BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Karya sastra merupakan imajinasi pengarang yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian dinikmati oleh pembaca. Pengarang mempunyai bahasa yang khas dalam menuangkan hasil pikirannya ke dalam karya sastra. Wellek dan Weren (1993:109) menjelaskan sastra adalah institusi sosial yang memakai medium bahasa. Seni kreatif sastra menggunakan manusia dan segala macam segi kehidupannya sebagai media dalam menyampaikan ide. Kehadiran karya sastra tidak pernah terlepas dari identitas pengarangnya karena sebuah karya sastra bersumber dari lingkungan atau masyarakat pengarang. Salah satu yang tidak pernah terlepas atau selalu kental dengan pengarang yaitu dari latar belakang karya sastra itu sendiri. Latar belakang inilah yang akan mengarahkan karya sastra pada tujuan penelitian karya sastra tersebut berupa apa saja yang melatarbelakangi, bagaimana kondisi kejiwaan, bagaimana situasi masyarakat sekitarnya, faktor religi, latar belakang sosial-budaya atau masalah historis politik. Karya sastra sebagai hasil dari imajinasi pengarang yang dapat dijadikan sebagai penilaian pribadi pengarang tersebut. Karya sastra sebagai karya yang fiktif dituangkan oleh pengarang ke dalam puisi, cerpen, novel maupun naskah drama. Dalam karya sastra itulah kita dapat mengetahui maksud atau pesan yang disampaikan oleh pengarang. Puisi merupakan karangan menggunakan kata-kata indah yang terikat oleh rima dan irama. Berbeda dengan puisi, cerpen adalah cerita pendek yang dapat dibaca sekali duduk.
1
2 Berbeda dengan keduanya, novel merupakan cerita yang dibuat oleh pengarang dan membutuhkan waktu yang lama dalam membacanya. Berbeda juga dengan puisi, cerpen, dan novel, naskah drama merupakan teks cerita yang diperagakan oleh orang untuk dipentaskan. Berbicara tentang novel, novel merupakan karya sastra yang berisi cerita di dalamnya dan membutuhkan waktu yang lama saat membaca. Novel biasanya menceritakan cerita sedih, senang, kecewa, perjuangan hidup, percintaan dan sebagainya. Oleh karena itu, di dalam novel terdapat tokoh-tokoh untuk menceritakan suasananya. Tokoh-tokoh inilah yang memperkuat isi suatu novel. Tokoh-tokoh dalam novel salah satunya merupakan tokoh utama. Tokoh utama merupakan orang yang berperan banyak dalam novel. Isi dalam novel dapat berupa situasi masyarakat yang sebenarnya, ada juga berupa cerita fiktif belaka, dapat juga berupa cerita masyarakat lain. Isi dalam novel salah satunya berupa konflik. Konflik merupakan masalah yang dihadapi oleh tokoh. Konflik yang dialami di dalam novel tidak jauh berbeda dengan konflik-konflik yang ada di masyarakat. Misalnya konflik tentang percintaan, keluarga, masyarakat dan sebagainya. Karya sastra mempunyai fungsi sebagai sistem komunikasi. Karya sastra dapat dijadikan sebagai media untuk pembelajaran. Salah satu pembelajaran sastra yang sering dilakukan yaitu saat di sekolah. Namun, pembelajaran sastra di sekolah masih kurang mengimplenetasikan sastra dalam pembelajaran karena kebanyakan pendidik hanya mengutamakan dari segi kebahasaannya saja. Sastra pada dasarnya memilik sifat dasar yang hanya dapat ditangkap siswa dengan baik apabila setiap unsur khusus dihadirkan sebagai suatu ‘pengalaman baru’ bagi siswa (Rahmanto, 2004:36). Pengalaman baru dihadirkan agar sastra memberikan sesuatu yang berarti bagi siswa. Siswa yang sudah
3 mendapat pengalaman baru dapat diketahui ketika siswa tersebut menemukan inti yang disampaikan dalam pembelajaran sastra tersebut. Salah satu novel yang memiliki konflik yang menarik yaitu trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Psikologi sastra adalah analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis (Ratna, 2013:350). Dengan memusatkan perhatian pada tokoh utama, maka dapat dianalisis konflik batin yang bertentangan dengan psikologis. Dalam novel ini Ahmad Tohari menggambarkan seorang wanita yang dijadikan sebagai ronggeng. Saat akan dilaksanakannya malam buka klambu, si ronggeng atau Srintil tidak ingin menyerahkan kehormatannya kepada lakilaki lain kecuali Rasus. Akan tetapi awal pertama kali Rasus tidak mau. Sejak saat inilah timbul konflik-konflik baru yang salah satunya Srintil tidak ingin melayani laki-laki lain selain Rasus karena dia menginginkan sebuah pernikahan dan mempunyai seorang anak. Novel Ronggeng Dukuh Paruk diteliti karena menarik untuk diteliti, salah satu alasan yang menarik diteliti dalam novel yaitu tentang kemasyarakatan. Tokoh utama atau Srintil dalam novel diceritakan sebagai simbol tokoh yang memberikan semagat keperempuannya untuk keluar dari kekangan laki-laki yang biasanya perempuan jaman dahulu hanya dijadikan tempat pelampiasan oleh laki-laki. Kelebihan dari novel Ronggeng Dukuh Paruk adalah dalam segi bahasa. Bahasa yang digunakan Ahmad Tohari dalam novel mudah dimengerti yang membuat pembaca mudah untuk memahami setiap alur cerita. Ahmad Tohari dalam membuat novel tidak melepaskan diri dari pengalaman hidup pedesaan yang menunjukkan keaslian alam. Ciri inilah yang menjadikan keunggulan dalam setiap novel Ahmad Tohari karena pembaca
4 akan tertarik dengan sebuah karya sastra yang latar belakang budayanya memiliki kesamaan. Cerita dalam novel memiliki banyak konflik yang dialami oleh tokoh utama yaitu Srintil. Konflik yang dialami oleh Srintil sebagai tokoh utama novel Ronggeng Dukuh Paruk berupa konflik batin karena konflik tersebut hanya dialami oleh diri Srintil. Konflik batin akan dikaji melalui pendekatan psikologi sastra. Melalui psikologi sastra diharapkan dapat mengungkapkan makna yang terkandung dalam konflik batin tokoh utama dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk. Dapat diuraikan berdasarkan pernyataan diatas alasan dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Permasalahan yang diangkat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk berisi tentang konflik batin yang dialami oleh tokoh utama yaitu Srintil yang mengalami tekanan batin saat menjadi seorang ronggeng. 2. Gambaran keadaan tokoh utama yang dijelaskan dalam naskah ini didahului dengan analisis struktur yang meliputi tema, alur, penokohan, dan latar. 3. Analisis terhadap novel Ronggeng Dukuh Paruk dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra diperlukan untuk mengetahui konflik batin yang dialami oleh Srintil sebagai tokoh utama. 4. Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dapat dijadikan sebagai bahan ajar sastra di SMA dengan memanfaatkan psikologi sastra. Adapun alasan diangkatnya konflik batin dalam penelitian karena novel Ronggeng Dukuh Paruk memiliki kelebihan tersendiri. Kaitan antara aspek psikologis dengan unsur tokoh atau penokohan maka karya sastra yang relevan untuk diteliti adalah yang berhubungan dengan aspek kejiwaan yang ada di dalamnya. Berdasarkan beberapa
5 uraian diatas, peneliti meneliti “Konflik Batin Tokoh Utama dalam Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA”. B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah perlu dilakukan agar penelitian ini mengarah dan tepat sasaran. Penelitian perlu dibatasi ruang lingkupnya agar wilayah kajiannya tidak terlalu luas dan terfokus pada kajian yang telah ditentukan. Pembatasan dalam penelitian ini adalah analisis novel Ronggeng Dukuh Paruk. Pembatasan penelitian dalam penelitian ini adalah analisis novel Ronggeng Dukuh Paruk yang meliputi tema, penokohan, alur, dan latar yang akan dianalisis dengan menggunakan analisis struktural. Konflik batin tokoh utama akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana latar sosial budaya Ahmad Tohari sebagai pengarang novel Ronggeng Dukuh Paruk? 2. Bagaimana struktur yang membangun novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari? 3. Bagaimana konflik batin yang dialami tokoh utama dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari berdasarkan tinjuan psikologi sastra? 4. Bagaimana implementasi konflik batin dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari sebagai bahan ajar di SMA?
6 D. Tujuan Penelitian Penelitian ini ditulis dengan tujuan sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan latar sosial budaya Ahmad Tohari sebagai pengarang novel Ronggeng Dukuh Paruk. 2. Mendeskripsikan struktur yang membangun novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. 3. Mendeskripsikan konflik batin tokoh utama dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari berdasarkan tinjauan psikologi sastra. 4. Mengimplementasikan konflik batin tokoh utama daalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari sebagai bahan ajar di SMA. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan berhasil dengan baik dan dapat mencapai tujuan penelitian secara optimal, mampu menghasilkan laporan yang sistematis dan bermanfaat secara umum. 1. Manfaat Teoretis Adapun penelitian ini dapat memberikan manfaat teoretis sebagai berikut. a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai studi analisis terhadap sastra di Indonesia, terutama dalam bidang penelitian novel Indonesia yang memanfaatkan teori Psikologi Sastra. b. Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
sumbangan
dalam
mengaplikasikan teori sastra dan teori psikologi sastra dalam mengungkapkan novel Ronggeng Dukuh Paruk.
7 2. Manfaat Praktis Adapun penelitian ini dapat memberikan manfaat praktis sebagai berikut. a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bukti bahwa dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari mengandung konflik batin di dalamnya. b. Hasil penelitian ini dapat menambah referensi penelitian karya sastra Indonesia dan menambah wawasan kepada pembaca tentang konflik dalam sebuah novel. c. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti sastra selanjutnya.