BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
Dunia saat ini mengalami era globalisasi yang berkembang sangat pesat. Salah satunya di bidang periklanan. Jumlah dan jenis produk atau jasa yang ditawarkan di pasaran semakin meningkat dan bermacam-macam jenisnya. Untuk menawarkan barang ataupun jasa tersebut dibutuhkan sebuah metode yaitu periklanan. Dalam perkembangannya sektor periklanan ini juga menjadi sebuah industri. Hal tersebut dapat dilihat dari media yang digunakan untuk periklanan menjadi sangat beraneka ragam dari media elektronik (televisi maupun radio), media cetak (koran, majalah, buletin, selebaran), maupun reklame (billboard, baliho, kain, neon box). Pemerintah Kota Yogyakarta telah membuat ketentuan baku yang harus dilaksanakan dalam setiap pemasangan reklame yaitu Masterplan Reklame, sehingga pelaksanaan reklame tidak hanya mementingkan jumlah pemasukan pajak dari sektor reklame, tetapi juga aspek tata ruang kota khususnya segi ketertiban, kenyamanan, dan kesusilaan (Peraturan Walikota Yogyakarta No. 29, 2005). Dalam bidang penyedian barang dan jasa di Kota Yogyakarta membutuhkan media periklanan untuk mempromosikan barang atau jasa tersebut. Dampak dari kemajuan di sektor periklanan dalam hal ini reklame, adalah bertambah banyaknya reklame yang terpasang hampir di seluruh jalan Kota Yogyakarta. Di sisi lain kesan semrawut sangat menonjol dan apabila terjadi bencana angin kencang yang hebat atau hujan yang sangat deras menimbulkan beberapa reklame besar dan banyak pohon yang tumbang, sehingga dapat membahayakan keselamatan warga sekitar dan dapat merusak fasilitas umum lainnnya disekitarnya (bingkaiberita.com, 2013). Untuk memberikan gambaran tentang akibat robohnya rekleme tersebut maka diperlukan suatu media yang dapat memvisualisasikan model 3 dimensi reklame yaitu dengan menggunakan Software Google SketchUp yang dapat membantu masyarakat memperoleh informasi dari model animasi 3 dimensi tersebut. Serta
1
2
untuk melihat persebaran posisi spasial titik-titik reklame menggunakan Software Google Earth. Oleh karena itu, penelitian ini memberikan gambaran berupa simulasi dalam bentuk model animasi 3 dimensi sederhana untuk mengetahui dampak-dampak yang beresiko kejatuhan reklame apabila terjadi bencana (angin ribut, korosi, tertabrak dan lain sebagainya) yang mengakibatkan rusaknya sarana dan prasarana umum berupa jaringan kabel listrik, kabel telkom, bangunan, serta dapat menggangu lalu lintas dan keselamatan masyarakat sekitar pemasangan reklame. Selain itu Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan (DPDPK) dapat menganalisis dan mengambil tindakan yang tepat tentang pemasangan reklame di Kota Yogyakarta. I.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah penempatan reklame yang tidak memenuhi aturan-aturan dapat membahayakan keselamatan masyarakat sekitar penempatan reklame apabila reklame tersebut roboh serta belum adanya animasi model 3 dimesi reklame roboh. I.3. Pertanyaan Penelitian
Dari uraian pada rumusan masalah di atas, maka didapat suatu pertanyaan sebagai dasar dari penelitian ini, yaitu Bagaimana membuat suatu model animasi 3 dimensi dari reklame roboh yang berdampak terhadap keselamatan warga sekitar serta sarana prasarana di sekitar pemasangan reklame? I.4. Cakupan Penelitian
Adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Jenis reklame yang digunakan adalah reklame berukuran besar. 2. Variabel yang digunakan adalah posisi spasial reklame, data atribut berupa foto dan cara penyelenggaraan reklame. 3. Sarana prasarana yang diakibatkan apabila reklame roboh, yaitu jalan, jaringan kabel listrik, jaringan kabel telkom, bangunan, dan lalu lintas.
3
4. Pengambilan sampel untuk animasi 3 dimensi dilakukan di titik reklame yang berada di Jalan Cik Tiro, Jalan Gejayan, Jalan Abu Bakar Ali, Jalan Gandekan Lor, Jalan Hos Cokro Aminoto, dan Jalan Jendral Sudirman. 5. Untuk evaluasi persebaran reklame dilakukan di Jalan P. Mangkubumi, Jalan P. Diponegoro, Jalan C. Simanjuntak dan Jalan Cik Ditiro. I.5. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah membuat model animasi 3 dimensi jika papan reklame roboh dan dampak yang diakibatkannya seperti sarana prasana berupa jaringan kabel listrik, kabel telkom, jalan, lalu lintas serta bangunan di sekitar penempatan reklame. I.6. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi hasil penelitian kepada instansi yang terkait dengan penyelenggaraan reklame yaitu Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan (DPDPK), sehingga dapat untuk membantu mengevaluaisi perencanaan pemasangan reklame. I.7. Tinjauan Pustaka
Pelaksanaan penelitian sejenis menganai analisis potensi bahaya reklame roboh diperoleh dari penelitian yang terdahulu yang dilakukan oleh Pudjono (2008). Penelitian ini merupakan skripsi. Pudjono (2008) melakukan evaluasi terhadap distribusi persebaran reklame, pendapatan daerah dari sektor pajak reklame, dan memberikan gambaran daerah bahaya jika reklame roboh terkena angin di Kota Yogyakarta menggunakan Software Google SketchUp. Penelitian ini menghasilkan rata-rata pemasangan reklame di Kota Yogyakarta dimana terdapat 18 buah reklame, yang terdiri dari 13 buah billboard, 4 buah reklame cahaya, dan 1 buah baliho. Adapun penelitian lain mengenai reklame, yaitu mengidentifikasi potensi lokasi papan iklan di Wilayah Kota Semarang yang dilakukan oleh Suprayogi (2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi titik lokasi penempatan
4
papan iklan. Dalam penelitian ini analisis potensi reklame dilakukan dengan menggunakan data posisi titik reklame yang telah ada dan jarak antar titik sepanjang jalan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Penelitian ini menghasilkan potensi persebaran reklame berukuran besar dan sedang dengan menggunakan analisis buffer terhadap data reklame yang telah ada. I.8. Landasan Teori I.8.1. Reklame Reklame adalah benda, alat atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan dan/atau dinikmati oleh umum. Secara sederhana reklame diartikan sebagai sarana promosi barang dan jasa berupa pesan atau informasi yang disampaikan melalui media luar ruangan. Papan iklan termasuk model iklan luar ruang (outdoor advertising) yang paling banyak digunakan. Perkembangannyapun cukup pesat. Sekarang di jaman digital, papan iklan pun menggunakan teknologi baru, sehingga muncullah digital billboard. Ada juga iklan berjalan yaitu billboard yang berjalan ke sana ke mari karena dipasang dimobil. (Suprayogi, 2012). Menurut Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Izin Penyelenggaraan Reklame dimana peraturan daerah tersebut dibuat oleh pihak Pemerintah Kota Yogyakarta dengan tujuan untuk mengatur ketertiban penyelenggaraan reklame di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta. Di dalam peraturan daerah tersebut terdapat beberapa pasal yang berkaitan dengan reklame yaitu : a. Menurut pasal 1 ayat 9 Perda No. 9 Tahun 1998, yang dimaksud dengan reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk susunan dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca atau didengar dari suatu tempat oleh umum.
5
b. Reklame permanen adalah
reklame yang bentuk kontruksi/bahannya
memiliki daya tahan yang berkekuatan cukup lama/lebih dari 1 (satu) tahun. c. Reklame insidentil adalah reklame yang berbentuk kontruksi/bahannya memiliki daya tahan kurang dari 1 (satu) tahun. d. Reklame ukuran besar adalah reklame yang memiliki ukuran lebih besar atau sama dengan 24 (dua puluh empat) m2. e. Reklame ukuran sedang adalah reklame yang memiliki ukuran lebih besar atau sama dengan 12 (dua belas) meter persegi sampai dengan kurang dari 24 (dua puluh empat) m2. f. Reklame kecil adalah reklame yang memiliki ukuran kurang dari 12 (dua belas) m2. g. Pasal 5 Perda No 9 Tahun 1998, jenis-jenis reklame yang diizinkan didirikan di wilayah Kota Yogyakarta adalah: 1. Reklame papan / Billboard Reklame papan / Billboard
adalah reklame yang berbentuk bidang,
dengan bahan terbuat dari kayu, logam, fiberglass/kaca, plastik dan bahan lain yang sejenis sesuai perkembangan jaman, yang pemasangannya berdiri sendiri, menempel bangunan dengan konstruksi tetap dan reklame tersebut bersifat permanen.
Gambar I.1. Contoh reklame Billboard di Jalan Gejayan Kota Yogyakarta.
6
2. Reklame Baliho Reklame baiho adalah reklame yang berbentuk bidang, dengan bahan terbuat dari kayu, logam, fiberglass/plastik dan bahan lain yang sejenis sesuai dengan perkembangan jaman, yang pemasangannya berdiri sendiri, dengan konstruksi sementara bersifat semi permanen.
Gambar I.2. Contoh baliho di Jalan Prof. Dr. Yohanes Kota Yogyakarta.
3. Reklame Cahaya Reklame cahaya adalah reklame yang berbentuk bidang, dengan bahan plastik, fiberglass/plastik, tabung lampu, komponen elektronik, yang pemasangannya berdiri sendri, menempel bangunan , dengan konstruksi tetap dan bersifat permanen. 4. Reklame Megatron Reklame Megatron adalah reklame yang berbentuk bidang, dengan komponen elektronik, yang pemasangannya berdiri sendiri, menempel bangunan/di atas bangunan, dengan konstruksi tetap dan bersifat permanen. 5. Reklame Kain Reklame kain/plastik adalah reklame yang berbentuk spanduk, umbulumbul,
banner,
rontek
dengan
bahan
kain
dan
sejenis,
yang
pemasangannya berdiri sendiri, menempel bangunan/ diatas bangunan,
7
dengan konstruksi sementara dan bersifat semi permanen. 6. Reklame Melekat (Stiker) Reklame melekat (stiker) adalah reklame yang berbentuk bidang dengan bahan kertas, logam yang pemasangannya denga cara ditempelkan dan bersifat semi permanen. 7. Reklame Selebaran Reklame selebaran adalah reklame yang berbentuk lembaran bahan kertas plastik dan sejenisnya, yang pemasangannya dengan cara ditempelkan atau disebarluaskan dan bersifat semi permanen. I.8.2. Masterplan Reklame Masterplan reklame digunakan sebagai dasar pemasangan dan penataan reklame (Peraturan Walikota Yogyakarta No. 26 Tahun 2010). Ada beberapa peraturan yang menjadi dasar pertimbangan pembuatan masterplan yaitu : Undang-undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Barat, dan Dalam Daerah Istimewa Yogyakarta. a. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang jalan. b. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya. c. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penata Ruang. d. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Perda Kotamadya Dati II Yogyakarta No 2 Tahun 1960 tentang Pemeliharaan Kebaikan, Kerapihan, Kebersihan, Kesehatan, dan Ketentraman dalam Daerah Istimewa Yogyakarta bagi Daerah Kotamadya Yogyakarta. Cara penyelenggaraan reklame terdiri atas (Pudjono, 2008) : a. Menempel bangunan dengan konstruksi tetap bersifat permanen. b. Berdiri sendiri dan bersifat permanen. c. Diatas bangunan dan bersifat permanen. d. Berdiri sendiri dan bersifat sementara/semi permanen.
8
e. Ditempelkan dan bersifat sementara/semi permanen. f. Disebarluaskan dan bersifat sementara/semi permanen. g. Berpindah-pindah tempat. h. Dikaitkan pada pesawat udara dan bersifat sementara/semi permanen. i. Di dalam gedung bioskop atau gedung pertunjukan dan berifat permanen. I.8.3. Penentuan Lokasi Papan Reklame Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi papan reklame. Hal ini menyangkut
efektifitas media luar ruang yang sangat
mempengaruhi efek penerimaan bagi konsumen. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut (Pudjono, 2008) : 1. Arus perjalanan. Lokasi yang dipilih di kanan atau di kiri jalan. Letak kiri atau kanan jalan berhubungan erat dengan yang ditempuh oleh manusia di sekitar lokasi tersebut dari tempat tinggalnya ke tempat bekerja. Dengan demikian maka perlu diperhatikan apakah letak lokasi berada pada arus pulang atau arus berangkat kerja. 2. Jenis produk. Pemilihan lokasi pada arus berangkat atau pulang kerja harus dihubungkan dengan jenis produk yang akan diiklankan dan suasana psikologis yang meliputi jalan pikiran calon pembeli. 3. Jangkauan media luar ruang mempunyai daya jangkau yang bersifat sangat lokal, yakni hanya daerah di sekitar papan reklame saja. Oleh karena itu sangat penting memilh lokasi yang memiliki sudut pandang seluas mungkin. 4. Kecepatan arus lalu lintas. Karena papan reklame dipasang untuk menjangkau orang-orang yang berada diatas kendaraan, maka kecepatan arus lalu lintas disekitarnya perlu diperhatikan. 5. Persepsi orang terhadap lokasi. Papan reklame yang tampil anggun, besar, dan
modern
didaerah
elite
akan
menimbulkan
persepsi
bahwa
pemasangannya adalah suatu perusahaan atau produk yang dapat dipercaya. 6. Keserasian dengan bangunan sekitar. Tanpa memperhatikan keserasian, papan reklame akan menjadi sampah kota. Papan reklame harus memperhatikan keseimbangan lingkungan dapat mempercantik kota.
9
I.8.4. Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta merupakan ibukota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota ini merupakan salah satu kota yang padat penduduknya, baik tempat tinggal, lalu lintas, perekonomian dan lain sebagainya Selain itu kota Yogyakarta juga merupakan kota pariwisata, dimana ada banyak wisatawan asing maupun domestik yang datang ke Yogyakarta setiap harinya. Dengan demikian kota Yogyakarta sangat berpeluang besar bagi penyedian barang dan jasa dimana
membutuhkan media
periklanan untuk mempromosikan barang atau jasa tersebut. Salah satu media tersebut adalah reklame. (Pemerintah Kota, 2013). a. Batas Wilayah Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta terletak ditengah-tengah Propinsi Daerah
Istimewa
Yogyakarta dengan batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah utara
: Kabupaten Sleman.
2. Sebelah timur
: Kabupaten Sleman dan Bantul
3. Sebelah selatan : Kabupaten Bantul 4. Sebelah barat
: Kabupaten Bantul dan Sleman.
Wilayah Kota Yogyakarta terbentang antara 1100 24’ 19” sampai 1100 28’ 53” Bujur Timur dan 70 15’ 24” sampai 70 49’ 26” Lintang Selatan dengan ketinggian rata-rata 114 m di atas permukaan laut. b. Keadaan Alam Kota Yogyakarta Secara garis besar Kota Yogyakarta merupakan daratan rendah dimana dari barat ke timur relatif datar dan dari utara ke selatan memiliki kemiringan ± 1 derajat. Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah tersempit dibandingkan dengan daerah tingkat II lainnya, yaitu 32,5 Km2 yang berarti 1,025% dari luas Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. c. Demografi Kota Yogyakarta Pertambahan penduduk Kota dari tahun ke tahun cukup tinggi, pada akhir tahun 1999 jumlah penduduk kota 490.433 jiwa dan sampai akhir Juni 2000 tercatat penduduk kota Yogyakarta sebanyak 493.903 jiwa dengan tingkat kepadatan ratarata 15.197/km2.
10
d. Sarana Prasarana di Kota Yogyakarta 1.
Jalan dan Lalu Lintas Di Kota Yogyakarta terdiri dari 50 penggal jalan utama (Peraturan
Walikota Yogyakarta nomor 26, 2010). Jalan di Kota Yogyakarta merupakan jalanan yang cukup padat dikarenakan jumlah pengendara kendaraan bermotor dari tahun ketahun semakin bertambah. Hal ini dapat menyebabkan kemacetan dan kepadatan lalu lintas. Kepadatan lalu lintas ini juga akan membayakan bagi pengguna jalan apabila terjadi reklame roboh di lokasi tersebut, akibat yang dapat ditimbulkan yaitu kemacetan, kerusakan kendaraan, dan membahayakan keselamat bagi pengguna jalan.
Gambar 1.3. Contoh kepadatan lalu lintas yang berdampingan dengan Baliho di Jalan C. Simanjuntak. 2. Jaringan Kabel Listrik dan Telkom Banyaknya jaringan kabel listrik dan kabel telkom di Kota Yogyakarta yang terpasang di sepanjang jalan serta berdekatan dengan reklame membuat kesan semrawut, sehingga apabila reklame tersebut roboh dapat menyebabkan kerusakan terhadap jaringan listrik atau telkom tersebut.
11
Gambar 1.4. Contoh jaringan kabel listrik dan telkom yang berdampingan dengan baliho di Jalan Jendral Sudirman. 3. Bangunan Kepadatan penduduk di Kota Yogyakarta semakin meningkat diikuti pula dengan padatnya pemukiman, dimana bangunan-bangunan yang dibangun semakin berdekatan. Tidak hanya pemukiman, bangunan-bangunan yang berda di pinggir jalan dimana menjadi tempat strategis untuk pemasangan reklame. Apabila terjadi suatu bencana yang menyebabkan reklame roboh dapat menimbulkan bahaya di daerah tersebut, dan dapat membahayakan keselamatan warga sekitar pemukiman serta merusak bangunan yang tertimpa reklame tersebut.
Gambar 1.5. Contoh bangunan pemukiman padat yang berdampingan dengan baliho di Jalan Abu Bakar Ali.
12
I.8.5. Animasi 3 Dimensi Nursanti (2010) menyebutkan bahwa animasi merupakan suatu kumpulan gambar bergerak yang dibuat di dalam bidang 2 dimensi dimana gambar objek tersebut dibuat seolah-olah hidup. Kumpulan gambar itu ditampilkan berubah beraturan dan bergantian. Objek dalam gambar dapat berupa tulisan, bentuk benda, warna dan special effect, yang dituangkan dalam bentuk gambar 2D maupun 3D. Sistem koordinat kartesian 3 dimensi, pada prinsipnya sama dengan sistem koordinat kartesian 2 Dimensi, hanya menambahkan satu sumbu lagi yaitu sumbu Z, yang ketiganya saling tegak lurus, dimana sumbu Z diperlukan untuk merepresentasikan kedalaman. Dapat dilihat pada gambar 1.6. Z
X
O P Y
Gambar 1.6. Sistem koordinat 3 dimensi (Handoko, 2009).
Titik O merupakan titik pusat dari ketiga sumbu koordinat X, Y, dan Z. Sedangkan titik P didefinisikan dengan P (x, y, z).
I.8.6. Google SketchUp Untuk penyajian bahaya jika reklame roboh maka diperlukan suatu Software yang menyajikan model 3 dimensi dan terintergrasi dengan Software Google Earth. Software tersebut adalah Google SketchUp. Darmawan (2009) menjelaskan bahwa SketchUp merupakan sebuah program grafis yang diproduksi oleh Google dimana
13
program ini memberikan hasil utama yang berupa gambar sketsa grafik 3 dimensi. Sedangkan gambaran global dari Google SketchUp adalah program model 3 dimensi yang digunakan untuk para arsitek, teknisi, pembuatan film, pengembang game dan kartografer. Google SketchUp dapat juga digunakan untuk mendisain bangunan yang dapat ditampilkan dalam Google Earth. Berikut adalah beberapa kelebihan dari penggunaan Google SketchUp : 1. Mudah untuk menggambarkan gambar 3 dimensi meskipun menggunakan layer 2 dimensi dan mouse. 2. Adanya fasilitas push pull yang memudahkan untuk menggambarkan 3 dimensi. 3. Dapat memanipulasi jalannya kamera. 4. Setiap model dapat dengan mudah diberi warna. 5. Adanya faktor interoperabilitas dengan Google Earth. 6. Secara umum sangat mudah digunakan. Kekurangan Google SketchUp (Darmawan, 2009): 1. Gambar yang dihasilkan tidak senyata tampilan foto 2. Tidak ada setting posisi antara objek gambar dengan bidang kertas. Model 3 dimensi yang digunakan dalam Google SketchUp adalah suatu model yang menggunakan format grafik 3D yang digunakan oleh bahasa program VRML, X3D, KML, dan CAD. Model ini hanya mementingkan unsur geometrik saja tanpa memerhatikan unsur sinematik. Mengacu pada gambar I.7 dapat dilihat bahwa model 3D ini hanya terdiri dari rangkaian poligon-poligon yang menjadi satu sebuah permukaan 3D.
14
Geometri Multi Sufrace
poligon
poligon
poligon
Gambar I.7. Konsep model 3D dengan bahasa pemograman Keyhole Markup Language (Pudjono, 2008).
I.8.7. Google Earth Google
Earth
didefinisikan
sebagai
sebuah
program
aplikasi
yang
memungkinkan pengguna untuk menemukan tempat di muka bumi serta dapat menunjukkan data visual yang terdapat didalamnya. Pengguna juga dapat menambahkan informasi gambar dalam deskripsi pada placemark dan link ke gambar atau file lain yang ada di internet ke dalam Google Earth. Google Earth menampilkan permukaan bumi dengan memanfaatkan citra bumi dari beberapa sumber. Sistem proyeksi yang digunakan dalam Google Earth adalah Mercator. (Clarkson University 2011) Dalam Google Earth pengguna juga dapat memperoleh informasi berupa foto suatu tempat, jalan, keadaan cuaca, lautan, garis batas suatu wilayah, serta dapat menampilkan panduan arah untuk menuju suatu lokasi. Penelitian ini menggunakan Google Earth versi terbaru 7.1.1.188. sebagai software dasar untuk menyajikan model 3 dimensi reklame dan persebaran reklame di Kota Yogyakarta.
15
Fitur-fitur yang terdapat dalam Google Earth dapat dilihat dalam Gambar I.8.
Gambar I.8. Fitur-fitur dalam Google Earth. Keterangan : 1.
Search pannel, digunakan untuk mencari lokasi yang diinginkan.
2.
Hide/show sidebar , digunakan untuk menghilangkan atau memunculkan kembali sidebar.
3.
Placemark, digunakan untuk menambah menandai suatu lokasi..
4.
Polygon, digunakan untuk menggambar poligon.
5.
Path, digunakan untuk menggambar garis.
6.
Image overlay, digunakan untuk melakukan tumpang susun gambar kedalam peta.
7.
Record a tour, digunakan untuk merekan perjalan dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
8.
Historical imagery, digunakan untuk menampilkan sejarah citra dari tahun ketahun.
9.
Sun, digunkan untuk menampilkan sinar matahari.
16
10.
Sky, digunakan untuk menampilakan benda-benda di luar angkasa.
11.
Measure, digunakan untuk mengukur jarak obyek.
12.
Email, digunakan untuk mengirimkan file citra, KML atau placemark.
13.
Print, digunakan untuk mencetak.
14.
Save image, digunakan untuk menyimpan citra.
15.
Views in Google Maps, digunakan untuk beralih ke aplikasi google maps.
16.
Places panel, digunakan untuk menyimpan atau mengatur tempat-tempat yang di pilih.
17.
Layers panel, digunakan untuk menampilkan layer-layer lainnya yang merupakan default dari Google Earth.
18.
Tour guide, digunakan untuk menampilkan foto-foto lokasi wisata yang dapat di kunjungi pada lokasi tertentu.
19.
Status bar, menampilkan data koordinat titik, ketinggian dan streaming data.