BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Feedback merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran karena dengan adanya feedback, mahasiswa dapat mengetahui kinerja mereka dalam pembelajaran sehingga dapat diperbaiki untuk mencapai standar yang telah ditentukan. Feedback tidak hanya terbatas pada hasil tugas yang telah dikerjakan mahasiswa, namun feedback dapat juga diberikan pada proses pembelajaran mahasiswa, seperti kinerja mahasiwa di laboratorium termasuk dalam proses tutorial. Feedback menjadi inti dari pengalaman belajar pembelajar dan dapat memotivasi serta mendorong pembelajar melalui transisi awal dan transisi di sepanjang jenjang pendidikan mereka (Murphy et al, 2010)
Feedback memiliki banyak tujuan termasuk meningkatkan pencapaian, pengembangan pemahaman dan kemampuan pembelajar dan dapat memotivasi mahasiswa
dengan cara memacu dan mengenali usaha mereka dalam proses
pembelajaran (Hyland, 2000 cit. Rowe & Wood, 2008). Hounsell, 2003 (cit. Rowe & Anne, 2008) menjelaskan bahwa feedback memegang peranan penting dalam pembelajaran dan pengembangan karena feedback menyediakan gambaran jelas tentang apa yang sudah kita kerjakan dan apa yang harus kita lakukan agar menjadi
1
2
lebih baik, belajar lebih cepat dan lebih efektif. Pembelajar juga menghargai feedback sebagai sesuatu yang sangat penting dalam pencapaian tujuan belajar. Pembelajar juga mengemukakan kebutuhan mereka bagi staf pengajar untuk lebih banyak menyediakan feedback mereka yang disesuaikan dengan preferensi bentuk bentuk feedback yang diinginkan dan dibutuhkan pembelajar. Pembelajar menginginkan adanya sebuah keterikatan dari tutor mereka. (Rowe & Wood, 2008). Tanpa adanya komentar tentang kemajuan dalam proses belajar mahasiswa, mereka tak sadar kalau mereka berada dalam bahaya (Naylor et al, 2014). Walau feedback dikatakan sebagai “the heart of Medical Education” (Branch & Paranjape, 2002),
Bing-you & Townbridge (2009), Boehler et al. (2006)
menyatakan banyak bukti yang menyatakan bahwa feedback belum diberikan secara efektif dan banyak pembelajar yang merasa belum mendapatkan feedback yang cukup. Bahkan Wojtas (1998) (cit. Duncan, 2007) menjelaskankan banyak yang dapat menyebabkan mahasiswa tak dapat menggunakan feedback yang diberikan oleh tutor mereka, salah satunya mahasiswa lebih menghargai nilai dan tidak memperhatikan feedback. Hasketh & Laidlaw (2002) mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi penghalang dalam pemberian feedback adalah rasa ketakutan bahwa feedback akan merusak hubungan antara pengajar dan pembelajar, pembelajar yang defensif atau resisten dengan feedback yang diberikan, feedback yang diberikan terlalu umum, feedback yang diberikan inkonsisten, dan pemberi feedback yang tidak dihormati oleh pembelajar. Bing-You & Townbridge (2009) menyatakan hal - hal yang dapat
3
menyebabkan gagalnya pemberian feedback adalah : kemampuan pembelajar yang rendah dalam self-assessment, pengaruh yang terlalu kuat terhadap reaksi afektif dari feedback yang diberikan dan kurangnya kemampuan metakognisi. Faktor lain yang mungkin tidak terlalu essensial, namun dapat mempengaruhi proses pemberian feedback adalah perbedaan jenis kelamin, umur dan latar belakang pendidikan dan budaya. Faktor lain yang juga turut berpengaruh pada penerimaan feedback pada mahasiswa adalah pengetahuan mahasiswa terhadap feedback itu sendiri. KruideringHall, O’Sullivan, & Chou (2009) menjelaskan bahwa mengajarkan feedback pada mahasiswa kedokteran tingkat pertama akan meningkatkan kenyamanan mahasiswa dalam menerima feedback yang diberikan. Chanock, 2000 (cit. Rowe & Wood, 2008) menjelaskan bahwa pembelajar tidak mengerti dengan feedback yang diberikan kepada mereka. Pembelajar sering sekali salah mengartikan komentar tutor mereka dengan cara berbeda dari yang dimaksudkan oleh tutor.
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara telah melakukan tutorial sebagai salah satu metode pembelajaran sebagai implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi sejak tahun 2007. Tutorial di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara menggunakan metode Seven Jump dan dilaksanakan 2 kali dalam 1 minggu dan dipimpin oleh seorang tutor. Dan dalam pelaksanaan tutorial tersebut, tutor bertugas memberian feedback ke mahasiswa.
4
Feedback dipandang sebagai sebuah fitur penting dalam pembelajaran dan perbaikan oleh pembelajar, termasuk dalam tutorial. Sehingga aspek kualitas harus diperhatikan dalam hal pemberian feedback. Pihak institusi atau fakultas harus memberi perhatian lebih terhadap proses pemberian feedback jika ingin meningkatkan kualitas proses tutorial. Banyak sisi yang harus diperhatikan dalam hal kualitas pemberian feedback ini, baik dari sisi mahasiswa maupun dari sisi tutor/dosen serta dari pihak institusi selaku penyelenggara pelatihan pemberian feedback oleh tutor dan sisi-sisi tersebut harus dievaluasi untuk menilai proses pemberian feedback di tutorial sudah berjalan seperti yang dikehendaki.
Dalam kegiatan tutorial Problem-Based Learning di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, tutor juga diharapkan memberikan feedback. Tugas pemberian feedback oleh tutor ini dievaluasi oleh mahasiswa di tutorial minggu terakhir blok berjalan. Penilaian pemberian feedback tersebut, kemampuan tutor dinilai dalam 3 tingkatan yaitu : baik atau cukup atau kurang. Peneliti pernah mengamati hasil evaluasi tersebut dan menemukan bahwa hampir seluruh mahasiswa yang mengisi evaluasi tersebut, menilai kemampuan tutor memberi feedback dengan tingkatan baik. Hasil evaluasi ini tidak pernah ditriangulasi dengan hasil pengamatan langsung kegiatan tutorial walaupun setiap ruangan tutorial dilengkapi dengan kamera pengawas dan beberapa respons mahasiswa menyatakan bahwa mereka tidak pernah mendapat feedback dan merasa senang bila ada tutor mereka yang memberi feedback.
5
Atas dasar itulah, penulis ingin melakukan Penelitian untuk mengevaluasi proses pemberian feedback dalam tutorial di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara yang ditinjau dari perspektif penerima feedback (mahasiswa) serta pemberi feedback (tutor) melihat langsung proses pemberian feedback tersebut di tutorial.
I.2 PERUMUSAN MASALAH
Bagaimana proses pemberian feedback di kegiatan tutorial Problem-Based Learning Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara?
I.3 TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum : untuk menget;ahui bagaimana proses pemberian feedback di tutorial Problem-Based Learning Fakultas Kedokteran U;niversitas Islam Sumatera Utara.
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui feedback feedback.
pemahaman
mahasiswa dan tutor
tentang
termasuk pemahaman terhadap definisi serta menfaat
6
b. Untuk mengetahui bagaimana pemberian feedback di tutorial PBL Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara c. Untuk mengetahui respons mahasiswa terhadap feedback yang diberikan oleh tutor. d. Untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
dapat
mempengaruhi
penerimaan feedback oleh mahasiswa dan pemberian feedback oleh tutor e. Untuk mengetahui preferensi feedback dalam tutorial yang dharapkan mahasiswa dan tutor.
I.4 MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini bermanfaat untuk :
1. Bagi institusi, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai panduan dalam pengembangan proses pembelajaran dan pengembangan sumber daya manusia, seperti mengadakan pelatihan pemberian feedback kepada para tutor Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara atau memasukkan materi feedback ke dalam kurikulum pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara 2. Bagi para tutor, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan refleksi mengenai proses pemberian feedback yang telah mereka
7
lakukan selama ini
sehingga merangsang para tutor untuk lebih
menyadari pentingnya feedback dan berusaha untuk memberikan feedback yang lebih baik 3. Bagi mahasiswa, diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang feedback dan regulated learning mahasiswa
dapat meningkatkan self-
agar performa mereka dalam kegiatan
tutorial dapat mencapai tu;juan pembelajaran yang dikehendaki dalam tutorial.
I.5 KEASLIAN PENELITIAN
Parikh, McReelis & Hodges (2001) meneliti tipe feedback yang didapat mahasiswa dan kepuasan mereka terhadap tipe feedback tersebut. Persamaannya adalah sama-sama meneliti tipe feedback yang diinginkan mahasiswa dalam kegaiatan Problem-based Learning. Perbedaannya adalah penelitian Parikh, et al menggunakan pendekatan kuantitatif murni
dan hanya terbatas hanya pada tipe
feedback saja. Penelitian yang akan dilakukan penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dan dilanjutkan dengan pendekatan kualitatif dan tak sekedar meneliti tipe feedback yang diinginkan mahasiswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Baroffio et al. (2006) menjelaskan tentang pelatihan tutor, evaluasi tutor terhadap pelatihan tutor, self-assessment tutor terhadap
8
feedback yang selama ini mereka berikan dan
rating mahasiswa terhadap feedback
yang diberikan oleh tutor setelah tutor mendapat pelatihan pemberian feedback.. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis adalah menilai persepsi mahasiswa terhadap feedback yang diberikan oleh tutor dan dalam setting tutorial dan menilai persepsi tutor terhadap pelatihan tutor yang pernah didapatkannya. Perbedaannya adalah persepsi mahasiswa tersebut pada penelitian Baroffio et al. ini didapat setelah tutor yang bersangkutan telah mendapat pelatihan dan mengevaluasi pelatihan yang telah mereka (tutor) dapatkan dan mengevaluasi diri terhadap feedback yang selama ini telah mereka berikan.
Penelitian Weaver (2006) menjelaskan bagaimana persepsi mahasiswa terhadap feedback tertulis yang diberikan oleh tutor pada mahasiswa Fakultas Bisnis dan Seni dan Desain. Persamaan penelitian yang akan diteliti penulis adalah samasama menilai persepsi mahasiswa terhadap feedback yang diberikan oleh tutor. Yang menjadi perbedaan adalah mahasiswa sebagai subjek penelitian pada penelitian Weaver bukan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan persepsi mahasiswa yang ingin dianalisa adalah feedback tertulis, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan, persepsi ditujukan pada feedback yang diberikan secara oral.
Penelitian dari Boehler et al.(2007) menjelaskan reaksi para mahasiswa kedokteran dari feedback yang diberikan terhadap performa mereka dalam keterampilan klinik menjahit. Pada penelitian ini mahasiwa dibagi atas 2 kelompok,
9
satu kelompok mahasiswa diberi feedback dan kelompok mahasiswa lainnya hanya diberi pujian. Kelompok mahasiswa yang diberi feedback, performa mahasiswa dalam keterampilan menjahit meningkat sedangkan pada kelompok yang mendapat pujian, tidak ada perubahan signifikan. Kalau dilihat dari tingkat kepuasan, mahasiswa yang diberi pujian lebih puas dibanding mahasiwa yang diberi feedback. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah samasama melihat respons mahasiswa terhadap feedback. Perbedaannya, respons yang dinilai pada penelitian ini adalah perbaikan performa dan tingkat kepuasan, sedangkan penulis menghendaki respons pemahaman mahasiswa tentang feedback, bagaimana tutor memberi feedback kepada mereka, bagaimana mahasiswa menanggapi/merefleksi feedback yang diberikan kepada mereka dan bagaimana bentuk feedback yang diinginkan oleh mahasiswa, namun tidak melihat perbandingan performa mahasiswa sebelum dan sesudah diberi feedback. Perbedaan lainnya adalah penelitian Boehler et al. ini mengambil setting laboratorium keterampilan klinik, sedangkan penelitian yang akan dilakukan penulis dilakukan di setting kegiatan tutorial.
Rowe & Wood (2008) meneliti tentang hubungan antara persepsi dan preferensi mahasiswa tentang feedback. 2 hal tadi juga ingin diteliti dalam penelitian penulis. Yang membedakannya adalah penulis tidak mencari hubungan antara kedua hal tersebut. Metode yang dilakukan oleh Rowe, et al adalah kuantitatif dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan pada mahasiswa sarjana dan pasca sarjana.
10
Kuesioner juga diberikan pada penelitian yang akan dilakukan penulis. Perbedaan pada kuesioner pada penelitian Rowe et al
dengan kuesioner penulis ialah isi
kuesioner Rowe et al berfokus pada persepsi dan preferensi mahasiswa tentang feedback dan kuesioner dari penulis berisi tahapan dalam penyampain feedback. Peneliti juga melanjutkan penelitiannya dengan pendekatan
kualitatif pada
mahasiswa kedokteran tingkat sarjana.
Rowe, Wood & Petocz (2008) meneliti tentang jumlah dan tipe feedback yang didapat mahasiswa dan meneliti dampak variabel demografis terhadap (program pendaftaran, Negara asal mahasiswa dan umur) terhadap ukuran-ukuran feedback (nilai feedback, preferensi feedback, tipe feedback dan persepsi tentang feedback). Persamaan dengan penelitian penulis adalah sama-sama ingin mengetahui perspekstif mahasiswa terhadap nilai feedback, preferensi feedback yang diinginkan mahasiswa, tipe feedback yang didapat mahasiswa dan persepsi mahasiswa tentang feedback. Perbedaannya penelitian Rowe, et al. menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan kuesioner, sedang penelitian yang akan dilakukan penulis adalah dengan kuesioner yang dikuantifikasi dan dilanjutkan dengan pendekatan kualitatif.
Poulos & Mahony (2008) meneliti tentang pemahaman dan kepentingan feedback serta interpretasi feedback yang efektif dari perspektif mahasiswa. Peneliti juga akan meneliti hal yang sama dan
menggunakan metode campuran yaitu
penelitian kuantitatif yang dilanjutlan dengan penelitian kualitatif. . Perbedaannya
11
adalah penelitian Poulos, et al berfokus pada feedback yang diberikan terhadap tugastugas mahasiswa dan penelitian penulis berfokus pada feedback yang diberikan pada tutorial.
Murphy & Cornell (2010) meneliti persepsi mahasiswa terhadap penggunaan feedback dan pendapat staf terhadap hal-hal yang berkaitan dengan feedback yaitu model pemberian feedback, kualitas feedback, kuantitas feedback, pemahaman dan kebergunaan feedback. Hal-hal yang diteliti oleh Murphy, et al juga akan diteliti oleh penulis. Perbedaannya penelititian Murphy, et al dilakukan pada mahasiswa Sosiologi, psikologi dan mengacu pada feedback terhadap tugas-tugas yang dikerjakan mahasiswa. Sedangkan penelitian penulis pada mahasiswa kedokteran dan berfokus pada feedback yang diberikan di tutorial.
Penelitian Pokorny & Pickford (2010) menjelaskan persepsi mahasiswa terhadap feedback yang berguna, persepsi terhadap isi feedback dan persepsi mereka terhadap pentingnya sebuah hubungan feedback, antara mahasiswa dan staf pengajar. Persamaan dengan penelitian penulis adalah sama-sama ingin meneliti persepsi mahasiswa terhadap bagaimana sebuah feedback yang berguna dan isi feedback. Perbedaannya adalah pada penelitian Pokorny & Pickord ini dilakukan pada sekolah Bisnis di Inggris dan feedback yang diberikan oleh staf pengajar terhadap hasil ujian mahasiswa. Peneliti ingin meneliti mahasiswa di Fakultas Kedokteran dan meneliti feedback yang didapat mahasiswa di tutorial.
12
Davis & Dargusch (2015) meneliti tentang tipe feedback dan proses yang yang dirasa mahasiswa dapat memudahkan dan menyulitkannya, peran mahasiswa dalam pemanfaatan feedback dan peran dan tugas pengajar yang dapat memacu penggunaan efektif dari feedback. Penelitian yang akan dilakukan penulis juga mencoba meneliti hal yang sama dengan penelitian David & Dargusch ini. Perbedaannya penelitian Davis, et al dilakukan pada feedback dosen terhadap ujianujian yang dilakukan mahasiswa dan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian penulis difokuskan pada feedback di tutorial dan dengan pendekatan kuantitatif yang dilanjutkan dengan metode kualitatif.