BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah India berhasil mencapai kemerdekaannya pada tahun 1947, akan tetapi setelah kemerdekaannya tidak serta-merta menjadikan India aman dan terhindar dari konflik, sebab hanya selang beberapa waktu India yang terdiri dua etnis besar yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, dikarenakan terjadi diskriminasi terhadap kaum muslimim, sebab yang paling dominan yang duduk di kursi pemerintahan merupakan mayoritas Hindu. Penduduk yang mayoritas beragama Islam akhirnya bersepakat untuk memisahkan diri dari India dan mendirikan negara baru yaitu Pakistan.1 Sejak awal berdirinya Pakistan dan India sering berkonflik, baik konflik agama maupun konflik wilayah. Konflik berkepanjangan yang sampai sekarang belum juga dapat diselesaikan yaitu perebutan wilayah Kashmir. Konflik Kashmir terjadi ketika India mengklaim seluruh Kashmir merupakan wilayah teritorialnya sedangkan menurut Pakistan penduduk Kashmir yang mayoritas beragama Islam menjadi wilayahnya karena sekitar 85% dari delapan juta penduduk Kashmir beragama Islam dengan wilayah seluas 222.236 Km² tersebut terletak di wilayah jantung Asia diapit oleh China di sebelah timur, India di selatan, Pakistan dan Afganistan di barat serta CIS ( Commonwealthof Independen State) di utara.2 India tetap bersikukuh mempertahankan Kashmir sebagai wilayah teritorialnya 1
Strategi India dalam mempertahankan Kashmir sebagai Wilayah Integralnya. lihat pada http://publikasi.umy.ac.id/files/journals/8/articles/1002/public/1002-4751-1-PB.pdfdiakses tanggal 16 November 2013 pkl 18.40 wib 2 Ibid.
1
sedangkan Pakistan tetap ingin mengambil alih Kashmir dari India sebab Pakistan berpegang pada Two-Nation theory (Teori Dua Bangsa) yakni satu Muslim dan satu Hindu, berarti masuknya Kashmir kedalam wilayah Pakistan merupakan keharusan karena mayoritas penduduk Kashmir beragama Islam.3 Selain karena faktor agama tentu ada alasan lain kenapa Pakistan menginginkan Kashmir yaitu faktor ekonomi sebab Kashmir memiliki tanah yang subur serta keindahan alam yang memungkinkan bisa menjadi obyek wisata dan semua sungai yang ada di daerah tersebut mengalir menuju pusat Pakistan serta pusat kegiatan jaringan kanal Pakistan berlokasi di Kashmir.4 Saling klaim inilah yang menyebabkan konflik terjadi, masing-masing negara pengklaim mengatakan bahwa wilayah Kashmir adalah miliknya. Sampai sekarang belum
ada titik temu atau
penyelesaian konflik Kashmir yang ada hubungan kedua negara yang terlibat semakin memanas, sebab masing-masing negara saling memperkuat armada senjata militernya dengan menggunakan teknologi nuklir dan ditakutkan lagi akan terjadi konflik nuklir antara India-Pakistan. India yang sudah merdeka hampir selama 67 tahun mulai menunjukan eksistensi dan kemampuannya dimata dunia internasional khususnya terhadap Pakistan dengan menciptakan teknologi senjata nuklir terbaru. India melakukan riset senjata atom di Bhabha Atomic Research Centre, meskipun secara resmi diumumkan sebagai riset teknologi atom untuk Perdamaian dan tidak adanya tanda-tanda untuk tujuan militer, India berhasil membeli sebuah reaktor riset Cirus 40 MWt dari Kanada, kemudian mengekstrak plutonium sisa pembakaran dari reaktor riset Cirus tersebut, selama 20 tahun India melakukan riset akhirnya 3
Ibid. Ibid.
4
2
plutonium tersebut dipakai untuk percobaan bom atom India pertama pada 18 Mei 1974 yang berkekuatan ledak 4-6 KT dan Pemerintah India sendiri mengumumkan ledakan tersebut sebagai sebuah “Ledakan Nuklir yang Penuh Damai”.5 Pada tahun 1998 Pemerintah India melakukan uji coba peledakan bom atom yang tujuannya untuk menanggapi acaman dari Pakistan. Peledakan tersebut merupakan perintah dari Perdana menteri Vajpayee yang dinamakan “Operasi Shakti”, yakni Shakti 1 (11 Mei 1998) hingga Shakti 5 (13 Mei 1998) gara-gara diprovokasi oleh peluncuran rudal-percobaan Ghauri oleh Pakistan tgl 6 April 1998.6 Pada tahun 2012 baru-baru ini dunia dikejutkan oleh peluncuran rudal India. Pemerintah India mengklaim berhasil melakukan uji coba senjata nuklir yaitu sebuah rudal jelajah bernama Agni-V berhasil diluncurkan dalam uji coba senjata teranyar India, Ahad (15/9) waktu setempat.7 Peluncuran ini menempatkan India sebagai kelompok negara-negara berkemampuan rudal antar benua yang mampu membawa nuklir yang eklusif seperti Amerika Serikat, Rusia, China, Prancis dan Inggris yang memiliki teknologi untuk mengembangkan rudal balistik antar-benua. Rudal Agni-V merupakan rudal permukaan ke-permukaan dengan teknologi tiga tahap dan energi peluncur propelan padat yang memiliki jangkauan
5
Rirawan. Teknlogi Nuklir India.lihat pada http://www.alpensteel.com/article/54-111-energinuklir-pltn/1022--teknologi-energi-nuklir-di-indiadiakses pada tanggal 12 November 2013 pkl 18.35 Wib 6 Ibid. 7 Republika . India Berhasil Uji Coba Rudal Nuklir.lihat pada http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/09/15/mt5xqo-india-berhasil-ujicoba-rudal-nuklirdiakses tanggal 16 November 2013 pkl 19.00 wib
3
5.000 km dan berat 50 ton, panjang rudal ini 17 meter dan tinggi 2 meter dan dapat membawa muatan1,5 ton.8 Nuklir India mengalami peningkatan sejak awal perkembangan dan peledakan tahun 1998 sampai peluncuran rudal tahun 2012 baik dari segi kemampuan, kekuatan dan jarak jangkau. Dengan nuklir ini secara tidak langsung India mengumumkan pada dunia bahwa India sudah merupakan negara maju secara segi ekonomi, teknologi maupun militer. Sikap dan prilaku India dalam uji coba rudal miliknya tentu menimbulkan banyak reaksi, tanda tanya dan kecurigaan dari negara-negara lain khususnya Pakistan akan tetapi, Amerika Serikat yang pada mulanya pernah mengecam dan mengenakan sanksi akibat percobaan peluncuran nuklir atom India pada tahun 1998, malah sebaliknya sekarang
Amerika Serikat menawarkan kerja sama
pertahanan militer dengan India. Dalam kerjasama tersebut, India dan Amerika membahas soal perbaikan hubungan di kawasan Indo-Asia-Pasifik dan Afghanistan, serta menanggapi masalah keamanan di wilayah Lautan Hindia.9 Konflik yang terjadi antara India dan Pakistan baik konflik agama maupun perebutan Kashmir belum jelas titik temunya, dan ditakutkan lagi akan terjadi konflik nuklir dari kedua negara, sebab India-Pakistan sama-sama memiliki senjata berbasis nuklir, walaupun belum pernah menyerang satu sama lain dengan senjata nuklir, akan tetapi dengan saling melakukan uji coba dan peledakan dapat memicu konflik nuklir antara kedua negara tersebut. Inilah permasalahan yang 8
Ujicoba Rudal Agni V India yang Berkemampuan Antar Benua Berhasil. Lihat pada http://nkrinews.com/index.php/internasional/asia/1649-uji-coba-rudal-agni-v-india-yangberkemampuan-antar-benua-berhasildiakses tanggal 16 November 2013 pkl 19.00 wib 9 India dan Amerika SErikat Menopang Hubungan Pertananan, Menandatangani Kesepakatan soal nuklir.Lihat pada http://lakesmil.com/read/berita/6954/india-dan-as-menopang-hubunganpertahanan-menandatangani-kesepakatan-soal-nuklir/#.U5fIe84raZQdiakses tanngal 9 juni 10.00 Wib
4
hendak diteliti oleh penulis, dengan kepemilikan nuklir antara keduanya, akankah menyebabkan perang nuklir atau sebaliknya akan membuat intensitas konflik menurun. Dari uraian diatas maka penulis mengangkat sebuah permasalan yang hendak diteliti dengan judul “ Dampak Pengembangan Nuklir India terhadap konflik India-Pakistan”
1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka adapun permasalahan
yang
hendak
penulis
teliti
yaitu
“Bagaimana
dampak
pengembangan nuklir India terhadap konflik India-Pakistan?”
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana
dampak yang diakibatkan karena pengembangan nuklir India terkait dengan konflik India Pakistan.
1.3.2
Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Memberi sumbangan pemikiran dan informasi bagi akademisi Ilmu Hubungan Internasional, yaitu dosen dan mahasiswa dalam mengkaji dan memahami masalah Kashmir yang sampai sekarang belum menemukan titik penyelesaiannya.
5
Sebagai bahan pertimbangan bagi setiap aktor Hubungan Internasional, baik individu, organisasi, pemerintah, maupun organisasi non-pemerintah baik dalam level nasional, regional, maupun internasional tentang bagaimana
menformulasikan
kekuatan
nasionaluntuk
menjamin
pertahanan dan keamanan negara dalam mencapai kepentingan nasional.
b. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan pemahaman kepada bangsa Indonesia yang selalu terlibat sengketa dengan negara tetangga yaitu Malaysia, bahwa konflik lebih banyak menciptakan kerusakan baik bagi pihak pemenang maupun lawan.
1.4 Kajian Pustaka 1.4.1 Literature Review Sebagai dasar untuk melengkapi Kajian Pustaka, dalam penelitian ini penulis menyajikan beberapa penelitian terdahulu yang masih berkaitan dengan tema yang sedang penulis teliti. Selain sebagai referensi, hal itu juga dimaksudkan untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya. Pertama, penelitian yang berjudul “Religion as a Factor in Ethnic Conflict: Kashmir and Indian Foreign Policy “10yang ditulis oleh Carolyn C. James. Dalam tesis ini James menggambarkan bagaimana awalmula dari konflik Kashmir terjadi. Menurut Carolyn penyebab utama konflik Kashmir yaitu agama 10
James, C. Carolyn, (2005), Religion as a Factor in Ethnic Conflict: Kashmir and Indian Foreign Policy, Terrorism and Political Violence, 17:447–467, 2005, Copyright _ Taylor & Francis Inc. lihat pada http://ozgur.bilkent.edu.tr/download/05Religion%20as%20a%20Factor%20in%20Ethnic%20Confl ict%20Kashmir.pdf
6
dan politik. Dimana
agama memilki
kemampuan untuk memperkuat atau
melemahkan legitimasi pemerintah. Kedua, agama mengacu pada sumber identitas yang memenuhi kebutuhan manusia untuk mengembangkan identitas yang aman untuk individu atau kelompok. Ketiga, agama merupakan sumber mobilisasi politik atau organisasi politik, sehingga agama yang dapat menyebabkan sebuah pemerintahan itu diterima atau ditolak. selain hal tersebut James memperlihatkan permasalahan agama dalam perspektif ethno-religios conflik. Ethno-religiost ini kemudian didasarkan pada aspek penting seperti kolaborasi dari psikologi, ekonomi, dan politik. Carolyn juga melihat konflik Kashmir ini dengan pendekatan Foreign Policy, yaitu dengan memperlihatkan bahwasannya konflik Kashmir ini sangat berpengaruh terhadap politik luar negeri India. Penelitian kedua oleh Ita Mutiara Dewi yang berjudul “Dilema Masalah Kashmir dalam Kerangka Hubungan India-Pakistan”11 adalah dengan menggunakan konsep Foreign Policy dan teori politik domino, dimana India telah memasukan Kashmir dalam kebijakan luar negerinya. India yang saat ini telah menguasai dua pertiga wilayah Kashmir tidak akan menyerahkan Kashmir kepada Pakistan sebab India juga melihat teori politik domino yaitu jika Kashmir lepas maka akan diikuti oleh tuntutan pelepasan wilayah-wilayah lainnya. sedangkan bagi Pakistan Kashmir merupakan lambang, simbol atau identitas,
11
Ita Mutiara Dewi.Dilema Masalah Kashmir dalam Kerangka Hubungan India-Pakistan. Staff Pengajar Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Lihat pada http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0 CCYQFjAA&url=http%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fpenelitian%2FIta%2520Mu tiara%2520Dewi%2C%2520SIP%2C%2520MSi.%2FKashmir.pdf&ei=X1omU626BsWNrgfT5IDwDg& usg=AFQjCNG_ryL4fqFY-CnpaQNamR1LCumUQ&sig2=oQUpCGG7Si779noesGnqxA&bvm=bv.62922401,d.bmk
7
sebab mayoritas penduduk Kashmir beragama islam. Hal inilah yang menyebabkan naik-turunya intesitas konflik Kashmir, kemudian polemik yang terjadi dalam perebutan wilayah Kashmir sampai akhirnya terjadi perang IndiPakistani War I. Dalam penelitian ini juga melihat adanya gerakan separatisme dalam tubuh Kashmir dimana ada beberapa kelompok seperti JKLF( Jammu-Kashmir Liberation Front) yang ingin mendirikan negara baru tanpa adanya ikut campur India maupun Pakistan yang membuat konflik Kashmir semakin kompleks. Penelitian ketiga, yang berjudul“Kashmir Dalam Hubungan IndiaPakistan:Perspektif
Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan
Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik”,
12
dalam penelitian ini Irmawan
lebih banyak menjelaskan bagaimana langkah-langkah yang dilakukan Pakistan untuk mengambil alih wilayah Kashmir dari India dan dampaknya terhadap hubungan bilateral antara kedua negara sehingga menyebabkan kedua negara Pakistan dan India saling berlomba memperkuat militernya dengan mencoba menciptakan teknologi nuklir yang kemudian disusul dengan percobaan peluncuran nuklir masing-masing negara. Pakistan mengembangkan nuklir sebagai deterrence dari ancaman India, khawatir jika sewaktu-waktu India menyerang mereka dengan senjata nuklirnya, maka Pakistan sudah siap untuk menyerang balik. Walaupun masing-masing negara mengembangkan senjata nuklir tetap ada upaya dari kedua negara mencoba mencapai kesepatan untuk menemukan jalan damai yang tetap saja pada ujungnya selalu menemukan jalan 12
Effendi Irmawan. Kashmir dalam Hubungan India-Pakistan:Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik. Jurnal Siklus Volume I No.3 Tahun 2005 ISSN 0216-5635. Lihat pada http://www.academia.edu/4154759/Kashmir_Dalam_Hubungan_India-Pakistandiakses pada tanggal 18 November 2013 pkl 22.00 wib
8
buntu. Akan tetapi, India maupun Pakistan tetap mencoba untuk berdamai dengan jalan dimana Vajpaye yang merupakan perdana menteri India membuka jalur “diplomasi bus”. Dimana jalur bus tersebut dapat melewati perbatasan IndiaPakistan dan hal inipun diterima dengan baik oleh pemerintah Pakistan sendiri. Selain itu kedua perdana menteri dari dari dua negara tersebut juga telah membuat kesepakatan yaitu, pertama, perjanjian mengenai KTT yang bertajuk “Deklarasi Lahore” dan kedua, kerjasama peningkatan rasa saling percaya. Setidaknya kesepakatan tersebut dapat meredam konflik tersebut. Penelitian keempat yang berjudul “Penggunaan Kekuatan Pakistan dan India
Dalam
Mempertahankan
Wilayah
Kashmir
Pasca
Perang
Dingin”,13dalam tesis ini juga hampir sama dengan penelitian sebelumnya dimana Finsa melihat situasi ketengangan yang terjadi dalam tubuh Kashmir seperti aksi penculikan maupun pembunuhan. Finsa juga menjelaskan bagaimana kepentingan geopolitik Pakistan di Kashmirdengan menggunakan strategi pembelaan nilai demokrasi dan hak asasi manusia sedangkan pihak India sendiri bertahan untuk tidak melepaskan Kashmir menjadi bagian dari Pakistan dengan menggunakan strategi Counter Terorism di wilayah Kashmir, yaitu India memperkuat polisi lokal dengan sejumlah besar pasukan Central Reserve Police Force (CRPF) yang merupakan pasukan para militer negara yang tujuannya untuk menghentikan aksi teroris yang menurut mereka adalah orang-orang Pakistan. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Ferry Dwi Provianto yang berjudul “Kepentingan Pakistan Dalam Kerjasama Militer dengan China”,14 13
M.Finsa Arahman. 2007.Penggunaan Kekuatan Pakistan dan India Dalam mempertahankan Wilayah Kashmir Pasca Perang Dingin. Universitas Airlangga. 14 Ferry Dwi Provianto.2007.Kepentingan Pakistan dalam kerjasama Militer dengan China. Universitas Muhammadiyah malang.
9
menggambarkan
bahwa
kerjasama
militer
Pakistan
dengan
China
menguntungkan bagi Pakistan sendiri baik secara politik maupun ekonomi. Pakistan merasa dengan adanya China dibelakang mereka dapat meminimalisiasi hegemoni India dikawasan Asia Selatan dan sebagai balancing sebab Pakistan yang sampai sekarang terlibat konflik Kashmir dengan India. Dalam penelitian ini Ferry menggunakan pendekatan teori politik luar negeri dimana melihat upaya Pakistan untuk mendapatkan keuntungan dari lingkungan eksternalnya yaitu dengan menjalin kerjasama militer dengan China. Selain itu Ferry juga menggunakan konsep kepentingan nasional, konsep deterrence dan aliansi. Sedangkan penelitian ini dengan judul “Dampak Pengembangan Nuklir India terhadap Konflik India-Pakistan” melihat dampak yang ditimbulkan akibat pengembangan nuklir India terhadap intesitas konflik India Pakistan. peneliti melihat dengan menggunakan pendekatan Balance of power dan teori nuklir deterrence sebab India mengembangkan nuklir dan melakukan uji coba rudal balistiknya untuk mencegah agresi dari Pakistan. Selain itu karena India maupun Pakistan sama-sama memiliki senjata pemusnah massal, intensitas dari konflik India- Pakistan netral, walaupun tidak menyelesaikan konflik, setidaknya genjatan senjata dapat diminimalisir.
10
Tabel I.I Posisi Penelitian JENIS No PENELITIAN DAN ANALISA 1 Buku : Religion as a Deskriptif Factor in Ethnic Pendekatan :Etno Conflict: Religius dan Kashmirand Indian Foreign Policy Foreign Policy Oleh: Carolyn C. James 2 Tesis : Dilema Deskriptif Masalah Kashmir Pendekatan : dalam Kerangka foreign Policy dan Hubungan India teori politik domino Pakistan Oleh : Ita Mutiara Dewi JUDUL DAN NAMA PENELITI
3
Jurnal : Kashmir Deskriptif dalam Hubungan Pendekatan : India-Pakistan : Nuclear Detterrence Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan Latar Belakang dan Perkembangann Menuju Penyelesaian Konflik Oleh : Irmawan Effendi
4
Tesis : Penggunaan Kekuatan Pakistan dan India dalam Mempertahankan Wilayah Kashmir Pasca Perang
Deskriptif Pendekatan : Konsep kepentingan geopolitik
HASIL Akar penyebab Konflik Kashmir yaitu agama dan Politik Konflik Kashmir sangat berpengaruh terhadap politik luar negeri India India maupun pakistan telah memasukan agenda Kashmir dalam kebijakan luar negerinya Adanya gerakan separatisme dalam tubuh kashmir yang dilakukan oleh kelompok JKLF (Jammu-Kashmir Liberation front) yang menginginkan negara merdeka tanpa adanya camput tangan India maupun Pakistan Pakistan maupun India sama-sama menciptakan senjata nuklir, akan tetapi tetap ada upaya damai yang dilakukan Pemerintah India membuka jalur diplomasi bus yang dapat melewati perbatasan India-Pakistan Pakistan dan India membuat kesepakatan yaitu mengenai perjanjian KTT yang bertajuk “Deklarasi Lahore” dan kerjasama peningkatan rasa saling percaya Pakistan menggunakan strategi pembelaan nilai demokrasi dan hak asasi manusia untuk kepentingan geopolitiknya diwilayah kashmir 11
Dingin Oleh : M Arahman
5
Finsa
Skripsi : Kepentingan Pakistan dalam Kerjasama Militer dengan China Oleh : Ferry Dwi Provianto
Deskriptif Pendekatan : teori politik luar negeri, kepentingan nasional, konsep deterrence dan konsep aliansi
6
Skripsi : Dampak Pengembangan Nuklir India terhadap Konflik India-Pakistan Oleh : Hariati
Eksplanatif Pendekatan : Balance Of Power dan teori nuklir deterrence
India menggunakan strategi counter terorism diwilayah Kashmir untuk mencapai kepentingan geopolitiknya Dalam melakukan kerjasama dengan China, Pakistan mengalami kemajuan dalam hal modernisasi alusista militer pasca kerjasama militer dengan China Pasca kerjasama dengan China, Pakistan mengembangkan sistem persenjataan berbasis nuklir Aliansi antara Pakistan dengan China adalah untuk mengurangi hegemoni India di Asia Selatan selain itu, aliansi tersebut merupakan wujud dari bandwagoning yang dilakukan oleh Pakistan Dengan mengembangkan senjata berbasis nuklir, India bisa melakukan deterrence terhadap Pakistan yang terlebih dahulu mengembangkan senjata nuklir Tidak akan terjadi perang nuklir antara India dan pakistan karena masingmasing negara mempunyai senjata nuklir yang jika terjadi perang maka dampak yang ditimbulkan akan sangat fatal. India maupun Paksitan juga menggunakan senjata nuklir sebagai balance of power.
12
1.5 Landasan Teori 1.5.1
Balance of Power Negara yang kuat adalah negara yang maju baik dalam kapasitas militer
maupun ekonomi. Ada beberapa hal yang membentuk power suatu negara yaitu potensi sumber daya alam, populasi sebab cukup besar populasi dapat memberikan potensi kekuasaan dan status kekuatan besar untuk suatu negara dan ukuran
geografis dan posisi, Alfred Mahan berpendapat bahwa negara yang
mengontrol rute laut berarti mengontrol dunia sedangkan Sir Halford Mackinder berpendapat bahwa negara yang memiliki kekuatan yang paling kuat adalah orang yang menguasai jantung tersebut.15 Power terbagi menjadi 2 macam yaitu16 Power tangible meliputi, pembangunan industri dengan kapasitas industri maju, ditandai dengan kuatnya ekonomi suatu negara, populasi dan peningkatan kekuatan militer sedangkan Power intagible meliputi dukungan publik, kekuatan negara diperbesar ketika tampaknya ada dukungan publik belum pernah terjadi sebelumnya misalnya, kekuatan China yang diperbesar di bawah Mao Zedong karena ada dukungan publik belum pernah terjadi sebelumnya untuk kepemimpinan komunis, Kepemimpinan visioner dan pemimpin karismatik seperti Mohandas Gandhi dan Franklin Roosevelt mampu meningkatkan potensi kekuatan negara mereka dengan mengambil inisiatif berani.
15
Essentials Of International Relation lihat pada http://www.wwnorton.com/college/polisci/essentials-of-internationalrelations5/ch/05/summary.aspx diakses pada tanggal 10 Februari pkl 13.00 Wib 16 ibid
13
Kekuatan militer dan ekonomi dapat membentuk negara menjadi sebuah negara yang lemah maupun negara yang kuat (super power). Negara-negara super power biasanya selalu ingin mendominasi dan menghegemoni negara-negara kecil untuk mencapai kepentingan nasionalnya sedangkan bagi negara-negara kecil untuk menghindari hegemoni dari negara-negara kuat harus menyeimbangkan kekuatan negaranya (Balance of Power) baik dengan cara meningkatkan ekonomi dan militer maupun membentuk sekutu atau aliansi dengan negara-negara besar. Pada era kejayaan pemikiran kaum realis, hegemon dianggap sebagai sebuah ancaman bagi negara-negara lainnya. Dapat dikatakan Balance Of Power (Keseimbangan kekuatan) muncul dengan asumsi dasar bahwa ketika sebuah negara atau aliansi negara meningkatkan atau mengunakan kekuatannya secara lebih agresif, negara-negara yang merasa terancam akan merespon dengan meningkatkan kekuatan mereka.17 Negara-negara saling memperkuat powernya supaya tidak mudah dikendalikan atau diintervensi oleh negara-negara lainnya. Keseimbangan kekuasaan berfungsi secara efektif melalui dua cara. Pertama, beberapa negara dapat membentuk balance of power dengan beraliansi atau bersekutu dengan negara yang lebih kuat, sebab aliansi dengan negara-negara lain dapat memperkuat pertahanan negara yang lebih lemah dan menyeimbangkan terhadap ancaman umum. Para pendukung “Balance of Power” teori mengemukakan bahwa perdamaian umumnya dipertahankan bila keseimbangan kekuasaan ada di antara kekuatan-kekuatan besar.18
17
Dr. Christoph Rohde: Introduction: The balance-of-power (BOP) in international relations theory.lihat padahttp://www.politischer-realismus.de/textbopinintbez.pdf diakses pada tanggal 18 Desember pkl 22.00 wib 18 Rizwan Naseer, Musarat Amin.Berkeley Journal of Social Sciences Vol. 1, No. 10, 2011.Balance of Power: A Theoretical explanation and Its Relevance in Contemporary Era. Lihat pada
14
India sendiripun beraliansi dan bersekutu dengan Amerika Serikat yaitu dengan melakukan kerjasama pertahanan, tentu saja hal ini meningkatkan posisi India di Asia Selatan. Dengan beraliansi dengan Amerika Serikat India berharap dapat menyeimbangi kekuatan Pakistan yang terlebih dahulu beraliansi dengan China. Kedua, negara-negara saling menyeimbangkan kekuatan militer masingmasing. Dalam Perang Dingin, Uni Soviet dan Amerika Serikat memperluas persenjataan nuklir mereka untuk menyeimbangkan kekuatan militer mereka.19 Hal inipun hampir serupa yang terjadi antara India dan Pakistan, dimana masingmasing negara saling memperbaharui dan meningkatkan armana militer dengan nuklir untuk mencapai posisi balance. Ernest Haas mengemukakan setidaknya ada 8 hal yang harus dipenuhi dalam Balance of Power itu20: a. Adanya distribusi power b. Adanya keseimbangan proses c. Hegemoni d. Kestabilan dan perdamaian sebagai wujud kekongkritan power e. Ketidakstabilan dan perang f. Kekuatan politik secara umum g. Hukum universal dari sejarah tertentu h. Sistem dan panduan yang digunakan oleh pembuat kebijakan.
http://www.berkeleyjournalofsocialsciences.com/NovDec3.pdf diakses pada tanggal 07 Februari pkl 18.00 Wib 19 Balance of Power in International Relations. Lihat pada http://www.legalserviceindia.com/article/l326-Balance-of-Power-in-International-Relations.html diakses pada tanggal 18 Desember pkl 22.35 Wib 20 Balance of Power and Power Shifts :Global Interests at stake. Lihat pada https://www.press.umich.edu/pdf/0472112872-ch4.pdfdiakses pada tanggal 07 Februari pkl 18.45 Wib
15
Dengan adanya distribusi power baik dari segi ekonomi maupun militer merupakan upaya yang dilakukan oleh India untuk menyeimbangkan kekuatan dengan Pakistan dengan cara mengembangkan senjata rudal yang berteknologi nuklir. India memiliki senjata plutonium yang diperkirakan antara 240-395 kg, tergantung pada kecanggihan desain hulu ledak dan dapat digunakan untuk memproduksi 40-90 simple fission weapons.21 Sekiranya dengan kekuatan militer tersebut India dapat menyamai Pakistan. Balance of power muncul dalam sistem kekuasaan ini untuk menghasilkan tiga kondisi.22 Pertama, keberagaman kedaulatan negara yang muncul haruslah tidak tunduk pada keterpaksaan dari salah satu legitimasi kedaulatan negara lain yang lebih berkuasa. Kedua, kontrol secara terus-menerus dari kompetisi akibat langkanya sumber daya atau nilai-nilai konflik. Ketiga, menyamaratakan distribusi status, kekayaan dan potensi power diantara aktor politik yang masuk dalam suatu sistem. Secara sistemik, balance of power digunakan untuk mencegah terjadinya sistem hegemoni yang didefinisikan sebagai sebuah dominasi suatu negara terhadap negara atau kelompok negara lain. Dengan kata lain, balance of power ini muncul karena adanya suatu pengaruh besar dalam bidang militer dan teknologi oleh negara pemilik power yang besar, yang kemudian disebut sebagai hegemoni. Walaupun pada kenyataannya, hegemoni suatu negara itu tidak dapat dihilangkan dengan menggunakan sistem perimbangan kekuatan (balance of power).23
21
India and Pakistan Compared :Military.lihat pada http://www.nationmaster.com/countryinfo/compare/India/Pakistan/Militarydiakses pada tanggal 07 Maret pkl 13.36 Wib 22 Balance of Power and Power Shifts :Global Interests at stake.Opcit 23 Ibid.
16
Gulick menjelaskan bahwa keseimbangan kekuasaan dibuat untuk mempertahankan eksistensi dari sistem negara. Dia menyebutkan surveillances, aliansi, koalisi, kemampuan untuk beralih aliansi dengan cepat dan tekad untuk menghancurkan musuh baik sepenuhnya, atau membangunnya kembali sebagai upaya dalam menjaga Balance of Power. Namun dalam penafsiran tertentu, balance yang dimaksudkan tidak benar-benar seimbang. Balance of power bisa dikondisikan dengan kekuatan-kekuatan yang tidak begitu seimbang namun di antara kekuatan tersebut terdapat keselarasan. Perubahan kekuatan, baik itu peningkatan maupun penurunan tidak terlalu signifikan sehingga dampak dari perubahan tersebut tidak terlalu mempengaruhi kekuatan lawan.24 India berupaya keras untuk dapat menyamai Pakistan untuk mencapai posisi balance, walaupun tidak benar-benar seimbang, akan tetapi dengan samasama memiliki nuklir sebagai power maka balance dapat dicapai. 1.5.2
Teori Nuklir Deterrence Teori deterrence dikemukakan pertama kali oleh Bernard Brodie yang
menganggap bahwa pengakisan atau pencegahan yang terjadi secara umum digunakan dalam term meyakinkan lawan bahwa aksi tertentu akan menimbulkan kerusakan yang fatal, yang tidak akan memberi keuntungan. Dengan alasan-alasan ekonomis, Brodie menjelaskan teori deterrence kedalam kaijan strategis, yang mengutamakan efisiensi dan efektivitas.25 Deterrence diusulkan sebagai teori oleh karena adanya kerugian besar setelah perang, seperti: biaya yang begitu mahal (kalkulasi), korban banyak berjatuhan. Dinamika proses deterrence yang terjadi 24
Ibid. Dougherty, James dan Platzgrafr Jr, Robert. Theories of Deterrence (chapter 9). Contending Theories of International Relations : A Comprehensive Study (4th edn).1999. New York : Longman.pp 368-401 25
17
saat perang dingin patut diperhatikan dengan melihat bagaimana keputusan pencegahan perang dilakukan dan sejauh mana peran penangkisan ini berpengaruh bagi perdamaian dunia.26 Oleh karena itu dengan munculnya teori deterrence, setidaknya dapat menggurangi konflik senjata yang dapat menyebabkan korban jiwa sebab dengan kepemilikan senjata pemusnah massal dapat menyadarkan negara-negara yang berkonflik untuk tidak menyerang satu sama, akan tetapi teori ini hanya berguna bagi negara-negara yang mempunyai nuklir. Revolusi nuklir melahirkan strategi militer baru dari agresi ke bentuk defense, Pergeseran sifat peperangan klasik yang agresif ke defensif sejak adanya revolusi nuklir memunculkan tesis bahwa nuklir bukanlah senjata yang sebenarnya.27 Sebagai senjata seharusnya nuklir membuat negara tahu siapa yang harus dilawan dan bagaimana menangkal serangan, namun no-first-use policy menunjukkan bahwa keberadaan nuklir masih terus diterka-terka oleh negara sebab nuklir dengan tingkat menghancurkan secara total menyebabkan prediksiprediksi akan kerugian dan kalkulasi amunisi menjadi begitu sulit.28 Setiap negara yang memiliki nuklir hanya berani mendeklarasikan mengenai hal-hal yang bersifat politis akan nuklir mereka karena jika sampai terkuak ke hadapan publik mengenai seberapa banyak dan besar kekuatan nuklir yang dimiliki maka saat itulah nuklir tidak memiliki fungsinya sebagai deterrence. Siapapun tidak dapat terjamin keamanannya dalam menghadapi senjata nuklir meskipun pihak yang diserang juga memilikinya.29 Hal inilah
26
Ibid. Gray, Collin S. 2007. “The Cold War, II: the Nuclear Revolution”, dalam War, Peace and International Relations: an Introduction to Strategic History, New York: Routledge, pp. 205-218. 28 Ibid. 29 Ibid. 27
18
dalam perang nuklir tidak ada pemenang atau kemenangan yang ada hanyalah kehancuran karena nuklir menghancurkan secara total kedua belah pihak. Dengan adanya nuklir dalam sistem internasional telah jauh mengurangi kemungkinan perang antar negara. Kesadaran akan bahaya nuklir ini apabila sungguh-sungguh digunakan dalam suatu peperangan, membuat negara agresor sangat sulit untuk menentukan suatu kemenangan yang pasti bagi dirinya sebab tidak ada perbedaan antara pemenang maupun yang kalah karena nuklir menghancurkan semuanya. Menurut Dahlan Nasution dalam bukunya ”Politik Internasional Konsep dan Teori” nuklir tidaklah melulu dipertimbangkan dari segi militer saja, akan tetapi juga konteks politik bangsa-bangsa yang bersangkutan. Pertimbangan politik disini maksudnya bahwa persenjataan itu bukan hanya ditujukan untuk menghancurkan kekuatan lawan, akan tetapi juga dipergunakan sebagai alat untuk menunjang “bargaining position” dalam usaha mencapai kepentingan nasional.30 Hal inilah yang coba India lakukan dengan meningkatkan kekuatannya untuk dapat mencapai “bargaining position” dalam kepentingan nasionalnya terkait dengan wilayah Kashmir, selain itu India mengembangkan nuklir untuk menangkal ancaman dan agresi dari negara lain terutama Pakistan. India merasa terancam dengan Pakistan yang terlebih dahulu mengembangkan nuklir dan takut jika sewaktu-waktu Pakistan menyerang mereka dengan senjata nuklir, mengingat bahwa hubungan kedua negara yang panas-dingin yang disebabkan oleh berbagai macam konflik. India berharap bahwa dengan kepemilikikan nuklir maka Pakistan
30
Dahlan Nasution. Politik Internasional Konsep dan teori. Hal 99
19
tidak akan berani bertindak ceroboh dengan menyerang mereka dengan senjata nuklir pula.
1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Tingkat Analisa Untuk mempermudahpenelitian ini, peneliti menetapkan tingkat analisa. Seperti yang dikatakan oleh J. David Singer dalam ilmu apapun ada keharusan untuk memilih sasaran analisa tertentu :” dalam setiap bidang kegiatan keilmuan, selalu terdapat berbagai cara memilah-milah dan mengatur fenomena yang dipelajari demi analisis yang sistematisbaik dalam ilmu fisik maupun ilmu sosia, pengmat harus memilih pusat perhatian,pada bagian-bagiannya atau pada keseluruhan fenomena itu, pada komponenya atau pada sistemnya. Misalnya ia bisa memilih mau memperlihatkan bunga atau kebunnya, pohon atau hutannya, rumah atau kampungnnya, remaja nakal atau kelompok gangnya, anggota DPR atau parlemennya dan sebagainya.31 Oleh sebab itu penulis menyederhanakan menentukan unit analisa yaitu perilaku yang hendak didiskripsikan jelaskan dan ramalkan (variabel dependen) dan unit eksplanasi yaitu dampaknya terhadap terhadap unit analisa yang hendak diamati (variabel independen).32 Dalam penelitian ini unit analisanya adalah konflik India-Pakistan sedangkan unit eksplanasinya adalah pengembangan nuklir India, menurut Mohtar Mas’oed, jika sebuah penelitian memiliki unit eksplanasi yang sama dengan dengan unit analisanya, maka penelitian tersebut memakai model pendekatan kolerasionis.33
31
Mas’oed,Mohtar,(1990), Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, LP3S, Jakarta, hal;36 32 Ibid.hal 35 33 Ibid.hal.39
20
1.6.2 Tipe Penelitian Setelah terlebih dahulu peneliti memaparkan permasalahan dan membuat pertanyaan penelitian, serta memilih perangkat teori yang akan digunakan untuk menganalisis permasalahan maka penelitian ini menggunakan logika penelitian deduktif, langkah selanjutnya adalah peneliti menentukan hipotesa. Melihat pada tujuan penelitian ini maka penelitian ini dapat digolongkan kedalam penelitian eksplanatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena.
1.6.3 Tehnik Pengumpulan Data Di dalam penelitian kualitatif, dalam menjelaskan permasalahan yang diteliti tergantung pada validitas data yang memberikan informasi dalam penelitian. Untuk itu, di dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data dalam bentuk kajian pustaka (library research) dalam bentuk jurnal, artikel maupun media lainnya yang berhubungan dengan fokus kajian penelitian. Setelah mengumpulkan data-data peneliti menganalisis untuk kemudian dapat menggambarkan fenomena yang terjadi.
1.6.4 Metode Analisa Data Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif untuk menganalisis data yang diperoleh. Inti dari model analisis interaktif ini adalah sebagai berikut : a. Pengumpulan data b. Reduksi data, yaitu proses penyeleksian atau pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data yang ada dalam catatan-catatan yang
21
diperoleh dari berbagai literatur. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengatur data sedemikian rupa sehingga dapat ditarik hasil akhir dan diverifikasi. c. Sajian data,
yaitu suatu rangkaian argumentasi informasi
yang
memungkinkan dapat dilakukan penarikan kesimpulan. d. Penarikan kesimpulan atau verifikasi, yaitu suatu usaha menarik kesimpulan berdasarkan hal-hal yang ditemui dalam reduksi data maupun penyajian data. Proses perumusan kesimpulan dapat dilakukan sejak mulai melakukan penelitian melalui telaah pustaka dan selama penelitian berlangsung, tidak ada kesimpulan akhir sebelum proses pengumpulan data berakhir sebab bila kesimpulan dirasa kurang mantap karena terdapat kekurangan data dalam reduksi dan sajian data, maka peneliti akan menggalinya dalam fieldnote. Bila dalam fieldnote tidak diperoleh data yang dimaksud, maka peneliti akan melakukan pengumpulan data kembali bagi pendalaman atau pemantapan data yang diperlukan.34
1.6.5 Batasan waktu Untuk dapat lebih fokus pada kajian permasalahan, maka peneliti menetapkan batasan waktu yaitu pada tahun 1998 sampai tahun 2014 pada tahun tersebut India berhasil melakukan serangkaian percobaan
peledakan rudal
Agninya dan penulis juga melihat bagaimana perkembangan konflik IndiaPakistan pasca peluncuran rudal tersebut. 34
Mattew B. Miles& A. Michael Huberman,1992, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI Press, hlm. 23
22
1.7 Hipotesa Upaya
India
untuk
mengembangkan
nuklirnya
bertujuan
untuk
menyeimbangkan kekuatannya dengan Pakistan yang notabenenya lebih dahulu mengembangkan nuklirnya. Dengan kepemilikan nuklir oleh India menambah (military capacity building) kapasitas dan kapabilitas milter India, apalagi efek deterernce yang dimiliki nuklir menambah kepercayaan diri India, hal ini kemudian membawa India pada posisi yang seimbang (balance) antara India dan Pakistan. Keseimbangan posisi ini membuat kedua negara saling menahan untuk agresif, maka ketika dua negara sama-sama menahan diri untuk agresif maka akan ada yang disebut the absense of war (kekosongan konflik) karena posisi balance berhasil diciptakan.
1.8 Struktur Penulisan BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1
Tujuan Penelitian
1.3.2
Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis b. Manfaat Praktis
1.4 Kajian Pustaka 1.4.1
Literatur Review
23
1.5 Landasan Konsep dan Teori 1.5.1
Balance of Power
1.5.2
Teori Nuklir Deterrence
1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1
Tingkat Analisa
1.6.2
Tipe Penelitian
1.6.3
Tehnik Pengumpula Data
1.6.4
Metode Analisa Data
1.6.5
Batasan Waktu
1.7 Hipotesa BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN KONFLIK DAN PERBANDINGAN KEKUATAN MILITER INDIA-PAKISTAN 2.1 Sejarah Konflik India-Pakistan 2.2 Perkembangan Konflik India-Pakistan 2.3 Gambaran Kekuatan Militer India-Pakistan Pra Pengembangan Nuklir India 2.1.1 Kekuatan Militer India 2.1.2 Kekuatan Militer Pakistan BAB III PENINGKATAN POWER INDIA DAN KETERLIBATAN ASING MELALUI PENGEMBANGAN NUKLIR 3.1 Sejarah Pengembangan Nuklir India 3.1.1 Tujuan Pengembangan Nuklir India 3.2 Peningkatan Power India Melalui Pengembangan Nuklir India 3.3Hubungan AS-India dan Pengaruhnya terhadap Isu Nuklir India 3.2.1 Respon AS terhadap Nuklir India
24
3.2.2 Kerjasama India-AS BAB
IV
INTENSITAS
KONFLIK
INDIA-PAKISTAN
PASCA
PENGEMBANGAN NUKLIR INDIA 4.1 Balancing India terhadap Pakistan 4.2 Hubungan India-Pakistan Pasca Pengembangan Nuklir India BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA
25