BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah: Adanya era otonomi daerah memungkinkan bahwa setiap kota dan kabupaten dapat mengembangkan potensi wisata yang ada di daerah masing-masing. Potensi wisata tersebut sejatinya merupakan aset berharga yang jika dikemas secara optimal akan mampu memberikan sumbangan positif terhadap suatu daerah. Negara kita Indonesia memiliki daerah tujuan wisata yang sangat potensial. Potensi wisata tersebut dapat dilihat dari aspek daya tarik alam dan budaya yang dimiliki tiap-tiap daerah. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki banyak potensi wisata menarik di dalamnya adalah Gunungkidul. Gunungkidul merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas wilayah mencapai 46% dari keseluruhan luas provinsi. Bentang alam Gunungkidul terdiri dari dataran tinggi dan didominasi pegunungan karst yang membentang hingga ke arah selatan Pulau Jawa, serta terbagi dalam tiga topografi wilayah yang ditujukan sebagai zona pengembangan daerah oleh pemerintah lokal. Di Kabupaten Gunungkidul kini telah bertumbuh dan berkembang destinasi-destinasi wisata baru yang dulunya belum dikenal oleh masyarakat luas. Daya tarik wisata yang terdapat di Kabupaten Gunungkidul meliputi pantai, gunung, hutan, air terjun, goa, embung, sungai, serta desa wisata. Sepanjang tahun 2014, 1
2
potensi wisata Gunungkidul mampu menyedot kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara hingga mencapai 1.955.817 wisatawan dan memberi kontribusi positif terhadap pendapatan asli daerah (PAD) sebesar Rp15.420.475.4271 Kabupaten Gunungkidul sendiri juga mempunyai banyak daya tarik wisata, antara lain Pantai Kukup, Pantai Baron, Pantai Krakal, Pantai Ngrenehan, Pantai Sadeng, Pantai Wediombo, Gunung Nglanggeran, Gunung Gambar, Goa Pindul, Goa Kalisuci, Goa Rancang Kencono, dan Air Terjun Sri Gethuk. Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke Gunungkidul, dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1 Data Jumlah Pengunjung dan Retribusi Wisatawan ke Gunungkidul Retribusi Tahun
Pengunjung (RP)
2010
548.857
1.717.973.708
2011
616.696
2.186.912.571
2012
1.000.387
3.932.090.845
2013
1.337.438
6.118.756.000
2014
1.955.817
15.420.475.427
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Gunungkidul, 2015 Tabel 1 memperlihatkan tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Gunungkidul mengalami kenaikan sebesar 1.406.960 pengunjung dari tahun 2010 1
DinasKebudayaandanKepariwisataanKabupatenGunungkidul
3
hingga tahun 2014. Pada tahun 2010, pendapatan retribusi sebesar Rp1.717.973.708, dan melonjak 9 kali lipat pada tahun 2014 menjadi Rp15.420.475.427. Tabel tersebut menunjukkan bahwa daya tarik wisata yang disuguhkan di Kabupaten Gunungkidul mampu menyedot jutaan wisatawan sehingga mendongkrak PAD dari hasil pendapatan retribusi yang telah masuk. Desa wisata merupakan bagian dari daya tarik wisata yang terdapat di Kabupaten Gunungkidul. Adapun desa tersebut antara lain, Desa Wisata Nglanggeran, Desa Wisata Bejiharjo, Desa Wisata Bleberan, Desa Wisata Umbulrejo, Desa Wisata Pacarejo, Desa Wisata Gunung Ireng, Desa Wisata Mojo, Desa Wisata Bobung, Desa Wisata Mulo, Desa Wisata Kemadang, Desa Wisata Ngestirejo, Desa Wisata Wonosadi, Desa Wisata Jelok, Desa Wisata Sundak, dan Desa Wisata Turunan. Suatu desa dapat dijuluki sebagai desa wisata apabila memenuhi beberapa kriteria, salah satunya yaitu harus ada atraksi wisata di dalamnya. Atraksi wisata tersebut mencakup alam, budaya, dan hasil ciptaan manusia. Contoh atraksi wisata berbentuk alam yaitu Gunung Api Purba Nglanggeran di Desa Wisata Nglanggeran, Goa Pindul di Desa Wisata Bejiharjo, Air Terjun Sri Gethuk di Desa Wisata Bleberan, atraksi wisata berbentuk budaya misalnya kesenian tradisional, upacara adat, serta makanan tradisional di berbagai desa wisata yang diwariskan secara turuntemurun, sedangkan atraksi wisata dari hasil ciptaan manusia contohnya Situs Purbakala Bleberan di Desa Wisata Bleberan, Artefak Sokoliman di Desa Wisata Bejiharjo, dan Arca Nglanggeran di Desa Wisata Nglanggeran.
4
Selain atraksi, amenitas merupakan hal pokok penunjang suatu desa wisata. Wisatawan yang datang ke suatu kawasan wisata pasti menginginkan lebih dari sekedar menikmati keindahan alam dan kesejukan udara, tetapi mereka juga membutuhkan fasilitas dan akomodasi yang memadai. Akomodasi yang berada di desa wisata pada umumnya berupa homestay yang dibangun di rumah-rumah warga. Berikut ini merupakan daftar homestay beberapa desa wisata beserta kapasitasnya di Kabupaten Gunungkidul yang dirinci pada tabel 2: Tabel 2 Data Homestay di Gunungkidul
No
Jumlah
Kapasitas
(Rumah)
(Orang)
Lokasi
1
Desa Wisata Nglanggeran, Patuk
80
180
2
Desa Wisata Bobung, Patuk
25
50
3
Desa Wisata Bejiharjo, Karangmojo
70
250
4
Desa Wisata Bleberan, Playen
30
40
5
Desa Wisata Mojo, Semanu
3
10
6
Desa Wisata Umbulrejo, Ponjong
3
100
7
Desa Wisata Jelok, Patuk
10
90
8
Desa Wisata Gunung Ireng
5
40
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Gunungkidul, 2015
5
Dari beberapa desa di Kabupaten Gunungkidul, Desa Wisata Bleberan menjadi salah satu desa yang memberikan sumbangsih besar dalam meningkatkan pendapatan asli daerah. Desa Wisata Bleberan merupakan desa di Kecamatan Playen yang kemudian dikenal oleh masyarakat luas melalui kepariwisataannya. Masyarakat di Desa Bleberan pada umumnya merupakan masyarakat petani yang pendapatannya tidak menentu, bahkan pada musim kemarau secara ekonomi dapat dikatakan rendah karena kondisi fisik Gunungkidul yang cenderung kering dan tandus. Namun setelah diresmikannya pembukaan destinasi wisata baru yaitu Goa Rancang Kencono dan Air Terjun Sri Gethuk, terlihat bahwa destinasi baru tersebut telah memberikan kontribusi dalam peningkatan ekonomi masyarakat di Desa Wisata Bleberan. Munculnya dua destinasi di Desa Wisata Bleberan tersebut secara tidak langsung telah membentuk lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat lokal, misalnya pembukaan usaha kuliner, pendirian homestay di rumah-rumah warga, pengelolaan parkir, pembentukan pemandu wisata, serta pembukaan jasa transportasi. Melihat hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti seberapa besar peran Desa Wisata Bleberan terhadap peningkatan perekonomian masyarakat sekitarnya dengan mengambil judul “Peranan Desa Wisata Bleberan Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta Terhadap Peningkatan Ekonomi Masyarakat”. Penulis mengemukakan hipotesis bahwa dengan adanya kegiatan pariwisata maka terjadi peningkatan ekonomi masyarakat di Desa Wisata Bleberan Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta.
6
1.2 Rumusan Masalah: Berdasarkan latar belakang yang telah tertera di atas maka penulis memilih untuk fokus terhadap satu masalah yang akan dibahas pada penelitian ini. Rumusan tersebut adalah seberapa besar kontribusi yang diberikan Desa Wisata Bleberan terhadap peningkatan ekonomi masyarakat sekitarnya?
1.3 Tujuan Penelitian: Tujuan penelitian berkaitan dengan peranan pariwisata terhadap peningkatan ekonomi masyarakat, yaitu untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang diberikan Desa Wisata Bleberan terhadap peningkatan ekonomi masyarakat sekitarnya.
1.4 Manfaat Penelitian: a. Manfaat Teoretis: Bagi ilmu kepariwisataan agar dapat digunakan lebih lanjut khususnya dalam hal optimalisasi kawasan wisata yang terkait karena mampu memberikan manfaat positif bagi perekonomian masyarakat. b. Manfaat Praktis: 1. Agar dapat menyumbangkan pemikiran pada bidang kepariwisataan di Desa Wisata Bleberan.
7
2. Memberikan informasi dan gambaran mengenai peranan pariwisata kepada pihak pengelola Desa Wisata Bleberan terhadap peningkatan perekonomian masyarakat lokal. 3. Bagi penulis agar dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai dampak destinasi wisata terhadap perekonomian masyarakat setempat. 4. Bagi penulis agar dapat menerapkan ilmu yang didapat selama masa perkuliahan serta meningkatkan profesionalisme pada bidang pariwisata.
1.5 Tinjauan Pustaka: Pertama, Skripsi yang ditulis oleh Nurdiyanto (2015) dengan judul Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata (Studi di Desa Wisata Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul). Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan metode deskriptif kualitatif yang menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data. Hasil dari penelitian ini adalah masyarakat terlibat dalam empat tahap partisipasi yaitu tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap pengambilan manfaat, dan tahap evaluasi. Terdapat dua bentuk partisipasi masyarakat yaitu partisipasi yang berwujud (nyata) meliputi partisipasi uang, partisipasi tenaga, dan partisipasi keterampilan, sedangkan partisipasi yang tidak berwujud (abstrak) yaitu partisipasi ide dan partisipasi pengambilan keputusan. Keikutsertaan masyarakat dalam pengembangan desa wisata didorong oleh beberapa faktor, yaitu motivasi dan manfaat yang diharapkan
8
masyarakat. Persamaan penelitian Nurdiyanto dengan penelitian penulis terletak pada objek penelitian yang sama, yaitu di Desa Wisata Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunugkidul. Persamaan lainnya adalah sama-sama menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi sebagai pengumpulan data. Namun, perbedaan penelitian Nurdiyanto dengan penelitian penulis terletak pada fokus penelitiannya. Penelitian oleh Nurdiyanto fokusnya mengenai partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Bleberan, sedangkan penulis lebih fokus pada kontribusi Desa Wisata Bleberan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Kedua, Tesis oleh Sugiharto (2008) yang berjudul “Kajian Peran Pariwisata Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Lokal Di Kabupaten Demak (Studi Kasus: Masjid Agung Demak Dan Makam Sunan Kalijaga)”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan melakukan pengumpulan data primer dan sekunder, sedangkan metode analisa yang dipakai adalah metode analisis tabulasi data dan analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pariwisata mempunyai peranan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal di Kabupaten Demak dari kepemilikan usaha pariwisata dan penyerapan tenaga kerja, namun secara keseluruhan peran pariwisata tersebut belum cukup berarti kalau dilihat dari besarnya pasokan barang non lokal serta tingkat pendapatan pemilik usaha pelayanan yang relatif kecil. Faktor pengaruh yang dominan adalah segmen pasar wisatawan. Jika dilakukan perbandingan antara penelitian Sugiharto dengan yang akan penulis teliti, terlihat kesamaannya pada
9
sasaran penelitian yaitu sama-sama meneliti terkait peran pariwisata terhadap perekonomian masyarakat lokal. Perbedaan penelitian yang ditulis oleh Sugiharto dengan penelitian penulis adalah tema penelitian dan metode yang digunakan. Penelitian oleh Sugiharto mengambil tema peran pariwisata religi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat, sedangkan penulis mengambil tema peranan desa wisata dalam meningkatkan ekonomi masyarakat. Selanjutnya, penelitian oleh Sugiharto menggunakan metode deskriptif dengan analisis tabulasi data dan analisis kualitatif, sedangkan penulis menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Ketiga, Disertasi yang ditulis oleh Utama (2006) dengan judul “Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kinerja Perekonomian Dan Perubahan Struktur Ekonomi Serta Kesejahteraan Masyarakat Di Provinsi Bali”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui
pengaruh
perkembangan
pariwisata
terhadap
kinerja
perekonomian, perubahan struktur ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Bali. Metode analisis yang digunakan dalam studi ini adalah analisis jalur (path analysis) yang dilengkapi dengan Social Accounting Matrix (SAM) untuk dapat mengetahui dampak perubahan kunjungan wisatawan terhadap kinerja perekonomian Provinsi Bali. Hasil analisis penelitian tersebut secara umum menyimpulkan bahwa perkembangan
pariwisata
berpengaruh
secara
langsung
terhadap
kinerja
perekonomian serta berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perubahan struktur ekonomi. Perbedaan penelitian yang ditulis oleh Utama dengan penelitian yang penulis lakukan terletak pada daerah penelitian dan metode analisis yang
10
digunakan. Metode analisis oleh Utama menggunakan analisis jalur (path analysis) yang dilengkapi dengan Social Accounting Matrix (SAM), sedangkan penulis menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Keempat, di daerah Batu, Jawa Timur terdapat artikel serupa yang ditulis oleh Luthfi (2013) dalam Jurnal Ilmiah berjudul “Peran Pariwisata Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Di Sektor Lapangan Pekerjaan Dan Perekonomian Tahun 2009-2013 (Studi Kasus: Kota Batu)”. Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif fenomenologi serta teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pariwisata memiliki peran positif terhadap kesejahteraan masyarakat Kota Batu di sektor lapangan pekerjaan dan perekonomian. Hal tersebut terlihat dari analisis pendapatan responden serta pernyataan dari responden secara langsung. Dari pernyataan yang diberikan masing-masing responden bahwa responden merasakan terjadi peningkatan pada pendapatan mereka, serta responden merasakan bahwa dengan adanya pembangunan di sektor pariwisata dapat meningkatkan perekonomian. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian penulis adalah dari metode yang digunakan. Penelitian yang ditulis oleh Luthfi menggunakan metode kualitatif fenomenologi, sedangkan penelitian yang akan penulis lakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Persamaan penelitian oleh Luthfi dengan yang akan penulis teliti adalah sama-sama menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi serta sasaran penelitiannya sama-sama meningkatkan perekonomian masyarakat dari peranan pariwisata.
11
Kelima, Skripsi yang disusun oleh Andesta (2014) dengan judul “Dampak Destinasi Wisata Taman Satwa Kandi Terhadap Perekonomian Masyarakat Lokal Kawasan Pasca Tambang Batubara, Sawahlunto, Sumatera Barat”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik wawancara terpimpin yang kemudian data tersebut di analisis secara deskriptif kualitatif serta statistik deskriptif. Dari hasil penelitian dapat diungkapkan, bahwa latar belakang pembangunan objek wisata Taman Satwa Kandi untuk membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan perekonomian masyarakat lokal. Taman Satwa Kandi menunjukkan keberhasilan dengan membuka lapangan pekerjaan dan berkontribusi bagi perekonomian karyawan. Perbedaan penelitian yang ditulis Andesta dengan penelitian yang penulis teliti adalah dari objek penelitiannya. Penelitian oleh Andesta mengambil objek penelitian Destinasi Wisata Taman Satwa Kandi yang terletak di Sawahlunto, Sumatera Barat, sedangkan objek penelitian yang diteliti oleh penulis adalah Desa Wisata Bleberan yang terletak di Gunungkidul, Yogyakarta. Persamaan penelitian oleh Andesta dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah sama-sama menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara terpimpin. Keenam, Skripsi yang ditulis oleh Dhiajeng (2013) dengan judul “Dampak Ekonomi Pariwisata Desa Wisata Tembi Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Masyarakat Lokal”. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode survey dan analisis induktif. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, wawancara, dan pengamatan langsung. Tujuan penelitian ini
12
adalah untuk mengetahui upaya pemberdayaan masyarakat yang ada di Desa Tembi dalam menciptakan kegiatan ekonomi bagi masyarakat lokal, dan mengetahui dampak ekonomi dari ditetapkannya Desa Wisata Tembi terhadap penduduk lokal. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa dampak ekonomi pariwisata yang ditimbulkan dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat Desa Wisata Tembi yang ikut terjun langsung dalam kegiatan pariwisata. Kesamaan penelitian oleh Dhiajeng dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah sama-sama mengusung tema tentang desa wisata terhadap kehidupan ekonomi masyarakatnya. Namun, perbedaan penelitian oleh Dhiajeng dengan penelitian penulis terlihat pada objek penelitian dan pengumpulan data yang dilakukan. Penelitian oleh Dhiajeng yaitu di Desa Wisata Tembi, sedangkan objek penelitian penulis adalah Desa Wisata Bleberan. Selanjutnya, pengumpulan data pada penelitian Dhiajeng menggunakan kuesioner, wawancara, dan pengamatan langsung, sedangkan penelitian penulis tidak memakai kuesioner dalam pengumpulan datanya tetapi melalui wawancara, pengamatan langsung, dan dokumentasi. Kemudian, perbedaan lainnya adalah fokus penelitian oleh Dhiajeng adalah untuk mengetahui dampak ekonomi di desa wisata terhadap masyarakat yaitu terdapat dampak positif dan negatif, sedangkan penelitian penulis lebih berfokus pada kontibusi positif yang diberikan desa wisata terhadap peningkatan ekonomi masyarakat. Ketujuh, makalah yang disampaikan oleh Marsono (2016) dalam The Second International Symposium On Hospitality And Tourism dengan judul “Bleberan Tourist Village Of Gunungkidul : Component Analysis Of Its Attraction, Product,
13
Management And Marketing”. Penelitian ini bertujuan mengungkapkan komponen daya tarik Desa Wisata Bleberan atas produk wisata yang ditawarkan/dijual, manajemen pengelolaan, hasil produk, dan pemasaran. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komponen daya tarik wisata. Persamaan penelitian Marsono dengan penelitian penulis terletak pada objek penelitiannya, yaitu samasama mengambil objek Desa Wisata Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun, perbedaan penelitian Marsono dengan penelitian penulis terletak pada fokus penelitiannya. Penelitian oleh Marsono fokusnya mengenai analisis komponen daya tarik Desa Wisata Bleberan, sedangkan penulis lebih berfokus pada kontribusi Desa Wisata Bleberan terhadap peningkatan ekonomi masyarakat sekitarnya. Bertitik tolak dari berbagai pendapat di atas, dinyatakan bahwa penelitian sesuai dengan judul, yaitu “Peranan Desa Wisata Bleberan Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta Terhadap Peningkatan Ekonomi Masyarakat” belum pernah dikerjakan sebelumnya.
1.6 Landasan Teori: Dampak pariwisata menurut Wahab dalam Andesta (2010) disebut dengan “makna pariwisata” merupakan faktor penting dalam pengembangan ekonomi. Meningkatnya kegiatan pariwisata akan mendorong perkembangan beberapa sektor ekonomi masyarakat, diantaranya munculnya industri jasa, seperti: usaha dan toko cinderamata, usaha akomodasi (hotel, motel, pondok wisata, dan perkemahan), usaha
14
transportasi, menambah permintaan hasil pertanian, dan akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan negara. Menurut Spillane (1987:138) manfaat yang dapat diberikan sektor pariwisata adalah: a. Membuka kesempatan kerja Industri pariwisata merupakan kegiatan mata rantai yang sangat panjang, sehingga banyak membuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekitarnya b. Menambah pemasukan/pendapatan masyarakat daerah Di daerah pariwisata tersebut masyarakat dapat menambah pendapatan dengan menjual barang dan jasa. Misal: restoran, hotel, biro perjalanan, pramuswisata, barang-barang souvenir c. Menambah devisa negara Dengan makin banyaknya wisatawan asing yang datang ke Indonesia maka akan semakin banyak devisa yang diterima d. Merangsang pertumbuhan kebudayaan asli Indonesia Kebudayaan yang sudah ada di Indonesia dapat tumbuh karena adanya pariwisata. Wisatawan asing banyak yang ingin melihat kebudayaan asli Indonesia yang tak ada duanya, sehingga kebudayaan asli itu dipertahankan kelestariannya. Dengan demikian kebudayaan asli tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan suburnya
15
e. Menunjang gerak pembangunan di daerah Di daerah pariwisata banyak timbul pembangunan jalan, hotel, restoran, dan lain-lain, sehingga pembangunan di daerah itu lebih maju Dari sisi permintaan, dampak industri parwisata menyusup ke berbagai kegiatan perekonomian dan menyebar secara cepat melalui beragam industri terkait. Dampak ekonomi itu mencakup spektrum kebijakan yang luas, menyangkut kesempatan berusaha, kesempatan kerja, transportasi, akomodasi, prasarana, pengembangan wilayah, perpajakan, perdagangan, dan lingkungan (Yoeti 2008:49). Menurut Suwena dan Widjatmaja (2010:138) dampak positif pariwisata terhadap ekonomi yaitu: a. Membuka lapangan kerja bagi penduduk lokal di bidang pariwisata b. Dibangunnya fasilitas infrastruktur yang lebih baik demi kenyamanan para wisatawan yang juga secara langsung dan tidak langsung bisa dipergunakan oleh penduduk lokal pula c. Menambah devisa (national balance payment) melalui pertukaran mata uang asing (foreign exchange) d. Mendorong seseorang untuk berwirausaha atau wirausaha Yoeti (2008:21) memaparkan bahwa, pariwisata memberikan dampak positif dalam meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan pendapatan masyarakat, sebagai akibat multiplier effect yang terjadi dari pengeluaran wisatawan yang relatif cukup besar itu. Leiper dalam Pitana (2009:184) menjelaskan bahwa, multiplier effect merupakan efek ekonomi yang ditimbulkan kegiatan ekonomi
16
pariwisata terhadap kegiatan ekonomi secara keseluruhan suatu wilayah tertentu. Multiplier effect menunjukkan perputaran bagus dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari hasil pengeluaran wisatawan yang cukup besar. Hal itu terjadi karena kedatangan wisatawan secara langsung dan tidak langsung akan menggerakkan roda perekonomian di suatu destinasi. Dengan melihat beberapa pendapat di atas maka penulis menyimpulkan bahwa kegiatan pariwisata mempunyai peranan besar terhadap sektor perekonomian masyarakat.
1.7 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan membuat deskripsi atas suatu fenomena sosial/alam secara sistematis, faktual, dan akurat. Disamping itu, penelitian ini sering juga digunakan untuk menguji suatu hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai berbagai peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat (Wardiyanta 2006:5). Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti antara lain: a. Observasi Pada teknik ini, peneliti melakukan observasi langsung terkait dengan peranan pariwisata di Desa Wisata Bleberan terhadap peningkatan ekonomi masyarakat
setempat.
Observasi
ini
meliputi
pengamatan
langsung,
pengambilan data, serta dokumentasi yang berlangsung pada bulan Januari –
17
Juli 2016. Data yang diteliti mencakup jenis usaha warung, homestay, jasa transportasi, serta para pelaku wisata yang terlibat di Desa Wisata Bleberan. b. Wawancara Pada teknik ini peneliti melakukan wawancara terstruktur dengan cara tanya jawab lisan dan tatap muka langsung kepada pengelola, karyawan, dan pemilik usaha di Desa Wisata Bleberan yang mengacu pada daftar pertanyaan. Data yang dibutuhkan terdiri dari usaha warung, homestay, parkir, retribusi, jasa transportasi lokal, guide lokal, serta produk yang terdapat di Desa Wisata Bleberan. Data yang ditanyakan adalah mengenai jumlah pelaku wisata, jenis pekerjaan dan usaha di sektor pariwisata, manajemen pengelolaan wisata, pendapatan
retribusi,
pendapatan
masyarakat
sebelum
dan
sesudah
kemunculan industri pariwisata, pendapatan Desa Wisata Bleberan, serta kontribusi yang diberikan Desa Wisata Bleberan terhadap kehidupan ekonomi masyarakat sekitarnya. Wawancara dilakukan peneliti pada bulan Februari – Juni 2016. c. Studi Pustaka Pada teknik ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan sumber dari perpustakaan, jurnal, skripsi, tugas akhir, tesis, dan mencari informasi melalui internet mengenai objek wisata yang diteliti, peranan dari objek wisata, serta pengaruhnya terhadap peningkatan ekonomi masyarakat lokal. Data yang dibutuhkan terdiri dari tinjauan pustaka, teoriteori, dan profil seputar objek wisata yang diteliti.
18
Metode Analisis Data Setelah semua data kepariwisataan yang berkaitan dengan peranan pariwisata terhadap peningkatan ekonomi masyarakat lokal terkumpul, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Metode analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu metode penelitian dengan prosedur mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode, mengategorikan, mengartikan, dan menginterpretasikan atau menafsirkan (Utama dan Mahadewi 2012). Tahap pertama adalah mengumpulkan data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan studi pustaka. Pada tahap ini merupakan usaha untuk mendapatkan data yang akurat terhadap masalah penelitian. Tahapan tersebut dilakukan sebagai usaha untuk mendapatkan gambaran langsung dan sejumlah sasaran pokok penelitian terkait dengan kontribusi yang diberikan Desa Wisata Bleberan terhadap perekonomian masyarakat. Selanjutnya merupakan tahap dalam penyajian data dan menganalisis data yang diperoleh sesuai dengan tujuan dari penelitian. Tahap ini memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan serta pengambilan tindakan berdasarkan pemahaman yang diperoleh dari analisis data, dan tahap analisis ini adalah membuat transkrip dari setiap wawancara yang dilakukan. Untuk wawancara yang tidak dapat direkam, ditulis dengan menggunakan catatancatatan kecil. Kemudian transkrip dari berbagai informan tersebut dikelompokkan sesuai dengan kategori informan. Setelah terkumpul menjadi satu kategori, transkip tersebut dibaca kembali dan memilah jawaban informan sesuai dengan kategori pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan tersebut dikategorikan sesuai dengan pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian. Jawaban yang beragam kemudian dibaca
19
ulang sehingga dari jawaban tersebut dapat dilihat posisi seorang informan dalam merespon suatu pertanyaan. Dengan demikian data tersebut dapat dianalisis sesuai teori yang ada dan mendapatkan kesimpulannya.
1.8 Sistematika Penulisan Adapun sistematika yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini terdiri dari beberapa bab, diantaranya: a. Bab I
: PENDAHULUAN Dalam BAB I, berisikan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
b. Bab II
: GAMBARAN UMUM Dalam BAB II, peneliti memaparkan profil umum mengenai Desa Wisata Bleberan yang meliputi sejarah singkat, kondisi geografis, aksesibilitas, pemerintahan, kondisi demografi, dan perekonomian Desa Bleberan. Selanjutnya peneliti memaparkan produk-produk wisata yang ada, manajemen pengelolaan, jumlah pengunjung, serta pendapatan retribusi dalam setiap tahunnya di Desa Wisata Bleberan.
c. Bab III
: PEMBAHASAN Dalam BAB III, peneliti membahas mengenai permasalahan penelitian yang telah dirumuskan pada BAB I mengenai peranan
20
Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul terhadap peningkatan ekonomi masyarakat. d. Bab IV
: PENUTUP Dalam BAB IV, peniliti menyimpulkan hasil penelitian yang telah dilakukan serta memberikan saran kepada pihak pengelola Desa Wisata Bleberan maupun pihak lainnya yang bersangkutan demi berkembangnya kepariwisataan di Kabupaten Gunungkidul agar menjadi destinasi wisata unggulan di Provinsi Yogyakarta.