1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia berkomunikasi dengan manusia lain menggunakan dua bahasa atau lebih, tidak akan terlepas dari kegiatan menerjemah atau mengintepretasi. Istilah terjemah mengacu pada teks-teks tertulis, sedangkan interpretasi mengacu pada teks-teks lisan dan tanda (Crystal, 2003:346). Tujuan menerjemah atau mengintrepetasi adalah untuk menerangkan pesan dalam teks bahasa sumber (TSu) kepada pembaca bahasa sasaran (BSa) yang mengalami kendala dalam memahami TSu secara langsung. Menurut Crystal (2003:346) seorang penerjemah diharapkan tidak hanya menguasai bahasa sumber (BSu), namun juga harus memahami seluruh pengetahuan yang ada dalam BSu, yaitu mencakup keadaan sosial, budaya, dan konotasi emosional yang perlu dipaparkan dalam teks bahasa sasaran (TSa) agar efek yang diinginkan dapat dirasakan oleh pembaca TSa. Sebaliknya, pemahaman mengenai BSa dan kedaaan sosial budaya yang melatarbelakangi juga perlu diperhatikan oleh seorang penerjemah agar pembaca TSa dapat menangkap istilah-istilah khusus BSu yang tidak ada dalam BSa. Terjemah melibatkan dua atau lebih bahasa yang berbeda, padahal bahasa satu dengan bahasa lainnya memiliki sistem bahasa yang berbeda pula, seperti dalam pembagian kelas kata. Bahasa Arab misalnya, memiliki tiga pembagian kelas kata yaitu nomina, verba, dan partikel (Uroosa, 2010:31). Sementara itu, bahasa Inggris memiliki sembilan kelas kata yaitu nomina, verba, ajektiva,
2
adverbia,
pronomina,
numeralia
dan
artikel,
penghubung
(koordinator,
subordinator, dan preposisi) dan interjeksi (Verspoor dan Sauter, 2000: 88-112). Dalam kajian diakronis, kedua bahasa tersebut berasal dari rumpun bahasa yang berbeda. Bahasa Arab termasuk dalam rumpun bahasa Semit, sedangkan bahasa Inggris termasuk dalam rumpun bahasa Indo Eropa (Crystal, 2003:298-320). Kedua bahasa tersebut memiliki perbedaaan sistem bahasa yang dianut yang dapat memengaruhi hasil terjemahan. Sekilas, melihat kembali pembagian kelas kata bahasa Arab dan bahasa Inggris menunjukkan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan kategori dalam penyusunan kalimat. Bahasa Inggris memiliki sembilan jumlah kelas kata, lain halnya dengan bahasa Arab yang hanya memiliki tiga jumlah kelas kata. Namun demikian, kedua bahasa tersebut memiliki kelas kata yang sama yaitu nomina dan verba. Nomina dan verba termasuk dalam perangkat terbuka (open set items) (Cruse, 1987:3) atau kelas terbuka (open classes) (Verspoor dan Sauter, 2000:88), yang menjadikannya dimiliki oleh bahasa-bahasa di dunia. Disebut kelas kata terbuka karena kata-kata baru akan selalu bertambah terus dari waktu ke waktu dan kata-kata yang sudah ada atau usang dapat digunakan dengan makna baru yang berbeda dari penggunaan sebelumnya (Verspoor dan Sauter, 2000:88). Cruse (1987:3) juga menambahkan kelas kata terbuka adalah akar leksikal (lexical roots), yakni elemen pokok yang bermakna dalam sebuah kalimat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa syarat mutlak sebuah teks itu bermakna adalah apabila minimal terdiri dari nomina dan verba yang merupakan realisasi dari fungsi subjek dan predikat dalam sebuah kalimat.
3
Verba yang merupakan salah satu kelas kata pokok dalam penyusunan kalimat menunjukkan sebuah proses, tindakan, dan keadaan yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu (Verspoor dan Sauter, 2000:91). Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak akan terlepas dari proses, tindakan dan keadaan; seperti bagaimana ia berjalan, membaca, berpikir merupakan bentuk dari verba. Sebagai contoh verba qa>la bahasa Arab yang berarti “berkata” (Munawwir 1997:1171), merupakan salah satu verba dari beberapa verba yang selalu dilakukan oleh manusia dalam hidupnya. Berkata adalah usaha mengucapkan kata-kata atau bunyi-bunyi yang bertujuan untuk mengekspresikan ide, gagasan, atau saran dan untuk menyatakan sebuah fakta atau instruksi (Cambridge Dictionaries Online). Di dalam Al-Quran yang merupakan kitab suci umat Islam, verba qa>la merupakan verba yang istimewa. Dari hasil ringkas perhitungan verba-verba yang terdapat dalam Al-Quran yang didasarkan pada akar kata dan bentuknya, verba qa>la memiliki jumlah frekuensi kemunculan sebanyak 1618 kali. Verba qa>la merupakan verba yang banyak muncul dalam Al-Quran, kemudian dilanjutkan dengan ka>na, a>mana, dst (Language Research Group University of Leeds dalam corpus.quran.com). Keistimewaan lain yang membuat verba qa>la ini menjadi begitu menarik adalah apabila dibandingkan dengan verba lain terdapat variasi kata dalam penerjemahannya ke dalam bahasa Inggris. Qa>la tidak hanya dapat diterjemahkan menjadi say „berkata‟, namun answer „menjawab‟, pray „berdoa‟, dst. Berikut contoh penerjemahan qa>la ke dalam Al-Quran bahasa Inggris.
4
(1) Q.S. Ali Imran [3]:4
BSu
:
/qa>la rabbi ij„al li> a>yah/
BSa
: He said: My Lord! Appoint a token for me.
Arti
: Dia Zakariya berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda."
(2) Q.S. Al- BSu An„a>m [6]: 30
:
/walau tara> iz\ wuqifu> ‘ala> rabbihim. Qa>la alaisa ha>z\a> bi al-haq. Qa>lu> bala> wa rabbina>. Qa>la faz\u>qu> al-az\a>ba bima> kuntum takfuru>n/
BSa
: If thou couldst see when they are set before their Lord! He will say: Is not this real? They will say: Yea, verily, by our Lord! He will say: Taste now the retribution for that ye used to disbelieve.
Arti
: Dan seandainya engkau (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan kepada Tuhannya (tentulah engkau melihat peristiwa yang mengharukan). Dia berfirman, "Bukankah (kebangkitan ini benar?" Mereka menjawab, "Sungguh benar, demi Tuhan kami." Dia berfirman, "rasakanlah azab ini, karena dahulu kamu mengingkari(nya)."
(3) Q.S. Al- BSu Baqarah [2]: 67 BSa
Arti
:
/qa>la a‘u>zu bi Alla>hi an aku>na min al-ja>hili>n/ : He answered: Allah forbid that I should be among the foolish! : Dia (Musa) menjawab, "Aku berlindung kepada Allah agar tidak termasuk orang-orang yang bodoh."
5
Verba qa>la pada data (1) diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi said. Verba qa>la dalam data (1) diterjemahkan apa adanya tanpa mengalami perbedaan yang berarti ataupun penafsiran makna. Namun pada data (2) verba qa>la diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi will say. Pada data (2), verba
qa>la diterjemahkan masih dengan menggunakan verba leksikal say, namun mendapat kata kerja bantu will. Verba BSa yang berkala akan datang berbeda dengan verba BSu yang berkala lampau. Kasus lain yang perlu dicermati adalah data (3). Verba qa>la diterjemahkan menjadi answered ke dalam bahasa Inggris. Pada data (3) verba BSa berbeda dengan terjemah harfiahnya karena konteks qa>la menanggapi pernyataan sebelumnya. Data-data yang ditampilkan di atas hanya beberapa saja dan memungkinkan muncul masalah-masalah lain dalam penerjemahan verba qa>la di Al-Quran. Dari sekian banyak teks-teks terjemahan, Al-Quran terjemahan dipandang sebagai salah satu karya yang menarik mengingat penerjemahan Al-Quran dari masa ke masa yang masih terus dilakukan. Al-Quran adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. melalui perantaraan malaikat Jibril dalam bahasa Arab (Suma, 2013:25). Firman Allah ini kemudian disampaikan oleh manusia ke manusia yang lain dengan media dakwah yang bertujuan agar terciptanya kesesuaian pemahaman antara komunikator dengan komunikan. Perbedaan bahasa sering menimbulkan permasalahan komunikasi yang tidak dapat dielakkan, sehingga dapat memicu terjadinya gangguan komunikasi. Gangguan
komunikasi
antara
komunikator
dengan
komunikan
dapat
6
menimbulkan konsekuensi yang fatal di dunia ini; seperti bentuk penyerangan, hilangnya rasa aman, legalisasi yang sewenang-wenang, hingga kesalahan paling fatal yakni peperangan (Crystal, 2003:344) yang hanya disebabkan akibat salahnya
pemahaman
terhadap
suatu
teks.
Oleh
karena
itu,
usaha
mengalihbahasakan Al-Quran begitu penting untuk dakwah Islam (Quthan, 1995:156) mengingat kenyataan bahwa bahasa yang digunakan dalam Al-Quran adalah bahasa Arab, sedangkan tidak semua umat muslim itu mampu memahami bahasa Arab dengan baik atau bahkan tidak mengerti sama sekali. Penerjemahan merupakan suatu cara untuk merealisasikan keuniversalan Al-Quran dan Islam (Tim Forum Karya Ilmiah RADEN, 2011:12). Di negara-negara dengan penutur bahasa Inggris, telah banyak pencetakan Al-Quran dan kitab-kitab keilmuan agama Islam yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Hal ini dibuktikan dengan menumpuknya beberapa cetakan AlQuran dan kitab-kitab terjemahannya di perpustakaan, toko buku, dan online shopping store (Mohammed, 2005: 55-71). Terlebih lagi, sebagai bahasa internasional, bahasa Inggris juga telah digunakan oleh masyarakat dari negaranegara yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa nasionalnya. Beberapa buku dan karya ilmiah yang dijadikan sumber rujukan telah menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya. Al-Quran terjemahan bahasa Inggris adalah hasil karya para pemerhati AlQuran dunia. Ada banyak kalangan yang telah dengan gigih menghasilkan terjemahan Al-Quran ke dalam bahasa Inggris dengan latar belakang yang berbeda, baik para penerjemah itu adalah orientalis atau oksidentalis dari benua
7
Asia, Eropa, atau Amerika (Kidwai, 1987). Kidwai (1987) juga menyarankan beberapa Al-Quran terjemah berbahasa Inggris yang dianggap layak untuk dipelajari karena tidak banyak mengalami pengurangan kata dari teks asli dan kesalahan-kesalahan penerjemahan, seperti karya Muhammad Marmaduke Pickthall, Abdullah Yusuf Ali, Muhammad Asad, Thomas Ballantyne Irving, dan Arthur John Arberry. Online Qur‟anic Project—sebuah website online yang menyediakan terjemahan dan tafsir Al-Quran dari berbagai bahasa dunia—juga memberikan pandangan bahwa karya-karya terjemahan Al-Quran berbahasa Inggris yang sangat populer di antara muslim dan non muslim yang tidak berbahasa Arab adalah karya Yusuf Ali, Pickthall, dan Shakir. Selain pertimbangan kualitas hasil penerjemahan beberapa penerjemah AlQuran bahasa Inggris yang ditunjukkan dengan pengakuan dari berbagai kalangan, sisi lain yang perlu dijadikan catatan adalah keaslian dan asal penerjemah dilahirkan, dibesarkan, dan menuturkan bahasa Inggris sebagai bahasa ibunya. Hal ini diharapkan agar kualitas kebahasaan penerjemah dapat dipertanggungjawabkan jika dibandingkan dengan penerjemah lain yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris. Seorang penerjemah yang diriwayatkan merupakan penutur asli bahasa Inggris adalah Muhammad Marmaduke Pickthall. Pickthall adalah seorang muslim pertama penerjemah Al-Quran yang berbahasa ibu bahasa Inggris. Ia lahir pada tanggal 18 April 1875 dari keluarga Kristen di Inggris. Kemudian pada 29 November 1914 ia memeluk agama Islam. Ia sempat mengadakan perjalanan mengelilingi negara-negara Timur untuk mempelajari Islam. Pickthall menerjemahkan Al-Quran pada tahun 1930 berjudul The Meaning
8
of the Glorious Quran. Al-Quran terjemahannya paling baik dan sangat populer di kalangan muslim dunia (British Muslim Heritage, Islamicity). Berangkat dari uraian di atas, kiranya penelitian tentang kajian ayat-ayat Al-Quran khususnya verba qa>la yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Pickthall patut dilakukan. Penerjemahan qa>la yang bervariasi sangat menarik diteliti lebih dalam untuk mengetahui alasan penggunaan yang bervariasi tersebut. Untuk membatasi banyaknya data dan pertimbangan estimasi waktu, maka objek penelitian ini hanya fokus pada verba qa>la saja yang merupakan verba lampau persona ketiga singular maskulin yang memiliki arti dasar „berkata‟. Turunan verba qa>la lainnya secara konjugasi (qa>la>, qa>lu>, qa>lat, …) dan deklinasi (yaqu>lu, qul, …) tidak diperhatikan dalam penelitian ini.
1.2 Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang di atas, maka penelitian ini akan memusatkan pada rumusan masalah di bawah ini: 1.
Bagaimana verba qa>la diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Muhammad Marmaduke Pickthall dalam The Meaning of the Glorious
Quran? 2.
Faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi pemilihan leksikon yang berbeda-beda dalam menerjemahkan verba qa>la ke dalam bahasa Inggris oleh Pickthall dalam The Meaning of the Glorious Quran?
9
3.
Teknik, metode, dan ideologi penerjemahan apa yang digunakan dalam menerjemahkan qa>la ke dalam bahasa Inggris oleh Pickthall dalam The Meaning of the Glorious Quran?
1.3 Tujuan Penelitian 1.
Mendeskripsikan verba qa>la yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Muhammad Marmaduke Pickthall dalam The Meaning of the Glorious Quran.
2.
Menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan leksikon yang berbeda-beda dalam menerjemahkan verba qa>la ke dalam bahasa Inggris oleh Pickthall dalam The Meaning of the Glorious Quran.
3.
Menjelaskan teknik, metode, dan ideologi yang digunakan dalam menerjemahkan verba qa>la ke dalam bahasa Inggris oleh Pickthall dalam The Meaning of the Glorious Quran.
1.4 Manfaat Penelitian Ada dua manfaat dari penelitian ini yakni manfaat teoritis dan praktis. 1.4.1 Manfaat Teoritis 1.
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
menambah
perkembangan linguistik, khususnya analisis kontrastif.
wawasan
10
2.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan penerapan teori terjemah pada teks berbahasa Arab ke dalam bahasa Inggris.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi adanya perbedaan penerjemahan Al-Quran ke dalam bahasa Inggris.
1.4.2 Manfaat Praktis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menaikkan mutu pengajaran bahasa Arab dan bahasa Inggris di Indonesia khususnya di lembaga pendidikan tinggi. 2. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada bidang penerjemahan, khususnya dari bahasa Arab ke dalam bahasa Inggris serta sebaliknya. 3. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan kritik atas karyakarya terjemahan khususnya Al-Quran sebagai kitab suci agar lebih berterima lagi dan memahamkan masyarakat luas baik muslim dan non muslim di seluruh dunia.
1.5 Tinjauan Pustaka Al-Quran telah banyak diteliti dari berbagai aspek, pendekatan, dan sudut pandang, mulai dari struktur sintaksis, semantik, pragmatik, stilistika, metode dan teknik yang digunakan. Penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan sebuah
11
keragaman wawasan, keilmuan, dan langkah praktis sebagai modal bagi pemahaman secara utuh tentang berbagai permasalahan penerjemahan Al-Quran. Oleh sebab itu, peninjauan terhadap karya-karya yang sudah ada terkait dengan penelitian ini begitu penting. Tidak hanya menghindari bentuk plagiasi, namun juga untuk memperdalam penelitian ini sehingga lebih terarah dan berbeda dari penelitian sebelum-sebelumnya. Penelitian ini mengkaji tentang penerjemahan verba qa>la ke dalam bahasa Inggris dalam Al-Quran, sehingga topik lain yang dijadikan tinjauan pustaka berkisar tentang penerjemahan bahasa Arab dan bahasa Inggris, penerjemahan AlQuran, dan teknik, metode, dan ideologi penerjemahan. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Zainab Abuel Ma‟atti dan Maram Al-Ghanimi (2010) berjudul “Cultural Problems in Literary Translation between Arabic and English: The Case of The Heron”. Mereka mengkaji tentang ideologi penerjemahan yang dipilih oleh Elliot Colla dalam menerjemahkan novel ( الحزين مالكThe Heron) karya Ibrahim Aslan. Kesimpulan hasil analisis menunjukkan bahwasannya Colla cenderung menggunakan ideologi domestikasi yang mengakibatkan penyampaian pesan ataupun gambaran kebudayaan BSu menjadi hilang. Perlu diperhatikan bagi seorang penerjemah ketika berhadapan dengan karya sastra yang memiliki kebudayaan tertentu, agar lebih berhati-hati memilih pendekatan yang digunakan dalam menuntaskan permasalahan penerjemahan, sehingga kebudayaan BSu dapat tersampaikan dengan adil kepada pembaca BSa. Implikasi penelitian Abuel Ma‟atti dan Al-Ghanimi terhadap penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan kasus penerjemahan bahasa Arab ke bahasa Inggris. Persamaan
12
penelitian Abuel Ma‟atti dan Al-Ghanimi terhadap penelitian ini adalah samasama focus pada penerjemahan teks bahasa Arab ke bahasa Inggris dan menentukan ideologi penerjemahan. Penelitian tentang kasus penerjemahan lain dilakukan oleh Endang Setyowati (2014) yang berjudul “Pergeseran dalam Penerjemahan Kohesi Leksikal Dan Faktor-Faktor Penyebabnya: Studi Kasus pada Novel Inferno dan Terjemahannya dalam Bahasa Indonesia.” Endang mendeskripsikan jenis-jenis kohesi leksikal dan mengidentifikasi pergeseran yang terjadi dalam penerjemahan, serta mengungkapkan faktor-faktor penyebab terjadinya pergeseran dalam penerjemahan novel Inferno. Hasil penelitian Setyowati menunjukkan bahwa (1) kohesi leksikal bahasa Inggris terbagi ke dalam 9 jenis, yaitu repetisi, sinonim, superordinat, antonim, komplementer, ko-hiponim, ko-meronim, dan collocation proper; (2) Pada data Bahasa Indonesia kohesi leksikal yang terbagi ke dalam 10 jenis, yaitu repetisi, sinonim, superordinat, istilah umum, antonim, komplementer, kohiponim, ko-meronim, dan collocation proper; (3) pergeseran dalam penerjemahan kohesi leksikal terbagi menjadi 8 jenis, yaitu penghilangan, penambahan, perubahan leksikon, pergeseran level, pergeseran struktur, pergeseran kelas, pergeseran intrasistem, dan pergeseran unit; (4) Terdapat dua faktor penyebab terjadinya pergeseran dalam penerjemahan, yaitu (a) Faktor intralinguistik, yakni perbedaan kaidah gramatikal dan perbedaan butir leksikon, dan (b) Faktor ekstralinguistik, yang terdiri dari perbedaan budaya dan pilihan penerjemah serta ideologi domestikasi yang
dipilih penerjemah. Implikasi penelitian Setyowati terhadap penelitian ini adalah untuk menambah catatan kasus penerjemahan teks bahasa Inggris ke bahasa lain dan
13
uraian langkah-langkah sebuah penelitian terjemahan. Penelitian Setyowati dengan
penelitian sama-sama menentukan ideologi penerjemahan. “Domestikasi Ideologi dalam Penerjemahan Injil: Inggris-Bali” ditulis oleh Frans I Made Brata. Penelitian ini membahas tentang (1) Profil dan attitude sistem sapaan bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Bali, (2) Teknik, metode dan ideologi yang digunakan, (3) Faktor-faktor yang mendasari penerapan teknik, metode, dan ideologi tertentu dalam menerjemahkan sapaan yang terdapat dalam Injil Lukas (4) Kontribusi teknik, metode, dan ideologi yang diterapkan terhadap tingkat kesepadanan, tingkat keberterimaan, dan tingkat keterbacaan terjemahan sapaannya. Kesimpulan menunjukkan bahwa (1) sistem sapaan bahasa Inggris tidak dipengaruhi distribusi golongan, sebaliknya dalam bahasa Bali dipengaruhi dengan distribusi golongan dan sifat hubungan. (2) Teknik-teknik yang digunakan dominannya berorientasi pada BSa. Metode penerjemahan yang digunakan adalah semantik dan komunikatif, namun metode komunikatif lebih dominan digunakan. Sementara itu, ideologi penerjemahan yang paling dominan adalah domestikasi. (3) Faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan teknik, metode, dan ideologi penerjemahan ini adalah perbedaan kaidah kebahasaan BSu dan BSa, budaya BSu dan BSa, dan preferensi penerjemah. (4) Tingkat kesepadanan, tingkat keberterimaan, dan tingkat keterbacaan terjemahan sapaannya semakin tinggi bagi pembaca BSa karena adanya pemilihan teknik, metode, dan ideologi penerjemahan yang digunakan. Implikasi penelitian Brata terhadap penelitian ini adalah sebagai acuan lain dalam penelitian penerjemahan kitab Injil (kitab suci agama Nasrani) yang berbahasa Inggris ke bahasa lain, khususnya
14
bahasa Bali. Selain itu juga sebagai catatan tentang beberapa teknik, metode dan ideologi penerjemahan yang digunakan. Penelitian Brata dengan penelitian ini
sama-sama mencari ideologi penerjemahan dan memiliki objek kajian dalam tataran kata atau frasa.
1.6 Landasan Teori Penelitian ini merupakan kajian tentang penerjemahan verba qa>la dalam Al-Quran berbahasa Arab ke bahasa Inggris oleh Pickthall. Berikut adalah beberapa penjelasan teori-teori yang digunakan.
1.6.1 Verba Verba adalah salah satu kelas kata yang berfungsi sebagai predikat dalam susunan kalimat. Verba pada sebagian bahasa di dunia mempunyai ciri morfologis seperti ciri kala, aspek, persona, dan jumlah. Verba mewakili unsur semantis perbuatan, keadaan, dan proses (Kridalaksana, 2008:254).
1.6.1.1 Verba Bahasa Arab Dalam penyusunan kalimat bahasa Arab, selain fi‘il, ada dua kelas kata lainnya yakni ism, dan h}arf. Fi‘il (verba) adalah kata yang menunjukkan maknanya sendiri dan disertai dengan zaman/waktu. Ism (nomina) adalah kata yang menunjukkan maknanya sendiri dan tanpa disertai dengan zaman/waktu.
15
H}arf (partikel) adalah kata yang menunjukkan maknanya di luar huruf itu (AlGula>yainy, 2010:5-7). Secara umum, Al- Gula>yainy (2010:6-7) menyatakan bahwa verba bahasa Arab memiliki karakteristik dapat menerima huruf qad, sin, saufa, ta‟ at-ta‟ni>s\ assa>kinah, damir al-fa>‘il, dan nu>n at-tauki>d. Haywood dan Nahmad (1962:94-95) menambahkan bahwa fi‘il atau verba bahasa Arab sebagian besar berupa triliteral, yakni didasarkan atas akar kata berupa tiga konsonan. Sehingga makna dasar sebuah kata diambil dari tiga konsonan tersebut, seperti k-t-b, j-l-s, q-t-l, dst. Bentuk paling sederhana verba bahasa Arab adalah verba lampau bersubjek orang ketiga maskulin singular. Misalnya kata r-q-m raqama yang berarti “he recorded”, “he has recorded”, “ia telah merekam”, d-r-s darasa yang berarti “he studied”, “ia mempelajari”, dst. Terdapat beberapa klasifikasi verba bahasa Arab dengan pertimbangan dasar tertentu. Berdasarkan waktu, verba bahasa Arab dibagi menjadi al-ma>d}i>, almud}ari‘, dan al-’amr (Al-Gula>yainy, 2010:23). Haywood dan Nahmad (1962:96) memandang pembagian verba ini dengan pendekatan aspek, sehingga fi‘lu alma>d}i>
sebagai
perfect/perfective
verb,
fi‘lu
al-mud}ari‘
sebagai
imperfect/imperfective verb, dan fi‘lu al-’amr sebagai imperatif. Di sisi lain, Ryding (2005:440) lebih menyukai dengan pendekatan kala, sehingga fi‘lu alma>d}i> sebagai past tense, fi‘lu al-mud}ari‘ sebagai present tense dan future tense. Dilihat dari kuat dan lemahnya huruf-huruf penyusun suatu kata, AlGula>yainy (2010:39) membedakan verba bahasa Arab menjadi s}ahi>h} dan mu‘tal. Fi‘lu al- s}ahi>h adalah verba yang huruf-hurufnya berupa huruf s}ahi>h. Fi‘lu al-
16
s}ahi>h dibagi menjadi tiga yaitu sa>lim (verba yang terdiri dari huruf asli yang tidak terdiri dari hamzah, huruf ‘illat, dan tasydid), mahmu>z (verba yang salah satu huruf aslinya terdiri dari hamzah), dan mud}a>‘af (verba yang salah satu huruf aslinya diulang). Fi‘lu al-mu‘tal adalah verba yang terdiri dari huruf ‘illat. Fi‘lu al-mu‘tal dibagi menjadi empat yaitu mis\a>l, ajwa>f, na>qis, dan lafi>f. Mis\a>l adalah verba yang fa’ fi‘il/konsonan pertama berupa huruf ‘illat. Ajwa>f adalah verba yang’ain fi‘il/konsonan tengahnya berupa huruf ‘illat. Na>qis} adalah verba yang
lam fi‘il/konsonan terakhirnya berupa huruf ‘illat. Lafi>f terbagi menjadi dua: maqru>n yaitu verba yang huruf ‘illat-nya berkumpul, dan mafru>q yaitu verba yang huruf ‘illat-nya terpisah. Busyro (2007: 25) mengistilahkan lafi>f maqru>n adalah fi‘il mu‘tal yang ‘ain dan lam fi‘il berupa huruf ‘illat sedangkan lafi>f mafru>q adalah fi‘il mu‘tal yang fa’ dan lam fi‘il berupa huruf ‘illat. Qa>la merupakan fi’il yang al-mu‘tal al-’ajwaf al-waw yang maksudnya adalah verba yang ‘ain fi‘il atau konsonan tengahnya berupa huruf ‘illat berupa huruf wa>wu. Qa>la memberikan pengertian verba lampau persona ketiga singular (sing.) maskulin (M) aktif yang memiliki arti dasar „berkata‟. Secara tas}ri>f alis}tila>h}y atau deklinasi yakni perubahan nomina, pronominal, atau ajektiva yang menunjuk kategori, kasus, jumlah, dan jenis (Kridalaksana, 2008:45), qa>la dapat berbentuk yaqu>lu, qul, qaulan, qa>’ilun, maqu>lun, dan maqa>lun (Busyro, 2007:28). Secara tas}ri>f al-luga>wy atau konjugasi yakni klasifikasi verba menurut bentukbentuk infleksinya atas kala, jumlah, dan persona (Kridalaksana, 2008:131), qa>la dapat diturunkan menjadi qa>la>, qa>lu>, qa>lat, qa>lata, qulna, qulta, qultuma>, qultum, qulti, qultunna, qultu, dan qulna> (Busyro, 2007:66).
17
Qa>la merupakan verba yang terambil dari qa>f ()ق, wa>wu ()و, dan la>m ()ل. Seperti huruf lain dalam bahasa Arab, ketiga konsonan selalu mempunyai falsafah bahasa tersendiri. Kata qa>la ( ل- و- )قdapat dibentuk menjadi enam bentuk kata yang masing-masing memiliki makna yang berbeda-beda. Sementara itu, semua kata yang bermakna berbeda itu, masih mengandung makna dasar yaitu gerakan. Qa>la yang berarti “berkata” mengisyaratkan gerakan yang mudah dari mulut dan lidah. (Shihab, 2013:38).
1.6.1.2 Verba Bahasa Inggris Menurut Verspoor dan Sauter (2000:88-112), bahasa Inggris memiliki sembilan kelas kata dalam membentuk kalimat, yakni verbs (verba), nouns (nomina), adjectives (ajektif), adverbs (adverbia), pronouns (pronominal), numerals (numeralia) & articles (artikel), connectors (penghubung) (preposition (preposisi), coordinator (koordinat), dan subordinator (subordinat)), dan interjections (interjeksi). Verbs (kata kerja) menunjukkan proses, tindakan, atau keadaan yang terjadi dari waktu ke waktu. Dalam bahasa Inggris dikenal verba dasar (lexical verb) dan verba bantu (auxiliary verb). Verba dasar menamai proses yang sedang terjadi dan satusatunya yang memiliki arti, contohnya adalah write(s), wrote, written, writing, dan (to) write. Verba bantu biasanya berada di depan verba dasar dan mengindikasikan proses yang berlangsung, contohnya adalah be, have, be able to, do, will, would, can, could, may, might, dsb (Verspoor dan Sauter, 2000:48).
18
Dalam susunan kalimat, tidak semua verba baik verba dasar maupun verba bantu menduduki posisi predikat dan keduanya dapat muncul dengan bentuk yang bermacam-macam. Oleh karena itu, terdapat pembagian verba yakni verba finite dan nonfinite. Verba finite merupakan verba yang terikat dengan kala, persona, dan jumlah. Dalam klausa bahasa Inggris, verba finite selalu terletak di frase pertama kata kerja, misalnya she is reading, (is merupakan verba finite). Verba non-finite merupakan verba yang tidak terikat dengan kala, persona, dan jumlah, misalnya jogging is a cheap sport (jogging adalah verba non-finite). Verba nonfinite terbagi menjadi plain infinitive, to infinitive, present participle, dan past participle.
1.6.2 Kala, Aspek, dan Modus Setiap bahasa di dunia memiliki kala, aspek, dan modus yang diungkapkan secara morfemis atapun leksikal dalam penyusunan kalimat. Ketiga istilah ini kadangkala diungkapkan secara tumpang tindih karena saling berkaitan. Menurut Quirk (1976:40), tense atau kala adalah kesesuaian antara verba dan konsep waktu. Aspect atau aspek adalah cara dari sebuah tindakan verbal yang dialami atau berkenaan dengan pelaku. Mood atau modus adalah kaitan tindakan verbal terhadap beberapa kondisi kepastian, keharusan, kebutuhan, dan kemungkinan. Menurut Chaer (2007:260) kala itu lazimnya menyatakan waktu sekarang, sudah lampau, dan akan datang. Aspek terbagi menjadi beberapa macam yaitu: kontinuatif yang menyatakan perbuatan terus berlangsung, inseptif yang
19
menyatakan peristiwa baru mulai, progresif yang menyatakan perbuatan sedang berlangsung, repetitif yang menyatakan perbuatan itu terjadi berulang-ulang, perfektif yang menyatakan perbuatan sudah selesai, imperfektif yang menyatakan perbuatan berlangsung sebentar, dan sesatif yang menyatakan perbuatan terakhir (Chaer, 2007:259). Chaer (2007:258) juga memaparkan pembagian modus yaitu deklaratif yang menunjukkan sikap objektif atau netral, optatif yang menunjukkan harapan, imperatif yang menyatakan perintah dan larangan, interogatif yang menyatakan pertanyaan, obligatif yang menyatakan keharusan, desideratif yang menyatakan keinginan, dan kondisional yang menyatakan persyaratan. Dalam bahasa Arab, pengungkapan al-ma>d}i> (lampau), al-mud}a>ri’ (kini), dan al-mustaqbal (akan datang) berkaitan dengan aspek. Sedangkan modus dalam bahasa Arab bersifat non-finite, sehingga tidak mengacu pada satu titik waktu dan juga tidak terdiferensiasi oleh kala (Ryding, 2005:606). Dengan demikian, al-amr (imperatif) adalah modus yang tidak terikat dengan waktu. Sementara itu, dalam bahasa Inggris pengungkapan present (kini) dan past (lampau) tidak akan terlepas dari aspek, sedangkan future (akan datang) terkait dengan modus (Quirk, 1976:40).
1.6.2.1 Kala, Aspek, dan Modus Bahasa Arab Pembagian pertama adalah fi‘lu al-ma>d}i>. Al-Gula>yainy (2010:23) mendefinisikan fi‘lu al-ma>d}i> adalah verba yang menunjukkan maknanya sendiri yang dikaitkan dengan waktu yang telah lampau. Ryding (2005:443) mengatakan
20
bahwa fi‘lu al-ma>d}i> atau past tense mengacu pada tindakan yang sudah selesai. Biasanya dalam bahasa Inggris, fi‘lu al-ma>d}i> dinyatakan dengan past tense atau past perfect. Past tense bahasa Arab atau fi‘lu al-ma>d}i> dibentuk dengan menambahkan sufiks penanda persona ke dalam stem verba past tense. Penanda persona tersebut menunjukkan jumlah dan gender. Al-Gula>yainy (2010:23) menyebut penanda persona tersebut adalah ta>‟ ta‟ni>s\ li as-saki>nah dan ta‟ add}ami>r. Contoh fi‘lu al-ma>d}i> adalah katabtu “aku (sing.) telah menulis”, katabta “dia (M) (sing.) telah menulis”, dan katabat “dia (F) (sing.) telah menulis.” Pembagian kedua adalah fi‘lu al-mud}ari‘. Al-Gula>yainy (2010:23) memberikan pengertian fi‘lu al-mud}ari‘ sebagai verba yang menunjukkan maknanya sendiri yang dikaitkan dengan waktu sekarang dan yang akan datang. Tanda-tanda fi‘lu al-mud}ari‘ adalah menerima partikel as-si>n, saufa, lan, dan lam. Ryding (2005:441-442) mengatakan present tense atau imperfek atau fi‘lu almud}a>ri‘ mengacu pada hal yang belum selesai, perbuatan atau keadaan yang masih berlangsung. Fi‟lu al-mud}a>ri‘ yang menunjukkan waktu sekarang berkorespondensi pada simple present dan present progressive tense dalam bahasa Inggris. Present tense dibentuk dari stem verba present tense yang ditambahkan dengan prefiks dan sufiks. Prefiks merupakan penanda subjek persona, sedangkan sufiks menunjukkan modus dan jumlah. Contoh fi‘lu al-mud}a>ri‘ yang menunjukkan waktu sekarang adalah taktubi>na “dia feminin (F) (sing.) sedang menulis”, yaktuba>ni “dia (M) (dual) sedang menulis”, dan naktubu “kami (plural) sedang menulis”.
21
Fi‘lu al-mud}a>ri‘ juga digunakan untuk menunjukkan waktu akan datang, yakni ketika ditambahkan dengan prefiks berbentuk morfem as-si>n atau partikel saufa, misalnya seperti klausa sa’ufakkiru fi> z\a>lika “aku akan memikirkannya” (Ryding, 2005:442), kalla> saufa ta‘lamu>n “sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui” (Q.S. At-Taka>s\ur [102]:3), sanad‘u az-zaba>niyah “kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah (Q.S. Al-‘Alaq [96]:18)” Pembagian
ketiga
adalah
fi‘lu
al-’amr.
Al-Gula>yainy
(2010:23)
mengatakan bahwa fi‘lu al-’amr adalah verba yang menunjukkan tuntutan terjadinya perbuatan dari fa‘il yang mukhatab tanpa la>m amar. Ryding (2005:444445) menyatakan fi‘lu al-’amr merupakan bentuk imperatif. Sementara itu imperatif adalah salah satu bentuk modus selain indikatif, subjungtif, dan jusif. Modus imperatif memiliki bentuk verba tersendiri dibandingkan dengan ketiga modus lainnya yang menggunakan fi„lu al-mud}a>ri‘ sebagai penyusunnya. Contoh fi‘lu al-’amr atau modus imperatif adalah uns}ur “kamu (M) (sing.) tolonglah!”, iftah}a> “kamu (M/F) (dual) bukalah!”, qu>lu> “kamu (M) (plural) katakanlah!”
1.6.2.2 Kala, Aspek, dan Modus Bahasa Inggris Kala present (kini) menurunkan present simple, present progressive, present perfect, dan present perfect progressive. Kala past (lampau) menurunkan past
simple, past progressive, past perfect, dan past perfect progressive. Kala future (akan datang) menurunkan future simple, future progressive, future perfect, dan future perfect progressive. Beberapa sumber menyebutkan kala past future (akan datang di masa lampau) termasuk dalam pembagian kala bahasa Inggris. Namun
22
bentuk ini jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari kecuali dengan maksud tertentu, dan juga jarang dibahas secara rinci dalam beberapa rujukan karena dianggap sebagai bentuk lampau dari future yang berpola sama pula dengan future. Berikut adalah penjelasan singkat keduabelas pola tersebut. Pola pertama adalah present simple yang memiliki pola: Tabel 1 Pola Present Simple Affirmative Question Negative
I/we/you/they He/she/it Do Does I/we/you/they He/she/it
plain infinitive. plain infinitive+s/es. I/we/you/they He/she/it don‟t doesn‟t
plain infinitive? plain infinitive? plain infinitive. plain infinitive.
Present simple digunakan untuk menunjukkan sesuatu secara umum, sesuatu yang terjadi setiap saat atau berulang-ulang, dan kebenaran umum (Murphy, 1998:4). Contoh present simple adalah Water boils at 100 degrees celcius “Air mendidih pada suhu 100 derajat celsius”. Pola kedua adalah present progressive dengan pola sebagai berikut ini, Tabel 2 Pola Present Progressive Affirmative Question
Negative
I We/you/they He/she/it Am Are is I
Am Are Is I We/you/they He/she/it am not
present participle. present participle. present participle. present participle? present participle? present participle? present participle.
23
We/you/they He/she/it
are not is not
present participle. present participle.
Present progressive digunakan untuk perbuatan yang sedang berlangsung pada saat berbicara. Selain pengungkapan hal yang sedang dilakukan oleh pembicara
saat
berbicara,
present
progressive
juga
digunakan
ketika
membicarakan tentang hal atau aktivitas yang dilakukan pada periode tertentu saat ini, misalnya dengan penanda today, this week, this evening, dsb. Untuk menyatakan perubahan yang terjadi pada saat ini pun juga menggunakan present progressive (Murphy, 1998:2). Contoh present progressive adalah The water is boiling. Can you turn it off? “Airnya mendidih. Dapatkah kamu mematikannya?” Pola ketiga adalah present perfect yang memiliki pola sebagai berikut, Tabel 3 Pola Present Perfect Affirmative Question Negation
I/we/they/you He/she/it Have Has I/we/they/you He/she/it
Have Has I/we/they/you He/she/it Have Has
past participle. past participle. past participle? past participle? past participle. past participle.
Penggunaan present perfect selalu terkait dengan waktu sekarang. Perbuatan yang terjadi pada masa lampau, akibat atau hasilnya masih dirasakan pada waktu sekarang. Selain itu, present perfect juga digunakan untuk memberikan informasi terbaru atau untuk mengumumkan kejadian yang terjadi baru-baru ini. Tambahan pula, present perfect juga dapat digunakan dengan just,
24
already, dan yet (Murphy, 1998:14). Contoh present perfect adalah Have you just arrived? “Apakah kamu baru saja sampai?” Pola keempat adalah present perfect progressive yang berpola: Tabel 4 Pola Present Perfect Progressive Affirmative Question Negation
I/we/they/you He/she/it Have Has I/we/they/you He/she/it
Have Has I/we/they/you He/she/it Have Has
been been been been been been
present participle. present participle. present participle? present participle? present participle. present participle.
Present perfect progressive menunjukkan kegiatan yang telah berhenti baru-baru ini (beberapa waktu) atau berhenti baru saja (persis). Present perfect progressive masih berhubungan dengan waktu sekarang. Selain itu, present perfect progressive juga dapat menunjukkan kegiatan yang telah dilakukan berulang kali pada periode tertentu (Murphy, 1998:18). Contoh present perfect progressive adalah Ian is very tired. He‟s been working very hard “Ian sangat lelah. Ia telah sedang bekerja keras”. Pola kelima adalah past simple yang memiliki pola sebagai berikut: Tabel 5 Pola Past Simple Affirmative Question Negative
I/we/you/they/he/she/it Did I/we/you/they/ he/she/it
past participle. I/we/you/they/he/she /it did not
plain infinitive? plain infinitive.
25
Past simple digunakan untuk menunjukkan peristiwa yang selesai terjadi dengan sempurna (Murphy, 1998:12). Past simple juga digunakan untuk menunjukkan perbuatan yang telah terjadi setelah kejadian yang lain, contohnya When Dina arrived, we had breakfast “Ketika Dina tiba, kemudian kami sarapan.” Pola keenam adalah past progressive, yakni Tabel 6 Pola Past Progressive Affirmative Question Negative
I/he/she/it We/you/they Was Were I/he/she/it We/you/they
Was Were I/ he/she/it We/you/they was not were not
present participle. present participle. present participle? present participle? present participle. present participle.
Past progressive digunakan untuk menunjukkan kegiatan lampau yang sedang dilakukan seseorang pada waktu tertentu. Perbuatan atau keadaan yang terjadi telah dimulai sebelum saat ini, namun belum selesai. Past simple dan past progressive sering digunakan bersamaan untuk menunjukkan perbuatan yang telah terjadi di tengah-tengah kejadian lain (Murphy, 1998:12), contohnya adalah When Dina arrived, we were having bereakfast “Ketika Dina tiba, kami telah sedang sarapan pagi.”
26
Ketujuh adalah past perfect yang memiliki pola: Tabel 7 Pola Past Perfect Affirmative I/we/you/they/ he/she/it Had Question Negative
I/we/you/they/ he/she/it
Had
past participle.
I/we/you/they/ he/she/it had not
past participle? past participle.
Past perfect digunakan untuk menunjukkan perbuatan yang telah lampau terjadi sebelum past simple (Murphy, 1998:30). Contoh past perfect adalah I wasn‟t hungry. I had just had lunch “Saya tidak lapar, saya telah baru saja makan siang”. Pola kedelepan adalah past perfect progressive sebagai berikut, Tabel 8 Pola Past Perfect Progressive Affirmative I/we/you/they/ he/she/it Had Question Negative
I/we/you/they/ he/she/it
Had
been
I/we/you/they/ he/she/it had not
been been
present participle. present participle? present participle.
Past perfect continuos digunakan untuk menunjukkan perbuatan yang telah lampau sedang berlangsung (had been happening) pada periode tertentu sebelum perbuatan lain lampau terjadi (happened) (Murphy, 1998:32). Contoh past perfect progressive adalah Their game was interrupted. They had been
27
playing for about half an hour when it started to rain very heavily “Pertandingan mereka terhenti. Mereka sudah sedang bermain setengah jam ketika hujan turun sangat deras.” Pola kesembilan adalah future simple sebagai berikut, Tabel 9 Pola Future Simple Affirmative Question Negative
I/we/you/they/ he/she/it Will I/we/you/they/ he/she/it
Will
plain infinitive.
I/we/you/they/ he/she/it will not
plain infinitive? plain infinitive.
Future simple menunjukkan perbuatan yang akan dilakukan di masa akan datang, namun kadang kala juga digunakan untuk perbuatan di saat sekarang (Murphy, 1998:45). Seperti prediksi ataupun keputusan yang diambil seseorang pada saat berbicara, juga menggunakan future simple. Selain itu, future simple juga digunakan pada situasi menawarkan melakukan suatu hal untuk seseorang, menyetujui melalukan hal tersebut, berjanji suatu hal, dan meminta melakukan suatu hal kepada seseorang (Murphy, 1998:42). Contoh future simple adalah We will go to Netherlands “Kita akan pergi ke Belanda”.
28
Pola kesepuluh adalah future progressive sebagai berikut, Tabel 10 Pola Future Progressive Affirmative I/we/you/they/ he/she/it Will Question Negative
I/we/you/they/ he/she/it
Will
Be
I/we/you/they/ he/she/it will not
Be Be
present participle. present participle? present participle.
Future progressive sama dengan present progressive untuk masa yang akan datang (Murphy, 1998: 48). Future progressive menunjukkan hal yang akan sedang dilakukan. Contoh future progressive adalah At 9 o‟clock tomorrow, Andy will be in his office. He will be working “Besok pukul 9.00, Andy pasti di kantornya. Ia akan sedang bekerja”. Pola kesebelas adalah future perfect sebagai berikut, Tabel 11 Pola Future Perfect Affirmative Question Negative
I/we/you/they/ he/she/it Will I/we/you/they/ he/she/it
Will
Have
past participle.
I/we/you/they/ he/she/it will not
Have
past participle?
Have
past participle.
Future perfect digunakan untuk menunjukkan perbuatan yang akan telah selesai pada waktu tertentu di masa yang akan datang (Murphy, 1998:48). Contoh future perfect adalah We are late. The film will already have started by the time
29
we get to the cinema “Kita terlambat. Filmya akan sudah dimulai saat kita berangkat ke bioskop”. Pola keduabelas adalah future perfect progressive sebagai berikut, Tabel 12 Pola Future Perfect Progressive Affirmative I/we/you/they/ he/she/it Will Question Negative
I/we/you/they/ he/she/it
Will
have
been
I/we/you/they/ he/she/it will not
have
been
have
been
present participle. present participle? present participle.
Future perfect progressive digunakan untuk menekankan ketersambungan dari pencapaian masa akan datang (Swan, 1996:217). Future perfect progressive menunjukkan perbuatan yang akan telah sedang dilakukan pada waktu tertentu di masa yang akan datang. Contoh future perfect progressive adalah I will have been teaching for twenty years this June “Aku akan telah sedang mengajar selama dua puluh tahun pada bulan Juni ini.”
1.6.3 Kalimat Berita Kalimat berita dibagi dua, yakni secara langsung (direct) dan tidak langsung (indirect). Kalimat berita langsung (direct speech) tersusun atas subjek diikuti dengan verba pemberitaan (reporting verb), serta objek atau komplemen yang berbentuk klausa atau pernyataan persis yang diutarakan penutur. Sementara
30
itu, kalimat berita tidak langsung (indirect speech) terdiri subjek, verba pemberitaan, dan objek atau komplemen yang biasanya dinyatakan dengan that dalam bahasa Inggris (Swan, 1996:481) dan bahasa Arab kadangkala menggunakan partikel inna (Ryding, 2005:425). Berikut adalah contoh kalimat berita langsung dan tidak langsung bahasa Arab dan bahasa Inggris: Bahasa Direct speech Arab Indirect speech Bahasa Direct Inggris speech Indirect speech
:
قال هسون ازيد ان أذهب إلى اسكتلندا بعد سنتين
:
قال هسون انه ان يرهب إلى اسكتلندا بعد سنتين
: Aaron said “I want to go to Scotland two years later.” : Aaron said that he wants to go to Scotland two years later. Aaron said that he wanted to go to Scotland two years later.
1.6.4 Kalimat Pengandaian Kalimat pengandaian atau bersyarat adalah semacam bentuk pernyataan seseorang untuk mengungkapkan hal yang diandaikannya. Kalimat pengandaian berpola: jika suatu kondisi tertentu terjadi, maka akan dapat diperkirakan pula akibatnya. Biasanya klausa pengandaian terdiri dari dua klausa, yakni klausa utama (apodosis) dan klausa bawahan (protesis). Klausa utama merupakan konsekuensi atau akibat dari kondisi, sedangkan klausa bawahan merupakan kondisi. Dalam bahasa Arab, klausa bawahan (protesis) disebut syarat, sedangkan klausa utama (apodosis) disebut jawa>b (Ryding, 2005:671).
31
1.6.4.1 Kalimat Pengandaian Bahasa Arab Menurut Ryding (2005:671), kalimat pengandaian bahasa Arab seringnya menggunakan fi‘lu al-ma>d}i atau verba past tense pada klausa kondisional atau bawahan atau protasis. Namun tidak menutup kemungkinan, pada klausa protasis juga menggunakan fi‘lu al-mud}a>ri‘ atau verba present tense. Sementara itu, klausa utama atau apodosis bahasa Arab dapat berkala sama maupun berbeda dengan protasisnya. Kalimat pengandaian bahasa Arab dibagi menjadi dua, yakni untuk menyatakan
kemungkinan
dan
kemustahilan.
Masing-masing
pernyataan
kemungkinan dan kemustahilan menggunakan partikel yang berbeda. Iz\a> “apabila” (Munawwir,1997:14) dan in merupakan partikel yang menunjukkan kemungkinan (Ryding, 2005:671), sedangkan lau “jika” (Munawwir,1997:1294) adalah partikel kemustahilan (Ryding, 2005:675). Contoh penggunaan kalimat pengandaian dalam penelitian ini sebagai berikut dalam tabel 13. Tabel 13 Kalimat Pengandaian Bahasa Arab Saba‟ [34]:7
/innakum lafi> khalqin jadi>din/
/Iz\a> muzziqtum kulla mumazzaqin/ „kamu pasti (akan „apabila badanmu telah hancur dibangkitkan kembali) dalam sehancur-hancurnya,‟ ciptaan yang baru.‟ Protasis/syarat Apodosis/jawa>b
32
1.6.4.2 Kalimat Pengandaian Bahasa Inggris Kalimat pengandaian bahasa Inggris juga menunjukkan kemungkinan dan kemustahilan. Kalimat pengandaian bahasa Inggris dibagi menjadi tiga. Pengandaian pertama berpola if+present, will+infinitive (Swan, 1996:245) yang menunjukkan kemungkinan. Contoh pola 1 misalnya when ye have been become dispersed in dust with most complete dispersal still, even then, ye will be created anew “apabila badanmu hancur sehancur-hancurnya, kamu pasti (akan dibangkitkan kembali) dalam ciptaan yang baru” (Q.S. Saba„ [34]:7). Pengandaian kedua berpola, if+past, would +infinitive (Swan, 1996:245) yang menunjukkan kemustahilan di waktu kini. Contoh pola 2 adalah if disaster overtook you, he would say, "Allah hath been gracious unto me since I was not present with them" “jika kamu ditimpa musibah, dia berkata, "Sungguh Allah telah memberikan nikmat kepadaku karena aku tidak ikut berperang bersama mereka" (Q. S. AnNisa>‟ [4]:72). Pengandaian ketiga berpola, if+past perfect, would have+past participle (Swan, 1996:245) yang menunjukkan kemustahilan di waktu lampau. Contoh pola 3 adalah if it had been good, they would not have been before us in attaining “sekiranya al-Quran itu sesuatu yang baik, tentu mereka tidak pantas mendahului kami” (Q.S. Al-Ah}qa>f [46]:11).
33
1.6.5 Terjemah 1.6.5.1 Definisi Terjemah Terjemah berasal dari bahasa Arab yakni tarjamah yang berarti menafsirkan, menjelaskan, dan mengartikan (Munawwir, 1997:131). Secara etimologis, terjemah adalah menyalin (memindahkan) dari suatu bahasa ke bahasa lain, atau lebih singkatnya disebut mengalihbahasakan (KBBI, 2014:1452). Secara terminologis, para linguis dan ahli terjemah beragam dalam memberikan definisi menerjemahkan. Newmark (1988:5) mengatakan bahwa menerjemahkan adalah rendering the meaning of a text into another language in the way that the author intended the text atau dengan kata lain menyampaikan makna suatu teks dari bahasa tertentu ke bahasa lain sesuai dengan apa yang dimaksud penulis teks tersebut. Catford (1978:20) mendefinisikan menerjemahkan sebagai
the
replacement of textual material in one language (SL) by equivalent textual material in another language (TL) yang bisa dikatakan pemindahan materi teks bahasa tertentu dengan kesamaan materi pada bahasa lain. Pakar terjemah lain seperti Roger T. Bell (1991:5) menandaskan translation is an expression of TL from SL, which still preserves the semantic and stylistic equivalence. Dari semua definisi
yang dikemukakan para
ahli
dapat
disimpulkan bahwasannya
menerjemahkan merupakan usaha pemindahan pesan dari teks BSu ke BSa.
34
1.6.5.2 Strategi Penerjemahan Penerjemah menggunakan metode apapun yang dipilih, tidak akan terlepas akan masalah penerjemahan. Oleh sebab itu, pemilihan strategi yang tepat sangat penting. Strategi penerjemahan adalah prosedur yang digunakan penerjemah untuk memecahkan masalah yang muncul ketika proses penerjemahan (Molina dan Albir, 2002:508).
1.6.5.3 Teknik Penerjemahan Teknik
penerjemahan
adalah
prosedur
untuk
menganalisis
dan
mengklasifikasikan kesepadanan hasil terjemahan (Molina dan Albir, 2002:509). Molina dan Albir (2002:510-511) mengajukan 18 teknik penerjemahan yaitu: 1) adaptasi (adaptation) yakni mengganti istilah kebudayaan BSu ke istilah yang ada dalam BSa, misalnya as white as snow menjadi seputih kapas. 2) amplifikasi (amplification) yakni menambah beberapa detail/rincian BSu ke BSa, misalnya zaka>t menjadi zaka>t, the poor-due. 3) peminjaman (borrowing) yakni mengambil kata dari BSu secara murni atapun disesuaikan dengan ejaan BSa, misalnya salmon menjadi salmu>n „ikan salmon‟, 4) calque yakni penerjemahan harfiah sebuah kata dan frase TSu, baik secara leksikal maupun struktural, secretariat general menjadi sekretaris jendral.
35
5) kompensasi (compensation) yakni memberikan unsur informasi ataupun efek stilistika BSu pada TSa, innalla>ha yuh}ibbu al-muqtasit}i>na menjadi Lo! Allah loveth the equitable „sesungguhnya allah menyukai orang-orang yang adil.‟ 6) deskripsi (description) yakni mengganti istilah BSu dengan deskripsi dari bentuk atau fungsinya ke dalam TSa, misalnya Isa menjadi the Messiah the son of Mary. 7) kreasi diskursif (discursive creation) yakni penciptaan kesepadaan sementara di luar konteks secara tidak terprediksi sebelumnya, misalnya Aisyah menjadi Aisha mother of the believers. 8) kesepadanan lazim (established equivalent) yakni menggunakan istilah yang diakui, misalnya efektif dan efisien dibandingkan sangkil dan mangkus. 9) generalisasi (generalization) yakni menggunakan istilah yang lebih umum atau netral, misalnya ibil, jamal, kubbah, muga>r menjadi camel „unta‟. 10) amplifikasi linguistik (linguistic amplification) yakni menambah unsur linguistik dalam TSa yang biasanya diterapkan pada pengalihbahasaan konsekutif atau sulih suara (dubbing), misalnya nggak! menjadi no way! 11) kompresi linguistik (linguistic compression) yakni mengurangi unsur linguistik dalam TSa yang biasanya digunakan pada pengalihbahasaan secara simultan atau penerjemahan teks film, misalnya no at all! menjadi nggak! 12) penerjemahan harfiah (literal translation) yakni menerjemahkan kata demi kata, she is reading a novel menjadi dia sedang membaca novel.
36
13) modulasi (modulation) yakni mengubah sudut pandang, fokus, atau, kategori kognitif baik secara leksikal maupun struktural, she is going to have a baby menjadi dia akan menjadi ibu. 14) partikularisasi (particularization) yakni menggunakan istilah yang lebih khusus atau konkrit, say menjadi menjawab. 15) reduksi (reduction) yakni mengurangi informasi TSu dalam TSa, Eid al-Fit}r – the feast marking the end of the fast of Ramadan menjadi Eid al-Fit}r. 16) substitusi (substitution) yakni mengganti unsur linguistik dengan unsur paralinguistik (intonasi dan isyarat), misalnya isyarat orang arab dengan meletakkan tangan di dada yang berarti thank you. 17) transposisi (transposition) yakni mengganti kategori gramatikal, misalnya the tart is delicious menjadi roti enak. 18) variasi (variation) yakni mengganti unsur linguistik dan paralinguistik menjadi indikator dialek karakter dalam penerjemahan film dan menjadi suara dalam pembacaan cerita untuk anak.
1.6.5.4. Metode Penerjemahan Metode penerjemahan adalah cara yang diterapkan dalam proses penerjemahan tertentu untuk memperoleh tujuan penerjemahan. Dengan kata lain,
37
metode merupakan pilihan global yang memengaruhi keseluruhan teks (Molina dan Albir, 2002:507-508). Newmark (1988:45) membagi beberapa metode dalam penerjemahan sebuah teks dalam dua kategori. Kategori pertama berorientasi pada BSu: 1) metode penerjemahan kata demi kata (word for word translation) yakni penerjemahan kata demi kata secara urut tanpa memperhatikan konteks. 2) metode penerjemahan harfiah (literal translation) masih sama dengan penerjemahan kata demi kata, tidak memperhatikan konteks, namun kontruksi gramatikal BSu sudah diubah mendekati struktur gramatikal BSa. 3) metode penerjemahan setia (faithful translation) yaitu mencoba untuk menghasilkan makna kontekstual namun masih menggunakan stuktur gramatikal BSu. 4) metode penerjemahan semantik (semantic translation) sudah mulai mengalihkan unsur estetika atau makna kontekstual BSu dengan pendekatan sintaksis dan semantik BSa. Pembagian metode kedua berorientasi pada BSa, yakni 1) metode adapatsi (adaptation) yang mengalihkan budaya BSu ke BSa secara bebas, seolah-seolah bukan teks terjemahan, biasanya digunakan pada penerjemahan drama dan puisi. 2) metode penerjemahan bebas (free translation) berusaha menyampaikan pesan BSu dengan struktur BSa. 3) metode penerjemahan idiomatik (idiomatic translation) mencoba menyampaikan pesan BSu dengan merusak nuansa makna yang terkandung dengan jalan pemakaian kolokial dan idiom yang tidak ada dalam BSu. 4) metode penerjemahan komunikatif (communicative translation) mengalihkan makna kontesktual secara tepat sehingga langsung dapat dipahami oleh pembaca sasaran.
38
Metode-metode tersebut digambarkan Newmark ke dalam diagram V sebagai berikut. SL Emphasis Word-for-word translation Literal translation Faithful translation Semantic translation
TL Emphasis Adaptation Free translation Idiomatic translation Communicative translation (Newmark, 1988:45)
1.6.5.5. Ideologi Penerjemahan Penggunaan metode dan teknik penerjemahan akan menunjukkan ideologi domestikasi atau foreignisasi yang dipilih penerjemah. Menurut Venuti (1995:20), domestication adalah an ethnocentric reduction of the foreign text to targetlanguage cultural values, bring the author back home, sedangkan foreignization adalah an ethnodeviant pressure on those (cultural) values to register the linguistic and cultural difference of the foreign text, sending the reader abroad. Dengan kata lain, domestikasi menunjukkan tipe penerjemahan yang jelas dan fasih yang meminimalisasi adanya bentuk asing dalam TSu bagi pembaca BSa, sebaliknya foreignisasi adalah tipe penerjemahan yang masih mempertahankan bentuk asing pada TSu yang tidak sesuai dengan konvensi BSa.
39
1.7 Metode 1.7.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut Muhammad, penelitian kualitatif adalah aktivitas atau proses “memahami” hakikat fenomena dengan latar alamiah, dengan berporos pada data deskriptif yang disediakan dengan trianggulasi untuk dianalisis sehingga menghasilkan pemahaman yang holistik berdasarkan perspektif partisipan yang sesuai dengan konteksnya (Muhammad, 2011:31).
1.7.2 Sumber Data Sumber data terkait dengan dari siapa, apa, dan mana informasi mengenai fokus penelitian diperoleh. Data secara lokasional dapat berasal konteks, dokumen, dan informan (Muhammad, 2011:31). Data penelitian ini diambil dari Al-Quran terjemahan bahasa Inggris karya Muhammad Marmaduke Pickthall versi online dari al-quran.info kemudian disesuaikan dengan versi cetak The Meaning Translation of the Glorious Quran (The Final Revelation): An Explanatory Translation yang diterbitkan di Malaysia oleh penerbit AS Noordeen.
1.7.3 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak atau observasi (Kesuma, 2007:43). Metode simak ini terdiri dari teknik dasar dan teknik lanjutan.
40
Teknik dasar yaitu teknik sadap yang pelaksanaannya dengan menyadap penggunaan bahasa lisan atau tertulis. Data penelitian ini berbentuk tulisan, yakni Al-Quran terjemahan bahasa Inggris sehingga data yang disimak adalah penggunaan bahasa tertulis. Teknik lanjutan berupa teknik simak bebas libat cakap, kemudian pencatatan data, dan kemudian dilakukanlah pengklasifikasian data. Berikut adalah langkah-langkah pengumpulan data secara rinci. Pertama, peneliti akan membaca dan mencari verba qa>la yang ada dalam Al-Quran berdasarkan indeks Al-Quran yang berjudul Al-Mu‘jam al-Mufahras li Alfaz}il
Qur’anil Kari>m karya al-Ba>q>i. Dari indeks Al-Quran tersebut terkumpul qa>la dalam seluruh Al-Quran berjumlah 528. Kedua, peneliti mengumpulkan data terjemahan bahasa Inggris sesuai dengan ayat-ayat yang telah ditemukan yang memiliki verba qa>la. Ketiga, peneliti mendaftar dan memasukkan data bahasa Arab
dan
bahasa
Inggris
ke
dalam
tabel
agar
memudahkan
untuk
pengklasifikasian. Keempat, peneliti mengklasifikasikan variasi terjemahan verba qa>la tersebut.
1.7.4 Analisis Data Analisis data penelitian ini menggunakan metode padan. Metode padan adalah metode analisis data yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto melalui Kesuma, 2011:47). Metode padan terdiri atas teknik dasar
41
dan teknik lanjutan. Teknik dasar berupa teknik pilah unsur penentu yang berarti memilah-milah satuan kebahasaan yang dianalisis dengan alat penentu yang berupa daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh peneliti (Kesuma, 2011:51). Sesuai dengan data bahasa yang merupakan teks terjemahan yang berarti jenis penentu adalah bahasa lain, maka dipakailah daya pilah translasional. Data BSu yang berupa bahasa Arab dibandingkan dengan BSa yaitu bahasa Inggris. Selanjutnya, penggunaan teknik lanjutan yang berupa teknik hubung banding memperbedakan. Teknik hubung banding memperbedakan adalah teknik analisis data yang alat penentunya berupa daya banding memperbedakan di antara satuan-satuan kebahasan yang ditentukan identitasnya (Kesuma, 2011:53). Teknik ini untuk mengetahui perbedaan penggunaan terjemahan verba qa>la dalam bahasa Inggris dan latar belakang (faktor-faktor) penggunaan verba-verba tersebut. Faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan verba qa>la diketahui dengan memperhatikan koteks dan konteks yang menyandinginya. Koteks dilihat dari informasi lingkungan kebahasaan seperti susunan kalimat, bentuk verba, kala, aspek, modus, dan unsur kebahasaan lainnya. Konteks dilihat dari informasi atau background di luar kebahasaan berupa peristiwa, pelibat, dan maksud dalam peristiwa tutur yang didasarkan pada Al-Quran terjemahan bahasa Indonesia Kementrian Agama dan terjemah tafsir Al-Quran karya Maraghi. Setelah diketahui faktor-faktor penggunaan verba-verba tersebut, peneliti menentukan teknik, metode, dan ideologi penerjemahan yang digunakan. Untuk mendapatkan tafsiran makna yang sesuai dengan penggunaan bahasa Inggris, peneliti menggunakan kamus Oxford dan Cambridge. Selain itu,
42
peneliti juga melakukan validasi data kepada salah seorang responden penutur bahasa Inggris. Responden tersebut adalah Julie Gaynes yakni seorang wanita berusia 24 tahun dari Chicago, Illinois, Amerika Serikat. Ia lulusan dari Oberlin College yang ditugaskan sebagai dosen tamu di Universitas Gadjah Mada.
1.7.5 Penyajian Data Tahap penyajian hasil analisis data dapat dilakukan secara informal dan formal (Kesuma, 2011:71). Penyajian hasil analisis data pada penelitian akan menggunakan kata-kata biasa, sehingga disebut penyajian hasil analisis data secara informal (Sudaryanto melalui Kesuma, 2011:71).
1.8 Sistematika Penulisan Hasil penelitian ini akan dibagi menjadi empat bab. Bab I, pendahuluan, yang menguraikan latar belakang masalah penerjemahan verba qa>la bahasa Arab ke dalam bahasa Inggris, beserta rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II mendeskripsikan bentuk-bentuk terjemahan verba qa>la ke dalam bahasa Inggris dalam Al-Quran karya Pickthall. Bab III akan memaparkan berbagai faktor-faktor yang memengaruhi adanya perbedaan leksikon terjemahan verba qa>la ke dalam bahasa Inggris karya Pickthall. Bab IV merupakan penutup yang berisi kesimpulan-kesimpulan mengenai pembahasan sebelumnya, dan saran.