BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra pada dasarnya mengungkapkan kejadian, namun kejadian tersebut bukanlah fakta yang sesungguhnya melainkan fakta dari hasil pemikiran pengarang. Pengarang mengolah fakta objektif dengan menggunakan fakta imajinasi, kemudian tercipta suatu pemikiran imajinatif yang akan tercermin lewat karya sastra yang diciptakannya. Hal ini berarti, ketika pengarang selesai menuangkan idenya melalui karya yang diciptakannya, pembaca juga akan mengalami proses kejiwaan yang sama seperti pengarang dan untuk merekam gejala psikologi tersebut, maka diperlukan seperangkat teori ilmu jiwa. Karya sastra yang dihasilkan pengarang selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter. Hal ini berarti, karya sastra juga menggambarkan kejiwaan. Karya sastra selalu terlibat dalam segala aspek kehidupan, tidak terkecuali aspek kejiwaan atau psikologi. Manusia sendiri pada dasarnya terdiri atas jiwa dan raga. Oleh karena itu, penelitian yang menggunakan pendekatan psikologi terhadap karya sastra merupakan bentuk pemahaman dan penafsiran karya sastra dari sisi psikologi. Alasan ini diperkuat dengan adanya tokoh dalam karya sastra yang dimanusiakan. Tokoh dalam karya sastra tersebut diberikan jiwa dan mempunyai raga. Jiwa merupakan objek penelitian dari psikologi yang bersifat abstrak dan tidak dapat dilihat oleh manusia lain. Peneliti di bidang psikologi lebih cenderung mempelajari bentuk dari perbuatan, hal ini dilakukan untuk mempermudah kajian 1
2
dari psikologi. Mengkaji perbuatan lebih memudahkan seseorang mempelajari keadaan jiwa yang tidak terlihat, sebab perubahan yang terjadi pada jiwa akan terlihat dari bentuk perbuatan seseorang. Begitu pula dengan karya sastra, untuk mengetahui keadaan jiwa tokoh maka peneliti dalam bidang ini dapat mengkaji perbuatan tokoh sebagai pelaku yang menjalankan cerita. Tindakan manusia dinilai oleh manusia lain dalam kehidupan sehari-hari, begitu pula tindakan tokoh dalam cerita yang juga akan mendapatkan penilaian dari tokoh-tokoh yang lain. Tindakan ini merupakan bentuk dari tingkah laku manusia dan tokoh itu sendiri. Seseorang akan bertindak atau berperilaku sesuai dengan kehendaknya, kemudian dari kehendak inilah muncul penilaian baik dan buruk dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Kalau tindakan manusia dinilai atas baik buruknya, tindakan itu seakan-akan keluar dari manusia, dilakukan sadar atas pilihan, dengan satu perkataan sengaja. Manusia sebagai makhluk memiliki pilihan-pilihan atas dirinya sendiri. Pilihan ini tidak dapat dipisahkan selama manusia itu hidup. Memilih adalah cara manusia menjalani hidupnya. Ketika manusia bertindak, maka manusia tersebut akan memilih terlebih dahulu. Ada pengetahuan kesadaran di dalam tindakan itu sendiri, sekalipun tindakan itu tidak disengaja namun pada hakikatnya manusia itu memiliki pengetahuan kesadaran atas tindakannya, atau dapat dikatakan sengaja. Faktor kesengajaan tindakan manusia ini mutlak untuk penilaian baik buruk, yang disebut penilaian etis atau moral, akan tetapi bukan berarti manusia itu mengetahui tindakan tertentu yang dilakukannya dalam menjalankan sesuatu yang baik dan buruk. Manusia pada suatu ketika dan pada umumnya mengetahui
3
baik buruk yang disebut kesadaran etis atau kesadaran moral. Kesadaran moral ini tidak selalu ada pada manusia, begitu juga dengan kesadaran pada umumnya. Manusia dengan perubahan perilaku merupakan gejala neurotis karena aksi kebersamaan dari suatu sistem biologis dan pengalaman lingkungan yang berkontribusi pada reaksi reaksi emosional, sehingga keadaan manusia yang terkena pengaruh lain yang menyebabkan tidak sadarkan diri, sehingga tidak mengetahui yang diperbuat merupakan bagian dari kesadaran moral (Cervone dan Lawrence 2011:322). Kesadaran adalah milik manusia, manusia memiliki kesadaran atas tindakan yang dipilihnya. Tindakan yang dilakukan secara tidak sengaja merupakan tindakan yang disebabkan karena adanya pengaruh tertentu dari lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan psikologisnya. Seseorang melakukan tindakan tertentu karena orang tersebut dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan akan memengaruhi seseorang dalam bertindak dan dari tindakantindakan yang dilakukan ini kemudian muncul suatu penilaian baik dan buruk, sebab tidak semua tindakan yang diambil oleh seseorang akan sesuai dengan orang-orang yang berada di sekitarnya. Manusia sendiri adalah makhluk yang memiliki badan, Badan membantu manusia menyadari segala sesuatu yang berkaitan dengan dirinya maupun di luar dirinya. oleh karena itu, disebutkan di atas bahwa manusia memiliki kesadaran atas segala tindakannya. Keinderaan manusia sendiri terdapat pada badan manusia. keinderaan akan membantu manusia untuk menjalankan dirinya dan
4
berinteraksi dengan lingkungannya. Indera membantu manusia mengetahui sesuatu yang terjadi pada dirinya maupun lingkungannya. Lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi individu di dalam hidupnya, baik dalam lingkungan fisik seperti orangtua, rumah, kawan-kawan bermain, masyarakat sekitar maupun dalam bentuk lingkungan psikologis seperti perasaan-perasaan yang dialami, cita-cita, persoalan-persoalan yang dihadapi dan sebagainya. Lingkungan ini dapat memengaruhi seseorang individu bahkan sejak berada di dalam kandungan. Begitu pula semenjak lahir di dunia, perkembangan anak itu akan tetap dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan yang berasal dari lingkungannya ( Ahmadi, 2009:193) Lingkungan yang dapat memengaruhi seseorang individu hanya bersifat efektif saja, artinya lingkungan tersebut ada artinya bagi seorang individu. Jika lingkungan tersebut memuat hal-hal tertentu yang menarik minatnya dan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu, maka lingkungan tersebut dapat mendorong untuk mengadakan reaksi tertentu. Hal ini berarti, tingkah laku manusia adalah sebagai hasil dari interaksi seseorang individu dengan lingkungannya. Bentuk tingkah laku yang berupa tindakan manusia sebagaimana telah dijelaskan di atas salah satunya adalah baik dan buruk. Baik dan buruk dari tindakan manusia ini mengacu pada tindakan tidak sadar dan sadar, sebab tingkah laku tidak sadar dan sadar ini sebenarnya memiliki kesadaran, artinya manusia dalam berkehendak selalu menyadari tindakannya, namun terkadang kesadaran ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang kemudian digolongkan menjadi
5
ketidaksengajaan yang berarti orang tersebut melakukannya tanpa sadar. Dalam hal ini, peneliti menggunakan salah satu teori psikologi yang disebut psikologi fenomenologi. Teori psikologi fenomenologi yang dikemukakan oleh Hugenholtz menjelaskan bahwa, badan manusia menciptakan suatu alam (pengalaman) dan suatu dunia (pengamatan). Maksud dari istilah alam ialah lingkungan yang tidak sadar sedangkan istilah dunia ialah lingkungan yang sadar (Brouwer, 1984:3). Psikologi fenomenologi menyoroti perilaku manusia dari segi gejala yang ditimbulkan. Psikologi fenomenologi adalah suatu prosedur yang lebih terbatas dan spesifik, yang dirancang untuk mengeksplorasi kesadaran dan pengalaman manusia yang segera atau langsung. Pendekatan dengan menggunakan psikologi fenomenologi ini adalah cara yang dilakukan peneliti untuk membatasi penelitian yang dilakukan pada novel Layla Majnun. Pendekatan ini dapat memudahkan peneliti untuk lebih menfokuskan bentuk perilaku tokoh utama yang berupa tindakan-tindakan. Keunikan dari penelitian ini adalah kebenaran bahwa manusia memiliki dua lingkungan, yaitu lingkungan tidak sadar dan lingkungan sadar. Berdasarkan kedua kebenaran tersebut akan tercipta suatu bentuk perilaku tidak sadar dan bentuk perilaku sadar. Kedua bentuk perilaku ini dapat dilihat dari tindakantindakan yang dilakukan oleh tokoh dalam kehidupannya. Selain itu, keunikan dari novel terjemahan Layla Majnun karya Nizami salah satunya adalah terdapat 8.000 baris syair yang ditulis oleh Nizami di dalam novel Layla Majnun. Novel Layla Majnun juga merupakan salah satu kisah yang populer dalam dunia Islam. Beragam versi dari kisah tragis ini telah muncul dalam hampir semua bahasa di
6
negara-negara Islam. Meski demikian, karya Nizamilah yang paling menarik dan masih menjadi dasar dalam menerjemahkan kisah Layla Majnun (Wening, 2011). Telaah perilaku pada tokoh utama dalam novel Layla Majnun karya Nizami Ganjavi juga didasari oleh suatu ketertarikan terhadap penderitaan batin yang dialami oleh Majnun sebagai tokoh utama. Penderitaan yang dialami tokoh utama ini akan menarik bila dikaji secara psikologi, sebab perilaku Majnun yang dianggap kurang baik oleh banyak orang merupakan gambaran dari penderitaan batinnya. Qays yang merupakan tokoh utama dalam novel Layla Majnun memiliki sebutan Majnun (gila) dari orang-orang sebab perilakunya tersebut. Perilaku ini disebabkan oleh perasaan kesendirian, merasa ditinggalkan, dan dijauhi lingkungan. Selain itu, yang menjadi persoalan dikarenakan tokoh utama menahan perasaan cinta yang dalam terhadap Layla. Begitu pula sebaliknya, Layla juga rela menderita demi mempertahankan cintanya. Psikologi akan memberikan gambaran tentang aktivitas-aktivitas yang dilakukan tokoh utama. Gambaran aktivitas tokoh yang menderita dapat dilihat dari pilihan-pilihan atas hidupnya, salah satunya pilihan untuk hidup bersama binatang buas. Aktivitas yang dilakukan tokoh merupakan perwujudan hidup kejiwaan. Jika dikaitkan dengan kejadian yang dialami oleh Majnun, maka novel Layla Majnun karya Nizami Gunjavi sangatlah tepat apabila dikaji melalui pendekatan psikologi, tepatnya psikologi fenomenologi. Penelitian tentang fenomenologi pernah dilakukan oleh Yuniarsih (2009) dengan judul penelitian Perilaku Komunikasi Interpersonal dalam Perjalanan Hidup seorang Lesbian di Sidoarjo (Studi Fenomenologi pada Seorang Lesbian di
7
Sidoarjo). Penelitian tersebut mengkaji tentang Perilaku Komunikasi Interpersonal dalam Perjalanan Hidup seorang Lesbian. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuniarsih terletak pada teori yang digunakan yaitu Fenomenologi. Perbedaannya pada aspek yang dikaji, yaitu tentang perilaku tidak sadar dan sadar pada tokoh utama dalam novel Layla Majnun, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yuniarsih merupakan kajian fenomenologi yang berfokus pada diri subjek, keterbukaan subjek, dialog subjek dan pengalaman subjek. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Pahmi (2012) “Analisis Kekuasaan Tokoh dalam Kisah Percintaan Novel Layla Majnun Karya Nizami. Penelitian yang telah disebutkan di atas memiliki persamaan dengan penelitian ini, yakni sama-sama menggunakan novel Layla Majnun. Perbedaannya terletak pada teori yang digunakan oleh peneliti lebih menekankan pada perilaku sadar dan tidak sadar tokoh utama dalam novel Layla Majnun., sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Pahmi lebih menekankan pada bentuk dan fungsi kekuasaan tokoh dalam kisah percintaan novel Layla Majnun karya Nizami. 1.2 Fokus Masalah Penelitian ini menitikberatkan pada bentuk perilaku tidak sadar dan sadar tokoh utama. Adapun penelitian tersebut didasarkan atas perilaku tokoh utama dalam novel Layla Majnun yang dianggap kurang baik bagi banyak orang. Perilaku ini muncul karena tokoh utama mengalami penderitaan batin yang disebabkan oleh perasaannya. Tokoh utama akhirnya memilih bentuk perilaku yang dianggap tidak baik bagi layaknya seorang manusia. Perilaku inilah yang
8
kemudian dianggap perilaku tidak sadar. Bentuk perilaku tidak sadar akan memberikan gambaran tentang pribadi tokoh yang mengalami depresi. Keadaan tokoh yang mengalami depresi ini dapat dilihat dari perasaan kesendirian, kehilangan minat dan perasaan bersalah tokoh, sedangkan perilaku perilaku sadar tokoh utama sendiri dibentuk dari pengamatan tokoh yang melibatkan alat inderanya seperti melihat
mendengar dan adaptasi. Dasar pertimbangan dari
fokusan masalah adalah lebih dominannya permasalahan yang membentuk sebuah cerita dalam novel Layla Majnun karya Nizami Ganjavi, selain itu penekanan perilaku tidak sadar dan perilaku sadar ini lebih berorientasi pada pemikiran peneliti. 1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah ini bertujuan agar permasalahan yang akan dibahas menjadi terarah dan menuju pada tujuan yang dicapai, sehingga hal ini diperlukan adanya perumusan masalah. Adapun permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. a. Bagaimana bentuk perilaku tidak sadar tokoh utama dalam novel Layla Majnun karya Nizami Ganjavi? b. Bagaimana bentuk perilaku sadar tokoh utama dalam novel Layla Majnun karya Nizami Ganjavi? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini dipaparkan sebagai berikut.
9
a. Mendeskripsikan bentuk perilaku tidak sadar tokoh utama dalam novel Layla Majnun karya Nizami Ganjavi. b. Mendeskripsikan bentuk perilaku sadar tokoh utama dalam novel Layla Majnun karya Nizami Ganjavi. 1.5 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, manfaat yang akan dicapai adalah sebagai berikut. 1.5.1 Manfaat Teoretis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu sastra. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penggunaan teoriteori sastra secara teknik analisis terhadap karya sastra. 1.5.2 Manfaat Praktis a. Bagi pengarang penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk dapat menciptakan karya sastra yang lebih baik. b. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah minat baca dalam mengapresiasikan karya sastra, juga
mengerti
tentang
bermacam-macam tingkah laku manusia yang sesuai dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. c. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan sastra dan menambah khazanah penelitian sastra Indonesia sehingga bermanfaat bagi perkembangan sastra Indonesia.
10
1.6 Penegasan Istilah Beberapa istilah yang perlu ditegaskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Fenomenologi adalah suatu metode pemikiran, a way of looking at things, pemakaian suatu kaca mata yang berbeda dengan cara berpikir seorang ahli salah satu ilmu (Brouwer, 1984:3). 2) Psikologi Fenomenologi adalah salah satu teori sastra yang mengkaji tentang perilaku, yakni menyoroti perilaku manusia dari segi gejala yang ditimbulkannya (Saraswati, 2012:149). 3) Tokoh Utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam novel yang bersangkutan. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian, bahkan pada novel-novel tertentu, tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam setiap halaman buku cerita yang bersangkutan (Nurgiyantoro 2010:177).