BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Di era yang semakin modern ini, pariwisata sedang menjadi bahan
pembicaraan serta menjadi suatu tren bagi masyarakat di seluruh dunia. Semua belahan masyarakat ingin melakukan kunjungan ke tempat-tempat yang baru atau tempat yang sedang dibicarakan oleh sebagian besar masyarakat luas. Kota di Indonesia memiliki banyak potensi-potensi yang menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Kota-kota dan wilayah yang memiliki potensi wisata, seperti: Bandung, Yogyakarta, Bali, dan Surabaya menjadi tujuan utama wisatawan. Biasanya masyarakat memilih tempat yang dapat menghilangkan kepenatan dan kejenuhan dari kegiatan sehari-hari. Masyarakat kota besar lebih memilih tempat yang memiliki potensi wisata alam, seperti laut dan pegunungan. Beberapa pendorong dalam pengembangan pariwisata di Indonesia menurut Spilane (1987:57), di antaranya adalah berkurangnya peranan minyak bumi sebagai sumber devisa negara jika dibanding dengan waktu lalu,
merosotnya
nilai
eksport
pada
sektor
nonmigas,
adanya
kecenderungan peningkatan pariwisata secara konsisten, dan besarnya potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia bagi pengembangan
1
2
pariwisata. Berbagai macam wisata yang ditawarkan di Indonesia, mulai dari wisata alam berupa pemandangan alam seperti pantai Parangtritis-nya Yogyakarta, wisata Budaya dan Alam seperti Tanah Lot di Bali, wisata Belanja seperti pasar Cibaduyut di Bandung, wisata Sejarah seperti Kota Tua di Jakarta dan wisata Agama seperti wisata religi Sunan Ampel di Surabaya. Wisata Agama memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan rohani manusia untuk memperkuat iman dengan mendatangi tempat-tempat yang dianggap memiliki nilai religius. Wisata agama atau wisata religi banyak peminat. Penamaan ini terjadi secara tiba-tiba dan secara langsung terjadi sebuah kesepakatan antara beberapa kalangan seperti, penyedia jasa angkutan wisata, pengelola dan penjaga kawasan makam para wali, pemuka masyarakat dan masyarakat secara luas. Wisata Ziarah sering dihubungkan dengan keinginan pengunjung untuk memperoleh suatu tujuan, biasanya berupa restu, kesegaran rohani, kekuatan batin, dan meminta rezeki yang berlimpah. Kegiatan yang berhubungan dengan hal ini, contohnya umat Islam melakukan wisata rohani ke Makkah, umat Buddha melakukan wisata rohani ke Thailand, umat Nasrani melakukan perjalanan wisata rohani ke Yerussalem dan umat Agama Hindu melakukan perjalanan wisata rohani ke India. Di Indonesia terdapat tempat-tempat yang dianggap suci dan sakral yang menjadi tujuan
3
bagi penganut agama tertentu seperti Candi Borobudur untuk umat beragama Buddha, Candi Prambanan dan Pura untuk umat beragama Hindu, Sendangsono untuk umat beragama Katholik, dan Makam para Walisongo untuk umat Islam. Menurut Pendit (2002:42) Wisata Ziarah adalah jenis wisata yang dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat, dan kepercayaan umat atau kelompok dari masyarakat. Wisata Ziarah banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang-orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau ke gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib yang penuh legenda. Sebelum ajaran agama Islam masuk ke Indonesia, masyarakat mempunyai kepercayaan asli yang berasal dari nenek moyang. Kepercayaan itu beragam, seperti: Kejawen di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Tollotang di Sulawesi Selatan, dan sebagainya. Namun, kepercayaan asli itu biasa disebut sebagai ajaran animisme dan dinamisme. Animisme merupakan kepercayaan terhadap adanya roh-roh yang bersemayam pada tempat yang dianggap seram seperti, pohon tua, gua, daerah tertentu dan batu besar. Animisme mengajarkan agar manusia menghormati roh-roh yang bersemayam di suatu benda atau tempat agar tidak mengganggu kehidupannya dan berharap semoga para roh membantu mereka dalam kehidupan. Kepercayaan animisme juga menyatakan bahwa roh dari seseorang yang telah meninggal akan memasuki tubuh hewan, seperti tikus, babi atau harimau yang akan membalas dendam kepada
4
seseorang yang menjadi musuh semasa hidupnya. Dinamisme merupakan kepercayaan terhadap roh nenek moyang berdiam di suatu benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib dan bersifat suci seperti benda hidup, benda mati, maupun benda-benda ciptaan manusia seperti keris, tombak, cincin, dan lain lain (Koentjaraningrat, 1984:335). Islam masuk ke Indonesia dijelaskan dalam tiga tema pembahasan yaitu,
tempat
asal
kedatangan,
para
pembawanya,
dan
waktu
kedatangannya. Berdasarkan tempat asal kedatangannya terdapat tiga teori yang menjelaskan tentang masukmya Islam ke Indonesia yaitu, Teori Gujarat yang mengatakan agama Islam dibawa oleh para pedagang Muslim yang berasal dari Gujarat- India sekitar abad ke- 13 M, Teori Makkah menyebutkan bahwa agama Islam berasal dari Timur Tengah dibawa langsung oleh pedagang Arab Muslim sekitar abad ke- 7 M, dan Teori Persia yang berisikan para pedagang Persia singgah di Nusantara dalam perjalanannya menuju Gujarat sekitar abad ke- 13 M. Dapat disimpulkan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke- 7 M kemudian menyebar dan dikenal oleh masyarakat umum pada abad ke- 13 M (Herimanto dan Eko Targiyatmi, 2014 : 103-105). Proses penyebaran agama Islam di Indonesia dibantu oleh peran para pedagang, ulama, raja, bangsawan atau para adipati. Cara penyebaran agama Islam berbeda dengan penyebaran agama-agama sebelumnya. Islam menyebar melalui pendekatan kepada keluarga kerajaan, dengan cara menikah dengan keluarga kerajaan kemudian mengislamkan raja dan
5
keluarganya maka rakyat akan mengikuti agama yang dianut oleh raja mereka. Penyebaran agama Islam lebih diterima pada masyarakat umum karena di dalam ajaran Islam tidak mengenal sistem kasta. Di pulau Jawa para ulama yang menyebarkan agama Islam disebut wali, wali yang dikenal secara luas terdapat Sembilan sehingga sering disebut sebagai “Walisanga” atau “Walisongo”. Wali merupakan sebutan bagi orang yang memiliki tingkat tertinggi dan dianggap dekat dengan Allah. Biasanya para wali ini merupakan orang yang dipercaya di kalangan istana dan dapat juga menjadi penasihat sultan. Yang termasuk ke dalam Sembilan Wali tersebut adalah, Maulana Malik Ibrahim menyebarkan agama Islam di Jawa Timur, Sunan Ampel menyebarkan agama Islam di daerah Ampel, Sunan Bonang menyebarkan agama Islam di Tuban (Bonang), Sunan Drajat menyebarkan Islam di Gresik/Sedayu, Sunan Giri menyebarkan di daerah kudus, Sunan kalijaga menyebarkan Islam di daerah Demak, Sunan Gunung Jati menyebarkan Islam di Jawa Barat, Sunan Muria menyebarkan Islam di sekitar Gunung Muria, Jepara, Tayu, Pati, dan Sunan Kalijaga menyebarkan Islam di Demak, Cirebon, hingga Sumatera. Sunan Ampel lahir pada tahun 1401 di Champa, yaitu suatu daerah di Kamboja. Sunan Ampel menyebarkan agama Islam pada abad ke- XVI. Sunan Ampel merupakan anak dari Maulana Malik Ibrahim atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Gresik. Nama Ampel diambil dari tempat bermukimnya Raden Rachmad, nama kecil dari Sunan Ampel.
6
Sunan Ampel menyebarkan agama menggunakan pondok pesantren, menggunakan tanah yang dihadiahkan oleh Raja Majapahit. Sunan Ampel memberikan istilah “Mo-Limo” yaitu moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon yang memiliki arti tidak berjudi, tidak minum-minuman beralkohol, tidak mencuri, tidak memakai narkoba dan tidak berzina (Rahimsyal, 2004:20-31) . Makam Sunan Ampel merupakan salah satu destinasi wisata religi yang banyak dikunjungi para peziarah. Makam sunan ampel terletak di belakang Masjid Ampel. Masjid Ampel didirikan sekitar tahun 1421 oleh Sunan Ampel dibantu oleh Mbah Sholeh dan Mbah Sohaji yang merupakan sahabatnya serta dibantu oleh murid-muridnya. Masjid berbahan kayu jati ini dibangun menggunakan perpaduan gaya arsitektur Jawa Kuno dan nuansa Arab islami. Arsitektur bangunan masih dipengaruhi dengan akulturasi Hindu dan Buddha. Masjid ini biasa digunakan oleh para ulama berkumpul untuk membahas ajaran Islam dan metode yang akan digunakan.1 Wisata religi Sunan Ampel terletak di Jalan Ampel Masjid No. 53 dan Jalan Ampel Suci No. 54 Kelurahan Ampel, Kecamatan Semampir, Surabaya. Di Masjid ini selain terdapat Makam Sunan Ampel terdapat juga makam para sahabat Sunan Ampel. Di lingkungan yang sama terdapat
1
Wawancara penulis dengan Zeid Mohammad A. Khan selaku juru kunci di Makam Sunan Ampel dilakukan pada tanggal 15 September 2014 di kantor informasi kawasan religi Makam Sunan Ampel
7
makam Boto Putih yang merupakan makam dari Habib Syekh bin Ahmad Bafaqih. Di Masjid ini terdapat air yang dianggap keramat yang berasal dari sumur yang merupakan peninggalan dari Sunan Ampel yang diyakini sebagian masyarakat dapat menyembuhkan segala macam penyakit dan 2
dapat membuat awet muda. Di sekitar Masjid Ampel terdapat banyak pedagang yang menjual beraneka oleh-oleh yang berupa parfum, sarung, peci, baju gamis, tasbih, kopiah, aksesoris, hingga air zam-zam dari Arab. Selain menjual barang, disini terdapat juga pedagang makanan dan minuman yang terletak dengan pintu masuk gapura masjid. Dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul “Objek Wisata Religi Makam Sunan Ampel (Studi Motivasi Peziarah dan Kehidupan Ekonomi Masyarakat Ampel, Kelurahan Ampel, Kecamatan Semampir, Kabupaten Jawa Timur)”. 1.2
Ruang Lingkup (Batasan masalah) Ruang Lingkup dalam tugas akhir ini dibuat agar penulisan pada
skripsi ini lebih terarah dan objek yang diteliti tidak terlalu meluas. Ruang lingkup yang dibuat berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti di
2
Wawancara penulis dengan Zeid Mohammad A. Khan selaku juru kunci di Makam Sunan Ampel dilakukan pada tanggal 15 September 2014 di kantor informasi kawasan religi Makam Sunan Ampel
8
daerah tersebut. Pada penulisan ini pembahasan meliputi karakteristik peziarah, motivasi peziarah, dan pengaruh daerah wisata religi makam Sunan Ampel terhadap kehidupan ekonomi masyarakat sekitar. 1.3
Rumusan Masalah Dalam penulisan latar belakang di atas dapat disimpulkan
permasalahannya sebagai berikut : 1.)
Apakah motivasi kedatangan para peziarah ke Makam Sunan Ampel?
2.)
Bagaimanakah pengaruh wisata religi Makam Sunan Ampel terhadap kehidupan ekonomi masyarakat sekitar ?
1.4
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1.)
Mengetahui motivasi kedatangan para peziarah ke Makam Sunan Ampel
2.)
Mengetahui bagaimana pengaruh
wisata religi
Makam Sunan Ampel terhadap kehidupan ekonomi masyarakat sekitar. 1.5
Manfaat Penelitian
9
1.)
Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan kepada mahasiswa tentang wisata minat khusus yaitu wisata religi dengan objek Wisata Religi makam dan masjid Sunan Ampel.
2.)
Manfaat Praktis
Memberikan informasi, dan masukan kepada para pembaca, pengurus,
dan
pemerintah
daerah
serta
pihak-pihak
yang
membutuhkan informasi mengenai tulisan ini 1.6
Tinjauan Pustaka Beberapa sumber acuan yang digunakan dalam penulisan tugas
akhir ini, di antaranya : Pertama, dalam laporan penelitian unggulan program studi pariwisata Universitas Gadjah Mada yang berjudul "Dampak Pariwisata Religi Kawasan Masjid Sunan Kudus Terhadap Ekonomi, Lingkungan, dan Sosial-Budaya" oleh Marsono dkk (2013) menjelaskan tentang dampak ekonomi, lingkungan dan sosial-budaya yang diakibatkan adanya makam Sunan Kudus dan pariwisata berkelanjutan di kawasan religi makam dan masjid Sunan kudus. Kedua, pustaka dengan judul Kisah Walisongo Penyebar Agama Islam di Tanah Jawa ciptaan Mb. Rahimsyah Ar. (1998). Buku ini berisi
10
tentang sejarah para Walisongo menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Ketiga, dalam tugas akhir program studi sosial ekonomi pertanian/agrobisnis yang berjudul "Motivasi Kunjungan Wisatawan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Cibodas" oleh Hayani (2007) memberikan penjelasan tentang motivasi wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Dari tinjauan pustaka di atas peneliti ini meneliti tentang motivasi peziarah yang datang ke makam Sunan Ampel dan Pengaruh wisata religi Makam Sunan Ampel terhadap masyarakat sekitar. Peneliti belum menemukan judul yang sama 1.7
Landasan Teori Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Bab I, Pasal I, Undang-Undang tentang Kepariwisataan No. 10 Tahun 2009). Menurut
Slamet
(1993:
137-143),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kunjungan wisatawan adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan mata pencaharian. a. Jenis Kelamin Motivasi yang dimiliki oleh seorang pria akan berbeda dengan
11
motivasi yang dimiliki oleh seorang wanita. Hal ini dikarenakan sistem pelapisan
sosial
dalam
masyarakat
yang
membentuk
perbedaan
kedudukan, derajat antara pria dan wanita, sehingga menimbulkan perbedaan-perbedaan hak dan kewajiban. b. Usia Dalam masyarakat terdapat perbedaan kedudukan dan derajat atas dasar senioritas, sehingga memunculkan golongan tua dan golongan muda yang berbeda-beda dalam hal-hal tertentu, misalnya menyalurkan pendapat dan mengambil keputusan. c. Tingkat Pendidikan Faktor pendidikan mempengaruhi motivasi yang dimiliki setiap peziarah. Dengan berbedanya latar belakang pendidikan yang dijalani, membuat perbedaan keinginan atau tujuan berziarah. d. Tingkat Penghasilan Besarnya tingkat penghasilan akan memberi peluang lebih besar bagi
masyarakat
untuk
berperan
serta.
Tingkat
pendapatan
ini
mempengaruhi kemampuan finansial masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata. e. Mata Pencaharian Jenis pekerjaan seseorang akan menentukan tingkat penghasilan
12
dan mempengaruhi waktu luang seseorang yang dapat digunakan dalam melakukan perjalanan ziarah yang mempengaruhi motivasi yang dimiliki oleh setiap peziarah. Ian Reader dalam tulisannya yang berjudul Pilgrimage growth in the modern worlds meanings and implications (2007) menjelaskan tentang motivasi para wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata, beberapa di antaranya adalah : 1. Mengenang seseorang yang telah meninggal Seseorang yang dianggap istimewa karena berjasa terhadap kehidupan sebagian besar masyarakat atau seorang pemimpin akan selalu diingat oleh orang lain. 2. Melakukan kebaikan sebagai persiapan menuju kematian Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT bukanlah makhluk yang abadi. Suatu saat nanti setiap manusia akan meninggal dan dikumpulkan di alam lain kemudian akan dilakukan penghitungan segala perbuatan yang telah dilakukan semasa hidupnya. Segala perbuatan baik akan dihitung dengan pahala dan perbuatan buruk dihitung dengan dosa dan akan dipertanggung jawabkan dengan balasan surga dan neraka. Setiap manusia berlomba-lomba melakukan kebaikan semasa hidupnya agar mendapat balasan surga pada akhirnya.
13
3. Mencari pencerahan Tempat-tempat yang dianggap sakral biasanya hening dapat membuat hati lebih tenang dan damai sambil mendekatkan diri kepada Allah SWT. 4. Mencari keajaiban dan meminta doa untuk menghadapi kemalangan Masyarakat memiliki kepercayaan bahwa tempat yang dianggap sakral dijadikan tempat untuk berdoa dan mengharapkan suatu mukjizat untuk terhindar dari kemalangan. 5.
Mencari penyembuhan Banyak orang meyakini bahwa air yang terdapat di tempat yang dianggap keramat memiliki kekuatan mistik yang dipercaya dapat membawa berkah dan dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
6.
Mencari bantuan spiritual untuk menghilangkan nasib buruk Dalam masyarakat terdapat kepercayaan dengan berdoa di suatu tempat yang dianggap memiliki kekuatan mistik dapat membantu segala hal yang diminta.
7.
Melakukan penghapusan dosa Berdoa dengan khusyuk dan meminta ampunan kepada Allah SWT diharapkan dapat menghapus dosa-dosa yang telah dilakukan. Dampak
pariwisata
menurut
Cohen
(1984)
dalam
Pitana
14
(2009:185)
terhadap
kondisi
sosial
ekonomi
masyarakat
lokal
dikategorikan menjadi delapan kelompok besar, yaitu : 1.
Dampak terhadap penerimaan devisa Sebuah
negara
membutuhkan
negara
lain
untuk
melakukan
perdagangan. Pembayaran dengan negara lain menggunakan devisa dan devisa diperoleh dari wisatawan yang datang berkunjung. Semakin banyaknya wisatawan yang datang memberikan devisa yang tinggi untuk negara. 2.
Dampak terhadap pendapatan masyarakat Masyarakat yang tinggal disekitar objek wisata dapat membuka berbagai macam rumah makan, toilet umum, kios-kios rokok dan toko cinderamata yang dapat memberikan pemasukan kepada masyarakat sekitar.
3.
Dampak terhadap kesempatan kerja Terbukanya lowongan pekerjaan disekitar objek wisata dikarenakan banyaknya wisatawan yang datang sehingga membutuhkan lebih banyak tenaga kerja. Seperti contohnya hotel, dan petugas di objek wisata.
4.
Dampak terhadap harga-harga Harga-harga makanan ataupun barang yang berada di daerah objek
15
wisata biasanya lebih mahal dari tempat lain. Hal ini dikarenakan kebutuhan ataupun keinginan para wisatawan untuk membeli barang tersebut. Seperti air mineral, mie instan, rokok, dan minuman ringan. 5.
Dampak terhadap distribusi manfaat/keuntungan Pendistribusian barang ke daerah objek wisata akan lebih cepat karena tingginya kebutuhan akan pemenuhan keinginan para wisatawan.
6.
Dampak terhadap kepemilikan dan control Harga tanah di sekitar daerah objek wisata akan mengalami kenaikan yang signifikan setiap tahunnya. Hal ini membuat banyaknya perubahan kepemilikan tanah yang berada disekitar objek wisata.
7.
Dampak terhadap pembangunan pada umumnya, dan, Pembangunan daerah di sekitar objek wisata akan lebih cepat. Hal ini dikarenakan untuk pemenuhan kebutuhan para wisatawan yang datang. Seperti pembangunan hotel, rumah sakit, dan jalan raya.
8.
Dampak terhadap pendapatan pemerintah Dengan banyaknya wisatawan yang datang akan memberikan pendapatan kepada pemerintah daerah melalui retribusi yang ada disekitar objek wisata.
1.8
Metode Penelitian
1.8.1 Metode Pengambilan Data
16
Ada beberapa cara dalam pengambilan data untuk tugas akhir ini. Cara tersebut antara lain : a. Observasi Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi ini dilakukan dengan cara Observasi Partisipan dan Observasi Nonpartisipan. Dalam penelitian ini peneliti ikut melakukan kegiatan ziarah seperti yang dilakukan oleh peziarah lain, yaitu dari prosesi awal sampai akhir, mulai dari mengambil air wudhu sampai masuk ke lokasi makam, membaca tahlil dan sholawat (Observasi Partisipan). Selain itu juga peneliti hanya melakukan pengamatan saja, misalnya pada saat peziarah lain berdoa di makam Sunan Ampel, peneliti hanya mengamati dengan kata lain tidak ikut melakukan kegiatan tersebut (Observasi Nonpartisipan). Dalam pembuatan tugas akhir ini, penulis mengamati dan menganalisis tentang hal-hal yang membuat peziarah mendatangi makam Sunan ampel dan keterikatan para pedagang di sekitar kawasan ini. b. Wawancara Wawancara dilakukan dengan Juru Kunci, Pengelola Makam dan Masjid Sunan Ampel dengan tujuan untuk memperoleh data tentang pengunjung Makam Sunan Ampel. Wawancara kepada 37
17
peziarah dibagi berdasarkan asal kota, usia, jenis kelamin dan jenis pekerjaan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik peziarah dan motivasi berziarah ke makam Sunan Ampel. Wawancara kepada 17 pedagang dilakukan dengan bertanya kepada salah satu pedagang dengan jenis barang dagangan yang berbeda, seperti: pedagang es dawet, pedagang roti maryam, penjual busana muslim, pedagang masakan, penjual souvenir, pedagang minyak wangi, penjual buku-buku keagamaan, pedagang perlengkapan haji, penjual kaset keagamaan, penjual kurma, penjual minuman ringan, penjual makanan ringan, penjual buah, tukang becak, parkir mobil, parkir bus, dan parkir motor. Wawancara dilakukan untuk mengetahui pengaruh objek wisata religi Makam Sunan Ampel terhadap kehidupan ekonomi masyarakat sekitar. 1.8.2 Metode Analisis Data Teknik analisis yang penulis gunakan adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis data yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subyek. Hal-hal seperti perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan yang di lakukan oleh subyek (Menurut Moleong 2005 dalam Herdiansyah, 2014: 9). I.9
Sistematika Penulisan
Laporan penelitian tersebut selanjutnya akan disusun sebagai berikut ini :
18
BAB I
PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, ruang lingkup
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan landasan teori.
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK WISATA
Bab kedua berisi tentang lokasi objek penelitian yang terdiri dari sejarah singkat objek wisata, fasilitas dan sarana yang terdapat di objek wisata, kegiatan yang diadakan di daerah wisata, dan jumlah pengunjung di kawasan makam Sunan Ampel.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
Bab ini berisi tentang motivasi para peziarah yang mendatangi kawasan religi makam Sunan Ampel dan dampak ekonomi pada masyarakat sekitar kawasan religi makam Sunan Ampel, pembahasan jawaban permasalahan serta analisa penelitian. BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari keseluruhan tugas akhir ini mulai dari bab pertama sampai pada bab pembahasan masalah.