BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Pemilihan umum merupakan bagian pada suatu proses demokrasi. Indonesia adalah salah satu negara demokrasi yang melaksanakan pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Di Indonesia, pelaksanaan pemilihan umum dilakukan mulai dari tingkat desa (pemilihan kepala desa), kota / kabupaten (pemilihan walikota / bupati dan anggota DPRD tingkat 2), propinsi (pemilihan gubernur dan anggota DPRD 1), sampai tingkat pemerintah pusat (presiden dan anggota DPR). Pemilihan umum di Indonesia masih dilakukan secara manual. Warga yang mempunyai hak pilih datang ke tempat pemungutan suara pada saat hari pemilihan. Mereka kemudian mencoblos atau mencontreng (√) kertas suara dan kemudian memasukkan ke kotak suara. Mulai Pemilu Legislatif tahun 2009, proses pemungutan suara dengan cara mencontreng (√). Setelah proses pemungutan suara selesai, kemudian dilakukan penghitungan suara. Proses pemungutan dan penghitungan suara secara konvensional tersebut mempunyai beberapa kelemahan. Berikut ini beberapa kelemahan proses secara konvensional tersebut. 1. Lambatnya proses penghitungan suara. Di Indonesia, proses penghitungan suara biasanya membutuhkan waktu sampai beberapa minggu. 2. Kurang akuratnya hasil perhitungan suara. Karena proses pemungutan suara dilakukan dengan pencoblosan kertas suara, sering kali muncul perdebatan mengenai sah atau tidaknya sebuah kertas suara. 3. Tidak ada salinan terhadap kertas suara. Hal ini menyebabkan jika terjadi kerusakan terhadap kertas suara, panitia pemilihan umum sudah tidak mempunyai bukti yang lain. 4. Sulitnya perhitungan kembali jika terjadi ketidakpercayaan terhadap hasil perhitungan suara. 5. Rawan konflik. Pemilihan umum di Indonesia saat ini sering menimbulkan konflik. Hal tersebut dipicu adanya ketidakpercayaan terhadap hasil perhitungan suara. Menurut data pada tahun 2005, dari 226 daerah yang menyelenggarakan pemilihan kepala daerah terjadi konflik mencapai 20 daerah lebih [15].
I-1
6. Besarnya anggaran yang dilalukan untuk melakukan proses pemungutan suara. Berdasarkan data terakhir KPU (Komisi Pemilihan Umum), yaitu lembaga pemerintah yang bertugas melakukan pelaksanaan pemiliham umum di Indonesia, pemerintah telah menyetujui anggaran pemilu mencapai Rp 10,4 triliun untuk pelaksanaan pemilihan umum tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 [14]. Anggaran yang sangat besar tersebut digunakan untuk proses pencetakan kertas suara, distribusi kertas suara, gaji panitia pengawas, dan lain-lain. Dengan banyaknya permasalahan tersebut, maka muncullah gagasan untuk melaksanakan pemilihan umum dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada khususnya teknologi berbasis web. Hal ini juga didukung dengan semakin luasnya jaringan komunikasi dan biaya komunikasi yang semakin murah. Pada penelitian e-voting ini, solusi e-voting lebih difokuskan pada pemanfaatan teknologi berbasis web. Teknologi berbasis web mempunyai kelebihan utama dalam hal kemudahan akses dan biaya yang jauh lebih murah. Pemilihan suara secara elektronik dengan memanfaatkan teknologi elektronik (e-voting) saat ini dapat menjadi salah satu alternatif untuk menggantikan pemilihan umum secara konvensional yang sekarang ini digunakan. Penelitian mengenai e-voting telah dilakukan lebih dari 20 tahun. Permasalahan utama yang dihadapi dalam e-voting adalah terkait dengan faktor keamanan. Sampai saat ini, belum ada solusi lengkap baik secara teori maupun praktek yang mampu mengatasi permasalahan tersebut [16].
I.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam tesis ini adalah sebagai berikut: 1. Apa syarat e-voting agar mampu digunakan untuk menggantikan pemilihan umum secara konvensional, misalnya persyaratan mengenai kerahasiaan (privacy), kejujuran (fairness), dan lain-lain. Hal ini sangat penting karena pemanfaatan teknologi berbasis web juga memunculkan adanya kelemahan-kelemahan baru. Jika kelemahan-kelemahan tersebut tidak dapat untuk diatasi maka e-voting tidak akan memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan pemilihan secara konvensional.
I-2
2. Bagaimana model e-voting berbasis web yang memenuhi persyaratan e-voting yang baik serta mampu menutup kelemahan yang muncul pada pemilihan umum konvensional. 3. Bagaimana membuat prototype yang mampu merepresentasikan model e-voting yang telah dihasilkan. 4. Bagaimana melakukan pengujian terhadap model e-voting yang telah dibuat.
I.3 Tujuan Tujuan dari tesis ini adalah membuat model e-voting berbasis web yang memenuhi syarat agar mampu menggantikan pemilihan umum secara konvensional yang selama ini digunakan di Indonesia.
I.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup dari tesis ini adalah sebagai berikut: 1. Model e-voting yang dihasilkan adalah e-voting berbasis web dan spesifik untuk pemilihan umum di Indonesia. 2. Fokus utama dalam tesis ini adalah pada model konseptual e-voting, prototype hanya digunakan untuk mempermudah dalam pemahaman mengenai model konseptual. Prototype tersebut juga digunakan untuk melakukan pengujian terhadap model yang dihasilkan. 3. Prototype menggunakan studi kasus pemilihan umum anggota legislatif (DPR, DPR tingkat 1, DPRD tingkat 2, dan DPD) serta pemilihan umum presiden. 4. E-voting yang dikembangkan adalah mulai dari tahap pemungutan suara sampai dengan perhitungan suara. Penelitian terkait tahap pelaksanaan sebelum proses pemungutan suara misalnya pembuatan DPT (Daftar Pemilih Tetap) dan tahap setelah perhitungan suara misalnya penentuan pemenang pemilihan umum dilakukan pada penelitan yang terpisah. Penelitian tersebut dilakukan pada tesis Iyus Supriadi.
I-3
I.5 Metode Penelitian Tesis yang dilakukan adalah berupa penelitian dan mengimplementasikannya dalam sebuah program. Metode yang dipergunakan dalam Tesis ini adalah sebagai berikut: 1. Studi literatur yang berkaitan dengan mekanisme e-voting dengan cara mempelajari sistem e-voting yang telah dikembangkan sebelumnya dan mempelajari penerapan sistem e-voting yang telah dilakukan pada beberapa negara. 2. Analisis sistem lain yang telah dikembangkan. 3. Analisis hasil penerapan e-voting pada negara lain. 4. Analisis masalah dan kebutuhan e-voting berbasis web. 5. Pembuatan model konseptual e-voting. 6. Pembuatan prototype untuk mengimplementasikan model yang telah dibuat. 7. Pengujian terhadap model secara umum termasuk juga prototype. 8. Perbaikan dan penarikan kesimpulan.
I.6 Sistematika Pembahasan Laporan tesis ini terdiri dari enam buah bab yaitu bab I Pendahuluan, bab II Tinjauan Pustaka, bab III Analisis, bab IV Desain Sistem, bab V Implementasi dan Pengujian, serta bab VI Penutup. Bab I Pendahuluan berisi penjelasan mengenai latar belakang pemilihan topik tesis, rumusan masalah tesis, tujuan tesis, ruang lingkup tesis, dan metode penelitian yang dilakukan selama pembuatan tesis. Bab II Tinjuan Pustaka berisi penjelasan mengenai demokrasi dan keterkaitannya dengan voting (pemungutan suara), penerapan e-voting pada beberapa negara dan beberapa contoh sistem e-voting yang telah dikembangkan sebelumnya, serta teknologi berbasis web yang dijadikan dasar sistem e-voting. Bab III Analisis berisi analisis kebutuhan dan syarat e-voting berbasis web. Analisis kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fungsional dan non fungsional.
I-4
Bab IV Model Web-Vote berisi mengenai perancangan model e-voting berbasis web. Perancangan model tersebut disesuaikan dengan hasil analisis yang telah diperoleh pada bab sebelumnya. Bab V Prototype dan Pengujian berisi mengenai rancangan kelas, basis data, dan antar muka prototype e-voting berbasis web. Selain itu bab ini juga berisi hasil pengujian terhadap prototype tersebut dan juga pembuktian terhadap model Web-Vote yang telah didefinisikan sebelumnya. Bab VI Penutup berisi kesimpulan dan saran terkait dengan isi tesis ini.
I-5