BAB I PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang Penelitian Pada suatu perusahaan, manajemen keuangan menyentuh segala aspek dimana semua keputusan dalam bidang usaha atau setiap fungsi perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan segi keuangan dan sebuah keputusan seringkali akan berdampak pada kinerja perusahaan itu sendiri yang sekaligus berdampak pula pada keuangan perusahaan. Fungsi manajemen yang terpenting adalah adanya hubungan dari setiap keputusan yang diambil dalam suatu perusahaan, sehingga keputusan tersebut dapat saling menunjang satu sama lain dengan memperhatikan tujuan-tujuan dari pembelanjaan beserta kendalakendalanya Tujuan akhir aktivitas pembelanjaan yang merupakan fungsi manajemen keuangan adalah memaksimalkan nilai perusahaan. Dalam mencapai tujuan ini, para manajer harus bisa mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi akibat perubahan situasi dan kondisi yang ada di dalam maupun di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi aktivitas perusahaan. Demi terwujudnya tujuan tersebut, maka diperlukan adanya suatu prinsip pengelolaan yang efektif, efisien dan produktif terhadap semua bagian yang ada di dalam perusahaan serta ditunjang dengan tindakan pengendalian yang efektif untuk
mencegah
mengakibatkan
timbulnya
penyimpangan-penyimpangan
terganggunya kesinambungan
perusahaan.
yang
dapat
Manajer
harus
menetapkan kebijakan yang tepat sehingga dapat mengatasi setiap permasalahan yang timbul di dalam maupun di luar perusahaan dalam bentuk pengambilan suatu keputusan. Semua tindakan tersebut dilakukan dengan tujuan agar perusahaan dapat bersaing dan dapat mempertahankan kesinambungan hidup perusahaan. Dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup usahanya, salah satu aspek penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah terpenuhinya modal utama yang dibutuhkan oleh setiap perusahaan yaitu modal kerja (working capital), dimana modal kerja digunakan oleh perusahaan untuk membiayai
aktivitas operasionalnya. Modal kerja merupakan modal atau dana yang diinvestasikan perusahaan ke dalam aktiva lancar (current assets) dan dari dana tersebut diharapkan dapat diperoleh laba yang maksimal. Modal kerja yang terdapat pada perusahaan umumnya tidak hanya menyangkut pada aktiva lancar saja, tetapi juga kewajiban lancar atau hutang lancar yang biasanya dipergunakan untuk mendanai aktiva lancar tersebut. Untuk itu, modal kerja harus dapat dikelola dengan tepat oleh seorang manajer keuangan dari suatu perusahaan, agar tidak menimbulkan beban bagi perusahaan, karena terdapat unsur pinjaman atau kredit yang di dalamnya terdapat beban bunga, tetapi dapat membantu perusahaan untuk memperoleh laba maksimal karena perusahaan harus dapat tumbuh dan berkembang. Maka, pengelolaan modal kerja merupakan salah satu aspek penting bagi perusahaan. Perusahaan secara umum harus mempertahankan jumlah modal kerja yang sesuai dengan kebutuhan modal kerja perusahaan. Secara umum aktiva lancar (current assets) terdiri dari kas, surat-surat berharga atau sekuritas, piutang dan persediaan. Setiap elemen dari aktiva lancar tersebut harus dikelola secara tepat untuk mencapai kelancaran kegiatan perusahaan sehari-hari, sehingga bila dikelola secara tepat akan memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan memungkinkan pula bagi perusahaan untuk membayar semua kewajiban keuangan tepat pada waktunya. Manajemen modal kerja berkepentingan terhadap keputusan investasi pada aktiva lancar dan hutang lancar, terutama mengenai bagaimana menggunakan dan komposisi keduanya yang akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Modal kerja terdiri dari empat komponen utama yaitu kas, piutang, persediaan dan surat berharga. Pengelolaan kas, piutang dan persediaan secara efektif dan efisien sangatlah penting bagi perusahaan dalam menentukan besarnya modal kerja yang akan diinvestasikan perusahaan untuk mencapai keuntungan yang diharapkan. Dapat dikatakan bahwa manajer keuangan berkewajiban untuk mengatur permodalan dan belanja perusahaan, sehingga tidak terjadi keadaan dimana perusahaan kekurangan modal yang akan mengakibatkan terhambatnya aktivitas
perusahaan dan kelebihan modal yang akan mengakibatkan suatu pemborosan modal yang dianggap tidak perlu dan dapat merugikan perusahaan. Sehingga jumlah modal kerja yang diinginkan tetap dapat dipertahankan. Salah satu unsur dari modal kerja yang penting adalah kas. Kas diperlukan dalam membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap. Pengeluaran kas suatu perusahaan dapat bersifat terus menerus atau continue, misalkan pengeluaran kas untuk pembelian barang mentah, pembayaran upah buruh, gaji dan lain sebagainya. Selain kas dalam aktiva lancar terdapat piutang. Piutang timbul karena perusahaan melakukan penjualan secara kredit untuk memperbesar volume penjualannya. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang, dan barulah kemudian pada hari jatuh tempo terjadi aliran kas masuk yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja. Manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan yang menjual produknya dengan kredit. Dengan makin besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya berarti bahwa perusahaan itu harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin besarnya jumlah piutang perusahaan berarti makin besar pula risiko yang harus ditanggung oleh perusahaan, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar keuntungannya. Aktiva lancar lain yang dapat mempengaruhi tingkat keuntungan serta kinerja perusahaan adalah inventory atau persediaan. Inventory sebagai elemen utama dari modal kerja yang merupakan aktiva yang juga selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus menerus akan mengalami perubahan. Masalah investasi dalam persediaan meruapakan masalah pembelanjaan aktif, seperti halnya investasi dalam aktiva-aktiva lainnya. Dalam menentukan besarnya investasi atau alokasi modal dalam persediaan atau inventory mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan atau profitabilitas perusahaan. Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam persediaan akan menekan keuntungan atau profitablitas perusahaan.
Oleh karena itu, pengelolaan aktiva lancar secara efektif dan efisien yang sangat berperan dalam menentukan seberapa besar perubahan modal kerja yang akan diinvestasikan perusahaan untuk mencapai keuntungan yang diharapkan. Pada hakikatnya tujuan sebuah perusahaan didirikan adalah untuk mendapatkan laba agar kelangsungan hidup perusahaan dapat terjamin sehingga dapat selalu mengusahakan perkembangan lebih lanjut. Salah satu cara dalam memperbesar perolehan laba adalah dengan meningkatkan efisiensi penggunaan dana perusahaan melalui manajemen modal kerja. Akan tetapi laba yang tinggi belum tentu menunjukkan bahwa perusahaan telah bekerja secara efisien. Untuk dapat menilai efisiensi tidaknya suatu perusahaan dalam menghasilkan laba, maka laba ini perlu dibandingkan dengan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut atau dengan kata lain mengukur efisiensi itu harus dengan menghitung profitabilitasnya, dimana setiap perusahaan diharapkan mencapai tingkat profitabilitas yang maksimal. Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba. Dengan kata lain profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Profitabilitas sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba. Profitabilitas yang dikaitkan dengan modal kerja dapat diartikan dengan penjualan dikurangi beban atau disebut laba operasi. Sumber-sumber modal kerja dapat menggunakan modal sendiri dan pinjaman dari pihak lain. Untuk pembiayaan yang digunakan dari modal sendiri memiliki keterbatasan pada jumlahnya, sedangkan kebutuhan yang sangat besar untuk pembiayaan modal kerja umumnya ditambah dari pinjaman, namun walaupun besarnya kebutuhan dapat dipenuhi, timbul beban dalam penggunaannya yaitu berupa bunga pinjaman. Pentingnya modal kerja dalam segala aktivitas perubahan harus didukung dengan sikap kehati-hatian (prudential) dari pihak manajemen, karena modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan baik besar atau kecil akan memiliki risiko, yaitu terhadap aktivitas baik dalam hal kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya maupun kemampuan dalam menghasilkan laba perusahaan.
Pengelolaan modal kerja yang efektif dan efisien dapat dilihat dari perputaran modal kerja. Perputaran modal kerja diharapkan terjadi dalam jangka waktu yang relatif pendek, sehingga modal kerja yang ditanamkan cepat kembali. Komponen modal kerja terdiri dari kas, piutang serta persediaan. Semakin tinggi tingkat perputaran kas, piutang dan persediaan menunjukkan tingginya volume penjualan yang dicapai oleh perusahaan, dan laba yang diterima akan menjadi banyak jumlahnya. Hal tersebut juga dapat dilihat dari laba pada perusahaan industri rokok yang terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang besar menjadikan Indonesia sebagai pasar yang prospektif bagi industri rokok. Meskipun dewasa ini berbagai kebijakan dilakukan dalam upaya membatasi konsumsi rokok, di antaranya kenaikan tarif cukai rokok, larangan merokok di tempat umum, undang-undang kesehatan, dan rancangan peraturan pemerintah tentang pengamanan produk tembakau sebagai zat adiktif, tak dapat dipungkiri, pasar industri rokok di Indonesia masih besar. Namun, sifat permintaan produknya yang cukup inelastis terhadap harga ikut memperkuat tingginya permintaan rokok di Indonesia. Di saat terjadi penurunan daya beli masyarakat pun, volume permintaan rokok diperkirakan masih cukup besar dan hanya cenderung terjadi switching down pembelian rokok dari kelas yang lebih tinggi ke kelas yang lebih rendah. Dari data World Health Organization (WHO), pada tahun 2010 Indonesia menduduki peringkat sebagai negara dengan konsumsi rokok terbesar nomor 3 setelah China dan India dan diatas Rusia dan AS. Padahal dari jumlah penduduk, Indonesia berada di posisi ke-4 yakni setelah China, India dan AS. Tidak kurang Rp 100 triliun rupiah dana masyarakat dikeluarkan hanya untuk membeli sekitar 225 miliar batang rokok. Dan dari pangsa pasar yang begitu besar dan subur di negeri ini, maka perusahaan rokok menjadi salah satu sumber bisnis bagi para pemilik perusahaan rokok yang masuk 40 orang terkaya Indonesia 2009 seperti Rudy Hartono (Djarum), Putera Sampoerna (Philip Morris - PT HM Sampoerna) dan Rachman Halim (Gudang Garam) (http://www.indoswara.com).
Tingginya penjualan rokok memberikan tingkat laba yang cukup besar untuk industri ini, seperti laba perusahaan pada industri rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mengumumkan sepanjang kuartal I 2011 membukukan laba sebesar Rp 1,11 triliun atau naik 17,2 % dibanding periode sebelumnya senilai Rp 942,92 miliar. Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan, pada tanggal 29 maret 2011, kenaikan laba bersih tersebut didorong oleh faktor meningkatnya penjualan di sepanjang kuartal I ini yaitu sebesar Rp 9,47 triliun atau naik 10,24% dibanding periode sebelumnya senilai Rp 8,59 triliun (www.investor.co.id). Dalam laporan keuangan PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) yang dipublikasikan di Jakarta, Rabu (30/3/2011) dijelaskan, positifnya kinerja perusahaan didorong oleh meningkatnya pendapatan bersih menjadi Rp 8,9 triliun pada tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2009 yang sebesar Rp 7,25 triliun. Laba kotor naik menjadi Rp 1,94 triliun dari sebelumnya yang sebesar Rp 1,35 triliun. Begitu juga laba usaha perseroan naik signifikan jadi Rp 509,6 miliar dari sebelumnya Rp 16,3 miliar. Perusahaan mendapatkan tambahan pemasukan dari keuntungan penjualan barang sisa sebesar Rp 13,5 miliar dibandingkan periode sebelumnya yang cuma Rp 8,03 miliar. Tapi, beban pajak perusahaan rokok ini tampak meningkat jadi Rp 9,05 miliar dari sebelumnya yang sebesar Rp 2,4 miliar. Pada periode tahun 2010 tersebut juga nilai aset tetap perseroan mengalami penurunan hingga sebesar Rp 31,14 miliar. Di samping itu, jumlah aset perseroan tampak tumbuh tipis menjadi Rp 4,9 triliun dibandingkan periode sebelumnya Rp 4,89 triliun (http://www.topsaham.com). Sejauh ini ada puluhan produsen rokok kretek di Indonesia. Tapi pasar rokok dikuasai lima produsen besar, yakni Sampoerna yang menguasai 29 persen pangsa pasar; Gudang Garam 25 persen, Djarum 22 persen, Bentoel 7 persen, dan Nojorono
menguasai
sekitar
6,7
persen.
Sisanya
produsen
lainnya
(http://majalah.tempointeraktif.com). Dan perkiraan pada tahun 2012 laba perusahaan akan terus mengalami kenaikan sebagai perusahaan rokok yang masih berada pada posisi tiga besar dalam menguasai pangsa pasarnya di Indonesia. Maka perusahaan-perusahaan tersebut membutuhkan dana atau modal yang tidak sedikit. Hal ini berkaitan pula
dengan pencapaian untuk pemenuhan modal kerja yaitu kas, piutang dan persediaan. Hal tersebut dapat mempengaruhi kelangsungan hidup serta kinerja perusahaan. Dalam hasil penelitian terdahulu oleh Nurhayati (2011) dengan judul pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah untuk menguji pengaruh modal kerja dalam arti perputaran persediaan (ITO) dan perputaran piutang (RTO) baik secara parsial maupun simultan terhadap profitabilitas (ROA), alat ukur untuk menilai profitabilitas adalah Return on Assets (ROA). Hasil penelitian menunjukkan Perputaran persediaan (ITO) dan perputaran piutang (RTO) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA) pada tingkat kepercayaan 95%. Dan secara parsial variabel perputaran persediaan (ITO) berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas (ROA) pada tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan penelitian di atas memiliki kesamaan dengan penelitian penulis yaitu menggunakan perputaran piutang (RTO) dan perputaran persediaan (ITO), namun pada penelitian penulis menggunakan perputaran kas (cash turnover) yang pada penelitian terdahulu tidak digunakan perputaran kas. Perbedaan yang lain yaitu pada penelitian terdahulu menggunakan alat ukur profitabilitas (ROA) sementara penulis menggunakan ROI. Berdasarkan fenomena dan uraian di atas, penulis tertarik untuk menganalisis perubahan kas, piutang dan persediaan yang terjadi selama periode tahun 2007-2011 pada industri rokok yang listing di BEI dalam kaitannya dengan tingkat profitabilitas yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul : Pengaruh Perputaran Kas, Piutang, dan Persediaan terhadap Profitabilitas pada Industri Rokok yang Listing di BEI periode 2007-2011
I.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi perputaran kas, piutang dan persediaan pada industri rokok yang listing di BEI periode 2007-2011? 2. Bagaimana kondisi profitabilitas pada industri rokok yang listing di BEI periode 2007-2011? 3. Bagaimana pengaruh perputaran kas, piutang dan persediaan terhadap profitabilitas baik secara simultan maupun parsial pada industri rokok yang listing di BEI periode 2007-2011?
I.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun skripsi yang merupakan salah satu prasyarat yang harus dipenuhi oleh penulis dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama Bandung. Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam melakukan penelitian adalah untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang telah diidentifikasikan di atas yaitu : 1. Menganalisis kondisi perputaran kas, piutang dan persediaan pada industri rokok yang listing di BEI periode 2007-2011 2. Menganalisis kondisi profitabilitas pada industri rokok yang listing di BEI periode 2007-2011 3. Menganalisis pengaruh perputaran kas, piutang dan persediaan terhadap profitabilitas baik secara simultan maupun parsial pada industri rokok yang listing di BEI periode 2007-2011
1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kegunaan bagi berbagai pihak, diantaranya: 1.
Bagi Penulis Penulis dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan mengenai dunia usaha, khususnya dalam bidang keuangan di suatu perusahaan dengan pengelolaan manajemen modal kerja yang terdiri dari kas, piutang dan persediaan terutama mengenai bagaimana penggunaan dan komposisinya yang sesuai dan tepat digunakan dalam bisnis.
2.
Bagi Perusahaan Diharapkan dapat memberikan masukan bagi perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat perencanaan keuangan dan mengendalikan modal kerja seefektif dan seefisien mungkin, agar aktivitas perusahaan dapat berjalan dengan baik dan mampu memaksimalkan nilai perusahaan.
3.
Bagi Pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi, informasi atau pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya mengenai aspek yang berkaitan.
1.5 Kerangka Pemikiran Dalam menjalankan aktivitas operasionalnya, setiap perusahaan tentu membutuhkan modal yang cukup agar kontinuitas perusahaan dapat berjalan dengan baik, modal ini berupa aktiva lancar yang diperlukan untuk menghasilkan produk yang bisa meningkatkan laba. Di samping itu, pengelolaan keuangan secara efektif dan efisien menjadi salah satu kunci di dalam keberhasilan suatu perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, termasuk di dalamnya pengelolaan modal kerja.
Pentingnya manajemen modal kerja menurut Sartono (2001:345) bahwa : Manajemen modal kerja yang efektif menjadi sangat penting untuk pertumbuhan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan meningkatkan produksinya, maka besar kemungkinan akan kehilangan pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya dan akan menghadapi masalah likuiditas. Modal kerja merupakan unsur yang berperan penting dalam menghasilkan pendapatan. Tingginya investasi perusahaan yang tercermin dalam aktiva lancar menunjukkan hal tersebut. Dalam penentuan besarnya jumlah modal kerja yang dibutuhkan, kesalahan atau ketidaktepatan yang terjadi akan mengakibatkan aktivitas perusahaan terganggu. Apabila hal ini dibiarkan secara terus menerus, maka akan mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Dengan demikian pengelolaan aktiva lancar yang meliputi kas, piutang dan persediaan melalui perkembangan modal kerja merupakan salah satu aspek penting yang dibutuhkan oleh perusahaan. Menurut Sundjaja dan Barlian (2002:155) bahwa : Modal kerja yaitu aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya dalam melaksanakan suatu usaha, atau modal kerja adalah kas/bank, surat berharga yang mudah diuangkan misal cek, giro (deposito), piutang dagang dan persediaan yang tingkat perputarannya tidak melebihi satu tahun atau jangka waktu operasi normal perusahaan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur modal kerja perusahaan terdiri dari kas, piutang dan persediaan. Kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Makin besar jumlah kas yang ada di dalam perusahaan berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai risiko yang lebih kecil untuk dapat memenuhi kewajiban financialnya.
Menurut Harnanto (2002:148) bahwa : Kas merupakan alat pertukaran atau pembayaran yang diakui oleh masyarakat dan oleh sebab itu merupakan dasar landasan yang kuat untuk dipakai sebagai alat pengukur terhadap semua kegiatan ekonomi di dalam perusahaan. Perusahaan tidak berarti harus berusaha untuk mempertahankan persediaan kas yang sangat besar, karena semakin besarnya kas akan semakin banyak uang yang menganggur, sehingga akan memperkecil tingkat profitabilitasnya. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004:105) bahwa : Kas merupakan bentuk aktiva yang paling likuid, yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban financial perusahaan. Karena sifat likuidnya tersebut, kas memberikan keuntungan yang paling rendah. Masalah utama dalam pengelolaan kas adalah menyediakan kas yang memadai, tidak terlalu banyak agar keuntungan tidak berkurang terlalu besar. Oleh karena itu, manajer keuangan perlu menentukan jumlah kas yang optimal, agar dapat meningkatkan profitabilitas disatu sisi juga dapat menjamin tingkat likuiditas perusahaan. Disamping itu, perusahaan juga harus menentukan tingkat piutang yang ada dalam perusahaan agar disatu sisi dapat meningkatkan penjualan disisi lain harus juga dapat meminimalkan risiko tidak dibayarnya piutang oleh konsumen. Menurut Abdullah (2004:137) bahwa kebanyakan perusahaan investasi pada aktiva lancar berupa piutang antara 40-45% dari total aktiva lancar, atau hampir 25% terhadap aktiva tetap. Oleh karena itu, manajemen investasi dalam piutang merupakan bagian dalam manajemen keuangan karena berkaitan dengan pencapaian profit suatu perusahaan, sehingga dengan meningkatkan penjualan maka kesempatan perusahaan untuk memperoleh laba akan semakin besar, jika kebijakan pengelolaan piutang dan kebijakan penagihan dapat dilakukan dengan baik.
Menurut Sutrisno (2003:61) bahwa : Piutang adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain sebagai akibat penjualan secara kredit. Timbulnya piutang yang diakibatkan oleh penjualan kredit diharapkan dapat meningkatkan penjualan yang pada akhirnya akan meningkatkan profitabilitas. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004:117) bahwa : Piutang merupakan proses penjualan barang hasil produksi secara kredit. Penjualan secara kredit tersebut merupakan suatu upaya untuk meningkatkan (atau untuk mencegah penurunan) penjualan. Dengan penjualan yang makin meningkat, diharapkan laba juga akan meningkat. Aktiva lancar lain yang dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan adalah persediaan. Tanpa adanya persediaan, perusahaan akan dihadapkan pada risiko bahwa perusahaan pada suatu saat tidak dapat memenuhi keinginan dari para pelanggannya yang memerlukan atau meminta barang atau jasa yang dihasilkan. Hal ini mungkin terjadi, karena tidak selamanya barang tersedia setiap saat, yang berarti pula bahwa perusahaan akan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya didapat. Jadi persediaan sangatlah penting artinya untuk setiap perusahaan, baik perusahaan yang menghasilkan barang ataupun jasa. Suatu perusahaan diharapkan untuk selalu menjaga persediaannya agar selalu cukup agar kegiatan operasi perusahaan khususnya dalam hal penjualan dapat berjalan lancar dan efisien yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah agar persediaan yang dibutuhkan hendaknya selalu tersedia sehingga kelangsungan kegiatan perusahaan dapat terjamin. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk selalu mengadakan pengawasan atas persediaan, karena kegiatan ini akan dapat membantu agar tercapainya suatu tingkat efisiensi penggunaan dalam persediaan.
Pengertian persediaan menurut Warren yang telah diterjemahkan oleh Farahmita (2005:440) adalah : Barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan dan bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu. Barang dagangan yang dimiliki oleh perusahaan digunakan
untuk menjamin
kontinuitas usaha suatu perusahaan agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Melalui pemenuhan permintaan konsumen diharapkan perusahaan dapat meningkatkan profitabilitas. Menurut Riyanto (2001:69) bahwa : Masalah penentuan besarnya investasi atau alokasi modal dalam persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahan. Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam inventory akan menekan keuntungan perusahaan. Berdasarkan komponen modal kerja yang telah dijelaskan, maka aliran atau perputaran modal kerja perlu dijaga kelancarannya agar perusahaan dapat memperoleh laba yang diharapkan dalam rangka meningkatkan profitabilitas. Laba atau profit sering pula dikaitkan dengan ukuran efisiensi dan efektifitas dari suatu unit kerja dalam memanfaatkan sumber daya perusahaan atau dengan kata lain efisiensi dan efektifitas dari satu unit kerja dalam memanfaatkan sumber daya perusahaan akan tergambar melalui profitabilitasnya. Menurut Sartono (2001:122) bahwa : Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah hubungan antara pendapatan dan biaya-biaya yang dihasilkan dengan penggunaan aktiva tetap dan aktiva lancar perusahaan dalam aktivitas produktif. Tingkat profitabilitas dapat diukur dengan menggambarkan rasio profitabilitas.
Menurut Martono dan Harjito (2003:59): Rasio profitabilitas terdiri dari dua jenis rasio yang menunjukkan laba dalam
hubungannya
menunjukkan laba dalam
dengan penjualan
dan
rasio
yang
hubungannya dengan investasi.
Rasio profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan Gross Profit Margin, Operating Income Ratio (Operating Profit Margin), Operating ratio, Net Profit Margin, Earning Power of Total Investment (Rate of Return On Investment/ROI) dan Rate of Return For the Owners (Rate of Return on Worth). Dalam menghitung tingkat profitabilitas, penulis menggunakan Return On Investment (ROI) sebagai indikator, karena perhitungan tersebut didasarkan atas laba bersih setelah pajak dibagi dengan total aktiva perusahaan yang merupakan cerminan dari investasi pada aktiva tetap dan modal kerja untuk menjalankan operasi perusahaan. ROI merupakan salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan investasi yang ditanamkan dalam total asset yang digunakan untul menghasilkan keuntungan. Pengertian Return On Investment menurut Bergevin (2002:274) : Measures of wealth creation from a given level and type of capital. Artinya yaitu suatu tindakan penciptaan kekayaan adalah dari tingkat tertentu dan jenis modalnya. Kemudian menurut Riyanto (2001:336) pengertian ROI adalah : Kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ROI menunjukkan besarnya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba maksimal. Modal kerja yang merupakan investasi perusahaan dalam bentuk aktiva lancar (current asset) diharapkan dapat dialokasikan secara optimal. Hal tersebut berkaitan dengan yang dikemukakan oleh Sundjaja dan Barlian (2002:158), bahwa investasi dalam aktiva lancar berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas.
Total investasi dalam perusahaan terdiri dari aktiva tetap dan modal kerja (aktiva lancar) dan laba perusahaan akan meningkat dilihat dari hubungan antara pendapatan dan laba yang dihasilkan dari penggunaan aktiva perusahaan baik aktiva tetap maupun modal kerja (aktiva lancar) dalam kegiatan yang produktif. Berdasarkan uraian tersebut, modal kerja sangat berperan dalam kinerja perusahaan, sehingga dibutuhkan keputusan yang tepat dalam pengambilan suatu keputusan untuk melakukan investasi dalam modal kerja seperti yang dikemukakan oleh Gitman (2006:629) bahwa: Too much investment in current assets reduced profitability where as to little investment increases the risk of not being able to pay debt at they comedue. Maksud dari uraian di atas adalah investasi dalam aktiva lancar yang terlalu banyak akan menurunkan profitabilitas, padahal investasi yang terlalu sedikit akan meningkatkan risiko ketidakmampuan membayar utang pada saat jatuh tempo. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap sangat berperan dalam kinerja perusahaan sehingga dibutuhkan pemikiran yang matang dalam pengambilan suatu keputusan. Berdasarkan orientasi bahwa
suatu
perusahaan akan melakukan investasi jika investasi tersebut menguntungkan bagi perusahaan, dalam hal ini dapat memberikan peningkatan laba perusahaan dimana hal ini dapat dilihat dari ROI.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disusun bagan kerangka pemikiran sebagai berikut : Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran Perusahaan
Pendanaan
Investasi
Aktiva Lancar
Kebijakan Deviden
Aktiva Tetap
Modal Kerja
Kas (x1)
Piutang (x2)
Persediaan (x3)
Surat-Surat Berharga
Profitabilitas (Y)
Keterangan : Diteliti Tidak Diteliti
1.6 Hipotesis Penelitian Berdasarkan pada latar belakang, identifikasi masalah, tujuan dan penelitian, dan kerangka pemikiran diatas, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : - Perputaran kas, piutang dan persediaan secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan pada industri rokok yang listing di BEI periode 2007-2011 - Perputaran kas, piutang dan persediaan secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan pada industri rokok yang listing di BEI periode 2007-2011
1.7 Metodologi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah eksplanatori survey dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dan verikatif. Menurut (http://id.wikipedia.org) eksplanatori survey adalah : Penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau bahkan menolak teori atau hipotesis penelitian yang sudah ada . Selanjutnya menurut Nazir (2003:63) bahwa : Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status keluarga manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kilas peristiwa pada masa sekarang. Kemudian definisi metode verikatif menurut Rasyad (2003:6) sebagai berikut : Metode verikatif adalah metode yang digunakan untuk melakukan perkiraan (estimate) dan pengujian hipotesis. Alat analisis yang digunakan analisis regresi berganda dan analisis korelasi, dimana penulis melakukan pengujian hipotesis yang dianalisis dengan metode statistik secara parsial dengan menggunakan uji t. Sedangkan untuk menguji hipotesis secara simultan digunakan uji F, selanjutnya nilai pengujian yang diperoleh dibandingkan dengan tabel distribusi t dan F.
1.8 Waktu dan Tempat Penelitian Untuk keperluan penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada perusahaan industri rokok yang listing di BEI yang terdaftar di BEI periode 2007-2011. Namun karena keterbatasan jarak, waktu, serta ketersediaan informasi yang lebih mudah, maka pengambilan data didasarkan pada data sekunder yaitu berupa laporan keuangan yang diambil di Pojok Bursa Universitas Widyatama dan Perpustakaan Umum Universitas Padjajaran. Adapun waktu penelitian dilakukan dari bulan Maret 2012 sampai dengan September 2012 .