BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Sebagian besar perdagangan internasional di Indonesia adalah melalui laut. Perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama dalam meningkatkan perekonomian di Indonesia. Sampai saat ini, belum banyak daerah dan pelabuhan Indonesia memiliki peta laut yang memadai atau akurat. Peta laut berperan penting dalam navigasi kapal untuk memasuki pelabuhan sebagai gerbang negara. Tersedianya peta laut yang baik atau akurat akan mempengaruhi peningkatan perekonomian maritim di Indonesia. Peta laut merupakan peta khusus yang dirancang untuk memenuhi persyaratan navigasi laut, memberikan informasi seperti kedalaman laut, sifat dasar laut, ketinggian, konfigurasi dan karakteristik pantai, bahaya, dan sarana bantu untuk navigasi (IHO, 2010a). Peta laut memberikan informasi yang mendukung dalam keselamatan navigasi kapal. Kebutuhan keselamatan navigasi kapal diikuti dengan perkembangan peta laut. Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan bernavigasi menggunakan peta laut modern atau sering disebut Electronic Navigational Charts (ENCs). ENC ditampilkan dalam sistem informasi elektronik berupa Electronic Chart Display and Information System (ECDIS). ENC adalah peta vektor resmi berbasis peta elektronik yang sesuai dengan persyaratan konvensi Safety of Life at Sea (SOLAS). ENCs berisikan data digital sesuai standar Spesifikasi Produk ENC IHO S-57, yang menyimpan seluruh objek-objek yang relevan yang telah dipetakan untuk keperluan keselamatan navigasi. Berbeda dengan peta laut kertas, ENC lebih praktis dalam penggunaannya. Peta laut kertas membutuhkan banyak personil ketika digunakan dalam navigasi kapal, segala kegiatan navigasi dilakukan secara manual. ENC cukup membutuhkan satu personil saja dalam penggunaanya. Satu personil sudah dapat melakukan berbagai kegiatan, seperti menentukan arah dan tujuan kapal, melihat posisi dan jarak kapal yang ada di sekitar, menambahkan informasi tambahan pada peta, melakukan 1
2
zoom in maupun zoom out sesuai dengan besar skala yang diinginkan, dan lain sebagainya yang secara langsung dapat dilakukan di atas layar ECDIS. ENC sudah menjadi suatu kebutuhan dan kewajiban oleh kapal-kapal berbagai tipe dan ukuran sebagai sarana bantu navigasi laut. Hal tersebut telah diatur dalam konvensi SOLAS International Maritime Organization (IMO). Berdasarkan konvensi SOLAS tersebut, kewajiban penggunaan ENC oleh semua tipe kapal akan berlaku pada tahun 2018 (Dishidros, 2015). Oleh sebab itu, sebelum tahun 2018 ketersediaan ENC di seluruh alur pelayaran Indonesia harus sudah ada dan sesuai dengan standar produk ENC. ENC alur pelayaran di Indonesia saat ini masih ada yang belum tersedia, salah satunya adalah Alur Pelayaran Tanjungbara (Sangata). Alur pelayaran Tanjungbara (Sangata) terletak di ibukota Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Provinsi Kalimantan Timur Indonesia. Di daerah tersebut terdapat sebuah pelabuhan Tanjungbara yang digunakan oleh PT. Kaltim Prima Coal sebagai pintu gerbang perdagangan internasional. PT. Kaltim Prima Coal merupakan sebuah perusahan besar tambang batubara yang sampai saat ini masih beroperasi. Sebagian besar batubara yang dihasilkan di ekspor ke luar negeri. Pengangkutan batubara dilakukan menggunakan berbagai tipe kapal melalui jalur laut dari pelabuhan Tanjungbara ke negara impor. Seperti yang dijelaskan di atas bahwa setiap pelayaran kapal diperlukan peta ENC sebagai sarana bantu navigasi kapal untuk menjaga keselamatan dalam berlayar. Keselamatan pelayaran sangat dipengaruhi oleh kualitas data peta suatu wilayah. Data peta yang terdapat di dalamnya harus mutakhir atau data yang diberikan adalah data terbaru dan benar, jika informasi yang diberikan tidak mutakhir maka peta laut tersebut menjadi berbahaya dan berpengaruh pada keselamatan pelayaran kapal. IMO dalam konvensi SOLAS menjelaskan bahwa kapal-kapal harus menggunakan peta laut dengan menggunakan ECDIS sesuai standar. Peta laut resmi dikeluarkan oleh atau atas nama pemerintah, yang dalam hal ini diwakili oleh Dinas Hidro-Oseanografi TNI-AL. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka perlu kiranya untuk melakukan pembuatan peta laut navigasi elektronik (ENC) untuk Alur Pelayaran Tanjungbara (Sangata) yang sesuai dengan standar IHO S-57 edisi 3.1.2 sebagai sarana bantu keselamatan navigasi kapal di perairan tersebut.
3
I.2. Cakupan Cakupan kegiatan yang dibahas adalah : 1. Standar yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan peta laut elektronik (ENC) adalah IHO S-57 edisi 3.1.2. 2. Dalam kegiatan ini perangkat lunak yang digunakan untuk pembuatan peta laut elektronik (ENC) berupa SevenCS ENC Tools. 3. Data yang digunakan untuk pembuatan peta laut elektronik adalah peta laut raster nomor 67 edisi ketiga bulan Mei 2012 BPI No.20-2012 Alur Pelayaran Tanjungbara (Sangata) dan peta laut raster Muara Berau (Sungai Kutai) hingga Tanjung Mangkalihat nomor 37 edisi kesepuluh bulan Desember 2011 BPI No.23 – 2014 dari DISHIDROS. I.3. Tujuan Tujuan dari kegiatan pembuatan peta laut navigasi elektronik adalah tersedianya peta laut navigasi elektronik (ENC) untuk alur masuk pelabuhan Tanjungbara (Sangata) yang sesuai dengan standar produk ENC IHO S-57 edisi 3.1.2. I.4. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari kegiatan ini ialah : 1. Memberikan kemudahan kepada pengguna peta laut navigasi pelayaran kapal, dengan memberikan peta ENC yang lebih praktis dalam penggunaanya. 2. Membantu meningkatkan keselamatan navigasi pelayaran kapal di Indonesia dengan menyediakan sarana bantu navigasi berupa peta laut navigasi yang telah sesuai dengan standar. 3. Menyediakan peta ENC alur masuk pelabuhan Tanjungbara (Sangata) untuk memperlancar jalannya transportasi perdagangan laut internasional di daerah tersebut.
4
I.5. Landasan Teori I.5.1. Peta Laut Peta laut menurut definisi IHO (2010a), “Nautical charts are special purpose maps specifically designed to meet the requirements of marine navigation, showing amongst other things depths, nature of the seabed, elevations, configuration and characteristics of the coast, dangers, and aids to navigation.” Fungsi utama dari peta laut adalah menyampaikan informasi terkait wilayah laut, pesisir dan perubahanperubahan yang terjadi di dalamnya untuk kebutuhan keselamatan navigasi, ekonomi pasar, pembangunan dan pengelolaan wilayah pesisir, perlindungan lingkungan laut, dan pertahanan maritim. Pembuatan peta laut harus memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh IHO. Ketetapan peta laut Internasional (INT) dan standar peta laut IHO diatur pada standar S-4 tahun 2009 sebagai pengganti dokumen standar M-4. Peta laut diproduksi dan dikeluarkan oleh badan hidrografi yang resmi. Di Indonesia, badan yang memiliki wewenang resmi untuk memproduksi dan menerbitkan peta laut dengan standar yang ditetapkan oleh IHO adalah dinas Hidro-Oseanografi TNI-AL (IHO, 2015b). I.5.2. Electronic Navigational Charts (ENCs) I.5.2.1. Pengertian. ENCs berisikan data digital sesuai standar Spesifikasi Produk ENC IHO S-57 yang menyimpan seluruh objek-objek yang relevan yang telah dipetakan untuk keperluan keselamatan navigasi, seperti : garis pantai, kedalaman, SBNP, dan lain-lain (IHO, 2012). Sedangkan menurut IHO (2010a), „ENC stands for “Electronic Navigational Chart”. An ENC is a vector chart, issued by or on behalf of a Governmental body that complies with the IHO ENC Product Specification that is part of the chart data transfer standard known as S-57. Any other vector chart data is unofficial and therefore does not meet the SOLAS chart carriage requirements.‟ Terdapat beberapa sifat ENC menurut IHO (2010a), beberapa sifat yang dimiliki ENC tersebut adalah : 1.
Isi ENC didasarkan pada data survei yang relevan bersumber dari kantor hidrografi atau data yang ditampilkan dalam peta kertas resmi.
5
2.
ENCs disusun dan dikodekan sesuai dengan standar internasional yang ditetapkan oleh IHO.
3.
Posisi ENC direferensikan pada Datum Word Geodetic System 1984 (WGS84) yang secara langsung compatible dengan posisi Global Navigation Satellite System (GNSS).
4.
ENCs hanya dikeluarkan oleh atau atas kewenangan Pemerintah, Kantor Hidrografi resmi atau instansi pemerintah terkait lainnya.
5.
ENCs secara teratur diperbaharui dengan informasi update resmi yang didistribusikan secara digital.
I.5.2.2. Batas ENC cell. Batas ENC cell harus ditentukan oleh setiap kantor hidrografi yang bersangkutan, batas dapat disesuaikan dengan peta kertas atau membuat batas baru. Spesifikasi produksi ENC Appendix B S-57, menyatakan bahwa batas geografis sebuah cell ditentukan oleh produsen ENC yang bersangkutan. File dataset hasil akhir dari pembuat harus tidak melebihi 5 megabyte dan tidak terlalu kecil agar tidak banyak nomor cell yang dipakai. Selain itu, batas cell harus persegi empat, dengan begitu data yang diliput dapat berbentuk apa saja (IHO, 2012). I.5.2.3. Standar format data. Menurut IHO (2010a), ENCs menggunakan format data IHO S-57 yang merupakan Transfer Standard for Digital Hydrographic Office dan distribusi produk data digital untuk produsen, pelaut, dan pengguna data lainnya. Sampai saat ini, versi S-57 adalah edisi 3.1. ENCs menggunakan World Geodetic System 1984 (WGS84) sebagai referensi datum horisontal. Hal ini membuat sebagian ENCs langsung compatible dengan Global Positioning System (GPS). Namun, beberapa ENCs telah dibuat dari peta kertas tua non-WGS84 dan posisinya tidak dapat dijamin kebenarannya mendekati GPS. ENCs ini akan ada informasi tambahan yang ditampilkan dalam ECDIS, seperti “This chart cannot be accurately referenced to WGS84 Datum; see caution message”. Dan tipe pesan yang disampaikan seperti “Positions in this region lie within ± nn metres of WGS84 Datum”.
6
I.5.2.4. Standar display. Tampilan ENC dijelaskan menurut IHO (2010a), Kedua objek data yang tergeoreferensi yang terkandung dalam ENC dan simbolisasi yang terkandung dalam “Presentation Library” saling terhubung dalam ECDIS hanya pada saat keduanya akan ditampilkan. Hasil gambarnya akan berubah sesuai dengan area laut yang dipilih, skala tampilan yang dimaksud dan pra-pengaturan mariner seperti mode tampilan yang paling cocok dengan kondisi cahaya lingkungan dan kondisi operasional lainnya. “Presentation Library” untuk ENCs yang terdapat dalam software ECDIS diberikan secara terpisah. Definisi Presentation Library untuk ENCs terdapat dalam Annex A of the IHo Publication S-52, Appendix 2 – Colours & Symbols Specifications for ECDIS. Peraturan yang terdapat pada S-52 adalah mandatory di semua ECDIS. Tampilan pada ECDIS lebih mudah disesuaikan dibandingkan dengan peta kertas pada umumnya. Kelebihan dari tampilan ECDIS dibandingkan dengan peta kertas antara lain : 1.
Menampilkan / menghilangkan berbagai jenis informasi dan bukan informasi peta.
2.
Memilih standar tampilan peta atau memilih tampilan yang diinginkan, dan penuh simbol atau disederhanakan.
3.
Mendapatkan informasi yang lebih rinci yang tidak ditampilkan secara terus menerus pada display dengan menggunakan kursor.
4.
Overlaying / Removing berbagai informasi sensor, atau informasi yang dikirim dari darat.
5.
Mengubah skala atau orientasi layar.
6.
Memilih true motion atau relative motion.
7.
Mengubah tata letak layar dengan menampilkan setiap jendela, memberikan informasi teks dalam margin, dan lain-lain.
8.
Memberikan navigasi dan peringatan peta, seperti : terlalu dekat dengan kontur aman kapal, memasuki daerah terlarang, skala pada display yang berlebihan, dan lain-lain.
7
Tampilan pada ECDIS dapat diatur pencahayaannya tergantung pada keadaan lingkungan sekitar. ECDIS memberikan citra negatif pada peta di malam hari, menggunakan latar belakang gelap di tempat latar belakang putih pada peta kertas, agar tidak mengganggu penglihatan pada malam hari. Tiga tampilan pencahayaan pada ECDIS adalah : 1.
Day (white background)
2.
Dusk (black background)
3.
Night (black background)
I.5.2.5. Skala kompilasi. Disarankan bahwa skala kompilasi dari ENC berdasar kepada standard Radio Detection and Ranging (RADAR) ranges dan skala terbesar terdekat yang digunakan. Sebagai contoh: Jika ENC di produksi dari peta kertas dengan skala 1 : 25.000, maka harus mempunyai skala kompilasi 1 : 22.000. Jika sumber datanya tersedia, skala besar berikutnya dapat digunakan. Jika sumber datanya lebih besar dari skala 1 : 4.000, atau lebih kecil dari 1 : 3.000.000 maka skala disesuaikan dengan data asalnya (IHO, 2012). Skala kompilasi yang diberikan menurut IHO dapat dilihat pada tabel I.1. Tabel I.1. Skala Kompilasi Selectable Range
Standard Scale (rounded)
1 : 3.000.000 200 NM 96 NM 1 : 1.500.000 48 NM 1 : 700.000 24 NM 1 : 350.000 12 NM 1 : 180.000 6 NM 1 : 90.000 3 NM 1 : 45.000 1,5 NM 1 : 22.000 0,75 NM 1 : 12.000 0,5 NM 1 : 8.000 0,25 NM 1 : 4.000 (Sumber : IHO, 2012)
8
I.5.2.6. Kategori peruntukan navigasi. Menurut IHO (2012), berdasarkan atas tujuan peruntukan navigasi (navigational purpose), ENC dibuat menjadi 1 (satu) band dari 6 (enam) usage band yang ada, yaitu : 1.
Overview
2.
General
3.
Coastal
4.
Approach
5.
Harbour
6.
Berthing
Dokumen spesifikasi S-57 edisi 3.1 tidak mengatur skala minimal dan maksimal untuk setiap peruntukan navigasi. Rekomendasi dari Data Encoding ENC yang konsisten (Annex A to Ref I) menyarankan kepada setiap kantor hidrografi dalam pembuatan ENC agar mengacu kepada yang telah ditampilkan pada tabel I.2. Tabel I.2. Skala Peruntukkan Navigasi/Usage Bands Navigational Purpose
Name
Scale Range
1
Overview
< 1 : 1.499.999
2
General
1 : 350.000 – 1 : 1.499.999
3
Coastal
1 : 90.000 – 1 : 349.999
4
Approach
1 : 22.000 – 1 : 89.999
5
Harbour
1 : 4.000 – 1 : 21.999
6
Berthing
> 1 : 4.000
Available Matching Compilation Range Scale Scale =3.000.000 200 NM 1.500.000 96 NM 700.000 48 NM 350.000 24 NM 180.000 12 NM 90.000 6 NM 45.000 3 NM 22.000 1,5 NM 12.000 0,75 NM 8.000 0,5 NM 4.000 0,25 NM =3.999 < 0,25 NM
(Sumber : IHO, 2012) I.5.2.7. Penomoran dan penamaan. Menurut IHO (2010a), penomoran cell dalam setiap ENC didefinisikan oleh 8 (delapan) digit karakter, dimana dua digit pertama adalah negara produsen, digit ke-3 berikutnya adalah kategori peruntukan navigasi dan 5 digit terakhir adalah nomor cell itu sendiri atau dapat digunakan nomor dasar dari peta kertas yang sama. Sebagai contoh nomor cell: ID500096.000, berarti ID
9
merupakan negara produsen Indonesia, 5 kategori harbour, dan 00096 adalah nomor peta kertas 96 sedangkan 000 merupakan format data ENC edisi tertentu, dan bertambah digitnya sesuai dengan bertambahnya up date-nya, missal 001, berarti edisi ke-n dan update pertama, 002 update ke-2 dan seterusnya sampai terbit edisi terbaru. Informasi edisi terbaru pada metadata cell itu sendiri, yang juga terdapat informasi lainnya yaitu : nomor cell, batas liputan, judul, datum horisontal maupun vertikal, tanggal pembuatan, kode negara pembuat, versi katalog dan lain sebagainya. I.5.2.8. Updating data. Menurut penjelasan IHO (2012) mengenai update data ENC bahwa negara anggota IHO bertanggung jawab untuk penyiapan dan persediaan data digital peta laut berikut update-nya di perairan negara tersebut. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pengguna laut atas dasar keamanan navigasi. Updating cell ENC dilakukan dari detil-detil objek yang dipublikasikan pada BPI peta kertas. Update tersebut meliputi 2 (dua) hal, yaitu koreksi peta Berita Pelaut Indonesia (BPI) dan koreksi sementara serta pendahuluan BPI. Updating diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan untuk cell ENC yang telah dipublikasikan kepada pengguna. Selain itu, updating harus dibuat sesuai dengan koreksi yang ada pada peta kertas dan diproduksi dalam waktu yang bersamaan, mingguan, 2 (dua) mingguan, atau bulanan. Layanan hidrografi harus membangun hubungan yang baik dengan pelabuhan dan otoritas terkait lainnya. Layanan hidrografi harus melaporkan apabila ada kemungkinan kapal delay, semua informasi tentang perubahan kedalaman di sepanjang dermaga, bahaya baru (seperti : bangkai kapal, gundukan pasir, dan lainnya), dan informasi lain yang mendekati pelabuhan tersebut. Apabila terjadi perubahan penting dan mendesak mengenai navigasi harus disiarkan untuk memastikan distribusi yang cepat di seluruh dunia untuk semua pelaut sesuai dengan prosedur yang telah disepakati oleh IHO dan IMO (IHO, 2015a). I.5.2.9. Produksi, maintenance dan distribusi. Proses pembuatan ENC meliputi kegiatan yang sangat panjang di mulai dari survei, pengolahan, pembuatan peta kertas format digital hingga konversi ke format S-57, idealnya di setiap seksi terdapat beberapa tahapan atau prosedur operasi standar yang harus dilaksanakan oleh setiap
10
personelnya untuk menjaga keakuratan dan konsistensi data dengan berprinsip pada keselamatan pelayaran. Pengecekan kesesuaian ENC dengan S-57 ENC Product Specification mengacu pada standar S-58. Waktu pebuatan ENC sangat bergantung dari komplekstisitas suatu area yang akan dipetakan, proses verifikasi dan validasi, pengalaman dari operator yang bersangkutan, serta sistem metode dan peralatan pemetaan yang digunakan. Keseluruhan sistem manajemen kualitas harus meliputi mekanisme produksi dan pemeliharaan data ENC. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan user atas dasar keselamatan navigasi. Kemudian dilanjutkan dengan distribusi kepada user, baik edisi baru maupun update-nya. Distribusi dapat menggunakan CD-ROM, melalui internet menggunakan INMARSAT, atau dengan komunikasi darat. Untuk menjamin keseragaman pada format data dan distribusinya, IHO membentuk WEND (Worldwide Electronic Navigational Chart Database). Dibawah WEND setiap wilayah regional mempunyai koordinator yaitu Regional ENC Coordinating Centre (RENC) yang ditunjuk dalam rangka memvalidasi dan mendistribusikan sampai ke tangan pengguna (Anwar, 2013). I.5.3. Electronic Chart Display and Information System (ECDIS) I.5.3.1. Istilah ECDIS. Spesifikasi ECDIS ditetapkan dalam IMO ECDIS Performance Standard, berikut Resolution MSC.232(82) : “ Electronic Chart Display and Information System (ECDIS) means a navigation information system which, with adequate back up arrangement, can be accepted as complying with the up-to-date chart required by regulation V/19 & V/27 of the 1974 SOLAS Convention as amended ………”. Istilah ECDIS dalam dokumen tersebut merupakan suatu sistem navigasi elektronik yang telah diuji, disetujui, dan bersertifikat sesuai dengan IMO ECDIS Performance Standards dan IMO Performance Standards lainnya yang berkaitan sehingga sesuai dengan persyaratan ECDIS yang terkandung dalam SOLAS Chapter V (IHO, 2010a).
11
I.5.3.2. SOLAS – mandatory requirements for ECDIS. Sejumlah perubahan pada SOLAS Chapter V tentang “keselamatan navigasi” yang diadopsi oleh Resolusi IMO MSC.282(86) mulai berlaku pada 1 Januari 2011. SOLAS Chapter V Nomor 19/2.1.4 yang menyangkut peta laut sekarang berbunyi sebagai berikut. “Semua kapal, semua ukuran, harus memiliki peta laut dan publikasi nautis untuk merencanakan dan menampilkan rute pelayaran kapal dan untuk merencanakan dan memantau posisi seluruh pelayaran. Sebuah sistem informasi elektronik yang disebut ECDIS diterima sebagai sistem yang memenuhi persyaratan tersebut” (Anwar, 2013). I.5.3.3. Kelebihan ECDIS. Menurut Anwar (2013), ENC dan ECDIS adalah salah satu sistem navigasi peta elektronik yang direkomendasikan oleh IMO untuk digunakan di kapal laut. Disamping memberikan berbagai kemudahan dalam bernavigasi, fasilitas yang dimiliki ENC juga memberikan peningkatan terhadap keselamatan pelayaran. Sistem ini memiliki kemampuan untuk diintegrasikan dengan berbagai peralatan navigasi di kapal yang sudah memiliki output digital, seperti Radar, Global Positioning System (GPS), Echosounder, Gyro, Speed Log, Autopilot, Navtex, dan lain sebagainya. Sebagai contoh sistem konfigurasi ECDIS dengan sensor navigasi lainnya dapat dilihat pada gambar I.1.
Gambar I.1. Sistem konfigurasi ECDIS dengan sensor navigasi lainnya di kapal modern. (Sumber : Anwar, 2013)
12
Pemanfaatan ENC di kapal-kapal sebagai bagian dari sistem navigasi dimaksudkan untuk meningkatkan keselamatan bernavigasi. Penggunaan semua sensor navigasi yang ada di kapal kedalam satu sistem ENC menjadikan bernavigasi lebih aman dan efisien. 1.
Aman. a.
Dilengkapi tanda bahaya peringatan (alarm) untuk bahaya tabrakan, kandas dan off track.
b.
Bernavigasi lebih aman dalam tampak terbatas.
c.
Posisi kapal dapat ditetapkan setiap saat (real-time positioning).
d.
Memberikan rasa percaya yang tinggi dalam pengoperasian kapal dan bernavigasi.
2.
Efisien. a.
Tugas – tugas untuk perencanaan pelayaran dapat dilaksanakan lebih cepat dan mudah.
b.
Penentuan rute kapal lebih optimal dan dapat disimpan sebagai file.
c.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk pengecekan objek di peta pada saat pelayaran.
d.
Daerah yang aman untuk dilayari (safety values) dapat di pantau oleh sistem sesuai dengan draught kapal.
e.
Posisi kapal dapat dipantau secara terus-menerus, meliputi haluan kapal, lalu lintas kapal dan bahaya pelayaran.
f.
Updating data jika terdapat perubahan dilakukan secara otomatis.
g.
Posisi kapal di ENC tersaji setiap saat.
h.
Pengambilan keputusan untuk bermanuver dapat dilakukan dalam sesaat.
i.
Tampilan ENC dapat diintegrasikan dengan RADAR, AIS, Gyro Navtext, Speed log, autopilot, echosounder, dan lain sebagainya. Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar I.2.
j.
Selain di kapal, ECDIS juga dapat digunakan oleh Vessel Traffic Service di pelabuhan atau sistem surveillance di darat, laut maupun udara.
13
Gambar I.2. Overlay dengan RADAR, AIS, dan sistem sensor lainnya. (Sumber : Anwar, 2013) I.5.4. Proyeksi Peta Proyeksi peta adalah metode penyajian permukaan bumi pada suatu bidang datar dari koordinat geografis pada bola atau koordinat geodetik pada ellipsoid (Prihandito, 2010). Sesuai dengan isi Technical Aspects Of The United Nations Convention On The Law Of The Sea (TALOS), menurut IHO (2006) terdapat beberapa sistem proyeksi khusus yang digunakan untuk pemetaan laut, seperti Proyeksi Mercator, Lambert Conformal Conic (LCC), Transverse Mercator, Stereografis, dan Gnemonik. Sistem proyeksi yang digunakan dalam pembuatan peta ENC adalah sistem proyeksi Mercator. Sistem proyeksi Mercator yang diperlihatkan pada gambar I.3 sangat cocok untuk daerah sekitar ekuator, yaitu berada di lintang kurang dari 15º dengan pilihan skala peta yang sesuai.
14
Gambar I.3. Proyeksi Mercator. (Sumber : IHO, 2006) Menurut Prihandito (1989), proyeksi mercator mempunyai beberapa sifat khusus, yaitu : 1.
Ekuator diproyeksikan ekuidistan, artinya : panjang ekuator di bidang referensi (bola bumi) sama dengan panjang ekuator di bidang proyeksi (dengan memperhatikan skala).
2.
Proyeksinya adalah conform, artinya : perbesaran kearah meridian sama dengan perbesaran ke arah paralel.
3.
Hasil proyeksinya adalah baik/betul untuk daerah dekat ekuator tetapi distorsi semakin membesar bila semakin menjauhi ekuator.
4.
Interval jarak antara meridian adalah sama dan pada ekuator pembagian vertikal ini adalah benar menurut skala (ekuidistan).
5.
Interval jarak antara paralel tidak sama, semakin menjauh dari ekuator interval jarak makin besar.
6.
Kutub – kutub tidak dapat digambarkan karena terletak di tak terhingga.
7.
Loxodrome akan tergambar sebagai garis lurus. Sifat ini sangat penting untuk navigasi. Loxodrome atau Rhumbline adalah garis yang membentuk sudut yang sama terhadap meridian. Sedangkan Orthodrome merupakan lingkaran besar disebut juga garis Geodesic yang merupakan jarak terpendek pada bola bumi.
Proyeksi mercator baik untuk sea-chart (peta laut) atau nautical chart (peta untuk navigasi). Untuk keperluan navigasi loxodromelah yang digunakan oleh
15
navigator untuk menentukan arah kapal. Sebab kapal yang mengikuti garis loxodrome arahnya tidak akan berubah sepanjang garis. Bila kapal mengikuti garis orthodrome walaupun merupakan garis yang terpendek tetapi arah kapal harus selalu diubah karena garisnya lengkung. I.5.5. Sistem Koordinat Geodetik Menurut Prihandito (2010), origin O sistem koordinat geodetik (datum geodetik) pada gambar I.4 biasanya didefinisikan berimpit dengan pusat massa bumi. Sumbu ketiga (+z) merupakan sumbu putar elipsoid (melewati kutub utara), sumbu pertama (+x) terletak pada bidang ekuator dan memotong meridian nol PEP1 (meridian Greenwich), dan sumbu kedua (+y) pada bidang ekuator tegak lurus sumbu OX dan OZ, sedemikian rupa sehingga membentuk sistem tangan kanan.
Gambar I.4. sistem koordinat geodetik. (Sumber : Prihandito, 2010) Sembarang titik Q‟ yang terletak pada permukaan elipsoid acuan ataupun Q di atas permukaan bumi dapat dinyatakan posisinya dalam koordinat ortogonal atau kartesian 3D (x, y, z). Selain itu dapat dinyatakan dalam sistem koordinat geodetik dengan komponen lintang geodetik (φ), bujur geodetik (ᵡ) dan tinggi geodetik (h). Lintang geodetik (φ) ialah sudut antara garis normal elipsoid yang melalui titik yang bersangkutan (garis QQ‟) dengan bidang ekuator, besarnya dari 0º sampai 90º baik ke arah utara maupun ke arah selatan.
16
I.5.6. Datum Geodetik Datum geodetik merupakan himpunan parameter dan konstanta yang mengimplikasikan hubungan (kedudukan dan orientasi spasial) elipsoid acuan terhadap bumi fisis atau geoid. Elipsoid adalah elips yang diputar menurut poros sumbu pendeknya dengan parameternya yaitu : setengah sumbu panjang (a), setengah sumbu pendek (b), penggepengan (f), eksentrisitas (e). Hubungan antara geoid dengan elipsoid dinyatakan dalam dua parameter, yaitu jarak antara geoid dan elipsoid yang disebut undulasi geoid (N*) dan sudut antara garis arah gaya berat terhadap garis normal elipsoid yang disebut defleksi vertikal yang terdiri dari dua komponen defleksi vertikal, yaitu defleksi vertikal arah utara-selatan (ξ) dan defleksi vertikal arah timur-barat (η). Datum geodetik digunakan sebagai referensi posisi baik untuk posisi horisontal maupun posisi vertikal (Prihandito, 2010). I.5.6.1. Datum horisontal. Menurut Poerbandono dan D. Eka (2005), datum horisontal merupakan titik kontrol horisontal pada elipsoida referensi WGS ‟84 dalam sistem gratikul (jaring garis proyeksi lintang dan bujur) pada interval 10 – 20 cm di peta dengan graduation frame (skala pembagi gratikul) di tepi – tepi batas muka petanya. Koordinat horisontal (lintang dan bujur) serta tinggi geodetik dapat dikonversi ke sistem koordinat kartesian X, Y, Z yang mengacu pada sumbu – sumbu ellipsoid. I.5.6.2. Datum vertikal. Sebagai referensi posisi vertikal pada peta laut, umumnya digunakan suatu bidang air rendah (chart datum), sehingga semua kedalaman yang diperlihatkan pada peta laut mengacu pada pasang surut rendah (low tidal). Berdasarkan IHO (2006), penentuan chart datum sebaiknya berdasarkan pada ketentuan sebagai berikut : a.
Serendah mungkin sehingga tidak ada air laut yang lebih rendah darinya,
b.
Tidak terlalu rendah sehingga kedalaman peta menjadi dangkal secara tidak realistic, dan
c.
Berubah secara bertahap dari daerah satu ke daerah lain dan dari peta satu ke peta yang berdampingan, agar terhindar dari ketidaksinambungan.
Sehingga charth datum dapat didefinisikan sebagai kedudukan rata – rata air rendah tertentu yang diperoleh dari suatu periode pengamatan selama 19 tahun atau lebih,
17
agar pengaruh variasi astronomis yang berarti dapat termasuk di dalamnya. Contoh berbagai jenis bidang vertikal yang dijadikan sebagai chart datum adalah sebagai berikut dan ilustrasinya disajikan pada gambar I.5 : 1.
MLLW (Mean Lower Low Water),
2.
LLWLT (Lower Low Water Large Tide),
3.
LLWST (Lowest Low Water Spring Tide),
4.
LAT (Lowest Astronomical Tide).
Gambar I.5. Kedudukan datum vertikal. (Sumber : IHO, 2006) I.5.7. Kartografi Kelautan Kartografi merupakan ilmu dan seni serta suatu teknik dalam pembuatan peta (Riyadi, 1994). Menurut IHO (2010b), tujuan dilakukannya kartografi kelautan adalah untuk memastikan bahwa layar ECDIS selalu jelas dan tidak ambigu. Sebagai tampilan kerja navigasi, harus tidak ada keraguan mengenai fitur yang ditampilkan dan artinya. Prinsip dasar bentuk tampilan yang baik adalah untuk menjaga tampilan sederhana dan tidak berantakan, dengan menggunakan simbol – simbol dan warna yang dirancang dengan baik. Simbol – simbol dan warna yang digunakan dalam peta laut telah dijadikan satu di dalam dokumen IHO Chart No.1. I.5.5.1. Simbolisasi. Simbolisasi dilakukan berdasarkan beberapa kriteria, yaitu : 1.
Harus sesuai dalam bentuk dan ukuran secara umum seperti yang terdapat pada IHO.
18
2.
Harus jelas dan tajam sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima pengguna.
3.
Harus sesuai dengan ketentuan IHO untuk menghindari ambiguitas ketika mengartikan objek satu dengan yang lainnya dari ECDIS.
4.
Harus menggunakan warna sebagaimana yang telah ditentukan dalam S52.
5.
Harus sesuai dengan ketentuan yang telah dijelaskan dalam S-52.
6.
Harus sesuai dengan prioritas yang ditonjolkan pada layar dalam tingkat kepentinngan
untuk
keselamatan
navigasi
yang
dibangun
oleh
Presentation Library. 7.
Harus menghindari tingkat kekacauan (IHO, 2010b).
Sesuai dengan isi dokumen Chart No.1 menurut Dishidros (2010), sistem pelampung maritim International Association of Lighthouse Authorities (IALA) telah ditetapkan. Sistem IALA diaplikasikan untuk semua tanda pancang dan terapung kecuali mercusuar, suar sektor, suar penuntun dan tanda – tanda penuntun, suar kapal dan lambys, bentuk pelampung seperti pada tabel I.3. Tabel I.3. Bentuk pelampung yang tidak diaplikasikan dalam sistem IALA. No.
Bentuk Pelampung
Keterangan
1.
silinder
2.
kerucut
3.
bola
4.
pilar
5.
tiang (Sumber : Dishidros, 2010)
contoh : suar terapung, hanya bentuk pelampung standar yang digunakan, dalam kasus rambu pancang (bercahaya atau tidak) hanya bentuk tanda puncak sebagai penunjukan navigasi. Tanda – tanda menyamping secara umum untuk terusan terdefinisi baik, terdapat dua wilayah pelampungan internasional A (lihat pada gambar I.6) dan B (lihat pada gambar I.7) dimana tanda menyamping berbeda.
19
Gambar I.6. Pembagian tanda–tanda menyamping pelampung internasional region A. (Sumber : Dishidros, 2010)
Gambar I.7. Pembagian tanda–tanda menyamping pelampung internasional region B. (Sumber : Dishidros, 2010)
20
Pelampung alur yang ideal biasa berupa pilar atau tiang. Semua tanda – tanda yang ideal memiliki jalur mendatar yang berwarna. Kecuali, yang berwenang mempertimbangkan bahwa warna hijau untuk pelampung kurang ideal, maka bisa menggunakan warna hitam. Pembagian wilayah pelampung internasional A dan B disajikan dalam gambar I.8.
Gambar I.8. Pembagian wilayah pelampung internasional A dan B. (Sumber : Dishidros, 2010) I.5.5.2. Warna. Warna merupakan sarana utama untuk membedakan fitur, jangkauan maksimum warna harus tersedia. Warna yang dipilih harus sedemikian rupa sehingga dapat dengan jelas dibedakan oleh pelaut dengan penglihatan normal, dan warna efek induksi harus dihindari (misalnya benda kecil jenuh berwarna hijau dengan latar belakang biru akan cenderung muncul kuning) (IHO, 2010b). Menurut IHO (2010b), terdapat beberapa warna yang umum dipakai untuk fitur – fitur dalam ECDIS. Beberapa warna tersebut beserta fungsinya dapat dilihat pada tabel I.3. Tabel I.4. Warna dan fungsi untuk fitur – fitur dalam ECDIS. Warna
Fungsinya (hitam saat siang hari / putih saat malam hari) digunakan untuk fitur penting dalam navigasi yang perlu menyoroti bagian sebaliknya terhadap latar belakangnya supaya lebih terlihat jelas. Contohnya adalah simbol kapal itu sendiri, sounding berbahaya
Hitam &
yang kurang dari kedalaman aman kapal, pelambung, benda yang terlihat di tanah, dan lain – lain. Hal ini juga digunakan untuk teks, dan warna yang kurang jelas.
Putih
(putih saat siang / hitam saat malam) sebagai background area shade untuk kedalaman, safe, water.
21
Sambungan tabel I.3 : Digunakan untuk fitur – fitur penting seperti bahaya terisolasi, jalur lalu lintas, daerah yang terlarang, kabel laut, pipa gas, dan Magenta
lain – lain. Hal ini juga digunakan untuk alat bantu navigasi dan services seperti daymark, Racons, dan pilot stations. Digunakan untuk banyak fitur yang hitam pada peta kertas. Hal ini digunakan dengan memberi garis tebal untuk benda – benda yang terlihat penting seperti jembatan dan kabel di atas kepala, dan dengan garis tipis untuk fitur yang terlihat penting tapi tidak begitu penting seperti sounding, sandwaves, overfalls,
Abu – abu
pipa air dan peternakan ikan yang tidak berbahaya, hal ini juga digunakan untuk fitur peta seperti fairways, daerah pelabuhan, informasi pasang surut dan untuk informasi peta seperti kualitas data peta, daerah overscale, dan lain – lain. Sebagai background area shade digunakan untuk memperjelas daerah yang tidak ada data. Sebagai background area shade digunakan untuk membedakan zona kedalaman. Sebagai foreground colour untuk informasi AIS dan VTS,
Biru
digunakan juga untuk ketentuan yang akan datang. Digunakan untuk gambar radar, sintetis, pelampung dan warna lampu.
Hijau Sebagai background area shade digunakan untuk daerah Kuning–Hijau (hijau lumut)
intertidal antara waterlines tinggi dan rendah. Digunakan sebagai manufacture warna, warna transparan pelaut, pelampung, dan warna lampu.
Kuning Digunakan untuk jalur penting yang telah direncanakan, menyoroti bahaya bagi pelaut, pelampung dan warna lampu. Merah
22
Sambungan tabel I.3 : Merupakan warna yang digunakan pelaut, untuk catatan, chartwork, koreksi peta. Skala bar, panah utara, dan objek Orange
navigasi pelaut seperti EBLs dan VRM. Sebagai background area shade yang digunakan untuk tanah, dan coklat gelap untuk fitur di darat dan daerah intertidal yang tidak memiliki pengaruh penting dalam
Coklat
navigasi. (Sumber : IHO, 2010b)
I.5.5.3. Unit. Menurut IHO (2010b), seharusnya tidak ada ambiguitas mengenai unit yang digunakan. Berikut beberapa unit yang harus ditunjukkan dalam tampilan legenda : 1.
Posisi
: lintang dan bujur dalam derajat, menit, dan detik.
2.
Kedalaman
: meter dan desimeter.
3.
Tinggi
: meter.
4.
Jarak
: mil laut dan mil decimal, atau meter.
5.
Kecepatan
: knot dan knot desimal.
I.5.5.4. Legenda. Menurut IHO (2010b), sebuah legenda standar informasi umum yang berkaitan dengan daerah yang ditampilkan, berhubungan dengan posisi kapal, dan harus ditampilkan pada tampilan peta. Legenda ini minimal berisi : 1.
Unit untuk kedalaman, contohnya meter.
2.
Unit untuk tinggi, contohnya meter.
3.
Skala layar, kecuali indikasi overscale yang sesuai, contohnya pada skala layar 1 : 25.000.
4.
Indikator kualitas data, contohnya diperlihatkan pada category of zone of confidence data dengan zone of confidence B.
5.
Sounding / datum vertikal, contohnya Lowest Astronomical Tide (LAT).
6.
Datum horizontal, contohnya Word Geodetic System 1984 (WGS84).
7.
Nilai kedalaman keselamatan kapal yang digunakan, contohnya safety dept 10 meter.
23
8.
Nilai kontur keselamatan yang dipilih oleh pelaut, serta nilai kontur keselamatan yang mungkin tidak dipilih oleh pelaut, contohnya nilai kontur keselamatan yang dipilih adalah 20 meter dan nilai kontur keselamatan yang tidak dipilih adalah 50 meter.
9.
Tanggal dan jumlah update terkahir yang mempengaruhi sel – sel peta yang sedang digunakan, contohnya BPI nomor 52-2014 update number 0.
10. Nomor edisi dan tanggal penerbitan ENC, contohnya peta nomor 67 edisi III cetakan 1 BPI nomor 52-2014. 11. Proyeksi peta, contohnya proyeksi mercator. Beberapa isi legenda peta laut yang telah disebutkan di atas dapat dilihat pada lampiran B data pengolahan.