BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang anak merupakan masalah yang perlu diketahui atau dipahami sejak konsepsi hingga dewasa usia 18 tahun dengan usia 21 tahu menurut Undang – undang kesejahtraan anak RI No. 4 Tahun 1979 sampai dengan 21 tahun sebelum menikah (WHO). Beberapa masalah tumbuh kembang anak yang perlu dijadikan acuan dalam pendeteksian diantaranya: 10% anak akan mencapai kemampuan pada usia dini, 50% akan mencapai kemampuan kemudian, 75% anak akan mencapai kemampuan, 90% anak sudah harus dapat mencapai kemampuan pada usia paling lambat masih dalam batas harus normal dan 10% anak dimasukkan dalam kategori terlambat apabila belum mencapai kemampuannya (Hidayat, 2008). Di Indonesia seperti kemungkinan besar di negara-negara yang sedang berkembang lainnya masih banyak ditemukan praktek pengasuhan anak yang kurang kaya stimulasi tumbuh kembang. Sedangkan stimulasi ini sangat penting untuk perkembangan mental psikososial anak tersebut (Hariweni, 2000). Seperti yang kita ketahui bahwa anak adalah penerus cita-cita bangsa, yang pada dasarnya telah diletakkan oleh generasi sebelumnya, sehingga anak yang berkembang dan bertambah dengan baik pula sesuai dengan keinginan dan harapan. Akan tetapi anak yang tidak dirawat dengan baik maka anak bertumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya, kita sering melihat dan bahwakan mendengar banyak anak yang tidak diperlakukan dengan baik bahkan tidak wajar, sehinggga kemungkinan anak berprilaku kurang sopan, sedangkan disisi lain dituntut akan menjadi penerus keluarga dan berkualitas, namun tidak sedikit keluarga yang mengabaikan hak-hak anak (Suherman, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Ibu menginginkan putra-putrinya mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Proses kembang anak dalam kandungan sampai usia remaja berkaitan satu sama lain. Proses ini di pengaruhi banyak faktor secara garis besar terbagi dua faktor yaitu faktor genetik dan biofisiko psikososial. Dalam proses tersebut anak memerlukan pemenuhan kebutuhan dasar anak, yaitu pertumbuhan asuh (biomedis), asih (kebutuhan emosi dan kasih sayang), dan asah (pemberian stimulasi/rangsang). Salah satu cara mendapat anak yang berkualitas adalah dengan memantau tumbuh kembang anak secara berkala. Umumnya jika pertumbuhan mengalami gangguan maka akan memberikan dampak pula pada aspek perkembangan. Untuk itu pemantauan perlu dilakukan berkesinambungan mencakup pemantauan pertumbuhan dan skrining perkembangan. Tiga tahun pertama usia perkembangan anak merupakan periode emas atau masa kritis untuk optimalisasi proses tumbuh kembang dan merupakan masa yang tepat untuk seorang anak menjadi dewasa yang unggul di kemudian hari (Hidayat, 2008). Ibu hendaknya lebih menyadari dan peduli terhadap perkembangan bayi. Ibu harus paham detiksi dini tumbuh kembang anak. Deteksi dini akan mengatisipasi adanya keterlambatan dalam gerak motorik kasar. Bayi di dunia pada umumnya dan bayi di Indonesia pada khususnya saat ini sedang menghadapi perubahan global. Perubahan tersebut di tandai beberapa hal antara lain ledakan penduduk, kemajuan teknologi yang pesat gaya hidup, dan sebagainya (Dinkes, 2010). Ibu memiliki peran penting dalam optimalisasi perkembangan seorang bayi. Ibu harus selalu memberikan rangsang atau stimulasi kepada anak dalam semua aspek perkembangan baik motorik kasar maupun halus, bahasa dan personal sosial. Stimulasi ini harus di berikan secara rutin dan berkesinambungan dengan kasih sayang,refleks,pola tidur dan lain. Sehingga perkembangan anak akan berjalan
Universitas Sumatera Utara
optimal. Kurangnya stimulasi dari orang tua dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan anak, karena itu para orang tua atau pengasuh harus diberi penjelasan cara-cara melakukan stimulasi kepada anak-anak (Dinkes,2010). Kebutuhan stimulasi atau upaya merangsang anak untuk memperkenalkan suatu pengetahuan ataupun keterampilan baru ternyata sangat penting dalam upaya peningkatan kecerdasan anak. Stimulasi dapat dilakukan pada anak sejak calon bayi masih berwujud janin, sebab janin bukan merupakan makhluk yang pasif. Di dalam kandungan janin sudah dapat bernafas, menendang , menggeliat, bergerak, menelan menghisap jempol, dan lainnya (Siswono, 2004). Untuk menjadikan anak cerdas, faktor stimulus menjadi sangat penting, baik yang berkaitan dengan fisik maupun mental atau emosional anak. Ibu dapat memberikan stimulasi sejak buah hatinya masih dalam kandungan, saat lahir, sampai dia tumbuh besar. Tentu saja dengan intensitas dan bentuk stimulasi yang berbedabeda pada setiap tahap perkembangannya. Namun hal ini masih sedikit dipahami masyarakat, baik orang tua, kader maupun pemerhati anak (Rukiah, 2010). Stimulasi juga dilakukan ibu atau keluarga setiap ada kesempatan atau seharihari. Stimulasi disesuaikan dengan umur dan prinsip stimulasi. Untuk menjadikan anak cerdas, faktor stimulasi menjadikan sangat penting, baik yang berkaitan dengan fisik maupun mental atau emosional anak. Ibu dapat memberikan stimulasi sejak buah hatinya masih dalam kandungan, saat lahir, smpai dia tumbuh besar. Tentu saja dengan intensitas dan bentuk stimulasi yang berbeda-beda pada setiap tahap perkembangannya. Namun hal ini masih sedikit dipahami masyarakat,baik orang tua, kader maupun pemerhati anak (Rukiah, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Jumlah Balita di Indonesia sekitar 10% dari seluruh populasi. Maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius. Pembinaan pertumbuhan perkembangan anak secara komperhensif dan berkualitas yang diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan pertumbuhan perkembangan balita dilakukan pada masa kritis (Depkes, 2005:1). Dari data analisa situasi orang tua dan anak di Dinas Kesehatan tingkat I Propinsi Jawa Timur 2008 untuk deteksi tumbuh kembang balita di Jawa Timur di tetapkan 80% tetapi cakupan diperiksa 40-59% dan mengalami perkembangan tidak optimal sebanyak 0,14% (Depkes, 2005). Peran seorang ibu dalam pemberian stimulasi pada anaknya sangat besar, karena itu diperlukan pemahaman yang besar mengenai masalah ini. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan dalam masalah ini adalah: umur, sumber informasi, dan status ekonami. Dari hasil penelitian di daerah kumuh di kelurahan Pulogadung Jakarta ditemukan bahwa pengetahuan orang tua tentang stimulasi bagi perkembangan anak masih sangat kurang, hanya sekitar 1,3% yang mempunyai pengetahuan tinggi tentang stimulasi, 34,4 % pengetahuan sedang dan 6,4% berpengetahuan rendah tentang stimulasi (Hariweni, 2000). Berdasarkan data dan masalah diatas bahwa pentingnya stimulasi pertumbuhan dan perkembangan neonatus dan sikap ibu dalam pemberian stimulasi maka peniliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan sikap ibu dalam memberikan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan neonatus.
Universitas Sumatera Utara
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut adakah hubungan pengetahuan dan sikap ibu dalam memberikan tentang stimulasi pertumbuhan dan perkembangan neonatus di Klinik Bersalin Nauli Tahun 2013.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap ibu dalam memberikan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan neonatus. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui distribusi karakteristik demografi ibu tentang stimulasi pertumbuhan dan perkembangan neonatus. b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang stimulasi pertumbuhan dan perkembangan neonatus. c. Untuk mengetahui sikap ibu dalam memberikan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan neonatus. d. Untuk menguji hubungan pengetahuan dengan sikap ibu dalam memberikan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan noenatus.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Responden Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan sumber informasi bagi keluarga dalam pelaksanaan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi neonatus ini dapat terlaksana dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
2. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat memberi pengalaman nyata bagi peneliti sebagai peneliti pemula dalam proses penelitian dan peneliti dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuannya yang diperoleh dari pendidikan dengan keadaan yang ada dilahan praktek. 3. Bagi peneliti selanjutnya Sebagai bahan masukan, perbandigan, dan tambahan informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara