BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalur Nganjuk – Caruban merupakan jalan arteri primer yang menghubungkan lalu lintas kota Nganjuk dan sekitarnya dengan kota Caruban. Volume arus lalu lintas pada jalur ini akan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan perkembangan pembangunan Indonesia dalam semua sektor kehidupan, khususnya dalam sektor perekonomian. Pada saat ini pengguna prasarana transportasi di sepanjang ruas Nganjuk Caruban sering mengalami kemacetan, baik itu dari arah Nganjuk ke Caruban maupun sebaliknya. Kemacetan ini selain diakibatkan oleh pertumbuhan jumlah penduduk yang berarti juga ekivalen terhadap pertumbuhan pemilik dan penggunaan sarana transportasi pribadi maupun umum (peningkatan volume lalu lintas), juga diakibatkan karena ruas jalan arteri Nganjuk Caruban banyak dilalui perlintasan jalur rel kereta api dengan frekuensi mobilitas keretanya yang melalui jalur tersebut cukup tinggi dan di sepanjang sisi ruas jalan arteri eksisting ini telah banyak dibangun pemukiman dan bangunan bangunan yang juga berpeluang menimbulkan hambatan samping. 1.2 Perumusan Masalah 1. Memilih trase jalan yang tepat dan sesuai, dengan kontur yang tersedia pada peta topografi. 2. Bagaimana bentuk gambar geometrik jalan long dan cross sectionnya. 3. Berapa dimensi saluran tepi yang diperlukan dengan melihat kondisi kontur yang ada? 1.3. Tujuan 1. Merencanakan geometrik jalan yang tepat dan sesuai, dengan mempertimbangkan kontur yang tersedia pada peta topografi . 2. Mampu menggambar geometrik jalan long dan cross sectionnya. 3. Merencanakan Drainase permukaan jalan yang diperlukan sesuai dengan kontur yang ada. 1.4. Batasan Masalah 1. Masalah geometrik jalan yang direncanakan adalah sepanjang pilihan trase yang paling optimal dalam segi biaya. 2. Perhitungan geometrik berdasarkan ”Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.038/T/BM/1997” 3. Gambar dengan superelevasi berdasarkan AASTHO. 4. Jarak keterbatasan samping dihitung untuk menjamin kebebasan pandangan ditikungan sehingga jarak pandangan henti dipenuhi. 5. Tidak membahas perhitungan dan metode pelaksanaan jembatan, fly over dan gorong gorong. 6. Jembatan direncanakan dengan bentang tipikal. 7. Perhitungan dimensi saluran tepi jalan berdasarkan “Tata Cara Drainase Permukaan Jalan SNI 03-34241994/SK SNI T-22-1991-03”, “Pedoman Perencanaan Hidrolika Untuk Pekerjaan Jalan dan Jembata,No.01-1/BM/2005”
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan 2.1.1. Sistem Jaringan Jalan 1. Sistem Jaringan Jalan Primer 2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder 2.1.2. Fungsi Jalan Jalan arteri Jalan kolektor Jalan lokal Jalan lingkungan 2.1.3.
Status Jalan 1. Jalan Nasional, . 2. Jalan Propinsi, . 3. Jalan Kabupaten 4. Jalan Kota,. 5. Jalan Desa, 2.1.4. Kelas Jalan 1. Jalan bebas. 2. Jalan sedang. 3. Jalan kecil 2.2. Kriteria Perencanaan Alinyemen 2.2.1. Kendaraan Rencana Untuk perencaan geometrk jalan, ukuran lebar kendaraan rencana akan mempengaruhi lebar lajur yang dibutuhkan 2.2.2. Kecepatan rencana Untuk Perencanaan tikungan, kemiringan jalan, jarak pandang dan lain lain. 2.2.3. Lebar Jalan Rencana 1. Lebar Lajur Lalu Lintas 2. Lebar Bahu Jalan 2.2.4. Lebar median jalan Lebar median jalan adalah pemisah jalan dimana memounyai 4 lajur atau lebih. 2.2.5. Volume lalu lintas Volume lalu lintas menunjukkan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan dalam satu satuan waktu. 2.2.6.
Tingkat pelayanan jalan Tingkat kenyamanan dan keamanan
2.3.
Jarak Pandangan
2.3.1. Jarak Pandangan Henti Minimum Adalah jarak yang ditempuh pengemudi untuk menghentikan kendaraan yang bergerak setelah melihat adanya rintangan pada lajur
V2 d 0.278V.t 254fm dimana: L : besarnya landai jalan dalam desimal .3.2. Jarak Pandangan Menyiap Adalah jarak minimum di depan kendaraan yang direncanakan harus dapat dilihat pengemudi agar proses menyiap (mendahului) kendaraan di depannya dapat dilakukan tanpa terjadi tabrakan
1
2.4. Alinyemen Horisontal 2
k Ls 2
V V R 127 R 127 e f
e f
Ts
V
3.
Lengkung peralihan (spiral – spiral)
2.4.4.
2.4.2.
1.
2.
Jarak kebasan samping
28 .65 S S Lt 28 .65 S E R ' 1 cos sin R ' 2 R '
V e V 3 2 . 727 R C C
Berdasarkan kelandaian.
tingkat
pencapaian
Jika jarak pandangan, S lebih besar daripada panjang total lengkung, Lt
2.4.5.
emaks en Vd 3.6 re
2.4.3.
Wc N U C N 1 Fa Z
2.5.
Alinyemen Vertikal
2.5.1.
Landai Minimum Untuk jalan-jalan di atas timbunan dan berada pada medan datar serta memiliki kereb, maka kelandaian 0.15% dianjurkan untuk dipakai guna mengalirkan air menuju saluran samping atau inlet.
2.5.2. 2.5.3. 2.5.4. 2.5.5. 1. 2.
Landai Maksimum Panjang Kritis Kelandaian Lajur Pendakian Lengkung Vertikal Lengkung Vertikal Cembung Lengkung Vertikal Cekung
alinemen horisontall Ada 3 bentuk alinemen horisontal, antara lain :
Lengkung busur lingkaran sederhana (full circle)
. Tc R tg 1 2
E
R R 1 cos 2
Lc R 180
Lengkung busur lingkaran dengan peralihan (spiral – circle – spiral)
2 s R 90 Ls Lc s 180 R Ls 2 p R 1 cos s 6 R
Pelebaran Pada Tikungan
Wc Wn
perubahan
Diambil Ls dengan nilai yang terbesar.
2.
s .
28 . 65 S E R ' 1 cos R'
2.
Berdasarkan rumus Modifikasi Shortt.
Ls
1.
=
Berdasarkan landai relatif.
Ls 0 . 022
4.
Ls
Jika jarak pandangan, S lebih kecil daripada panjang total lengkung, Lt
Vd t 3 .6
Ls e en B mmaks 3.
;
Ltot = 2 Ls
Berdasarkan waktu tempuh di lengkung peralihan. Ls
Lc = 0
3,14 . Rc/90
nilai e maksimum menurut Bina Marga untuk jalan dalam kota adalah 8% dan untuk jalan luar kota adalah 10%.
1.
;
1 2
s
2.4.1. Distribusi nilai super-elevasi e dan koefisien gesek f pada alinemen horisontal.
Ls (Lngth of spiral)
R sin s
p R 1 cos 2
2
127 emaks f maks
2
1 p tg k 2
R
R
E
Rmin
Ls 3 40 R
2.5.5.1. Persamaan Lengkung Vertikal. Y=aX2+bX+c lengkung
y
(g1 g2 ) 2 A 2 X y X , jika A dinyatakandalampersen 2L 200L
x=0.5L dan y=Ev, maka: y
A 200L
2
(0.5L)
Ev
AL 800
2.5.5.2. Lengkung Vertikal Cembung Lengkung Vertikal Cembung dengan S
L 100
AS 2h
1
2
2h
2
2
2
BAB III METODOLOGI
Lengkung Vertikal Cembung dengan S>L h1=120cm, h2=12cm, maka; L 2S
200
L 2S
960 A
120 A
2
120
2.5.5.3. Lengkung Vertikal Cekung Lengkung Vertikal Berdasarkan Jarak Penyinaran Lampu (S
AS 2 120 3.50S
Lengkung Vertikal Berdasarkan Jarak Penyinaran Lampu (S>L) L 2S
3.5S A
120
1.6. Perencanaan Drainase 1.6.1. Pola umum Sistim Drainase 1.6.2. Drainase Jalan Raya Pada drainase permukaan, saluran ditempatkan di kiri dan kanan jalan, disebut saluran samping (side ditch). Permukaan jalan dibuat miring kearah saluran A. Frekuensi Hujan Rencana Pada Masa Ulang (T) Tahun - Analisa Distribusi Frekuensi cara Gumble
(
Sx
x
x n
x
Hujan rata rata ) x x
2
n 1
Frekuensi Hujan Periode Ulang RT X K . Sx
Faktor Frekuensi
Yt Yn Sn
K
B. Intensitas Hujan Rencana cara Prof. Talbot. Sebagai I
berikut
:
a
T
C
b
Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah : 1. Studi Literatur 2. Pengumpulan Data Sekunder 3. Perencanaan 4. Hasil Perencanaan 3.1. Studi Literatur 3.2. Pengumpulan Data Sekunder 1. Peta Topografi Mengetahui tata guna lahan - Mengetahui kontur di lapangan 2. Volume Lalu Lintas - Menunjukkan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan dalam satu satuan waktu. 3. Data Curah Hujan -Merencanakan saluran samping atau saluran drainase permukaan 4. Data Kependudukan -Untuk menentukan faktor regional 3.3. Analisa Perencanaan. Perhitungan Alinyemen Horizontal dan Alinyemen Vertical. - Alinyemen Horizontal a. Nilai kemiringan melintang jalan (Superelevasi, e) b. Perhitungan panjang lengkung peralihan (Length of Spiral) c. Stationing. Alinyemen Vertical a. Perhitungan Lengkung Vertical Cembung. b. perhitungan lengkung vertical cekung. Perhitugan debit saluran: a. Harga I (Intensitas hujan) b. Harga C(Koefisien pengaliran) c. Haraga A(Luaas) d. Harga Q saluran e. Merencanakan dimensi saluran
C. Waktu Konsentrasi (Tc) 2 t 1 3 x 3 , 28 x l t x 1 V J 2 /3S 1/2 n
T
c
t
1
t
n
0 . 167
k
t
d
2
3.4. Hasil Perencanaan geometrik jalan alternatif yang meliputi alinyemen horizontal dan alinyemen vertical, dimensi saluran tepi
L ( 60 ) V
BAB IV PENGOLAHAN DATA
2
D. Luas Daerah Pengaliran (A) E. Koefisien Pengaliran C
w
C
1
L
1
A
1
C
2
L
A
2
2
A
C
3
L
Debit
Aliran
3
3
(Q) = 0,278(Cw.Lt.A) Qr 1.7. Tata Cara Pemasangan Rambu dan Marga Jalan sebagai acuan dan pegangan bagi perencana maupun pelaksana dalam pemasangan rambu dan tanda lalu lintas di permukaan jalan sehingga terjadi penyeragaman
4.1. UMUM 4.2. PENGUMPULAN DATA 4.2.1. Peta Topografi petunjuk dalam perencanaan geometrik jalan. 4.2.2. Data Lalu Lintas Harian peramalan laju pertumbuhan jumlah kendaraan pada masa masa yang akan datang. 4.2.3. Data Curah Hujan perencanaan saluran tepi jalan dan penentuan Faktor Regional (FR) 4.2.4. Data Kependudukan dan Perekonomian dasar peramalan pertumbuhan kendaraan. Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur,
3
4.3 PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.3.1 Analisa Kependudukan dan Perekonomian Untuk mengetahui volume lalu lintas yang akan melalui Jalan Alternatif Arteri Nganjuk Caruban diwaktu yang akan datang maka diperlukan peramalan (forecasting) pertumbuhan kependudukan dan perekonomian. Data yang akan digunakan adalah data jumlah penduduk, PDRB, dan PDRB per - kapita. 4.3.2 Analisa Pertumbuhan Lalu Lintas Pertumbuhan lalu lintas yang terjadi di daerah studi tergantung dari pertumbuhan kependudukan dan perekonomian pada saat ini maupun waktu yang akan datang. Untuk menganalisa hal tersebut, maka faktor pertumbuhan lalu lintas dari jenis kendaraan dapat diasumsikan ekivalen dengan faktor pertumbuhan jumlah penduduk, PDRB, dan PDRB per-kapita. Faktor pertumbuhan bus dan angkutan umum lainnya diekivalenkan dengan faktor pertumbuhan Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB). Sedangkan faktor pertumbuhan kendaraan pribadi diekivalenkan dengan faktor pertumbuhan PDRB per-kapita masyarakat di daerah tersebut. Untuk kendaraan tidak bermotor disini tidak dilakukan analisa dan perhitungan. 4.3.3 Analisa Data Hujan Data hujan yang digunakan adalah hujan harian maksimum selama 16 tahun secara berturut-turut. Dari data hujan yang tersedia dilakukan analisa perhitungan hujan harian maksimum
pertimbangan perkerasan dengan aspal Laston. Sedangkan untuk kemiringan melintang jalan maksimum disesuaikan dengan fungsi jalan, dimana jalan alternatif ini sebagai jalan luar kota ditetapkan kemiringan melintang maksimum sebesar 10%. Untuk bahu jalan alternatif Nganjuk caruban ini, kemiringan melintangnya diambil 2% lebih besar dari kemiringan melintang normal badan jalan.
5.2PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 5.2.1.Perencanaan Alinemen Horisontal Perencanaan alinemen horisontal jalan alternatif Nganjuk Caruban menggunakan tipe Spiral - Circle – Spiral ( SCS ),dimana pada tikungan tipe SCS ini menggunakan lengkung peralihan untuk menghindari terjadinya perubahan kemiringan melintang secara mendadak. Pada uraian dibawah ini akan dijelaskan contoh urutan perencanaan alinemen horisontal untuk jalan alternatif arteri porong dengan tipe SCS. ■ mencari jarak lurus (PI-1 - PI-2) d PIO1PI02
X
X PI _ 01 YPI _ 02 YPI _ 01 2
PI _ 02
2
4671,06 4147,20 1206,58 616,76 2
d PIO 2 PI 03
X
2
16185,92 4671,06 5012,13 1206,58 2
Rt X K * s
■ Mencari besar sudut tikungan ∆ Sudut
_ azimuth
2
= 12127,42
=
X Y
X dan Y : koordinat azimuth Sudut _ Azimuth _ PI 1 arc _ tg
arc _ tg
BAB V PERENCANAAN
=
X PI _ 02 YPI _ 03 YPI _ 02 2
PI _ 03
12,12742 km
Tinggi hujan harian maksimum didapat sebesar 111,344 mm/jam.
= 788,87 m
0,78887 km
Tinggi hujan harian rencana : = 93,625 + 0,95748 * 18,506 = 111,344 mm/jam
2
X 2 X 1 Y 2 Y1
4671 , 06 4147 1206 , 58 616
∆ tikungan =
, 20 , 76
= 138,390
sudut azimuth PI-2 - sudut azimuth PI-
1 5.1 DASAR PERENCANAAN 5.1.1 Penentuan Karakteristik Geometrik dan Kecepatan yang digunakan Dalam tugas akhir ini, ruas jalan alternatif Nganjuk Caruban termasuk dalam klasifikasi jalan kolektor, 2 lajur 2 arah tanpa median. Lebar jalan rencana 7 meter dan bahu jalan rencana sebesar 1,5 meter. Untuk jalan alternatif Nganjuk Caruban yang dalam hal ini berfungsi sebagai jalan luar kota maka kecepatan rencananya adalah 80 km/jam. 5.1.2 Penentuan kemiringan melintang normal, maksimum, dan bahu jalan. Untuk kemiringan melintang normal jalan alternatif Nganjuk Caruban ditetapkan sebesar 2% dengan
∆ tikungan = 30,1
|108,290 - 138,390 |
=
0
Untuk seluruh perhitungan sudut sudut tikungan ∆ dihitung dengan menggunakan Microsoft Excel. Perhitutngan Perencanaan tikungan jalan akses PI – 1 (STA 4 + 192) direncanakan: Vd = 80 km/jam Rd = 239m
4
∆ = 30,10o
(e + f)
= (e maks f maks ).
Mencari harga superelevasi atau kemiringan jalan rencana
D maks
= ( 0 ,10 0 ,14 ). 3 , 9341
Harga superelevasi : e = (e + f) - f(D)
6 , 8218
Mencari (e + f) :
= 0,211
(e + f) = (emaks + fmaks).
D Dmaks
V d2 = e maks . 2 e maks
h
emaks
= 10 % (jalan Luar Kota)
fmaks
= -0,00125.Vd + 0,24
= 0 ,10
Vr 80 2 . 0 ,10 68 2
= 0,0384 m tg α1
= -0,00125 . 80 + 0,24
=
h DP
= 0 , 0384
= 0,14
Rmin
Dp
3 , 9341
Vd 2 = 127(emaks f maks )
tg α2
= 0,010 = f maks h D maks D P =
80 = 127(0,10 0,14)
0 ,14 0 , 0384 6 , 8218 3 , 9341
= 0,035 = D p .( D maks D P ).( tg
Mo
2 .. D
= 209,974 m ≈ 210 m
= 3 , 3941 .( 6 , 8218
Rd
= 239 m > Rmin = 210 m (OK)
D
1432,9 = Rd
1
tg
2
)
maks
3 , 9341 ).( 0 , 0098 2 .. 6 , 8218
0 , 0451 )
= 0,021 m
=
Mencari f(D) : Jka : D ≤ DP, f(D)= Mo ( D ) 2 + D. tg α1
1432,9 239
.D P
D ≥ DP, f(D)=
=
181913
, 53 .( e maks V
h (D D
P
). tg
2
= 0,113 Maka : e
= (e + f) – f(D) =0,211 – 0,113 = 9,83% Mencari besarnya panjang berdasarkan perumusan :
= 3,9341 =
2
6,82183,9341
181913,53.emaks Vr2
181913,53.0,10 = 68 2
Dmaks
Karena D ≥ DP , maka 2 f(D) = 0,0294.6,82185,9933 0,0384(5,99333,9341)*0,045
= 5,993 Dp
D maks D Mo . D maks D P
f
maks
)
a.
d
181913,53.(0,10 0,14) = 80 2
peralihan
Waktu tempuh 3 detik Ls
2
lengkung
Vd .T 3,6
= (80/3,6).3 = 66,667 m b.
Landai relative Ls = (e + en) . B . mmaks = (0,0983 + 0,02) . 3,5 . 150 = 62,09 m mmaks = landai relative maksimum, 150
c.
Berdasarkan rumus modifikasi short
= 6,8218 Maka :
5
V3 V .e 2,727 Ls 0,022 R.C C 3 80 80 * 0,0983 Ls 0,022 2,727 239.0,3 0,3 Ls = 85,646 m Dimana : C= perubahan percepatan, m/det3 (0,3 – 0,9 m/det3) e= superelevasi, % d.
Berdasarkan kelandaian
tingkat
pencapaian
e n ) * Vd Ls 3 ,6 * re ( 0 ,10 0 , 02 ) * 80 Ls 3 , 6 * 0 , 035
Ls = 50,79 m
Jadi dari ke empat cara tersebut, Ls Terpanjang sebesar 85,646 m, Mencari parameter parameter lengkung horizontal :
▪
▪
90 * Ls * R 90 * 85 , 646 s * 239
s
s = 10,2720 c 2 * s c 30,10 2 *10,272 c 27,847 0 ( 2 s ) * R Lc 180
Lc
27 , 847 * * 239 180
Lc 116,10 m ▪
2
Ls R (1 cos s ) 6* R 85 , 646 2 P 239 (1 cos 10 , 272 ) 6 * 239 P
P 1,29 m
▪
Ls 3 R * sin s 40 * R 2 85,6463 K 85,646 239 * sin 10,272 40 * 239 2 K Ls
K 42,78 m
▪
Ts ( R P ) * tg (
1 ) K 2
1 Ts ( 239 1, 29 ) * tg ( 30 ,10 ) 42 ,78 2
Ts 150,68
▪
(R P ) E R 1 cos 2
) 239
Ls 2 Xs Ls 1 40 * R
▪
2
85 , 646 2 Xs 85 , 646 1 40 * 239 2
Xs 85,38 m ▪
Ys
Ls 2 6* R
Ys
85 , 646 6 * 239
2
Ys 5,12 m L Lc 2 * Ls L 116,10 2 * 85,646 L 287,40 m
▪
= tingkat pencapaian perubahan re kemiringan melintang jalan, = 0,035/det untuk Vd ≤ 80 km/jam = 0,025 det untuk Vd > 80 km/jam
( 239 1 , 29 1 cos 30 ,10 2
E 24,40 m
perubahan
( e maks
▪
E
Kontrol 1 Lc > 20 m Lc = 116,10 m > 20 m …(OK) P = 1,29 m > 0,10 m …(OK) e = 9,83% > 3 % …(OK) kontrol 2 L < 2*Ts L = 287,40 m < 2*150,68 = 301,36 m …(OK) Kontrol 3 (Tsn + Tsn-1) < d (150,68 + 0) < 4192,92 m
…(OK)
Untuk perhitungan alinemen horisontal selanjutnya dihitung dengan menggunakan Microsoft Excel 5.2.2 Perencanaan Alinemen Vertikal Perencanaan alinemen vertical pada perencanaan jalan alternative Nganjuk Caruban ini meliputi alinemen vertical cembung dan alinemen vertical cekung. Dalam menentukan panjang lengkung vertikal dalam perencanaan alinemen vertikal digunakan jarak pandang henti. Hal ini disesuaikan dengan tipe jalan yang direncanakan 2 lajur 2 arah tidak terbagi (2/2 UD). Pada uraian di bawah ini akan dijelaskan contoh urutan perhitungan lengkung vertical pada jalan alternative Nganjuk Caruban. Lengkung vertical cembung (STA 4 + 981) pada titk PPV 2 ▪ Penentuan jarak pandang henti (Jh) Vd = 80 km/jam Jh
= 0 , 278 * Vd * 2 , 5 Vd
2
254 f
= 0 , 278 * 80 * 2 , 5
80 2 254 * 0 , 3
=140
6
Jh min Jh pakai
= 20 m (sumber, Sukirman 1994) = Jh terpanjang = 140 m
▪
Perhitungan perbedaan aljabar landai : A = |g1 – g2| = |1,19 – 0| = 1,19%
▪
Penentuan panjang lengkung vertical berdasarkan : a.
= 0,099 m ▪
Jarak pandang henti Jika Jh < Lv Lv
Lv
2
A * Jh 399
2
1 ,19 * 140 399
Lv 57,919m →
Jh < Lv (tidak OK)
….
140 m < 57,919 m
Jika Jh > Lv Lv 2 * Jh Lv 2 * 140
Jh 0 , 278 * Vd * 2 , 5
Lv 57,245m →
b.
Keluwesan bentuk
140 m > -57,245 m
Lv 0,6 * Vd 0,6 * 80 = 48
c.
Waktu tempuh 3 detik
Lv 3 * Vd * 1000 / 3600 3 * 80 * 1000 / 3600 = 66,6667 m
d.
Untuk seluruh perhitungan lengkung vertikal cembung jalan alternative Nganjuk Caruban selanjutnya dihitung dengan menggunakan Microsoft Excel. Lengkung vertical cekung (STA 3+776) pada titik PPV 1
399 1 ,19
Jh > Lv (OK)
Penentuan tinggi elevasi pada lengkung vertikal : Elevasi PPV = 75 m Elevasi PLV = elevasi PPV – (g1%.0,5.Lv) = 75 – (1,19%*0,5*66,667) = 74,605 m Elevasi PTV = elevasi PPV + (g2%.0,5.Lv) = 75 + (0%*0,5*66,6667) = 75 m Elevasi PPV’ = Elevasi PPV – Ev = 75 – 0,099 = 74,901 m
▪ Penentuan jarak pandang henti (Jh) Vd = 80 km/jam
399 A
….
0 , 278 * 80 * 2 , 5
2
80
2
▪
Penentuan panjang lengkung vertical berdasarkan : g.
A 360 1 ,19 360
Syarat kenyamanan Lv Vd 80
2
2
80 2 254 * 0 , 3
▪Perhitungan perbedaan aljabar landai A = |g1 – g2| = |0 – 1,186%| = 1,186%
Jarak pandang henti Jika Jh < Lv Lv
A * Jh 2 120 3 , 5 Jh
Lv
1 ,186 * 140 2 120 3 , 5 * 140
Lv 37,98m
= 21,08 m e.
….
A 380 1 ,19 380
Jh < Lv (tidak OK)
Lv 2 * Jh Lv 2 * 140
Syarat drainase
▪
Perhitungan Ev : Ev
A * Lv 800
140 m < 37,98 m
120 ( 3 , 5 * Jh ) A 120 ( 3 , 5 * 140 ) 1 ,186
Lv 233,95m
Lv 50 * A
= 50*1,19 = 59,3 m Jadi Lv pakai = Lv terpanjang = 66,667 m
→
Jika Jh > Lv
= 19,97 m f.
Vd 2 254 * f
= 140 m Jhmin = 120 m (Sunber, Sukirman 1994) Jh pakai = Jh terpanjang = 140 m
Penyerapan guncangan Lv Vd
1 ,19 * 66 , 667 800
→
…..
Jh > Lv (OK)
h.
Keluwesan bentuk
140m < -233,95 m
Lv 0,6 * Vd 0,6 * 80 = 48 m
7
i.
Waktu tempuh 3 detik
Lv 3 * Vd * 1000 / 3600 3 * 80 *1000 / 3600 = 66,667 m
j.
5.2.4. Perencanaan Jarak Kebebasan Samping Jarak kebebasan samping adalah ruang untuk menjamin kebebasan pandang di tikungan sehingga jarak pandangan henti terpenuhi. Karena pada perencanaan Jalan ini Jh < Lt, maka rumus yang dispakai adalah : 28 , 65 Jh ▪ ) E R ' (1 cos R'
Penyerapan guncangan Lv Vd 80
2
2
A 360 1 ,186 360
= 21,08 m
k.
R’ = Jari jari sumbu lajur dalam = R – (0,5*lebar median + 0,5*lebar lajur lalu lintas) Adapun contoh perhitungan Jarak kebebasan samping pada Jalan alternatif Nganjuk Caruban yaitu pada tikungan 1 (PI-1) adalah sebagai berikut :
Syarat kenyamanan Lv Vd 80
2
2
Direncanakan : Lebar lajur lalu lintas + lajur tepian Vd = 80 km/jam Jh = 140 m R = 239 m Perhitungan :
A 380 1 ,186 380
= 19,97 m l.
Syarat drainase
Lv 50 * A 50 * 1,186
= 59,3 m Jadi Lv pakai = Lv terpanjang = 67 m ▪
Perhitungan Ev : A * Lv 800 1 ,186 * 67 800
Ev
= 0,099 m ▪
= 7,5 m
Penentuan tinggi elevasi pada lengkung vertikal : Elevasi PPV = 68,75 m Elevasi PLV = elevasi PPV – (g1%.0,5.Lv) = 68,75 – (0%*0,5*67) = 68,75 m Elevasi PTV = elevasi PPV + (g2%.0,5.Lv) = 68,75 + (1,186%*0,5*67) = 69,147 m Elevasi PPV’ = Elevasi PPV – Ev = 68,75 – 0,099 = 68,849
Untuk seluruh perhitungan lengkung vertikal cekung jalan alternative Nganjuk Caruban ini selanjutnya dihitung dengan menggunakan Microsoft Excel. 5.2.3 Perencanaan Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan Untuk pelebaran perkerasan pada tikungan, perhitungan disesuaikan dengan kriteria perencanaan geometrik jalan, dimana tipe dari jalan ini adalah 2/2 UD. sedangkang unruk kecepatan rencana dan jari jari lengkung menyesuaikan dengan perhitungan alinemen horisontal. Selain itu, untuk kendaraan rencana disini digunakan stándar kendaraan sedang sesuai dengan TPJGAK (1997) dengan kriteria sebagai berikut: ▪ Tonjolan depan kendaraan (A) = 2,1 m ▪ Jarak gandar kendaraan (p) = 7,6 m ▪ Lebar kendaraan rencana (b) = 2,6 m ▪ Untuk lebar kebebasan samping dikiri dan kanan kendaraan (C), asumsi = 1 m (untuk lebar jalur 7 m – sumber, Sukirman 1999)
R' 239 (0,5.0 0,5.7,5) E 235 , 25 (1 cos
= 235,25 m
28 , 65 . 140 ) = 10,339 m 235 , 25
Untuk seluruh perhitungan jarak kebebasan samping jalan alternative Nganjuk Caruban ini dihitung dengan menggunakan Mircrosoft Excel. 5.3.. Perhitungan Intensitas Hujan : Perhitungan intensitas hujan untuk perencanaan saluran tepi jalan disini menggunakan rumus mononobe, adapun perhitungannya sebagai berikut : I
24 tc
R 24 24
2
3
111 , 344 24 24 0 , 563
2
3
= 64,264 mm/jam 5. Perhitungan Koefisien Pengairan ( C ) -Panjang saluran drainase = 386,4 m Koefisien pengaliran -Permukaan aspal ( L1 ) = 7 m dengan C1 = 0,7 -Bahu jalan tanah berbutir halus ( L2 ) dengan C2 = 0,4 -Bagian Luar diasumsikan sebagai sawah irigasi ( L3 ) dengan C3 = 0,8 -Luas daerah pengaliran -Jalan aspal = 7,5 x 386 = 2898 m2 -Bahu jalan = 2 x 386 = 772,8 m2 -Bagian luar jalan =100 x 386,4 = 38640 m2 A aspal + bahu= A1 + A2=2898 + 772,8 3670,8 m2 = 0,0036708 km2 = 0,03864 km2 A bagian luar Koefisien pengaliran gabungan C dipakai
=
C aspal . A aspal C bahu . A bahu A aspal . A bahu
0 , 7 . 2898 0 , 4 . 772 , 8 2898 . 772 , 8
8
= 0,636 6. Perhitungan debit saluran ( Q ) Q
dipakai
1 .C 3 ,6
1 . 0 , 8 . 64 , 264 . 0 , 03864 3 ,6
.I
dipakai
dipakai
.A
dipakai
= 0,55181 m3/dtk 7. Perhitungan penanpang basah saluran ( Fd ) Fd
Q
dipakai
V 0 , 55181 0 , 75
= 0,74 m2 8. Perhitungan dimensi saluran sisi Saluran merupakan saluran alam ( saluran diasumsikan dari lempung kokoh dengan V yang diijinkan 0,75 m/detik ) berbentuk trapesium dengan debit Q = 0,10527 m3/detik Persamaan yang dipakai : Kemiringan talud 1 : 1, m = 1 Sebagai rencana awal, direncanakan B = h A =B+(m.h)h A =h+(1.h)h 0,74 = h + h2 dengan cara coba-coba didapat nilai h = B = 0,495 dipakai B = h = 0,5 m ( B min = 0,5 m ) Sehingga A = 0,75 m2 Perhitungan kemiringan saluran : 1 .R n A R P
V
2
3
.S
1
2
P B 2d . 1 m
2
P 0 ,5 2 . 0 ,5 . 1 1 2
P 1,91m 0 , 75 0 , 39 m 1 , 91 2 1 0 , 75 . 0 , 39 3 . S 0 , 02 R
1
2
S = 0,0006 = 0,06%
W 0,5.d 0,5.0,5 0,5m Tinggi total ( h tot ) = h pakai + w pakai = 0,50 + 0,50 =1m b atas = b pakai + ( 2 x m x h ) = 0,5 + ( 2 x 1 x 0,5 ) = 1,5 m
9