2
' AGRimE01A
,
rF[~~Sf[lr;:l~r ~lO~iPJl n~ [~rPJ)~l'/I1\I~~ iPJCn W~~ IQl~5~1115 (Sebuah Rangkuman Interpretatif) Oleh: Idqan Fahmi
P
erubahan merupakan suatu hal yang pasti terjadi da-
Rangkuman interpretatif dari hasil diskusi panel se-
lam kehidupan. Namun kemajuan teknologi, terutama
hari ini disajikan dalam tulisan ini. Pad a bag ian pertama akan
teknologi komunikasi, menyebabkan laju perubahan
disajikan berbagai kecenderungan peru bah an yang terjadi
terlihat semakin cepa!. Akibatnya keadaan pada masa yang
dalam dunia agribisnis. Pada bagian berikutnya dibahas apa
akan datang semakin tidak teramalkan. Yang sudah jelas
yang antara lain seharusnya dilakukan untuk mengantisipasi
hanya, keadaan mendatang akan jauh berbeda dari keadaan
berbagai perubahan tersebu!.
sekarang. Hal yang sama dihadapi oleh dunia agribisnis yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia.
Kecenderungan Perubahan dalam Agribisnis Dr. Ian Fairnie mengutip prediksi The Economists untuk
Berbagai perubahan dunia ini dapat memunculkan peluang
mengilustrasikan perubahan besar yang akan terjadi pada
sekaligus juga masalah. Oleh karen a itu, kemampuan mempre-
abad ke-21. Pada tahun 2020, menurut prediksi tersebut,
diksi berbagai perubahan yang akan terjadi akan sang at mem-
pimpinan perekonomian dunia akan bergeser dari Eropa dan
bantu dalam menentukan langkah-Iangkah antisipasi agar
Amerika Utara ke Asia. Dalam urutan delapan perekonomian
dampak buruknya da-
terbesar
pat
masing-masing
dikurangi
manfaat
yang
dan mak-
hanya terdapat satu
simum dapat diperoleh. Dalam
dunia,
negara
rangka
Eropa dan
Amerika Utara, yaitu
ulang tahun yang ke
Jerman (urutan ke-6)
em pat MMA-IPB, beker-
dan USA (urutan ke-
jasama dengan Per-
2). Selebihnya adalah
himpunan Manajemen
negara-negara Asia,
Agribisnis (PMAI)
Indonesia
yaitu
menyelengga-
Cina
(ke-1),
Jepang (ke-3), India
rakan diskusi Panel Sehari dengan topik Global Perspective on
(ke-4), Indonesia (ke-5), Korea Selatan (ke-7), dan Thailand
Agribusiness Management. Diskusi ini dimaksudkan untl!k
(ke-8). Pada saat itu era perdagangan yang
mendapatkan gambaran berbagai kecenderungan perubahan
dengan adanya WTO, sudah akan berjalan dan globalisasi
yang akan terjadi dalam dunia agribisnis. Berdasarkan prediksi
ekonomi yang dipacu oleh perkembangan teknologi informasi
tersebut diharapkan dapat ditentukan berbagai langkah antisi-
sudah tidak dapat terelakkan. Sebagai konsekuensinya, batas
patif yang dapat dilakukan. Untuk itu hadir sebagai panelis
negara dalam bisnis dan perdagangan internasional semakin
Prof. W. Paul Davies (Royal Agricultural College, UK), Prof.
tidak relevan dan persaingan antar negara di pasar. interna-
William D. Gorman (New Mexico State University - Execu-
sional maupun di pasar domestik akan semakin ketal.
lebih bebas,
tive Director of lAMA), Dr. Ian Fairnie (Curtin University,
Pertanyaannya adalah apakah ramalan The Econo-
Australia), Dr. Peter J. Batt (Curtin University of Technol-
mists di atas dapat menjadi kenyataan. Keberadaan USA, Jer-
ogy, Australia), Assoc.Prof. Bill Schroder (Monash Uni-
man, dan Jepang di urutan atas dapat dengan mudah dicerna,
versity, Australia) dan Prof. Michael L. Cook (University of Missouri).
tetapi keberadaan negara-negara Asia lainnya masih menyimpan berbagai pertanyaan. Masalahnya negara-negara Asia ini, dengan sedikit pengecualian, bercirikan:
Vo[ume III No. 1ljlpri[ 1996
ISSN: 0853-8468
3
AGRlmEDIA
jumlah penduduk yang besar dan kepadalan penduduk yang
ini diserlai dengan peningkatan daya beli, maka pusal kon-
linggi,
sumsi dunia akan bergeser ke Asia dan ini berarti akan men en-
- perlumbuhan penduduk yang lerus terjadi dengan kecepatan relalif tinggi,
tukan jenis makanan apa yang akan ban yak diminta. Sementara itu, perubahan gaya hidup juga akan merubah pola kon-
- peningkalan induslrialisasi,
sumsi. Perubahan gaya hidup ini antara lain dapat dilihal
- peningkatan daya beli konsumen di perkolaan,
dengan makin meningkatnya jumlah wanila yang bekerja di
- pasar yang sangal polen sial bagi perusahaan-perusahaan
luar rumah, makin seringnya orang makan di luar rumah, makin besarnya konsumsi
makanan dunia,
makanan siap-santap di rumah, dan
- penerapan kebijakan perdagangan yang semakin be bas,
meningkalnya jumlah penduduk lanjul usia. Makin sadarnya
- jumlah penduduk pedesaaan yang terlibal dalam perlanian
konsumen akan aspek kesehatan dan kepedulian akan ling-
yang hampir mendekati subsisten, - luasan usahatani yang relatif kecil sehingga kurang mampu mengambil manfaat dari teknologi dalam peningkatan hasil dan penghematan lenaga kerja. Dengan memperhatikan berbagai karakleristik di atas,
kungan juga akan menunlut produsen produk-produk agribisnis melakukan berbagai perubahan dan penyesuaian produk yang dihasilkannya. Perubahan berikutnya adalah semakin mampunya induslri makanan memanfaatkan
p~sokan
bahan baku dari
maka dikhawatirkan alasan besarnya perekonomian beberapa
berbagai belahan bumi (outsourcing). Pada sa at yang sama
negara Asia seperti diramalkan lebih karena besarnya potensi
industri makanan juga makin mampu memproses, mendistri-
unluk menjadi pasar (konsumen) dari produk-produk yang
busikan, dan yang paling penting menjual produknya ke berba-
dihasilkan negara maju dan bukan karena kemampuan pro-
gai belahan dunia. Kesemuanya ini menyebabkan jaringan
duksinya. Padahal ban yak negara Asia dikenal sebagai
produksi, distribusi dan pemasaran pangan menjadi lebih
penghasil bahan mentah, terutama bidang agribisnis. Se-
kompleks.
jauhmana prediksi tersebut dapat lerealisasi telapi bukan
Terakhir, peraluran pemerintah walaupun diramalkan
hanya karena potensi pasarnya, merupakan agenda pemikiran
akan masih telap cenderung berusaha semaksimal mungkin
yang harus dipecahkan segera.
melindungi industri-industri lokal baik dengan tarif maupun non-
Khusus untuk produk-produk makanan dan seraI'. Prof.
tarif, namun tuntutan konsumen akan produk yang lebih sehat,
Gorman menyajikan berbagai kecenderungan perubahan se-
aman, dan bergizi akan mendesak pemerintah unluk me-
bagaimana diramalkan oleh Jonathan Taylor. Perubahan-
nekankan pemberlakuan peraturan yang berkaitan dengan
perubahan yang akan terjadi dapat dikelompokkan menjadi
kesehatan, gizi, keamanan pang an dan labeling produk dalam
perubahan teknologi, perubahan konsumen, perubahan pro-
produksi dan penanganan. Selain itu ditandatanganinya WTO,
duksi, distribusi, dan kekuatan pasar serta perubahan per-
. jelas akan merubah arah kebijakan pemerintah dan aliran
aluran pemerinlah. ~erubahan
perdagangan dunia. teknologi yang signifikan adalah berkem-
bangnya rekayasa genetik sehingga dapat dihasilkan produk-
Apa yang Dapat Dilakukan ?
produk yang lebfh sesuai dengan keinginan/kebutuhan
Walaupun diskusi tidak membicarakan solusi secara
manusia; teknik baru dalam penyiapan dan pengepakan
konkrit mengenai langkah-Iangkah antisipatif yang dapat di-
makanan seperti makin luasnya penggunaan microwave dan
lakukan, khususnya untuk Indonesia, namun beberapa hal
konsumsi makanan siap santap; dan teknologi komunikasi,
dapat dipetik dari pengalaman yang disajikan oleh panelis.
terutama inlernet yang dapat digunakan untuk belanja se-
Beberapa aspek yang mendapat perhatian panelis adalah
hingga dapat menggeser struktur kekuatan pasar dari penge-
kemitraan, koperasi dan pendidikan.
cer kepada pusat kulakan atau bahkan produsen makanan. Konsumen berubah dalam aspek permintaan agregat dan selera. Walaupun secara keseluruhan laju pertumbuhan
Integrasi Vertika/ dan Kemitraan Menurut Bill Schroder, proses industria/isasi
te~adi
di
penduduk dunia diramalkan akan turun, tetapi pertumbuhan di
bidang produksi dan distribusi pangan. Proses ini didorong oleh
negara-negara ~sia akan .tetap relatif tinggi. Jika pertumbuhan
tuntutan konsumen akan produk yang lebih baik. Dorongan ini
'f/ofume III 'No. 11.Jlprif 1996
ISSN: 0853-8468
4
-
AGRlmEDIA
menyebabkan pabrikan (perusahaan pengolah) dan distributor berusaha untuk mendapatkan kontrol yang lebih besar ter-
negatif, fleksibilitas dalam membuat penyesuaian terhadap tatacara kemitraan; dan berhubungan negatif dengan peng-
hadap kualitas dan kuantitas produk yang. mereka beli. Hubungan vertikal dalam bentuk integrasi vertikal dan kern i-
gunaan kekuatan/kekuasaan dalam menjalankan hubungan
traan merupakan upaya yang sering dilakukan untuk mendapatkan kontrol ynag lebih besar tersebut. Alasan utama terbentuknya hubungan vertikal baik dalam bentuk integrasi vertikal maupun kemitraan, secara teoretis, adalah untuk mencapai suatu tingkat kontrol yang tidak diperoleh dalam transaksi bilateral di pasar terbuka. Namun demikian, pembentukan integrasi vertikal dan kemitraan juga berarti tambahan biaya (korbanan) dalam bentuk berkurangnya tingkat diversifikasi sumber pembelian, bertambahnya birokrasi dan administrasi, serta berkurangnya fleksibilitas dalam menyesuaikan dengan berbagai peru bah an pasar. Oleh karena itu, hubungan vertikal hanya terjadi bila biaya transaksi secara langsung di pasar terbuka lebih tinggi daripada biaya-biaya (korbanan) yang harus ditanggung akibat hubungan tersebut. Beberapa proposisi yang berkaitan dengan hubungan vertikal ini (berdasarkan studi literatur) dan penting untuk dijadikan pelajaran bagi Indonesia adalah:
dan penerapan tatacara kemitraan (misalnya kontrak) yang terlalu ketat dan kaku. 6. Ketergantungan antara dua pihak tidak otomatis akan membentuk kerjasama kecuali kedua pihak dapat melihat manfaat dari kerjasama tersebut. 8agi Indonesia yang perekonomiannya, khususnya agribisnis, dicirikan oleh struktur yang dualistis, kemitraan merupakan program yang strategis terutama menghadapi iklim persaingan yang semakin ketat di era perdagangan bebas. Perusahaan-perusahaan agribisnis besar yang berteknologi canggih, skala besar, manajemen moderen dan modal yang kuat membutuhkan lahan yang luas dan tenaga kerja yang murah dalam pemasokan bahan baku. Kalau hal ini diusahakan sendiri oleh perusahaan besar, beban overheadnya terlalu
.,.",B~gi)ndonesiay~ng perek(momhu:my~, .
. khu~u~nya agrlbisnis~ dicjti~a!'l,o.l!h.s1rulrtur:: ,yan'g. d#alis~i~, k~~~it~_n. tjl~,r,up,~~Q:Pf9~r,fu . .• yang_strategister(jta"u~m~l1g~~d~pi ikJiro>'~
.. " ~p~[s,~in~~~~ya!l9'~~OJ,~j~'~~J~(;$li ~ra,:::;~:~:: .
besar, terutama mengingat biaya lahan dan tenaga kerja dengan
cepat meningkat. Sementara itu, sebagian besar pelaku agribisnis lain yang skala usahanya kecil, .' ." .," .; ,perdaga~gari,~b~s'" .',,~,,"., ; ., teknologi sederhana, manajemen tradisional serta modal dan pasar terbatas secara total memiliki lahan dan tenaga ke~a. Keterba1. Integrasi vertikal hanya akan terjadi ketika kebutuhan akan tasan kelompok kedua ini sering menyebabkan produk yang kontrol terhadap pasokan dirasakan penting dan hal terse but mereka hasilkan tidak sesuai dengan persyaratan yang diketidak dapat dicapai dengan kemitraan. hendaki oleh perusahaan besar. Oleh karena itu diperlukan 2. Meningkatnya biaya transaksi karena bertransaksi langsung pola kemitraan yang sesuai agar dapat memadukan kelebihan dengan ban yak pemasok mendorong kepada pengurangan masing-masing kelompok sehingga menguntungkan kedua jumlah pemasok. belah pihak .serta pada gilirannya meningkatkan daya saing 3. Kekuatan pembeli (penjual) berhubungan terbalik. dengan produk yang dihasilkan oleh Indonesia. ketersediaan alternatif bagi pembeli (penjual). Integrasi vertikal, pada saat dimana banyak petani yang 4. Pembeli (penjual) akan terus berusaha untuk mengurangi tidak bisa diandalkan dalam pemasokan bahan baku yang ketergantungan hanya kepada satu pemasok (pembeli). 5. Ke~asama antarapembeli dan penjual akan berkorelasi positif dengan: kejelasan manfaat bagi kedua pihak yang bermitra, keseimbangan investasi dalam aset-aset kemitraan Oika ada), tingkat saling percaya sehingga satu pihak dapat memprediksi perilaku mitranya, kema~puan hubungan dalam memunculkan manfaat-manfaat baru bagi kedua pihak,
lebih menarik. Namun dalam jangka panjang dimana lahan dan tenaga kerja tidak lagi murah, perluasan skala usaha akan terhambat dan daya saing akan menurun. Lagipula, dengan kemitraan, salah satu resiko terbesar dalam sistem agribisnis (di tingkat produksi yang sangat tergantung kepada alam) .disebar kepada petanL Thailand yang sudah merasakan ma-
kemampuan masing-masing pihak secara timbal-balik bereaksi terhadap perilaku mitranya baik yang positif maupun
halnya harga lahan dan tenaga kerja ternyata sudah lama menerapkan pola kemitraan dengan petani dan temyata
'Vo[ume III 'No. 11.fl.prif 1996
sesuai dengan keinginan perusahaan pengolah besar, tertihat
ISSN: 0853-8468
5
AGRlmEDIA
mereka dapat membuktikan diri unggul bersaing dengan di
sionalisasi asosiasi tersebut. Oleh karena itu, agar suatu
pasar internasional.
hubungan horizontal dapat tercipta dan berjalan dengan baik,
Oengan demikian, Indonesia kelihatannya lebih membu-
maka selain kemampuan menjanjikan keuntungan bagi pihak
tuhkan pol a kemitraan dibandingkan integrasi vertikal. Namun
yang terlibat (misalnya, dalam bentuk kekuatan rebut tawar
demikian, terlepas dari idealnya pola kemitraan bagi Indonesia,
yang lebih besar dan skala usaha yang lebih ekonomis), maka
banyak kasus yang memperlihatkan kegagalan. Pengalaman
asosiasi harus mampu mengurangi domain kompetisi antar anggota dan kemungkinan free riding.
tersebut juga memperlihatkan bahwa ternyata tidak ada satu pola umum kemitraan yang sesuai untuk semua kasus.
Michael L. Cook menyajikan
pengalaman perkem-
Oengan kata lain, pol a kemitraan untuk suatu kasus sangat
bangan koperasi di USA yang cukup berhasil menguasai
ditentukan oleh jenis komoditi, norma sosial budaya, kelemba-
pangsa pasar pemasaran produk pertanian dan penyediaan
gaan ekonomi yang selama ini telah berjalan, lokasi, dan lain-
input.. Koperasi disana ternyata dimulai dari bawah, yaitu in i-
lain. Oleh karen a itu sebelum sutu kemitraan akan dijalankan
siatif produsen sendiri tanpa intervensi dari luar. Koperasi
diperlukan kajian sebelumnya mengenai bentuk pola kemitraan
yang berkembang mulai 1850an muncul dan berkembang
yang sesuai. Untuk itu proposisiproposisi yang dikemukakan oleh Bill Schroder dapat dijadikan panduan karena proposisi tersebut dirumuskan dari berbagai pengalaman kemitraan di berba-
pad a saat terjadinya kegagalan pasar dan tidak ada dukungan
gai belahan dunia (dan sekarang
maupun kebijakan publik. Ak-
sedang diujikan di Australia).
hirnya koperasi terus berkembang, pada dasarnya karena
Koperasi
dinamika di dalam koperasi itu sendiri, sehingga menjadi ben-
Berdasarkan pengalaman,
kelembagaan serta aspek hukum. Baru
dalam
perkem-
bangannya didapatkan dukungan baik dalam aspek legal
perusahaan besar biasanya lebih
tuknya yang sekarang. Jika
senang bermitra dengan peru sa-
dilihat waktu yang dibutuhkan
haan seke/as, baik dalam aspek
untuk mencapai bentuk koperasi
skala usaha maupun pendekatan bisnis. Produsen-produsen kecil akibatnya tidak akan terjang-
yang mapan seperti s.ekarang, ternyata Amerika membutuhkan waktu sekitar 100 tahun.
kau oleh pola ini. Padahal dalam dunia agribisnis, khususnya di Indonesia, ban yak produsen individual yang berukuran terlalu
Jika dibandingkan dengan kondisi Indonesia, maka terlihat jelas perbedaannya. Oi Indonesia kebanyakan koperasi
kecil untuk
bermi~a
secara langsung dengan pengolah dan
diinisiasi oleh pemerintah sehingga ban yak koperasi terlihat
pengecer. Oalam kedaan seperti ini peran koperasi yang
berjalan sangat lamban atau bahkan gagal. Namun demikian,
menggabungkan produsen-produsen kecil (hubungan horizon-
Michael L. Cook menyatakan bahwa memang tahapan yang
tal) tersebut menjadi sangat penting.
dilalui Amerika tidak berarti juga harus dilalui oleh Indonesia karen a pada dasarnya setiap negara unik. Lebih lanjut ia men-
Secara teoritis, membina hubungan horizontal seperti koperasi lebih sulit daripada membina hubungan vertikal karena pada dasarnya hubungan horizontal menggabungkan anggota y~ng sebenarnya merupakan pesaing satu sam a lain. Selain itu, selalu ada kemungkinan kasus free riding dimana ada produsen yang tidak masuk asosiasi /koperasi mendapat-
yatakan bahwa setiap negara harus mencari tahapan dan bentuknya sendiri. Sejarah yang dilalui Amerika dapat dijadikan salah satu pelajaran untuk membina koperasi di Indonesia.
kan manfaat dari hasil kekuatan rebut tawar asosiasi tanpa
Pendidikan Pendidikan merupakan investasi yang paling tepat da-
harus menanggung sedikitpun biaya pembentukan dan opera-
lam rangka menghadapi berbagai p-erubahan yang demikian
'V'ofume III No. 11JIprif 1996
ISSN: 0853-8468
6
A6RlmEDIA
cepat dan makin tak teramalkan, demikian dikemukakan oleh
fikasi standar-standar, dan memungkinkan perbaikan yang
Paul W. Davies .. Pernyataan ini beralasan karen a hanya
terus menerus. Oleh karena itu, pengertian kualitas tersebut
dengan sumberdaya manusia yang kuatlah berbagai peru bah-
harus betul-betul dipahami dengan jelas baik internal maupun
an yang akan terjadi dapat dihadapi dan dikelola dengan baik.
eksternal.
Untuk itu dibutuhkan pendidikan dan pelatihan yang sesuai.
Paul W. Davies, misalnya mengemukakan bahwa jika
Pendekatan, materi, dan cara penyampaian program pendidi-
pendidikan tinggi disepakati seharusnya mencakup pengem-
kan perlu terus dievaluasi untuk menyesuaikan dengan berba-
bang an beasiswa dan pengetahuan yang relevan; pengem-
gai peru bah an tersebut. Sistem pendidikan perlu untuk terus
bangan visi dan kemampuan untuk mengatasi tantangan-
menyesuaikan diri dan menjadi sedinamis sebagaimana indus-
tantangan baru; penggalakan belajar mandiri, dan pengem-
tri, bisnis dan profesi yang dilayani.
bangan kekuatan penilaian yang matang, maka tingkat ke-
Dalam menyesuaikan dengan berbagai perubahan tersebut, dunia pendidikan harus mengacu kepada tiga aspek, yaitu relevansi atau keterkaitan, kualitas dan internasionalisasi. Keterkaitan atau relevansi dengan dunia kerja sangat
mampuan suatu program untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut dapat digunakan sebagai dasar pengukuran kualitas. Pengukuran kualitas suatu program dapat dilakukan dengan beberapa
penting karena pada dasarnya
c~a,
yang merupakan perpaduan antara prosedur audit internal maupun
pendidikan agribisnis adalah
eksternal. Proses internal men-
bersifat kejuruan dan terapan.
cakup monitoring mata ajaran baik
Oleh
pendidikan
oleh stat maupun mahasiswa,
agribisnis yang sesuai harus
penilaian perkuliahan oleh maha-
membuka peluang berkarir dan
siswa, review perkuliahan olen
penciptaan kerja secara luas di
para ahli, dan apraisal keragaan
lapangan agribisnis baik di
stat oleh manajemen lembaga
sektor swasta maupun publik.
pendidikan. Sedangkan eksternal
karenanya
Keterkaitan
ini
dapat
audit meliputi laporan penguji dari
dikembangkan dengan mem-
luar, review oleh badan akredi!asi
bina hubungan yang akrab antara lembaga pendidikan agri-
eksternal, laporan dari industri baik melalui badan khusus
bisnis dengan perusahaan-perusahaan agribisnis. Dalam pro-
maupun respon yang diminta khusus oleh lembaga pendidikan,
gram ini termasuk kegiatan kuliah/ceramah tamu, pertukaran
masukan dari survey alumni, dan masukan dari pengguna
stat an tara industri dan akademisi, penelitiarf bersama antara
lulusan.
industri dan akademisi, konsultansi, pengembangan studi
Internasionalisasi program pendidikan menjadi penting
kasus, dan geladikarya. Karena keterkaitan ini merupakan
karena globalisasi bisnis dan perdagangan sudah tidak dapat
kepentingan kedua belah pihak (dunia pendidikan dan industri),
dihindarkan termasuk dalam sektor agribisnis. Untuk itu maha-
maka seharusnya berbagai program di atas mendapat du-
siswa harus diberi kesadaran yang lebih besar akan kebu-
kungan kedua pihak.
dayaan lain, pemahaman yang lebih baik mengenai ling kung an
Jaminan kualitas didalam dunia pendidikan telah men-
global, dan perspektif internasional yang lebih luas. Kegiatan-
jadi isu yang penting dan akan semakin penting dengan makin
kegiatan yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah penekanan
menjamurnya lembaga pendidikan yang menawarkan pendi-
aspek internasional dalam kurikulum dan silabus mata ajaran,
dikan massal. Hal ini khususnya dapat dilihat dalam bidang
pen gem bang an takultas di luar negeri, pertukaran mahasiswa
Magister Manajemen di Indonesia. Pertanyaannya adalah apa
atau geladikarya di negara lain, dan dimasukkannya penggu-
definisi kualitas di dalam dunia pendidikan. Perlu dicapai ke-
naan bahasa asing di dalam program (AIS).
sepakatan terlebih dahulu sebelum sistem jaminan kualitas dapat dibuat dan diukur. Yang jelas agar pengertian kualitas obyektit, ia harus bebas dari bias individual, dapat diulang pada kali yang lain, melibatkan seluruh stat pengajar, meliputi spesiVo{ume II/Wo. l/;1pri{ 1996
ISSN: 0853-8468