategi bersaing alternatif untuk Express Group untuk bersaing dalam industri taksi di Jakarta dengan pendekatan Playing To Win (Lafley & Martin, 2013).
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi perusahaan dapat digunakan sebagai usulan kepada manajemen dalam perumusan strategi bersaing untuk meningkatkan kinerja sesuai dengan tujuan perusahaan sehingga perusahaan dapat terus berkembang. 2. Bagi
akademisi,
diharapkan dapat
bermanfaat
dalam
menambah
pengetahuan sebagai bahan referensi tambahan, khususnya yang berkaitan dengan strategi membangun bisnis taksi.
E. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Ruang lingkup penelitian terdiri dari subjek penelitian dan objek penelitian. Subjek penelitian adalah sesuatu yang hendak diteliti yang erat hubungannya dengan permasalahan yang diterapkan, yaitu strategi bersaing bisnis taksi. Sedangkan objek penelitian adalah PT Express Transindo Utama Tbk (Express Group). Batasan yang ditetapkan dalam penelitian adalah: 1. Aspek penelitian yang dibatasi pada strategi bisnis taksi. 2. Penelitian dilakukan dengan mengambil data dari PT Express Transindo Utama Tbk (Express Group) maupun data dari luar perusahaan.
8
F. Sistematika Penulisan 1. Bab I. Pendahuluan Membahas latar belakang masalah, perumusan masalah. Tujuan dan manfaat penelitian. 2. Bab II. Landasan Teori Membahas teori-teori manajemen strategi dan berbagai penjelasan yang digunakan untuk menganalisis data-data yang diperoleh. 3. Bab III. Metode Penelitian Membahas metode yang digunakan yang meliputi identifikasi sumber-sumber dan metode analisis dan sistematika penelitian. 4. Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan Membahas tentang: 1. Analisis lingkungan eskternal perusahaan meliputi analisis PEST, Driving Forces industri (Analisis Five Forces). 2. Analisis lingkungan internal meliputi Analisis Sumber Daya dan Kapabilitas, Analisis Value Chain, Analisis VRIO dan formulasi strategi menggunakan pendekatan Playing To Win 5. Bab V. Simpulan dan Saran. Berisikan simpulan yang merupakan hasil komprehensif dari analisis dan pembahasan setiap bab serta saran alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan dimasa yang akan datang.
9