BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kajian tentang masyarakat nelayan pedesaan merupakan salah satu kajian ilmu sosial yang sangat penting. Masyarakat atau komunitas desa yang syarat dengan kebudayaan tradisional dan kearifan lokal yang dimilikinya menjadi objek kajian yang menarik untuk diteliti. Pada prakteknya, kebudayaan lokal termasuk kearifan lokal yang dimiliki masyarakat saat ini mulai ditinggalkan karena berbagai faktor tertentu. Kearifan lokal yang mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan sosialnyalah yang dapat bertahan dan terus mengalami penguatan. Misalnya dalam tata aturan atau kepercayaan masyarakat yang semula banyak dipengaruhi oleh sistem kearifan lokal yang lebih berorientasi pada aspekaspek ekologi, kini banyak didominasi oleh modernisasi yang seolah-olah memandang tabu kearifan lokal yang ada di masyarakat (Sartini, 2004). Sesuai dengan pernyataan Gadgil dkk, yang dikutip oleh Mitchell (2007: 298), bahwa pengetahuan lokal masyarakat yang terakumulasi sepanjang sejarah hidup mereka memiliki peran yang sangat besar dimana pandangan bahwa manusia merupakan bagian dari alam dan sistem kepercayaan yang menekankan penghormatan pada alam yang merupakan nilai positif untuk pembangunan yang berkelanjutan. Kedekatan masyarakat lokal dengan lingkungan inilah kemudian melahirkan suatu pola pemanfaatan sumberdaya melalui “uji coba”, yang kini telah mengembangkan pemahaman terhadap sistem ekologi yang mereka kelola dan manfaatkan tersebut (Mitchell, 2007: 299). Dengan demikian, kearifan lokal tidak hanya berfungsi sebagai ciri khas suatu komunitas saja, tetapi juga berfungsi 1
sebagai upaya untuk pelestarian lingkungan ekologis suatu komunitas masyarakat. Misalnya pada beberapa komunitas masyarakat nelayan tradisional yang masih menggunakan kearifan lokal mereka dalam menangkap ikan ataupun pada saat melaut. Kearifan lokal yang sampai saat ini dipraktikan oleh beberapa masyarakat lokal khususnya masyarakat nelayan dibeberapa daerah di Indonesia, mengalami kemunduran dalam pengaplikasiannya. Banyak faktor yang menyebabkan perubahan ini terjadi. Faktor tersebut misalnya adalah masuknya teknologi baru yang kurang memperhatikan keseimbangan lingkungan dalam menangkap ikan. Pada tahap awal, pengaruh teknologi baru dalam menangkap ikan ini dapat meningkatkan pendapatan nelayan. Akan tetapi, implikasi yang terjadi kemudian adalah kerusakan pada ekosistem perairan di laut akibat over fishing, over exploitation, dan cara penangkapan yang tidak memperhatikan keseimbangan lingkungan. Kemudian berpengaruh pada menurunnya pendapatan masyarakat bahkan lebih parah dari sebelum teknologi baru itu masuk. Lebih jauh, hal ini juga akan berimplikasi pada sistem mata pencaharian masyarakat nelayan sekitar. Dimana pada saat laut mulai rusak, pendapatan nelayan tidak menjanjikan lagi, saat itulah nelayan mencari alternatif baru untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara berpindah atau mencari mata pencaharian baru di sektor lain. Misalnya saja kasus yang terjadi di lahan tanah timbul Segara Anakan, Nusakambangan. Nelayan yang terdapat di Nusakambangan kemudian berpindah mata pencaharian pada saat sumber daya perairan yang sebelumnya menjadi tumpuan hidup mereka tidak lagi menjanjikan akibat praktek pemanfaatan Sumber Daya Perairan (SDP) yang tidak memperhatikan aspek-aspek keseimbangan
2
lingkungan. Mereka mulai membuka tanah timbul Nusakambangan, dan beralih mata pencaharian dari nelayan menjadi petani di lahan tanah timbul Nusakambangan (Khuriyati, 2005). Hal inilah yang kemudian menjadi menarik untuk di kaji lebih lanjut, yaitu mengenai bagaimana aplikasi kearifan lokal masyarakat nelayan pada lokasi penelitian yaitu desa Muara-Binuangeun, kecamatan Wanasalam, kabupaten Lebak, provinsi Banten. Selanjutnya, dengan melihat kasus yang terjadi pada Nelayan Nusakambangan dan dengan melihat kemungkinan perubahan sosial yang mungkin terjadi pada masyarakat, merujuk pendapat Sartini (2004: 114-115) bahwa : “Dengan melihat kearifan lokal sebagai bentuk kebudayaan yang kompleks, maka ia akan mengalami reinforcement secara terus-menerus menjadi yang lebih baik. Oleh karena itu maka kearifan lokal sebagai manifestasi kebudayaan yang terjadi dengan penguatan-penguatan dalam kehidupannya menunjukkan sebagai salah satu bentuk humanisasi manusia dalam berkebudayaan. Artinya sebagai manifestasi humanitas manusia, kearifan lokal dianggap baik sehingga ia mengalami penguatan secara terus menerus. Tetapi, apakah ia akan tetap menjadi dirinya tanpa perubahan, benturan kebudayaan akan menjawabnya.” Berdasarkan pernyataan tersebut, maka ingin dilihat juga sejauh mana kearifan lokal masyarakat nelayan tersebut dapat berubah serta faktor-faktor yang dapat menyebabkan perubahan itu terjadi. Tentu saja terlebih dahulu harus dapat melihat bagaimana kearifan lokal itu berproses dan bagaimana karakteristik dari kearifan lokal itu sendiri. Sehingga kemudian akan dapat dilihat, apakah kearifan lokal tersebut sebagai produk kebudayaan masyarakat mengalami perubahan atau tidak karena kearifan lokal tersebut terus beradaptasi dengan lingkungan. Maksudnya adalah ingin melihat apakah kearifan lokal masyarakat juga ikut
3
berubah seiring dengan perubahan sosial masyarakat dan adanya benturan kebudayaan pada masyarakat.
1.2.
Rumusan Masalah Kearifan lokal yang dimiliki masyarakat nelayan merupakan modal sosial
masyarakat dalam bentuk suatu kebijakan tradisional ataupun pengetahuan lokal suatu komunitas tertentu. Aplikasi dari kearifan lokal ini akan memberi pedoman bagi masyarakat lokal dalam menjaga dan melestarikan lingkungan ekologinya serta dalam mencari sumber nafkah sehingga menjadi tolok ukur masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari. Karena itu, identifikasi dari aplikasi kearifan lokal ini dianggap penting untuk mengetahui sejauh mana kearifan lokal dapat bertahan hidup di masyarakat dan sejauh mana kearifan lokal mampu beradaptasi dengan perubahan yang mungkin terjadi pada masyarakat. Di sisi lain, Sartini (2004: 114) menjelaskan bahwa kearifan lokal sebagai bentuk dari suatu kebudayaan, tentu saja akan mengalami reinforcement secara terus menerus untuk menjadi lebih baik. Akan tetapi, dengan adanya benturan kebudayaan yang dapat menyebabkan perubahan pada kebudayaan, bukan suatu hal yang mustahil jika perubahan kebudayaan ini berimplikasi juga pada perubahan kearifan lokal masyarakat. Hal ini mengingat kearifan lokal merupakan bentuk dari kebudayaan yang berlaku di masyarakat. Setelah melihat bagaimana aplikasi kearifan lokal atau bagaimana kearifan lokal tersebut berproses dibeberapa daerah di Indonesia, ternyata masing-masing daerah memiliki kesamaan dan perbedaan dalam hal karakteristik kearifan lokalnya. Perbedaan ini bergantung pada dimana kearifan lokal tersebut di
4
terapkan. Perbedaan ini juga didasarkan atas keadaan wilayah geografis, demografis, sosial ekonomi dan politik yang terjadi dan berkembang pada masyarakat. Kemudian dengan mengacu pada beberapa hal tersebut, maka masalahmasalah yang menarik untuk dikaji lebih lanjut adalah : 1. Bagaimana karakteristik kearifan lokal pada masyarakat nelayan di Desa Muara-Binuangeun ? 2. Bagaimanakah kearifan lokal tersebut berproses dan mengalami perubahan dalam masyarakat nelayan di wilayah tersebut ? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan kearifan lokal di wilayah tersebut ?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka informasi yang akan dicari untuk menjawab rumusan masalah tersebut antara lain adalah bentuk-bentuk kearifan lokal yang terdapat di wilayah penelitian, dan mengidentifikasi perubahan yang mungkin terjadi pada kearifan lokal terkait dengan adanya benturan kebudayaan (dimana kearifan
lokal
merupakan suatu bentuk
kebudayaan). Sehingga pada saat budaya dan kondisi sosial masyarakat mengalami perubahan, maka bukan hal yang tidak mungkin kearifan lokal juga dapat berubah. Untuk mengetahui hal tersebut, maka tujuan dari mengkaji permasalahan di atas adalah :
5
1. Mencari dan mengidentifikasi karakteristik kearifan lokal masyarakat nelayan di wilayah penelitian, sehingga dapat diketahui bagaimana bentuk kearifan lokal yang terdapat pada masyarakat di tempat tersebut. 2. Terkait dengan adanya kemungkinan perubahan pada kebudayaan, maka tujuan yang kedua adalah untuk mengetahui bagaimana kearifan lokal itu berproses dan mengalami perubahan pada masyarakat nelayan yang bersangkutan. 3. Berdasarkan tujuan kedua di atas, maka tujuan berikutnya adalah untuk mencari dan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab perubahan yang mungkin terjadi pada kearifan lokal masyarakat, sehingga selanjutnya dapat menentukan bagaimana aksi alternatif dalam melestarikan kearifan lokal masyarakat untuk pembangunan yang berkelanjutan di kemudian hari pada wilayah penelitian
khususnya dan wilayah lain pada umumnya (jika
karakteristik wilayah lain sama dengan karakteristik tempat penelitian), berdasarkan kearifan lokal masyarakat.
1.4. Kegunaan Penelitian Kajian tentang aplikasi kearifan lokal masyarakat desa pesisir dalam kehidupan komunitas nelayan dan kemungkinan adanya perubahan pada kearifan lokal tersebut ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat. Dengan demikian, selain akan menjadi sumber pengetahun ataupun informasi, juga di harapkan akan memotivasi masyarakat dalam melestarikan kearifan lokal masyarakat setempat. Adapun kegunaan penelitian ini antara lain adalah :
6
1. Bagi Peneliti : dapat menganalisis bagaimana aplikasi kearifan lokal di lokasi penelitian yang kemudian dapat mengidentifikasi bagaimana kearifan lokal itu berubah dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan kearifan lokal tersebut. 2. Bagi Akademisi : dapat dijadikan sebagai sumber informasi ataupun referensi bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya. Disamping itu juga, dapat menambah khasana ilmu pengetahuan untuk yang membacanya. 3. Bagi masyarakat : kegunaannya antara lain adalah ; bagi masyarakat nelayan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang kearifan lokal yang mereka miliki sehingga akan timbul semangat dalam melestarikan kearifan lokal yang mereka miliki tersebut jika kearifan lokal tersebut dipandang baik oleh masyarakat. Sementara bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan akan berkontribusi dalam memberikan informasi yang dapat memotivasi masyarakat umum dalam menjaga dan melestarikan kearifan lokal sebagai modal sosial masyarakat untuk pembangunan. 4. Bagi pemerintah : penelitian ini dapat dijadikan informasi yang diharapkan akan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam menentukan kebijakan pembangunan. Dengan demikian, diharapkan kebijakan tersebut akan selaras dan memperhatikan kearifan lokal suatu komunitas terentu di suatu wilayah Di Indonesia.
7