Tugas Individu: Judul : “ Pertimbangan Untung Ruginya menggunakan Pendekatan In-sourcing, Out-sourcing, dan Co-sourcing dalam mengembangkan Sistem Informasi dan Teknologi Informasi di Industri Farmasi.” Pemakalah : Priyudi Astrakusuma, S.F., Apt. NIM:P056121122.44E Dosen Pembimbing Prof.Dr.Ir. Arif Imam Suroso, M.Sc E-44 MB IPB BAB I PENDAHULUAN Tujuan dari penulisan paper/ makalah ini adalah untuk mengetahui pertimbangan untung ruginya menggunakan Pendekatan In-sourcing, Out-sourcing, dan Co-sourcing dalam mengembangkan Sistem Informasi (SI) dan Teknologi informasi ( TI) di Industri Farmasi, terutama ditinjau dari kelemahan dan kelebihan dari masingmasing sistem tersebut dan keunikan yang dimiliki Industri Farmasi dibanding industri lainnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hingga Saat ini ada 3 Acuan utama Pelaksanaan GMP ( Good Manufacturing Practices) di Indonesia yang diratifikasi oleh badan Pengawas Obat dan Makanan di Indonesia (BPOM RI) yaitu : 1. Pedoman CPOB 2006 (Pedoman cara pembuatan obat yang baik versi 2006) , 2. Petunjuk Operasonal Penerapan Cara Pembuatan Obat yang baik versi tahun 2006 , edisi cetakan 2009, 3. Supplemen I 2009 Pedoman CPOB 2006 Mengenai sistem komputerisasi atau penggunaan otomatisasi sistem secara elekronis telah di atur pada CPOB terkini ( CPOB versi tahun 2006), yang menjadi acuan bagi Industri Farmasi di Indonesia menerapkan teknologi informasi khususnya komputer, PLC maupun logical data analog lainnya sebagai bagian dari sistem industri farmasi. Hal ini harus diatur, dikontrol, dan divalidasi penerapannya, jika menggantikan Sistem manual yang ada. Pengaturannya sebagaimana yang kami kutip dari CPOB 2006 , Aneks 7 ( Sistem Komputerisasi ) dan Bab 10.8 (dokumentasi) berikut penjelasannya : Petunjuk Operational Penerapan Cara Pembuatan Obat yang baik 2006 adalah sebagai berikut : Penggunaan sistem komputerisasi ke dalam sistem pembuatan obat, termasuk penyimpanan, distribusi dan pengendalian mutu tidak mengubah kebutuhan untuk memperhatikan prinsip yang relevan dalam pedoman CPOB ini.Sistem komputerisasi yang menggantikan sistem manual hendaklah tidak mengakibatkan penurunan mutu produk penerapan sistem pemastian mutu. Hendaklah dipertimbangkan resiko hilangnya beberapa aspek dari sistem sebelumnya yang disebabkan pengurangan keterlibatan operator. 1. Personil :
1
Kerjasama yang erat antara personil utama dengan personil yang terlibat dengan sistem komputer adalah esensial. Personil penanggung jawab hendaklah diberikan pelatihan yang memadai untuk mengelola dan menggunakan sistem yang dipakai dalam lingkup tanggung jawabnya dan hendaklah dipastikan mempunyai keahlian untuk menangani aspek desain,validasi,instalasi dan pengoperasian sistem komputer. 2. Validasi. Cakupan validasi tergantung pada sejumlah faktor termasuk sistem yang akan dipakai, apakah prospektif atau retrospektif dan kemungkinan adanya unsur baru yang digunakan. Validasi hendaklah dipertimbangkan sebagai bagian dari seluruh siklus sistem komputer. Siklus tersebut mencakup tahap perencanaan, spesifikasi, pembuatan program, pengujian, “commisioning”, dokumentasi, pengoperasian, pemantauan dan perubahan. 3. Sistem. 3.1. Penempatan peralatan hendaklah memperhatikan kondisi yang sesuai dimana faktor luar tidak dapat mempengaruhi sistem. 3.2.Hendaklah dibuat dan selalu dimuthairkan deskripsi tertulis yang rinci dari sistem (termasuk diagram sesuai kebutuhan). Deskripsi tersebut hendaklah menjelaskan prinsip, tujuan, tindakan, pengamanan dan ruang lingkup sistem serta ” fitur “ utama cara penggunaan komputer dan interaksi dengan sistem dan prosedur lain. 3.3.Perangkat lunak merupakan komponen yang kritis dari sistem komputerisasi. Pengguna perangkat lunak hendaklah mengambil langkah yang rasional untuk memastikan bahwa perangkat tersebut disiapkan sesuai dengan sistem pemastian mutu. 3.4.Sistem hendaklah meliputi, di mana diperlukan, program terpasang untuk memeriksa ( build in Checks) ketepatan pemasukan dan pengolahan data. 3.5.Sebelum sistem komputerisasi digunakan, hendaklah diuji secara menyeluruh dan dipastikan kemampuannya memberikan hasil yang diinginkan. Jika akan menganti sistem manual, kedua sistem tersebut hendaklah berjalan bersamaan dalam kurun waktu tertentu, yakni sebagai bagian dari pengujian dan validasi. 3.6.Pemasukan atau perubahan data hanya dilakukan oleh personil yang berwewenang untuk itu. Hendaklah ada cara yang tepat untuk mencegah pemasukan data yang tidak sah termasuk penggunaan kunci kartu “pas” ( Pass card), kode pribadi dan akses terbatas untuk masuk ke terminal komputer. Hendaklah ditetapkan prosedur untuk penerbitan, pembatalan dan Pengubahan otorisasi untuk memasukkan dan mengubah data, termasuk pengantian kata sandi pribadi ( personal password). Hendaklah dipertimbangkan pengadaan suatu sistem untuk mencatat usaha mengakses sistem oleh personil yang tidak berwenang. 3.7.Apabila data kritis dimasukkan secara manual (misalnya : berat, dan No. Batch bahan awal selama proses penimbangan), hendaklah dilakukan pemeriksaan tambahan untuk ketepatan catatan yang dibuat. Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh operator kedua atau dengan cara elektronis yang tervalidasi. 3.8.Sistem hendaklah mencatat identitas operator yang memasukkan atau mengkonfirmasi data kritis. Otorisasi perubahan data yang dimasukkan hendaklah terbatas pada personil yang ditunjuk. Semua perubahan data kritis 2
yang dimasukkan hendaklah diotorisasi dan dicatat dengan mencantumkan alasan perubahan. Hendaklah dipertimbangkan agar sistem dapat membuat catatan lengkap mengenai semua pemasukan dan perubahan data ( Audit Trial). 3.9.Perubahan terhadap sistem atau program komputer hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Yang mencakup ketentuan untuk melakukan validasi, pemeriksaan, pengesahan, dan melaksanakan perubahan. Perubahan hanya dapat diterapkan setelah mendapat persetujuan dari personil yang bertanggung jawab atas sistem tersebut. Perubahan hendaklah dicatat. Tiap Perubahan hendaklah divalidasi. 3.10. Untuk keperluan Audit, data yang disimpan secara elektronis hendaklah dapat dicetak. 3.11. Data hendaklah diamankan secara elektronis atau fisik untuk mengantisipasi kerusakan yang sengaja atau tidak disengaja. Hal ini sesuai dengan Prinsip CPOB 10.8 yang berbunyi : Data dapat dicatat dengan menggunakan sistem pengolahan data elekronis, cara fotografis atau cara lain yang dapat diandalkan, namum prosedur rinci berkaitan dengan sistem yang digunakan hendaklah tersedia, dan akurasi catatan hendaklah dicek. Apabila dokumentasi dikelola dengan menggunakan metode pengolahan data elektronis, hanya personil yang diberi wewenang boleh mengentri atau memodifikasi data dalam komputer dan hendaklah perubahan dan penghapusannya dicatat; akses hendaklah dibatasi dengan penggunaan kata sandi (password) atau cara lain, dan hasil entri data kritis hendaklah dicek secara independen. Catatan batch produksi yang disimpan secara elektronis hendaklah dilindungi dengan transfer pendukung/ cadangan ( back up transfer) menggunakan pita magnet, mikrofilm, kertas atau cara lain. Adalah sangat penting bahwa data selalu tersedia selama kurun waktu penyimpanan. 3.12. Aksesabilitas ketahanan dan ketepatan data tersimpan hendaklah diperiksa. Jika ada usul perubahan terhadap peralatan komputer atau programnya, pemeriksaan tersebut di point : 3.11 hendaklah dilakukan pada frekuensi yang sesuai dengan medium penyimpanan yang digunakan. 3.13. Data hendaklah diproteksi dengan membuat data cadangan ( back up data) secara berkala dan teratur. Data Cadangan hendaklah disimpan selama masih diperlukan dilokasi terpisah dan aman. 3.14. Hendaklah tersedia sistem alternatif yang memadai untuk dioperasikan apabila terjadi kerusakan atau gangguan terhadap sistem yang ada. Waktu yang diperlukan untuk penggunaan sistem alternatif tersebut hendaklah disesuaikan dengan tingkat urgensi penggunaannya. Contoh : Informasi yang dibutuhkan untuk penarikan kembali/ “Product recall” harus tersedia secara cepat. 3.15. Prosedur yang diberlakukan jika terjadi kerusakan atau kegagalan pada sistem hendaklah dietapkan dan divalidasi. Tiap kegagalan dan tindakan perbaikan yang dilakukan hendaklah dicatat. 3.16. Hendaklah dibuat prosedur untuk mencatat dan menganalisa kekeliruan, serta untuk menetapkan tindakan perbaikan yang dilakukan. 3.17. Jika servis komputer memakai jasa agen dari luar perusahaan hendaklah dibuat perjanjian resmi yang mencakup pernyataan yang jelas mengenai tanggung jawab agen jasa tersebut. 3.18. Bila pelulusan “Batch” untuk dijual atau diedarkan menggunakan sistem komputerisasi,maka sistem tersebut hendaklah memperhitungkan bahwa 3
4.
5.
6.
7.
hanya kepala bagian Manajemen Mutu ( Pemastian Mutu) yang boleh meluluskan batch. Sistem hendaklah secara jelas mengidentifikasi dan mencatat Personil yang meluluskan batch. Siklus Sistem komputerisasi terdiri dari : 4.1.Fase Ruang Lingkup Fase ini mencakup antara lain: Rencana proyek, penyusunan Rencana Induk Validasi ( RIV) Sistem komputerisasi, yang dapat dibuat terpisah atau sebagai bagian / supplemen dari RIV (utama), termasuk jadwal validasi, penentuan dan penetapan validasi, penentuan spesifikasi kebutuhan pengguna, Pengkajian resiko dan Penilaian Pemasok. 4.2.Fase Desain. Fase ini mencakup antara lain : Penentuan spesifikasi fungsi dan spesifikasi desain yang disiapkan. 4.3.Fase Konstruksi ( Build Phase) Yang mencakup antara lain :pengembangan piranti lunak, pengujian pengembangan, instalasi teknis dan pengkondisian “Commisioning”. 4.4. Fase Pengujian. Fase ini mencakup antara lain : Kualifikasi Instalasi, Kualifikasi Operasional dan Kualifikasi Kinerja. Yang dimaksud dengan kualifikasi Instalasi adalah 4.5.Fase Pengerahan/ “Deploy Phase”/ Fase Komisi. Mencakup antara lain : Penyiapan dan penyelesaian laporan rangkuman validasi yang menetapkan pelulusan sistem komputerisasi untuk digunakan. 4.6.Fase Penggunaan. Mencakup antara lain : manajemen konfigurasi, pengendalian perubahan, penanganan insiden, kesalahan dan penyimpangan, pemantauan dan pemeriksaan secara periodis. 4.7.Fase Pemensiunan/ Dekomisi/ Decommisioning Phase. Mencakup Rencana dekomisi, migrasi data, laporan dekomisi, piranti aplikasi dan pengarsipan dokumen. Validasi sistem komputerisasi adalah suatu persyaratan umum CPOB ( Cara Pembuatan Obat yang Baik). Oleh sebab itu kebijakan tentang pemenuhan / kepatuhan terhadap aturan ini di industry farmasi perlu dipastikan. Terlepas dari Sistem Komputerisasi ini di develop secara internal ( In sourcing) maupun secara external ( Exsourcing) atau gabungan antara internal dan external ( Co-ourcing). Tanggu jawab akhir tetap ada pada owner proses/ Quality person dari perusahaan itu sendiri. Development Sistem Informasi yang baik disemua lini Produksi, Distribusi dan Pemasaran Industri Farmasi sebaiknya melewati semua tahap/ Siklus kegiatan komputerisasi. Pedoman berupa : “Standard Operating Prosedure ( SOP)/ IK ( Instruksi Kerja) perlu di buat dan disetujui oleh “Quality Person”/ Personel Kunci Pemastian Mutu. Singkatnya Tahapan Pengembangan Sistem Informasi harus melewati tahaptahap sebagai berikut : 7.1.Pembuatan Rancang Bangun Sistem Informasi/ Sistem komputerisasi, Pembuatan URS ( user requirements spesification : misal komputerisasi di Spektometer UV, Climatic Chamber, Purifed Water System, Chiller unit, Tablet Machine, Blistering Machine, ERP System / enterprise resource Planning system, dll) , 4
7.2. Pelaksanaan Kualifikasi Desain (mulai dari pembuatan Protokol kualifikasi, Pelaksanaan, Penyusunan Laporan kualifikasi) , 7.3.Pelaksanaan Kualifikasi Instalasi sistem informasi ( SI) , 7.4.Pelaksanaan Kualifikasi Operasional sistem informasi (SI), 7.5.Pelaksanaan Kualifikasi Kinerja dari sistem informasi ( SI) , 7.6.Pelaksanaan Kontrol Penggunaan SI, 7.7.Kontrol Penanganan Penyimpangan SI, 7.8.Mekanisme Kontrol Perubahan SI, Mekanisme Pemensiunan SI. (CPOB : 2006). Informasi tidak hanya sekedar produk sampingan, namun sebagai bahan yang menjadi faktor utama yang menentukan kesuksesan atau kegagalan, oleh karena itu informasi harus dikelola dengan baik. Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna, lebih berarti dan bermanfaat bagi penggunanya. Sebelum menjadi informasi, data yang berkualitas, kemudian diolah melalui suatu model untuk menghasilkan informasi. Model yang digunakan untuk mengolah data tersebut disebut model pengolahan data atau dikenal dengan siklus pengolahan data (siklus informasi). Kualitas informasi tergantung pada empat hal yaitu akurat, tepat waktu, relevan dan ekonomis. Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan bagi pengguna yang menerima dan memanfaatkan informasi tersebut. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya. Dalam prakteknya, mungkin dalam penyampaian suatu informasi banyak terjadi gangguan (noise) yang dapat merubah atau merusak isi dari informasi tersebut. Informasi dikatakan akurat jika mengandung komponen, yaitu sebagai berikut : Completeness, berarti informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus memiliki kelengkapan yang baik, karena bila informasi tidak lengkap akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Correctness, berarti informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus memiliki kebenaran. Security, berarti informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus memiliki keamanan. Informasi yang diterima harus tepat pada waktunya, informasi yang usang (terlambat) tidak mempunyai nilai yang baik bagi pengguna tertentu, sehingga bila digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan akan berakibat fatal. Saat ini mahalnya nilai informasi disebabkan harus cepatnya informasi tersebut didapat, sehingga diperlukan teknologi mutakhir untuk mendapatkannya, mengolah dan mengirimkannya. Informasi harus mempunyai relevansi atau manfaat bagi si pengguna. Relevansi informasi untuk satu pengguna tertentu dengan yang lainnya berbeda. Informasi yang dihasilkan mempunyai manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya mendapatkannya. Sebagian besar informasi tidak dapat tepat ditaksir keuntungannya dengan satuan nilai uang tetapi dapat ditaksir nilai efektivitasnya. Penggunaan internet dan jaringan serta teknologi informasi lainnya bagi perusahaan atau organisasi adalah suatu keniscayaan .untuk mendukung komunikasi dan kerjasama perusahaan, dan berbagai proses yang dijalankan baik di jaringan perusahaan ataupun dengan pelanggan dan mitra bisnis. Perusahaan mengembangkan aplikasi lintas fungsi perusahaan secara terintegrasi yang melintasi batas fungsi tradisional bisnis agar dapat merekayasa ulang dan meningkatkan proses bisnis di semua lintas fungsi perusahaan. Software-software yang banyak dipakai adalah ERP, CRM dan SCM dari SAP, Peoplesoft atau Oracle. Software ini berfokus untuk mendukung proses bisnis terintegrasi yang terlibat dalam operasional bisnis. Arsitektur aplikasi perusahaan menggambarkan hubungan antar aplikasi perusahaan lintas fungsi yang memberikan kerangka kerja konseptual untuk 5
membayangkan berbagai komponen dasar proses dalam interface dari e-business. ERP (Enterprise Resource Planning) berfokus pada efisiensi produk internal perusahaan, distribusi dan proses keuangannya. CRM (Customer Relationship Management) berfokus pada proses dan mendapatkan dan mempertahankan pelanggan yang berharga meliputi pemasaran, penjualan dan layanan. PRM (Partner Relationship Management) bertujuan mendapatkan dan memelihara para mitra untuk meningkatkan penjualan dan ditribusi produk. SCM (Supply Chain Management) fokus pada pengembangan resources dan proses mendapatkan yang efisien dan efekif. Knowledge Management berfokus pada alat untuk mendukuing kerja sama kelompok dan pengambilan keputusan. Teknologi Informasi (TI), atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Information technology (IT) adalah istilah umum yang menjelaskan teknologi apa pun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan dan/atau menyebarkan informasi. TI menyatukan komputasi dan komunikasi berkecepatan tinggi untuk data, suara, dan video. Contoh dari Teknologi Informasi bukan hanya berupa komputer pribadi, tetapi juga telepon, TV, peralatan rumah tangga elektronik, dan peranti genggam moderen (misalnya ponsel/ HP) Bersamaan dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat banyak perusahaan semakin berlomba-lomba untuk menggunakan teknologi maju sebagai salah satu strategi perusahaan untuk tetap bertahan dan memenangkan persaingan di pasar. Penggunaan komputer dan internet telah mengalami perkembangan yang luar biasa di bidang bisnis terutama pada perusahaan atau instansi skala besar. Sejak ditemukannya teknologi internet pada tahun 1990-an penggunaannya meluas karena dipandang memberikan manfaat yang sangat besar bagi kelancaran proses-proses bisnis termasuk di dunia perbankan. Penggunaan internet akan mendominasi seluruh kegiatan yang ada di perusahaan yang akan menjadi alat persaingan antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Hal ini akan membawa dampak yang sangat besar bagi setiap perusahaan. Dampak pada aspek persaingan adalah terbentuknya tingkat kompetisi yang semakin tajam.Globalisasi ekonomi juga membuat perubahan menjadi konstan, pesat, radikal, serentak, dan pervasif. Sehingga perusahaan harus memiliki kemampuan yang cepat untuk beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi sehingga perusahaan akan mampu bersaing dengan para kompetitornya. Penggunaan teknologi diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar terhadap dunia bisnis yang kompetitif tersebut. Perusahaan yang mampu bersaing dalam kompetisi tersebut adalah perusahaan yang mampu mengimplementasikan teknologi ke dalam perusahaannya. Salah satu jenis implementasi teknologi dalam hal meningkatkan persaingan bisnis adalah dengan menggunakan electronic business (e-bussiness) untuk seluruh kegiatan perusahaannya. Dalam penggunaan teknologi tersebut, berbagai pihak yang terkait dengan perusahaan seperti investor, konsumen, pemerintah akan ikut berperan. Banyak perusahaan berlomba-lomba untuk terus mengembangkan bisnisnya melalui ebusiness. Perbankan merupakan salah satu institusi yang bergerak di bidang jasa yang juga menggunakan sistem e-business untuk mendukung proses bisnisnya. Penggunaan sistem e-bussiness dalam dunia perbankan merupakan kebutuhan yang sangat penting karena hampir seluruh perbankan yang ada di indonesia memiliki cabang yang tersebar diseluruh indonesia sehingga penggunaan e-bussiness sangat membantu dalam proses penyaluran informasi dan pelayanan terhadap nasabah. Saat ini kebutuhan di bidang networking sudah merupakan hal yang umum di tengah perkembangan teknologi informasi, termasuk bagi perusahaan.Penggunaan internetworking dapat berupa internet, intranet ataupun ekstranet.Trend penggunaan 6
internet telah mengalami lonjakan yang cukup signifikan.Berdasarkan Gambar 1 di bawah, pada tahun 2009, pengguna internet di dunia telah mencapai 27,1% dari seluruh total penduduk dunia, dimana sekitar sepertiga dari pengguna tersebut adalah penduduk Indonesia.
Gambar 1 Pengguna Internet dalam Bentuk Persentase Populasi Sumber: Bank Dunia, Indikator Pembangunan Dunia, Update tanggal 27 April 2011 Jaringan Internet dan teknologi sudah menjadi kebutuhan bagi banyak perusahaan. Kegiatan operasional dalam sebuah perusahaan tidak hanya melibatkan jaringan internet saja, tetapi sebuah perusahaan yang telah menerapkan teknologi informasi secara menyeluruh umumnya telah membangun jaringan intranet dan ekstranet yang sangat baik. Dengan demikian ketiga jaringan tersebut dapat dimanfaatkan untuk mempermudah komunikasi para stakeholder perusahaan dengan perusahaan itu sendiri. Sebagai seorang pebisnis di bidang agrobisnis, perlu Anda ketahui bahwa Para Ilmuwan, Insinyur dan tenaga-tenaga lain dalam bidang teknologi termasuk teknologi informasi cenderung lebih fokus pada fitur ketimbang Manfaat. TI adalah fitur bukan manfaat nyata. TI adalah Alat/ Tolls yang sangat baik, tetapi jangan sampai TI menghilangkan kebaikan dari ide Internal yang ada pada diri Anda. Kenapa para Ilmuwan, Insinyur dan tenaga-tenaga lain dalam bidang teknologi termasuk teknologi informasi cenderung lebih fokus pada fitur ketimbang manfaat ? Jawabannya adalah karena fiturlah yang harus mereka temukan, desain, dan bangun. Mereka hidup dengan teknologi dari hari kehari. Jadi Penerjemahan dari fitur ke manfaat terlihat jelas bagi mereka. Beberapa pekerjaan yang sering di-outsource kan oleh suatu perusahaan adalah bidang teknologi informasi (TI). Hasil penelitian Benko (1992) dalam Fowler dan Jeffs (1998), yang dikutip oleh Prapti (2007), menemukan bahwa kapital perusahaan yang diinvestasikan dalam teknologi informasi (TI) dan sistem informasi (SI) akan naik sebesar 40 %. Beberapa pelaku bisnis tidak terlalu puas dengan hasil kembalian yang diterima dari invenstasi tersebut. Biaya SI internal meningkat dengan pesat, teknologi juga berubah dengan sangat cepat namun konsumen kadang tidak menerima pelayanan seperti yang diharapkan dengan sistem yang ada saat ini. Akibatnya, banyak perusahaan memilih melakukan outsourcing, akibatnya pasar outsourcing tumbuh dengan cepat terutama di Indonesia setelah dilegalkan berdasarkan UU Tenaga kerja yang berlaku saat ini. Mc Leod (1996), berpendapat bahwa Toll manufacture/ kontrak outsourcing dapat melibatkan sejumlah besar uang. Suatu perjanjian antara General Dynamics dan Computer Sciences Corporation (CSC) bernilai $3 milyar, dan konrak EDS dengan 7
Continental Airlines bernilai $2,1 milyar. Namun, kontrak yang mengejutkan di industri komputer dimulai oleh Kodak. Pada tahun 1989, Kodak melakukan outsourcing komputernya ke IBM, pengembangan aplikasinya ke Andersen Consulting, serta manajemen telekomunikasi dan jaringannya ke Digital Equipment Corporation. Menurut definisi dari Maurice Greaver yang dikutip oleh Yasar (2008), outsourcing dipandang sebagai tindakan mengalihkan beberapa aktivitas perusahaan dan hak pengambilan keputusannya kepada pihak lain (outside provider), dimana tindakan ini terikat dalam suatu kontrak kerjasama. Dapat juga dikatakan outsourcing sebagai penyerahan kegiatan perusahaan baik sebagian ataupun menyeluruh kepada pihak lain yang tertuang dalam kontrak perjanjian. Penyerahan kegiatan ini dapat meliputi bagian produksi, beserta tenaga kerjanya, fasilitas, peralatan, teknologi, dan asset lain serta pengambilan keputusan dalam kegiatan perusahaan. penyerahan kegiatan ini kepada pihak lain merupakan hasil dari keputusan internal perusahaan yang bertujuan meningkatkan kinerja agar dapat terus kompetitif dalam menghadapi perkembangan ekonomi dan teknologi global. Menurut Yasar (2008), seringkali outsourcing disamakan dengan jasa penyalur tenaga kerja. Sebenarnya outsourcing adalah pemindahan fungsi pengawasan dan pengelolaan suatu proses bisnis kepada perusahaan penyedia jasa. Ada tiga unsur penting dalam outsourcing, yaitu : 1. 2. 3.
Pemindahan fungsi pengawasan Pendelegasian tanggung jawab atau tugas suatu perusahaan Menitikberatkan pada hasil atau output yang ingin dicapai oleh perusahaan
Currie dan Wilcocks (1998) dalam Prapti (2007), membagi outsourcing menjadi empat tipe yaitu : total outsourcing, multiple-supplier sourcing, joint venture/strategic alliances sourcing, dan insourcing. 1.
Total outsourcing, lebih dari 70%-80% fasilitas TI di-outsource, biasanya untuk supplier tunggal. Kontrak berkisar antara 5-10 tahun. Asumsi yang mendasari adalah partnership antara klien dan supplier (Henderson, 1990 dalam Currie dan Wilcocks, 1998 dalam Prapti, 2007).
2.
Multiple-supplier sourcing, merupakan kesepakatan dengan suppliernya mengenai prosedur dan kebijkan bagaimana masing-masing pihak bekerjasama, biasanya tidak lebih dari 5 tahun.
3.
Joint venture/strategic alliances sourcing. Joint venture didasarkan pada pembagian risiko atau reward, meliputi seleksi terhadap supplier TI. Keuntungan joint venture adalah mengurangi risiko dari supplier tunggal atau kontrak outsourcing dengan multiple-supplier.
4.
Insourcing. Pilihan ini untuk mempertahankan sentralisasi departemen IT dan manajemen insource serta kapabilitas teknikal berkenaan dengan meningkatnya pekerjaan IT. Lama kontrak yang terjadi mungkin hanya berkisar 3 bulan hingga satu tahun.
8
Tabel 1. Karakteristik kunci mengenai IT Sourcing Total Outsourcing Multiple-Supplier Sourcing
Mengembangkan partnership dengan supplier tunggal Kontrak jangka panjang dengan supplier Fokus pada core bisnis TI yang diterima sebagai fungsi pendukung/pelayanan Mengurangi biaya TI Berbagi resiko/reward dengan supplier Mengurangi fungsi/masalah TI Akses keahlian teknikal/manajerial Mempertahankan pengendalian strategik Joint Venture/strategis alliance sourcing Menerima 49 % kepemilikan saham dari supplier TI supplier mungkin perusahaan baru/yang sudah eksis Perbedaan core competencies antara klien dan supplier TI Berbagi risiko dan reward Mengembangkan pengetahuan sektor khusus Melahirkan kesempatan bisnis baru Mengakses keahlian teknik khusus Mempertahankan pengendalian dan pengaruh yang lebih pada outsourcing
Menciptakan persaingan diantara supplier Standarisasi/koordinasi operasi Fokus pada core bisnis Merumuskan kerangka kesepakatan Memelihara aliansi dengan supplier Mengembangkan kontrak jangka pendek dengan supplier Supplier memberikan tanggungjawab manajemen Transfer biaya tetap ke biaya variabel Mempertahankan pengendalian strategis. Insourcing
TI sebagai core bisnis Tingkat tinggi pada keahlian teknik in-house Sentralisasi departemen TI Kondisi pasar/supplier tidak tepat Sinergi antara bisnis/teknologi Kurangnya kepercayaan mengenai motivasi supplier Mengelola kontraktor sebagai staf tetap Mempertahankan keahlian teknik yang up to date Mengelola peningkatan pekerjaan IT.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) menurut O’Brien (2002) dikatakan bahwa SIM adalah suatu sistem terpadu yang menyediakan informasi untuk mendukung kegiatan operasional, manajemen dan fungsi pengambilan keputusan dari suatu organisasi. Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan sistem informasi yang menghasilkan hasil keluaran (output) dengan menggunakan masukan (input) dan berbagai proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu dalam suatu kegiatan manajemen (Wikipedia, 2010).
\
9
BAB III PEMBAHASAN Sumber daya Manusia adalah salah satu faktor kunci dalam organisasi berproduksi/ beraktivitas menghasilkan produk ( baca : bagi perusahaan/ Industri Farmasi menghasilkan Obat ), Tentu hal ini tidak bermaksud mengecilkan peran dari faktor Produksi lainnya seperti : Sumber daya Alam ( material bahan baku, bahan pengemas), fasilitas & utilitas ( mesin), financial/ uang. Dari sumber daya manusia lahir kekuatan enabler/ koordinator berupa manajemen yang menjalankan fungsi koordinasi dari suatu Perusahaan/ organisasi. Akan tetapi Perusahaan farmasi juga diikat dengan aturan sosial dan norma hukum , sebagai contoh : sebuah industry farmasi selain diikat oleh syarat internal organisasi , Industry tersebut harus patuh juga terhadap syarat-syarat produk yang ditetapkan oleh pelanggannya, maupun persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah melalui undang-undang kesehatan, keputusan/ InstruksiMen.Kes, Keputusan/Instruksi Kepala badan Pengawas Obat & Makanan ( BPOM RI) , kewajiban melaksanakan GMP/ Good Manufacturing Practices. Di Indonesia GMP yang diterapkan/ Local GMP yang diterapkan dikenal dengan istilah Cara Pembuatan Obat yang baik ( CPOB). CPOB terkini adalah versi tahun 2006. 3 Prinsip dasar dari CPOB 2006 adalah :
Tulis apa yang akan dikerjakan. Kerjakan apa yang telah tertulis. Dokumentasikan apa yang telah dilakukan.
Apabila ke-3 Butir tersebut tidak saling bertentangan maka sistem dikatakan valid. Apabila tidak maka dikatakan Sistem mengalami penyimpangan. Setiap penyimpangan dalam CPOB harus ditangani dengan baik, harus dikontrol.salah satu caranya adalah dengan melakukan kajian resiko/ risk Assessment. Apabila diperlukan suatu penyimpangan yang terkontrol akan ditindak lanjuti dengan tindakan koreksi atau pencegahan yang berupa Perubahan System. Setiap perubahan sistem termasuk sistem informasi di Industri Farmasi harus dikontrol dengan suatu mekanisme kontrol perubahan. Bagaimana memilih model Pengembangan SI dan TI, apakah secara Insourcing , outsourcing,Co-sourcing di Industri farmasi ? Pada Prinsipnya harus tetap sesuai dengan 3 prinsip CPOB . Detilnya sebagai berikut : Penggunaan Sistem komputerisasi ke dalam sistem pembuatan obat, termasuk penyimpanan, distribusi dan pengendalian mutu tidak mengubah kebutuhan untuk memperhatikan prinsip yang relevan dalam pedoman CPOB ini.Sistem komputerisasi yang menggantikan sistem manual hendaklah tidak mengakibatkan penurunan mutu produk penerapan sistem pemastian mutu. Hendaklah dipertimbangkan resiko hilangnya beberapa aspek dari sistem sebelumnya yang disebabkan pengurangan keterlibatan operator. 1. Personil :
10
Kerjasama yang erat antara personil utama dengan personil yang terlibat dengan sistem komputer adalah esensial. Personil penanggung jawab hendaklah diberikan pelatihan yang memadai untuk mengelola dan menggunakan sistem yang dipakai dalam lingkup tanggung jawabnya dan hendaklah dipastikan mempunyai keahlian untuk menangani aspek desain,validasi,instalasi dan pengoperasian sistem komputer. 2. Validasi. Cakupan validasi tergantung pada sejumlah faktor termasuk sistem yang akan dipakai, apakah prospektif atau retrospektif dan kemungkinan adanya unsur baru yang digunakan. Validasi hendaklah dipertimbangkan sebagai bagian dari seluruh siklus sistem komputer. Siklus tersebut mencakup tahap perencanaan, spesifikasi, pembuatan program, pengujian, “commisioning”, dokumentasi,pengoperasian, pemantauan dan perubahan. 3. Sistem. 3.1. Penempatan peralatan hendaklah memperhatikan kondisi yang sesuai dimana faktor luar tidak dapat mempengaruhi sistem. 3.2.Hendaklah dibuat dan selalu dimuthairkan deskripsi tertulis yang rinci dari sistem (termasuk diagram sesuai kebutuhan). Deskripsi tersebut hendaklah menjelaskan prinsip, tujuan, tindakan, pengamanan dan ruang lingkup sistem serta ” fitur “ utama cara penggunaan komputer dan interaksi dengan sistem dan prosedur lain. 3.3.Perangkat lunak merupakan komponen yang kritis dari sistem komputerisasi. Pengguna perangkat lunak hendaklah mengambil langkah yang rasional untuk memastikan bahwa perangkat tersebut disiapkan sesuai dengan sistem pemastian mutu. 3.4.Sistem hendaklah meliputi, di mana diperlukan, program terpasang untuk memeriksa ( build in Checks) ketepatan pemasukan dan pengolahan data. 3.5.Sebelum sistem komputerisasi digunakan, hendaklah diuji secara menyeluruh dan dipastikan kemampuannya memberikan hasil yang diinginkan. Jika akan menganti sistem manual, kedua sistem tersebut hendaklah berjalan bersamaan dalam kurun waktu tertentu, yakni sebagai bagian dari pengujian dan validasi. 3.6.Pemasukan atau perubahan data hanya dilakukan oleh personil yang berwewenang untuk itu. Hendaklah ada cara yang tepat untuk mencegah pemasukan data yang tidak sah termasuk penggunaan kunci kartu “pas” ( Pass card), kode pribadi dan akses terbatas untuk masuk ke terminal komputer. Hendaklah ditetapkan prosedur untuk penerbitan, pembatalan dan Pengubahan otorisasi untuk memasukkan dan mengubah data, termasuk pengantian kata sandi pribadi ( personal password). Hendaklah dipertimbangkan pengadaan suatu sistem untuk mencatat usaha mengakses sistem oleh personil yang tidak berwenang. 3.7.Apabila data kritis dimasukkan secara manual (misalnya : berat,dan No. Batch bahan awal selama proses penimbangan), hendaklah dilakukan pemeriksaan tambahan untuk ketepatan catatan yang dibuat. Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh operator kedua atau dengan cara elektronis yang tervalidasi. 3.8.Sistem hendaklah mencatat identitas operator yang memasukkan atau mengonfirmasi data kritis. Otorisasi perubahan data yang dimasukkan hendaklah terbatas pada personil yang ditunjuk. Semua perubahan data kritis 11
yang dimasukkan hendaklah diotorisasi dan dicatat dengan mencantumkan alasan perubahan. Hendaklah dipertimbangkan agar sistem dapat membuat catatan lengkap mengenai semua pemasukan dan perubahan data ( Audit Trial). 3.9.Perubahan terhadap sistem atau program komputer hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Yang mencakup ketentuan untuk melakukan validasi, pemeriksaan, pengesahan, dan melaksanakan perubahan. Perubahan hanya dapat diterapkan setelah mendapat persetujuan dari personil yang bertanggung jawab atas sistem tersebut. Perubahan hendaklah dicatat. Tiap Perubahan hendaklah divalidasi. 3.10. Untuk keperluan Audit, data yang disimpan secara elektronis hendaklah dapat dicetak. 3.11. Data hendaklah diamankan secara elektronis atau fisik untuk mengantisipasi kerusakan yang sengaja atau tidak disengaja. Hal ini sesuai dengan Prinsip CPOB 10.8 yang berbunyi : Data dapat dicatat dengan menggunakan sistem pengolahan data elekronis, cara fotografis atau cara lain yang dapat diandalkan, namum prosedur rinci berkaitan dengan sistem yang digunakan hendaklah tersedia, dan akurasi catatan hendaklah dicek. Apabila dokumentasi dikelola dengan menggunakan metode pengolahan data elektronis, hanya personil yang diberi wewenang boleh mengentri atau memodifikasi data dalam komputer dan hendaklah perubahan dan penghapusannya dicatat;akses hendaklah dibatasi dengan penggunaan kata sandi (password) atau cara lain, dan hasil entri data kritis hendaklah dicek secara independen. Catatan batch produksi yang disimpan secara elektronis hendaklah dilindungi dengan transfer pendukung/ cadangan ( back up transfer) menggunakan pita magnet, mikrofilm, kertas atau cara lain. Adalah sangat penting bahwa data selalu tersedia selama kurun waktu penyimpanan. 3.12. Aksesibilitas ketahanan dan ketepatan data tersimpan hendaklah diperiksa. Jika ada usul perubahan terhadap peralatan komputer atau programnya, pemeriksaan tersebut di point : 3.11 hendaklah dilakukan pada frekuensi yang sesuai dengan medium penyimpanan yang digunakan. 3.13. Data hendaklah diproteksi dengan membuat data cadangan ( back up data) secara berkala dan teratur. Data Cadangan hendaklah disimpan selama masih diperlukan dilokasi terpisah dan aman. 3.14. Hendaklah tersedia sistem alternatif yang memadai untuk dioperasikan apabila terjadi kerusakan atau gangguan terhadap sistem yang ada. Waktu yang diperlukan untuk penggunaan sistem alternatif tersebut hendaklah disesuaikan dengan tingkat urgensi penggunaannya. Contoh : Informasi yang dibutuhkan untuk penarikan kembali/ “Product recall” harus tersedia secara cepat. 3.15. Prosedur yang diberlakukan jika terjadi kerusakan atau kegagalan pada sistem hendaklah dietapkan dan divalidasi. Tiap kegagalan dan tindakan perbaikan yang dilakukan hendaklah dicatat. 3.16. Hendaklah dibuat prosedur untuk mencatat dan menganalisa kekeliruan, serta untuk menetapkan tindakan perbaikan yang dilakukan. 3.17. Jika servis komputer memakai jasa agen dari luar perusahaan hendaklah dibuat perjanjian resmi yang mencakup pernyataan yang jelas mengenai tanggung jawab agen jasa tersebut. 3.18. Bila pelulusan “Batch” untuk dijual atau diedarkan menggunakan sistem komputerisasi,maka sistem tersebut hendaklah memperhitungkan bahwa 12
4.
5.
6.
7.
hanya kepala bagian Manajemen Mutu ( Pemastian Mutu) yang boleh meluluskan batch. Sistem hendaklah secara jelas mengidentifikasi dan mencatat Personil yang meluluskan batch. Siklus Sistem komputerisasi terdiri dari : 4.1.Fase Ruang Lingkup Fase ini mencakup antara lain: Rencana proyek, penyusunan Rencana Induk Validasi ( RIV) Sistem komputerisasi, yang dapat dibuat terpisah atau sebagai bagian / supplemen dari RIV (utama), termasuk jadwal validasi, penentuan dan penetapan validasi, penentuan spesifikasi kebutuhan pengguna, Pengkajian resiko dan Penilaian Pemasok. 4.2.Fase Desain. Fase ini mencakup antara lain : Penentuan spesifikasi fungsi dan spesifikasi desain yang disiapkan. 4.3.Fase Konstruksi ( Build Phase) Yang mencakup antara lain :pengembangan piranti lunak, pengujian pengembangan, instalasi teknis dan pengkondisian “Commisioning”. 4.4. Fase Pengujian. Fase ini mencakup antara lain : Kualifikasi Instalasi, Kualifikasi Operasional dan Kualifikasi Kinerja. Yang dimaksud dengan kualifikasi Instalasi adalah 4.5.Fase Pengerahan/ “Deploy Phase”/ Fase Komisi. Mencakup antara lain : Penyiapan dan penyelesaian laporan rangkuman validasi yang menetapkan pelulusan sistem komputerisasi untuk digunakan. 4.6.Fase Penggunaan. Mencakup antara lain : manajemen konfigurasi, pengendalian perubahan, penanganan insiden, kesalahan dan penyimpangan, pemantauan dan pemeriksaan secara periodis. 4.7.Fase Pemensiunan/ Dekomisi/ Decommisioning Phase. Mencakup Rencana dekomisi, migrasi data, laporan dekomisi, piranti aplikasi dan pengarsipan dokumen. Validasi sistem komputerisasi adalah suatu persyaratan umum CPOB ( Cara Pembuatan Obat yang Baik). Oleh sebab itu kebijakan tentang pemenuhan / Kepatuhan terhadap aturan ini di Industry Farmasi perlu dipastikan. Terlepas dari Sistem Komputerisasi ini di develop secara internal ( In sourcing) maupun secara external ( Exsourcing) atau gabungan antara internal dan external ( Co-ourcing). Tanggu jawab akhir tetap ada pada owner proses/ Quality person dari perusahaan itu sendiri. Development Sistem Informasi yang baik disemua lini Produksi, Distribusi dan Pemasaran Industri Farmasi sebaiknya melewati semua tahap/ Siklus kegiatan komputerisasi. Pedoman berupa : “Standard Operating Prosedure ( SOP)/ IK ( Instruksi Kerja) perlu di buat dan disetujui oleh “Quality Person”/ Personel Kunci Pemastian Mutu. Singkatnya Tahapan Pengembangan Sistem Informasi harus melewati tahaptahap sebagai berikut : 7.1.Pembuatan Rancang Bangun Sistem Informasi/ Sistem komputerisasi, Pembuatan URS ( user requirements spesification : misal komputerisasi di Spektometer UV, Climatic Chamber, Purifed Water System, Chiller unit, Tablet Machine, Blistering Machine, ERP System / enterprise resource Planning system, dll) , 13
7.2. Pelaksanaan Kualifikasi Desain (mulai dari pembuatan Protokol kualifikasi, Pelaksanaan, Penyusunan Laporan kualifikasi) , 7.3.Pelaksanaan Kualifikasi Instalasi sistem informasi ( SI) , 7.4.Pelaksanaan Kualifikasi Operasional sistem informasi (SI), 7.5.Pelaksanaan Kualifikasi Kinerja dari sistem informasi ( SI) , 7.6.Pelaksanaan Kontrol Penggunaan SI, 7.7.Kontrol Penanganan Penyimpangan SI, 7.8.Mekanisme Kontrol Perubahan SI, Mekanisme Pemensiunan SI. (CPOB 2006) Pesatnya pertumbuhan ekonomi Asia secara umum, secara khusus Indonesia dibandingkan wilayah lain seperti Eropa dan Amerika merupakan faktor pendorong utama perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih. Hal ini kemudian menimbulkan dampak ikutan yang signifikan terhadap kegiatan perusahaan di Indonesia, termasuk di Industri Farmasi. Persaingan di Industri Farmasi menjadi semakin ketat dimana semua perusahaan berlomba-lomba untuk saling menonjolkan kemampuannya agar dapat bersaing dengan para pesaingnya. Dua hal utama untuk memenangkan persaingan di era seperti ini adalah “cost effective management” dan pemberdayaan revolusi berikutnya dari revolusi Industri, yaitu teknologi informasi, khususnya penemuan Internet. Di revolusi kedua ini, terjadi akselerasi gerak, dari gerak fisik ke gerak elektronis ( from Phsical movement to electronic movement). Kondisi ini / situasi pasar farmasi yang sangat bersaing ini menuntut dunia usaha Farmasi untuk dapat menyesuaikan dengan tuntutan pasar yang memerlukan respons yang jauh lebih cepat dan fleksibel dalam meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan. Istilah Persaingan saat ini bergeser dari Perusahaan yang besar menelan Perusahaan kecil menjadi Perusahaan yang paling cepat merespon permintaan pasar menelan perusahaan yang lambat. Robohnya Industri Electronic seperti Sony, Sanyo, Nokia oleh Samsung mungkin dapat menggambarkan benarnya hal ini. Kegiatan Toll Manufacture / Outsourcing ini tidak sekadar mengontrakkan secara biasa, tetapi jauh melebihi itu, hal ini bahkan di atur di bab tersendiri CPOB 2006 ( Bab 12, mengenai Pekerjaan Kontrak dan Analisa berdasarkan kontrak). Di samping Secara Spesifik terkait IT/ Komputerisasi tercantum di Aneks 7 CPOB 2006. Beberapa pekerjaan yang sering di-outsource kan oleh suatu perusahaan adalah bidang teknologi informasi (TI). Hasil penelitian Benko (1992) dalam Fowler dan Jeffs (1998), yang dikutip oleh Prapti (2007), menemukan bahwa kapital perusahaan yang diinvestasikan dalam teknologi informasi (TI) dan sistem informasi (SI) akan naik sebesar 40 %. Beberapa pelaku bisnis tidak terlalu puas dengan hasil kembalian yang diterima dari invenstasi tersebut. Biaya SI internal meningkat dengan pesat, teknologi juga berubah dengan sangat cepat namun konsumen kadang tidak menerima pelayanan seperti yang diharapkan dengan sistem yang ada saat ini. Akibatnya, banyak perusahaan memilih melakukan outsourcing, akibatnya pasar outsourcing tumbuh dengan cepat terutama di Indonesia setelah dilegalkan berdasarkan UU Tenaga kerja yang berlaku saat ini. Mc Leod (1996), berpendapat bahwa Toll manufacture/ kontrak outsourcing dapat melibatkan sejumlah besar uang. Suatu perjanjian antara General Dynamics dan Computer Sciences Corporation (CSC) bernilai $3 milyar, dan konrak EDS dengan Continental Airlines bernilai $2,1 milyar. Namun, kontrak yang mengejutkan di industri komputer dimulai oleh Kodak. Pada tahun 1989, Kodak melakukan outsourcing
14
komputernya ke IBM, pengembangan aplikasinya ke Andersen Consulting, serta manajemen telekomunikasi dan jaringannya ke Digital Equipment Corporation. Salah satu kebijakan ketenagakerjaan yang penting adalah legalisasi penerapan kebijakan outsourcing di hampir semua negara termasuk Indonesia. Bahkan, praktek outsourcing sudah terjadi lebih dari dua dekade lalu. Di Indonesia terjadi dibawah kepemimpinan President Megawati dengan Jacob Nuawea sebagai Menteri Tenaga Kerja. Dalam menghadapi persaingan Industri Farmasi yang ketat, Industri diharuskan melakukan peningkatan tata kelola organisasi atau perusahaan.Persoalan ini membuat Industri Farmasi harus mampu mengelola organisasinya seefektif dan seefisien mungkin. Organisasi selalu berusaha untuk menggunakan sumber daya seminimal mungkin untuk mencapai hasil yang maksimal ( konsep lean manufacturing). Hal ini tidak terlepas dari penggunaan SDM yang ada. Kecenderungan saat ini perusahaan berusaha agar tenaga kerja inti yang ada di lingkungan organisasi tersebut fokus untuk menangani pekerjaan yang menjadi bisnis inti (core business). Hal ini menyebabkan pekerjaan yang sifatnya penunjang untuk diserahkan kepada pihak lain. Hal inilah yang disebut dengan outsourcing. Kebalikan dari outsourcing adalah insourcing. Umumnya pekerja akan lebih memilih model ini karena dianggap lebih berpihak kepada mereka. insourcing adalah suatu usaha pengembangan SI dan IT dalam perusahaan yang hanya melibatkan sumber daya di dalam suatu organisasi atau suatu perusahaan dengan membentuk divisi khusus yang berkompeten di bidangnya, seperti departemen EDP (Electronic Data Processing). In-sourcing merupakan model pengembangan dan dukungan sistem teknologi informasi yang dilakukan oleh para pekerja di suatu area fungsional dalam organisasi (misalnya Akunting, Keuangan, dan produksi) dengan sedikit bantuan dari pihak spesialis sistem informasi atau tanpa sama sekali. Model ini dikenal juga dengan istilah end-user computing atau end-user development. Untuk menentukan strategi mana yang akan digunakan dalam suatu perusahaan, sangat tergantung dari situasi yang ada. Tentu saja dengan mempertimbangkan pula keunggulan dan kelemahan serta manfaat dan resiko yang mungkin dialami oleh perusahaan. Misalnya: outsourcing dapat dijadikan pilihan jika dibutuhkan waktu yang cepat dalam pengembangan aplikasi atau jika perusahaan memiliki sejumlah proses bisnis non-inti yang memerlukan banyak waktu, usaha, dan sumberdaya untuk dilaksanakan. Outsourcing dalam hal ini, akan membantu menghemat waktu, usaha, tenaga kerja dan juga akan membantu pengiriman yang lebih cepat untuk pelanggan perusahaan. Sebaliknya, insourcing lebih tepat untuk dipilih jika suatu aplikasi merupakan inti bisnis perusahaan atau jika telah ada suatu divisi khusus dalam perusahaan yang ahli dalam suatu bidang tertentu. Hal ini akan dapat menghemat biaya dan perusahaan memiliki kontrol yang lebih baik atas pekerjaan yang dilakukan. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi terpenting. Dilihat dari sisi penawaran, umumnya hampir di setiap negara menunjukkan perkembangan yang terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga diperlukan kebijakan-kebijakan yang mampu mendorong pertumbuhan produksi dengan tujuan agar dapat menyerap angkatan kerja. Salah satu kebijakan ketenagakerjaan yang penting adalah legalisasi penerapan kebijakan outsourcing di hampir semua negara. Bahkan, praktek outsourcing sudah terjadi lebih dari dua dekade lalu. Dalam menghadapi persaingan dunia usaha yang ketat, organisasi dituntut untuk melakukan peningkatan manajemen organisasi atau perusahaan. Hal ini membuat organisasi harus mampu mengelola organisasinya secara efektif dan efisien. Organisasi selalu berusaha semaksimal mungkin untuk menggunakan sumber daya seminimal mungkin untuk mencapai hasil yang maksimal.
15
Hal ini tidak terlepas dari penggunaan tenaga kerja yang ada. Kecenderungan saat ini perusahaan berusaha agar tenaga kerja inti yang ada di lingkungan organisasi tersebut fokus untuk menangani pekerjaan yang menjadi bisnis inti (core business). Hal ini menyebabkan pekerjaan yang sifatnya penunjang untuk diserahkan kepada pihak lain. Hal inilah yang disebut dengan outsourcing. Kompetisi yang keras di Industri Farmasi saat ini telah memaksa banyak perusahaan untuk berkonsentrasi pada rangkaian proses atau aktivitas penciptaan produk dan jasa yang terkait dengan kompetensi Intinya (core-competency). Dengan melakukan pemfokusan tersebut, niscaya akan dapat dihasilkan produk dan jasa yang memiliki kualitas yang lebih andal dan memiliki daya saing tinggi di pasar global dengan dasar pemikiran berfokus pada keunggulan komperatif. Efek dari Pemfokusan tersebut adalah keputusan pimpinan perusahaan atau manajemen untuk mengalihdayakan atau menyerahkan proses-proses yang bukan merupakan core competence perusahaan tersebut kepada pihak lain. Dari Sini muncullah istilah outsourcing, yaitu upaya untuk mengontrakkan/ memaklonkan suatu kegiatan pada pihak eksternal Industri untuk memperoleh layanan pekerjaan/ produk yang diperluka. Outsourcing/ Toll-out ini adalah alternatif dalam melakukan pekerjaan internal yang secara perhitungan berdasarkan keunggulan komperatif dengan penerima kontrak adalah menguntungkan. Menguntungkan di sini dari sisi biaya marginal. Pendekatan sebaliknya dari outsourcing adalah insourcing. Umumnya karyawan akan lebih memilih model ini karena dianggap lebih menguntungkan bagi mereka. Yang dimaksud dengan istilah Insourcing pada makalah ini adalah suatu usaha pengembangan Sistem Informasi (SI) dan Information technology (IT) dalam perusahaan yang hanya melibatkan sumber daya internal atau SDM di dalam suatu organisasi. Dengan kata lain Perusahaan dengan membentuk divisi khusus yang berkompeten di bidang IT dan SI, seperti departemen EDP (Electronic Data Processing) atau seperti diperusahaan kami ICT Department (Information Comunication Technology Department). Untuk menentukan strategi mana yang akan digunakan dalam suatu Industri Farmasi, sangat tergantung dari situasi yang ada. Tentu saja dengan mempertimbangkan pula keunggulan dan kelemahan serta manfaat dan resiko yang mungkin dialami oleh perusahaan dan keharusan menjalankan CPOB terkini ( CPOB 2006) terkait Sistem Informasi ( anneks 7, CPOB 2006). Apabila outsourcing yang dijadikan pilihan berdasarkan prinsip marginal yg kita pelajar di mata kuliah teori ekonomi ataupun ekonomi manajerial, akan dimungkinkan adanya keunggulan komperatif berperan penting menjadi suatu keunggulan di model outsourcing, sehingga hanya dibutuhkan waktu yang singkat dalam pengembangan aplikasi SI ataupun IT. Adalah logis apabila secara umum berlaku perusahaan yg memiliki sejumlah proses bisnis non-inti yang memerlukan banyak waktu, usaha, dan sumberdaya untuk melaksanakan Outsourcing dalam hal ini. Ini dikarenakan oursourcing akan membantu menghemat waktu, usaha, tenaga kerja dan juga akan membantu Proses produksi , pengiriman yang lebih cepat, efektif dan efesien untuk pelanggan perusahaan tersebut. Sebaliknya, insourcing lebih tepat untuk dipilih jika suatu aplikasi merupakan inti bisnis perusahaan atau jika telah ada suatu divisi khusus dalam perusahaan yang ahli dalam suatu bidang tertentu. Hal ini akan dapat menghemat biaya dan perusahaan memiliki kontrol yang lebih baik atas pekerjaan yang dilakukan. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2004), Insourcing adalah kebalikan dari outsourcing, dimana perusahaan bukan menyerahkan aktivitas pada perusahaan lain yang lebih kompeten, namun justru mengambil sendiri kerja tersebut atau dengan menerima pekerjaan dari perusahaan lain dengan berbagai motivasi. Salah satu motivasi yang penting adalah menjaga tingkat produktivitas dan penggunaan aset secara maksimal agar biaya satuannya dapat ditekan dimana hal ini akan meningkatkan keuntungan perusahaan. Dengan demikian kompetensi utamanya tidak hanya digunakan sendiri tetapi juga dapat digunakan oleh perusahaan lain dengan imbalan tertentu 16
Pendekatan In-Sourcing Pada Industri Farmasi ? Insourcing adalah mengoptimalkan karyawan dalam perusahaan untuk dipekerjakan di luar perusahaan berdasarkan kompetensi dan minat karyawan itu sendiri dan difasilitasi oleh perusahaannya. Insourcing bisa dalam bentuk bekerja di luar perusahaan secara full time, fifty-fifty atau temporary. Kompensasi yang diterima juga mengikuti pola tersebut. Artinya mereka akan dibayar secara penuh oleh perusahaan yang menggunakannya, atau sharing dengan perusahaan asalnya atau perusahaan asal hanya menanggung selisih gaji (Zilmahram, 2009). Insourcing juga dapat didefinisikan sebagai transfer pekerjaan dari satu organisasi ke organisasi lain yang terdapat di dalam negara yang sama. Selain itu, Insourcing dapat pula diartikan dengan suatu organisasi yang membangun fasilitas atau sentra bisnis baru yang mengkhususkan diri pada layanan atau produk tertentu (en.wikipedia.org). Dalam kaitannya dengan TI, Insourcing atau Contracting merupakan delegasi dari suatu pekerjaan ke pihak yang ahli (spesialis TI) dalam bidang tersebut dalam suatu perusahaan. Pendekatan in-sourcing merupakan kebalikan dari out-sourcing. Jika outsourcing melimpahkan pengerjaan proyek pada pihak ketika, in-sourcing mengembangan proyek dengan memanfaatkan spesialis IT dalam perusahaan tersebut. Contohnya perusahaan tekstil dari Jepang membuka perusahaan di Indonesia dengan alasan karena gaji orang Indonesia dapat lebih rendah dari gaji pegawai Jepang. Pada kasus ini perusahaan di Jepang melakukan out-sourcing sedangkan perusahaan Jepang yang ada di Indonesia melakukan in-sourcing. Menurut Mary Amiti dan Shang-Jin Wei berdasarkan penelitiannyanya mengatakan bahwa untuk di negara Amerika dan negaranegara industri lainnya perusahaan yang memakai insourcing lebih banyak daripada perusahaan yang menggunakan tenaga outsourcing, karena walaupun tenaga outsourcing berdasarkan hasil survey banyak perusahaan yang menggunakannya dan angkanya terus meningkat tetap saja masih lebih rendah di bandingkan dengan insourcing. Berdasarkan Rudy dan Mary di dalam www.accessmylibrary.com ada 4 pola dasar dari pada insourcing : 1. Eksekutif senior menyuruh internal manager IT untuk memotong biaya. Inilah yang menjadi tekanan yang menakutkan dalam suatu perusahaan, ketika eksekutif senior menyuruh mencari cara lain untuk mengurangi biaya termasuk di dalamnya biaya IT. Eksekutif senior selalu mempertanyakan apa keuntungan yang di dapat ketika meningkatnya IT di dalam perusahaannya dan menyurh IT manager untuk mengurangi biayanya. Dan IT manager selalu mengatakan pembelaannya bahwa user selalu menolak taktik pihak IT dalam mengurangi biaya. Internal IT selalu berulangkali berusaha untuk mengurangi biaya dengan mengkonsolidasikan tiga data utama mereka, tetapi unit manager bisnis menolaknya. Karena itulah pihak IT manager mempersiapkan suatu team. Team ini mempersiapkan penawaran data yang kuat dalam cara mengurangi biaya.termasuk konsolidasi data utama. Departemen internal IT memutuskan tawaran dan mengkonsolidasi data center, menginstal automation di dalam tape library, mengatur ulang work flows, menstadarisasikan perangkat lunak, mengadakan system chargeback baru yang mengurangi permintaan user yang terlalu banyak. Tactic ini dapat mengurangi headcount sebesar 51 & dan biaya sebesar 43 %. 2. Pihak IT Manager memutuskan kontrak outsourcing yang banyak memiliki kekurangan. Ada saatnya seperti dalam kasus yang ada, ketika senior management membuat suatu kontrak dengan pihak outsourcing dimana senior 17
management menggunakan 80% biaya outsourcing IT dan menggunakan konrak jangka panjang. Tetapi karena di dukung dengan negosiasi yang buruk membuat biaya untuk IT menjadi meningkat, dan pelayanan semakin memburuk. Karena itulah pihak senior IT mengambil langkah untuk segera menghentikan kontrakdan membangun internal IT didalam perusahaannya. Dan akhirnya senior management dan para pengguna ICT setuju dan mendukung rencana senior IT tersebut. Sehingga pihak IT senior membangun suatu internal IT departemen yang dimana kegiatannya, membeli mesin yang baru, membeli paket software, memperkerjakan 40 analyst programmer dari pihak vendor outsource. Sehingga pihak pengguna senang dengan pelayanan yang ada, dan biaya IT lebih rendah daripada nilai kontrak yang pernah ada. 3. IT Manager mempertahankan insourcing. Ada saatnya ketika pihak IT Manager harus mempertahankan untuk melakukan insourcing. Kelihatan di beberapa kasus yang ada, ketika pihak direktur IS menginvestigasi pihak outsourcing saat para pengguna mengadukan ke pihak senior management mengenai adanya kekurangan layanan pada area aplikasi mereka. Pihak direktur IS mengatakan bahwa adanya permintaan para pengguna yang jauh melewati dari sumber yang ada, mengarah kepada penyimpanan aplikasi yang besar. Setelah melewati beberapa analisa, pihak direktur IS pun membuat suatu laporan yang berisikan mengapa perusahaan tersebut harus tetap menggunakan insourcing, dan menerangkan bahwa menggunakan insourcing akan jauh mengurangi biaya di bandingkan menggunakan outsourcing. 4. Eksekutif senior menegaskan nilai dari IT. Ini adalah pola dasar yang mengindentifikasi di mana insourcing tidak menghasilkan hasil yang signifinakan di mana dapat mengurangi biaya IT tetapi keputusan untuk mengambil langkah insourcing masih di pertimbangkan berhasil karena di perusahaan di berlakukan lagi dan legitimasi lebih jauh ke internal sourcing. Suatu organisasi biasanya memilih untuk melakukan Insourcing antara lain dalam rangka mengurangi biaya tenaga kerja dan pajak. Organisasi yang tidak puas dengan Insourcing kemudian memilih Insourcing sebagai penggantinya. Beberapa organisasi merasa bahwa dengan Insourcing mereka dapat memiliki dukungan pelanggan yang lebih baik dan kontrol yang lebih baik atas pekerjaan mereka daripada dengan meng- outsourcing-nya (www.outsource2india.com). Keuntungan pengembangan sistem informasi atau proyek lain dengan menggunakan pendekatan in-sourcing adalah : 1. Perusahaan dapat mengontrol sistem informasinya sendiri (High degree of control) 2. Biaya untuk pekerja dalam perusahaan biasanya lebih kecil daripada biaya untuk pekerja outsource 3. Mengurangi biaya operasional perusahaan, seperti transport, dan lain-lain 4. Memiliki kemampuan untuk melihat secara keseluruhan dari proses 5. Lebih ekonomis dalam hal ruang lingkup dan ukuran 6. Sistem Informasi yang dibuat dapat direncanakan secara terstruktur sesuai dengan kebutuhan perusahaan. 7. Mudah untuk melakukan modifikasi dan pemeliharaan (maintenance) terhadap SI karena proses pengembangannya dilakukan oleh internal perusahaan tersebut. 8. Lebih mudah dalam mengintegrasikan SI yang dikembangkan oleh perusahaan dengan sistem yang sudah ada.
18
9. Proses pengembangan sistem dapat dikelola dan dimodifikasi serta dikontrol keamanan aksesnya (security acces). 10. Dapat dijadikan sebagai keunggulan kompetitif (competitive advantage) perusahaan dibandingkan pesaing. Selain keuntungan diatas, terdapat beberapa kelemahan menggunakan insourcing, yaitu : 1. Perusahaan perlu memperhatikan masalah investasi dari pengembangan sistem informasi, jangan sampai pengembangan memakan waktu terlalu lama yang akan memakan biaya lebih tinggi lagi. 2. Mengurangi fleksibilitas strategi. 3. Membutuhkan investasi yang tinggi karena biaya pembuatan sistem harganya sangat mahal. 4. Supplier yang berpotensi memberikan produk dan layanan yang mahal. 5. Adanya communication gap antara IT Specialist dan user. 6. Kesulitan dalam menyatakan kebutuhan users sehingga menyulitkan spesialis TI dalam memahaminya dan seringkali hal ini menyebabkan SI yang dibuat kurang memenuhi kebutuhan user. 7. Adanya resiko yang harus ditanggung sendiri oleh perusahaan jika terjadi masalah atau kesalahan dalam pendefinisian kebutuhan data dan informasi. 8. Kurangnya tenaga ahli (expert) di bidang SI/TI yang kompeten dan memiliki skill yang memadai dapat menyebabkan kesalahan/resiko yang harus ditanggung sendiri oleh perusahaan. Dari sisi spesifiknya dan banyaknya aturan GMP/ CPOB dan kerahasiaan Formulasi Industri Farmasi Sepintas cocok dengan metode Insourcing ini dalam mengembangkan SI dan TI di organisasinya. Akan tetapi mempertimbang aspek lambatnya, serta terbatasnya SDM terkait TI, bisa jadi prosesnya akan lama, mengingat TI juga bukan core bisnis dari Industri Farmasi seperti halnya IBM, Nokia dll. Maka Perlu dicari model lain untuk optimasi biaya dan terjaminnya pelaksanaan aturan CPOB dan kerahasiaan formulasi obat di suatu industri Farmasi, dalam mengembangkan sistem informasi maupun teknologi informasinya. Pendekatan In-Sourcing Pada Industri Farmasi ? Indrajit dan Djokopranoto (2004), dalam bukunya yang berjudul Proses Bisnis Outsourcing mendefinisikan outsourcing sebagai penyerahan aktivitas perusahaan pada pihak ketiga dengan tujuan untuk mendapatkan kinerja pekerjaan yang profesional dan berkelas dunia. Oleh karena itu, pemilihan pemberi jasa merupakan hal yang sangat vital. Diperlukan pihak pemberi jasa yang menspesialisasikan dirinya pada jenis pekerjaan atau aktivitas yang akan diserahkan. Dengan demikian, diharapkan bahwa kompetensi utamanya juga berada di jenis pekerjaan tersebut. Disertai pengendalian yang tepat, pemberi jasa diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan. oleh karena itu, outsourcing merupakan langkah strategis bagi perusahaan dalam arti mempunyai kontribusi dalam menentukan hidup matinya dan berkembang tidaknya perusahaan. Indrajit dan Djokopranoto (2004), dalam bukunya yang berjudul Proses Bisnis Outsourcing merinci mengenai alasan-alasan yang mendasari perusahaan untuk melakukan outsourcing. Melalui studi para ahli manajemen yang dilakukan sejak tahun 1991, termasuk survey yang dilakukan terhadap lebih dari 1.200 perusahaan, Outsourcing Institute mengumpulkan sejumlah alasan mengapa perusahaan-perusahaan melakukan outsourcing terhadap aktivitas-aktivitasnya dan potensi keuntungan apa saja 19
yang diharapkan diperoleh darinya. Potensi keuntungan atau alasan-alasan tersebut antara lain untuk : 1. Meningkatkan fokus perusahaan 2. Memanfaatkan kemampuan kelas dunia 3. Mempercepat keuntungan yang diperoleh dari reengineering 4. Membagi risiko 5. Sumberdaya sendiri dapat digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan lain 6. Memungkinkan tersedianya dana capital 7. Menciptakan dana segar 8. Mengurangi dan mengendalikan biaya operasi 9. Memperoleh sumberdaya yang tidak dimiliki sendiri 10. Memecahkan masalah yang sulit dikendalikan atau dikelola. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2004), outsourcing adalah alat strategis manajemen berjangka panjang. Apabila mendapatkan keuntungan dalam waktu yang singkat ingin lebih ditonjolkan dan diutamakan, seringkali perusahaan akan kecewa. Alas an-alasan nomor 1 sampai dengan 5 di atas merupakan target jangka panjang dan bersifat strategis. Alasan-alasan nomor 6 sampai dengan nomor 10 lebih bersifat taktis atau yang mempengaruhi operasi dan bisnis perusahaan sehari-hari. Dari studi yang dilakukan terbukti bahwa langkah outsourcing dapat bermanfaat bagi suatu perusahaan secara maksimal apabila dilihat sebagai langkah strategis jangka panjang. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2004) Co-Sourcing adalah jenis hubungan pekerjaan dan aktivitas, dimana hubungan antara perusahaan dan rekanan lebih erat dari sekedar hubungan outsourcing biasa. Ini misalnya terjadi dalam hal staf spesialis perusahaan diperbantukan kepada rekanan pemberi jasa karena langkanya keahlian yang diperlukan atau karena perusahaan tidak mau kehilangan staf spesialis tersebut. Dengan cara ini, keberhasilan pekerjaan seakan-akan menjadi tanggung jawab bersama, termasuk juga risiko ketidakberhasilan. Berikut ini akan diuraikan mengenai tujuan dari outsourcing dan risiko yang mungkin dihadapi dengan penerapan outsourcing (Indrajit dan Djokopranoto, 2004). Tabel 2. Tujuan dan Risiko Outsourcing Tujuan Outsourcing Risiko Outsourcing Keuntungan tidak diperoleh secara cepat, Mempercepat keuntungan tidak diperoleh dalam jumlah yang cukup reenginering signifikan Akses tidak diperoleh karena pemberi jasa Mendapatkan akses pada tidak menunjukkan kinerja perusahaan kelas kemampuan kelas dunia dunia Suntikan kas ternyata seret atau tidak Memperoleh suntikan kas diperoleh sama sekali karena perusahaan pemberi jasa mengalami kesulitan keuangan Sumber daya mungkin harus ditransfer ke Membebaskan sumber daya atau diperlukan oleh perusahaan pemberi jasa, untuk kepentingan lain shg tetap kekurangan sumber daya Perusahaan mungkin tidak dapat bebas Membebaskan diri dari fungsi seluruhnya dari kesulitan yang sebetulnya yang sulit dikelola atau ingin dihindari dikendalikan Memperbaiki fokus perusahaan Karena berbagai tujuan yg ingin dicapai, tidak sepenuhnya didapat, maka fokus core business mgk tidak tercapai Karena perusahaan pemberi jasa mengalami Memperoleh dana kapital kesulitan keuangan, maka mungkin tambahan dana tidak ada 20
Mengurangi biaya operasi
Mengurangi resiko usaha
Memperoleh sumber daya yg tidak dimiliki di dalam perusahaan
Biaya sesudah outsourcing mungkin tidak berkurang, tetapi tetap atau bahkan bertambah. Karena berbagai tujuan yg ingin dicapai tidak sepenuhnya diperoleh, mgk risiko usaha tetap saja besar Karena perusahaan pemberi jasa juga tidak memiliki sumber daya yang diperlukan, maka tujuan ini tidak tercapai
Dari sisi keunggulan model ini yaitu memperoleh SDM expert di permasalahan SI dan TI serta percepatan dari sisi reenginering kelebihan Outsourcing tersebut ditambah dengan TI juga bukan core bisnis dari Industri Farmasi seperti halnya IBM, Nokia dll , sepintas model ini cocok dengan Industri Farmasi untuk mengembangkan SI dan TI di organisasinya. Akan tetapi mempertimbang aspek spesifiknya pelaksanaan Aturan CPOB dan kerahasiaan formulasi obat di suatu industri Farmasi, dalam mengembangkan sistem informasi maupun teknologi informasinya. Sampai saat ini belum ada IT yang fokus di Industri Farmasi, sehingga sistem ERP seperti : SAP, EXACT, ORACLE tetap saja harus dicustomise saat implementasinya. Dan proses customisasi ini menggunakan SDM Depatement SI & TI Internal Industri Farmasi juga pada akhirnya. Karenanya Kombinasi Insourcing dan Outsorcing atau yang dikenal dengan istilah Co-sourcing merupakan pendekatan yang lebih optimal sejauh ini bagi Industri Farmasi yang padat dengan aturan spesifik, serta memiliki banyak rahasia formulasi yang spesifik diketahui hanya oleh Farmasis-Farmasis. Di sisi lain Farmasis tersebut sangat kurang kompeten dipermasalahan TI. Juga mengingat TI bukan Core bisnis dari Industri Farmasis. Pendekatan Cosourcing di Industri Farmasi. Pada era global yang menempatkan persaingan secara fair, maka tidak ada jalan lain kecuali terus mencari keunggulan. Untuk mendapatkan keunggulan tersebut, seperti dikatakan Porter, pebisnis harus bisa menciptakan perbedaan, baik produk maupun prosesnya. Salah satu cara untuk membuat perbedaan tersebut adalah dengan menerapkan outsourcing. Perusahaan pengguna outsourcing bisa memenangkan persaingan, karena outsourcing bisa melahirkan dua keunggulan, yaitu menurunkan biaya produksi dan memaksimalkan kapabilitas. Sebanyak 21 % perusahaan-perusahaan di AS dan 31 % dari Kanada telah melakukan outsourcing dan telah merasakan betapa nikmatnya memenangkan persaingan dengan memanfaatkan kedua keunggulan itu. Sangat disayangkan, berdasarkan hasil survei yang dilakukan Institute of Internal Auditors (AS) pada awal 1998, menunjukkan bahwa 35 % hingga 40 % perusahaan-perusahaan di AS dan Kanada merencanakan tidak akan melakukan outsourcing. Hal ini karena dengan outsourcing manajemen kehilangan kontrol seharihari terhadap bidang yang dioutsourcingkan. Kedua, outsourcing bisa membuka rahasia perusahaan. Sebagai gantinya, mulai dipertimbangkan cosourcing. Co-sourcing merupakan cara untuk membuat perbedaan, guna mendapatkan keunggulan dalam bersaing yang datangnya lebih belakangan dibanding outsourcing. Definisi operasional co-sourcing adalah perusahaan melakukan partnership dengan profesional di luar perusahaan. Dalam penyerahan pekerjaan kepada outsider itu, perusahaan tidak serta merta menyerahkan seluruh pekerjaan kepada profesional dan memberhentikan kayawan tetapnya. Perusahaan tetap menyertakan karyawannya, untuk secara bersama-sama menjalankan pekerjaan, sekalipun pekerjaan itu membutuhkan keahlian yang spesifik.
21
Perbedaan model ini dengan outsourcing adalah pada co-sourcing karyawan tetap yang dipartnerkan dengan profesional terlibat aktif dalam pekerjaan sejak perencanaan, pengambilan keputusan, dan ada kemungkinan berpartisipasi dalam membuat laporan. Sebaliknya, pada outsourcing profesional datang dengan keahlian yang spesifik, merencanakan, mengerjakan, mengambil keputusan dan membuat laporan secara independen. Dengan cara melibatkan atau menempatkan pekerja tetap mendampingi profesional, maka perusahaan berharap bisa ikut mengontrol perkembangan pekerjaan dari waktu ke waktu dan menjaga agar rahasia perusahaan tidak bocor. Tentu saja dengan munculnya co-sourcing, tidak berarti outsourcing ditinggalkan begitu saja. Co sourcing hanya menguntungkan untuk dilakukan pada bidang-bidang pekerjaan yang mengandung rahasia perusahaan. Sedang untuk bidang-bidang pekerjaan lain, keunggulan outsourcing masih dapat bekerja. Model ini adalah kombinasi antara Insourcing dan Outsourcing, dimana kombinasi antara Internal SDM yang mengerti User requrements specification yang spesifik di Industri farmasi akan bekerjasama dengan SDM TI external yang benar-benar faham mengenai revolusi movement fisik ke movement elektronic. Sinergi kedua SDM ini akan menghasilkan kecepatan maksimal, dengan biaya optimal serta kerahasian dan kontrol ketat tetap dapat dijalankan industri farmasi.
22
BAB IV KESIMPULAN & SARAN KESIMPULAN: 1. Outsourcing menjadi pilihan utama jika dibutuhkan waktu yang cepat dalam pengembangan aplikasi atau jika perusahaan memiliki sejumlah proses bisnis non-inti yang memerlukan banyak waktu, usaha, dan sumberdaya untuk dilaksanakan. Outsourcing dalam hal ini, akan membantu menghemat waktu, usaha, tenaga kerja dan juga akan membantu pengiriman yang lebih cepat untuk pelanggan perusahaan. 2. Insourcing menjadi pilihan utama jika suatu aplikasi merupakan inti bisnis perusahaan atau jika telah ada suatu divisi khusus dalam perusahaan yang ahli dalam suatu bidang tertentu. Hal ini akan dapat menghemat biaya dan perusahaan memiliki kontrol yang lebih baik atas pekerjaan yang dilakukan. Perusahaan tidak harus memilih outsourcing atas insourcing atau sebaliknya. 3. Suatu perusahaan dapat melakukan outsourcing dan insourcing pada saat yang sama. Dengan outsourcing dan insourcing secara bersamaan, maka perusahaan akan dapat memiliki apa yang terbaik dari yang ditawarkan kedua strategi di atas dan bisnis akan mendapatkan keuntungan kompetitif. 4. Industri Farmasi memiliki kekhasan aturan berhubung obat adalah komoditas yang higly regulated karena berhubungan dengan kemanusiaan, juga perusahaan yang tetap pula berorientasi bisnis di sisi lainnya, karenanya selama belum ada keyakinan terhadap kerahasiaan formulasi dari SDM External perusahaan bercore bisnis pengembangan TI & SI, dan belum ada Perusahaan bercore bisnis pengembangan TI & IT Industri Farmasi maka Co-sourcing menjadi pilihan paling optimal bagi Industri Farmasi untuk mengembangkan SI dan TI-nya. Dengan outsourcing dan insourcing secara bersamaan, maka perusahaan akan dapat memiliki apa yang terbaik dari yang ditawarkan kedua strategi di atas dan bisnis akan mendapatkan keuntungan kompetitif
SARAN: Perlu dikembangkan perusahaan bercore bisnis pengembangan TI & IT spesialisasi pada implementasi SI dan TI pada Industri Farmasi. Perusahaan ini akan selalu up date terhadap aturan keahasiaan formula, up date perkembangan di dunia kefarmasian, up date terhadap perkembangan CPOB terkini, serta up date pula terhadap perkembangan dunia Tenologi Informasi dan Sistem Informasi Dunia.
23
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik 2006.Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2009. Suplemen I 2009 Pedoman Cara Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik 2006.Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 2009. Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik 2006.Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta Indrajit, R. E. dan Djokopranoto, R. 2004. Proses Bisnis Outsourcing. Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Yasar, I. 2008. Sukses Implementasi Oursourcing. Penerbit PPM, Jakarta. Mc Leod Jr, Rymond. 1996. Sistem Informasi Manajemen. Edisi Bahasa Indonesia Jilid 2. PT Ikrar Mandiriabadi, Jakarta. Prapti, MS. 2007. Lebih dari Sekedar Outsourcing : Pengelolaan Teknologi Informasi sebagai Value Center. Manajemen Usahawan Indonesia, Volume XXXVI No 2, Februari 2007, Hal 49-55. O’Brien, JA . Marakas, george. 2009. Management Information sistem. Ninth edition. Mc Graw Hill. Inc Boston
24
DAFTAR GAMBAR & TABEL Daftar Gambar 1. Pengguna Internet dalam Bentuk Persentase Populasi Daftar Tabel Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik kunci mengenai IT Sourcing. 2. Tujuan dan Risiko Outsourcing
25