BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Setiap kali ada perusahaan yang akan go public, masyarakat selalu berharap adanya transparansi, sehingga dapat mengetahui kondisi dan kinerja perusahaan dengan benar dan tepat. Kenyataannya transparansi tersebut sangat sulit dilaksanakan baik dari aspek teknis maupun aspek budaya masyarakat pengusaha dan birokrat. Faktor utama yang menjadi penghambat berasal dari pemilik perusahaan atau eksekutif atau pengelola perusahaan. Mereka tidak ingin
kelemahan-kelemahan
perusahaannya
terbongkar
dan
diketahui
masyarakat umum, terutama calon investor. Harus diakui bahwa di Indonesia sebagian besar perusahaan masih belum melaksanakan prinsip transparansi tersebut, bahkan beberapa perusahaan yang telah go public-pun masih ada yang diselimuti tabir. Salah satu buktinya adalah belum diterapkannya pelaksanaan manajemen audit secara menyeluruh. Bagian yang boleh dijadikan bahan audit hanyalah bagian tertentu dari manajemen, bagian tersebut baru boleh diaudit bila ada kebutuhan tertentu. Dengan semakin berkembangnya perekonomian di Indonesia maka semakin banyak perusahaan, baik swasta maupun BUMN, yang telah go public melalui mekanisme pasar modal, mengharuskan dilakukannya peningkatan pengawasan dan dipenuhinya kewajiban sesuai dengan janji yang telah diberikan kepada para pemegang saham publik. Hal ini berarti bahwa
1
perusahaan yang go public harus meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan kehematan usahanya agar dapat memenuhi janji-janji tersebut. Hasil dari pekerjaan auditor tercermin dalam audit findings (temuan audit) yang dirumuskan dalam laporan hasil pemeriksaan. Temuan audit ini harus jelas mengungkapkan kriteria yang digunakan dalam menilai kenyataan atau kondisi yang dijumpainya, serta mengkaji secara obyektif sebab terjadinya ketidaksesuaian antara kondisi yang dijumpainya, dengan kriteria efisiensi, efektifitas dan kehematan yang digunakan. Internal auditor sekaligus juga diharapkan dapat memberikan rekomendasi mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan manajemen untuk perbaikan dan penyempurnaan guna tercapainya efisiensi dan efektifitas perusahaan. Manajemen audit merupakan alat bantu bagi manajemen puncak untuk dapat mengikuti hal-hal yang tidak teramati secara langsung. Manajemen audit merupakan suatu teknik untuk melakukan penilaian secara sistematis terhadap suatu organisasi atau fungsi apakah sudah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan ekonomis. Manajemen audit yang dilaksanakan dapat mengidentifikasikan tingkat efisiensi,
efektifitas,
dan
kehematan
yang
dicapai
perusahaan
dan
merekomendasikan secara tepat langkah-langkah yang harus ditempuh untuk melakukan perbaikan dalam perusahaan. Hal ini sangat tergantung pada kualitas manajemen audit yang dilaksanakan. Sejauh mana manajemen audit dapat berperan dalam peningkatan efisiensi, efektivitas, dan kehematan ditentukan oleh kualitas audit dan kemauan (will) dari manajemen puncak.
2
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Muhammad (2005) yang berjudul “Pengaruh Struktur Organisasi terhadap Komunikasi dalam Tim Audit” menyimpulkan bahwa pertama, terdapat hubungan yang negatif antara variabel struktur organisasi dan variabel-variabel komunikasi dalam tim audit (kelebihan informasi, boundary spanning, kepuasan atas pengawasan, dan keakuratan informasi). Kedua, hanya variabel keakuratan informasi yang memiliki hubungan yang signifikan terhadap variabel struktur organisasi. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Tugiman (2002) yang berjudul “Pengaruh Peran Auditor Internal, Serta Faktor-Faktor Pendukungnya terhadap Peningkatan Pengendalian Internal dan Kinerja Perusahaan (Survai Pada 102 BUMN dan BUMD)” menyimpulkan bahwa: 1). Kualitas jasa auditor internal dipengaruhi secara langsung oleh manajer puncak (4,22%), manajer produksi (6,41%), manajer keuangan (0,13). Secara simultan pengaruh manajer puncak, manajer produksi dan manajer keuangan terhadap kualitas auditor internal sebesar 16% (R2 = 0.16006) pengaruh variabel lainnya sebesar 84 %. 2). Pengendalian internal perusahaan dipengaruhi secara langsung oleh manajer puncak (2,63%), manajer produksi (0,14%), manajer keuangan (2,22%), dan kualitas jasa auditor internal (2,72%). Secara simultan pengaruh manajer puncak, manajer produksi dan manajer keuangan dan kualitas jasa auditor internal terhadap efektifitas pengendalian internal sebesar 6,59% (nilai R2 = 0.06590) pengaruh variabel lainnya sebesar 93,41%.
3
Penelitian yang dilakukan oleh Bintoro (2000) menyimpulkan: 1). Peranan manajemen audit PT. Indosat sesuai dengan peraturan yang termuat dalam Buku Norma Pemeriksaan Intern PT. Indosat S.K. Direksi NO.35/Direksi/1989 Tanggal 1 Desember 1989. 2). Berdasarkan kriteria dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemeriksa (auditor internal) dalam Buku Norma Pemeriksaan Internal PT. Indosat S.K. Direksi NO.35/Direksi/1989 Tanggal 1 Desember 1989 dapat dikatakan bahwa kualifikasi pemeriksa PT. Indosat belum sepenuhnya memenuhi kriteria yang ditetapkan. 3). Auditor Internal PT. Indosat kurang melakukan koordinasi dengan unit kerja ynag di audit, bersikap seperti penyelidik dan timbul kesan hanya mencari-cari kesalahan. PT. Telkom Tbk adalah perusahaan yang sudah melakukan go publik yang
melalui
mekanisme
pasar
modal,
mengharuskan
dilakukannya
peningkatan pengawasan dan di penuhinya kewajiban sesuai janji kepada pemegang saham publik karena itu baik masyarakat maupun para investor mengharapkan adanya transparansi untuk dapat mengetahui kondisi dan kinerja dari PT. Telkom Tbk tersebut. Untuk dapat tercapainya suatu transparansi adalah dengan melakukan manajemen audit sesuai dengan peraturan, manajemen audit tersebut sebagai teknik atau alat bantu bagi manajemen
puncak
yang
berguna
untuk
meningkatkan
efisiensi,
efektifitas,dan kehematan perusahaan dan merekomendasikan langkahlangkah yang tepat untuk melakukan suatu perbaikan dalam perusahaan.
4
Dengan demikian PT. Telkom Tbk harus melakukan suatu manajemen audit yang dilakukan oleh Auditor Internal PT. Telkom Tbk yang sesuai dengan peraturan guna memenuhi janji kapada pemegang saham dan masyarakat untuk tercapainya suatu transparansi publik. Berdasarkan persoalan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul “Analisa Peranan Auditor Internal dalam Melakukan Manajemen Audit (Studi Kasus PT. Telkom Tbk)”
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peranan auditor internal dalam melakukan manajemen audit pada PT. Telkom Tbk? 2. Apakah penerapan manajemen audit sudah benar dan sesuai dengan peraturan? 3. Sejauh mana peranan manajemen audit mampu memberikan informasi yang akurat kepada manajemen puncak? 4. Apakah internal auditor dalam menjalankan fungsinya sudah dapat diandalkan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui serta mendalami sejauh mana peranan auditor internal dalam melaksanakan manajemen audit,
5
untuk mendukung dan memberikan informasi yang akurat kepada manajemen puncak. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi PT. Telkom Tbk Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk menjadikan agar kinerja perusahaan menjadi lebih baik dan untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan kehematan perusahaan. 2. Bagi Penulis Dengan adanya penelitian ini diharapkan penulis dapat menerapkan teoriteori yang telah didapat selama bangku perkuliahan 3. Bagi Pembaca Dengan adanya penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca tentang peranan internal auditor dalam melakukan manajemen audit. 4. Bagi internal auditor Hasil penelitian ini dapat dijadikan pegangan auditor internal untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan kehematan perusahaan.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Internal Audit 1. Pengertian Internal Audit Internal auditor sebagai pelaksana tugas-tugas internal audit, dapat berperan besar untuk membantu manajemen puncak agar perusahaan dapat mencapai tujuannya secara efisien, efektif, dan ekonomis. Keberadaan internal auditor sangat diperlukan terutama diperusahaan besar termasuk BUMN. Apalagi dengan diperbolehkannya BUMN untuk melakukan go public internasional, maka implikasinya adalah bahwa manajemen BUMN akan menghadapi keadaan yang sama sekali berbeda, dimana jajaran manajemen harus berani mengubah kebiasaan beserta konsekuensinya untuk menjadi transparan dan lebih profesional. Untuk
mendalami
pengertian
mengenai
internal
audit,
perlu
dikemukakan beberapa pendapat dari berbagai ahli dan sumber. Konrath (2000) mendefinisikan internal auditing sebagai berikut: “ Internal auditing merupakan fungsi penilaian yang independen didalam suatu organisasi yang dilaksanakan untuk memeriksa dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang ada didalam organisasi tersebut sebagai suatu pemberian jasa kepada manajemen” Selanjutnya Konrath menjelaskan bahwa terdapat 3 tipe internal auditing yang dapat di identifikasikan, yaitu: 1). Operational Auditing 2). Management Auditing
7
3). Financial Auditing Selanjutnya dijelaskan secara ringkas mengenai masing-masing tipe internal auditing sebagai berikut: 1) Operational Auditing Merupakan audit yang berorientasi ke masa depan, independen dan evaluasi secara sistematis yang dilakukan oleh internal auditor terhadap seluruh kegiatan operasional yang dilakukan oleh jajaran manajemen, untuk meningkatkan keuntungan dan kinerja perusahaan. 2) Management Auditing Merupakan suatu proses audit secara sistematis dan independen serta mengevaluasi
kegiatan-kegiatan
manajemen
dengan
tujuan
untuk
meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan kehematan. 3) Financial Auditing Merupakan audit yang berorientasi kepada catatan historis, yang dilakukan secara sistematis oleh auditor independen, untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif terhadap transaksi keuangan, rekeningrekening dan laporan keuangan. Tetapi
banyak
penulis
yang
tidak
membedakan
pengertian
Management Audit dengan Operational Audit. Hal ini disebabkan karena pengertian dari kedua istilah tersebut memberikan gambaran konsepsi yang hampir sama. Mengenai pengertian Internal Auditing beberapa penulis memberikan definisi lebih luas, yang mencakup kewajiban, tanggung jawab, dan peranan Internal Auditor.
8
Sawyer, Dittenhofer, Mortiner etc.(2006) memberikan definisi mencakup hal-hal yang lebih luas, yaitu: “ Internal Auditing adalah suatu penilaian yang objektif dan sistematis yang dilakukan oleh internal auditor terhadap berbagai kegiatan dan pengendalian dalam perusahaan untuk menentukan apakah: 1). Informasi keuangan dan operasional cukup akurat dan dapat diandalkan. 2). Risiko perusahaan dapat diidentifikasikan dan diminimalkan. 3). Kegiatan perusahaan sudah sesuai dengan peraturan-peraturan, undangundang, kebijakan manajemen dan prosedur yang berlaku. 4). Terdapat standar yang cukup memadai. 5). Sumber-sumber yang ada telah digunakan secara efisien, efektif, dan ekonomis. 6). Tujuan perusahaan dapat dicapai secara efektif “. Dari definisi tersebut diatas telah tercakup kewajiban, tanggung jawab dan peranan internal auditor dalam menjalankan fungsi internal auditing untuk membantu manajemen. Oleh karena itu, seorang internal auditor harus berorientasi ke masa sekarang dan masa yang akan datang, sesuai dengan kedudukannya untuk memberikan penilaian yang independen baik dalam sikap maupun pemikirannya. Untuk lebih memperjelas pengertian mengenai internal audit, penulis ingin mengemukakan definisi internal audit dari sumber lain. Menurut Agoes (2001): ”Internal Audit adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuanketentuan dari ikatan profesi yang berlaku”. Internal audit yang modern tidak lagi terbatas fungsinya dalam bidang pemeriksaan finansial tetapi sudah meluas kebidang lainnya seperti manajemen audit, audit lingkungan hidup, sosial audit dan lain-lain.
9
Selanjutnya Agoes (2001) menjelaskan bahwa tujuan audit pemeriksaan yang dilakukan oleh internal auditor adalah untuk membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran, dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, internal auditor harus melakukan kegiatan-kegiatan seperti dibawah ini: 1) Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem pengendalian manajemen, struktur pengendalian intern dan pengendalian operasional lainnya serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal. 2) Memastikan ketaataan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen. 3) Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan penyalahgunaan. 4) Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya. 5) Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen. 6) Menyarankan
perbaikan-perbaikan
operasional
meningkatkan efisiensi dan efektifitas perusahaan.
10
dalam
rangka
2. Standar Umum Auditor Menurut PSA No. 04, Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu pekerjaannya. 1) Standar Umum Pertama ”Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor” Standar umum pertama menegaskan bahwa betapa pun tingginya kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika ia tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing. 2) Standar Umum Kedua “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.” Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah
dipengaruhi,
karena
ia
melaksanakan
pekerjaannya
untuk
kepentingan umum (dibedakan dalam hal ia berpraktik sebagai audtor intern). Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia milik, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Namun, independensi dalam hal ini tidak berarti seperti sikap seorang penuntut dalam perkara pengadilan, namun lebih dapat disamakan dengan sikap tidak memihaknya seorang
11
hakim. Auditor mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan (paling tidak sebagian) atas laporan auditor independen, seperti calon-calon pemilik dan kreditur. 3)
Standar Umum Ketiga “Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.” Standar ini menuntut auditor independen untuk merencanakan dan melaksanakan
pekerjaannya
dengan
menggunakan
kemahiran
profesionalnya secara cermat dan seksama. Penggunaan kemahiran profesional dengan kecermatan dan keseksamaan menekankan tanggung jawab setiap profesional yang bekerja dalam organisasi auditor independen untuk mengamati standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. 3. Kedudukan dan Kewenangan Internal Auditor Salah satu faktor keberhasilan internal auditor dalam menjalankan tugasnya ialah bagaimana kedudukan Divisi Internal Audit dalam struktur organisasi perusahaan. Kedudukan Divisi Internal Audit memungkinkan internal auditor untuk dapat melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya secara maksimal. Untuk itu Divisi Internal Audit harus mempunyai kedudukan yang independen dalam organisasi perusahaan. Internal auditor secara organisasional harus independen terhadap unit kerja, kegiatan-kegiatan, atau pun proyek-proyek yang diaudit. Independensi internal auditor adalah merupakan prasyarat penting bagi obyektifitas auditnya agar hasil auditnya
12
cukup efektif. Namun, harus diingat pula bahwa independensi tersebut tidak harus disamakan dengan pengertian independensi Kantor Akuntan Publik atau eksternal auditor. Independensi Kantor Akuntan Publik sudah seharusnya memiliki derajat kualitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan internal auditor yang posisinya sebagai karyawan organisasi perusahaan yang bersangkutan. Menurut istilah Agoes (2001), “infact” internal auditor dapat bersikap independen, namun “in appearance” tetap tidak terlihat independen. Kedudukan Divisi Internal Audit dalam suatu organisasi perusahaan, haruslah dikaitkan dengan tanggung jawabnya kepada manajemen puncak. Agar Divisi Internal Audit dapat memberikan manfaat yang optimum dan efektif kepada manajemen, Agoes (2001) menyebutkan beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1) Mempunyai kedudukan yang independen. 2) Mempunyai job description. 3) Mempunyai internal audit manual. 4) Ada dukungan yang kuat dari manajemen puncak. 5) Memiliki tenaga auditor yang profesional, capable, bersikap obyektif, dan mempunyai integritas serta loyalitas yang tinggi. 6) Dapat bekerja sama dengan akuntan publik. Mengenai kewenangan internal auditor, hendaknya dapat dilakukan secara lebih rinci. Kewenangan yang ditetapkan harus mencakup segala aspek manajemen perusahaan. Tidak boleh ada pembatasan untuk memasuki semua unit kerja yang ada dalam organisasi perusahaan. Misalnya dapat
13
mengembangkan program audit, mengakses semua data dan informasi, mengevaluasi dan menganalisis bukti, membuat laporan hasil pemeriksaan dan lain-lain. 4. Pendidikan dan Keahlian Internal Auditor Internal auditor harus mempunyai pengetahuan dan keahlian yang memadai, untuk melaksanakan manajemen audit. Hal ini berarti bahwa internal auditor diharapkan mempunyai pendidikan dan keahlian yang dibutuhkan untuk menerapkan standar, prosedur dan teknik audit. Mereka pun harus mampu untuk menggunakan laporan keuangan dan catatan keuangan serta prinsip dan teknik akuntansi yang diperlukan. Pemahaman terhadap prinsip-prinsip manajemen sangat diperlukan, karena auditor diharapkan dapat menganalisis dan mengevaluasi sistem perencanaan dan pengendalian manajemen. Penguasaan pengetahuan berbagai bidang ilmu yang berkaitan dengan kegiatan operasional perusahaan, sangat bermanfaat bagi internal auditor untuk dapat mengantisipasi kemungkinan terjadinya masalah. Keahlian dan keterampilan seorang internal auditor merupakan ukuran kualitas pelaksanaan manajemen audit dan merupakan syarat yang ditentukan oleh standar pemeriksaan. Oleh karena itu semua jajaran internal audit dari suatu perusahaan dituntut secara terus-menerus untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian dengan cara mengikuti pendidikan dibidang audit dan bidang-bidang lainnya yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya. Internal auditor harus selalu waspada terhadap bukti-bukti yang memberi kesan terjadinya pelanggaran, kesalahan, pemborosan, dan adanya
14
konflik kepentingan. Namun, sebagai profesional kewaspadaan tersebut harus dititik beratkan pada kondisi yang secara substansial dapat menimbulkan kemungkinan terjadinya hal tersebut diatas. Auditor harus memperluas ruang lingkup auditnya bila terdapat kondisi yang mempunyai risiko terjadinya kesalahan
ataupun
penyelewengan.
Program
auditnya
harus
segera
disesuaikan sehingga dapat diperoleh bukti yang cukup kompeten. Bila dalam audit ditemukan bukti ketidakberesan, maka manajer internal audit harus segera menginformasikan kepada manajer unit kerja yang diaudit. Mungkin diperlukan rekomendasi untuk penyelidikan lebih lanjut. Keahlian jabatan memerlukan penerapan pengalaman dan pertimbangan auditor dalam melaksanakan tugasnya. Pengalaman dan pertimbangan tersebut meliputi pula keputusan untuk menentukan ruang lingkup audit, temuantemuan yang signifikan, efisiensi, dan efektifitas sistem perencanaan dan pengendalian serta kehematan dalam setiap tahap pelaksanaan audit. Selain dari hal tersebut di atas, pengalaman dan pertimbangan auditor diperlukan untuk menentukan kelogisan standar yang telah ditetapkan oleh manajemen untuk menilai prestasi yang sesuai, maka auditor dengan persetujuan manajer unit kerja yang diaudit, harus mengembangkannya untuk memperoleh standar penilaian yang sesuai. Kualitas auditor dan auditnya merupakan bagian integral dalam usaha melaksanakan internal audit. Kode etik merupakan aspek penting lainnya yang mempengaruhi hubungan manusia dalam internal audit.
15
Pengembangan karier staf internal auditor juga memerlukan perhatian yang memadai, oleh karena itu Divisi Internal Audit harus menyusun rencana pengembangan karier staf melalui penugasan, program pendidikan, penilaian prestasi
pribadi
dan
pemantauan
perkembangan
karier.
Program
pengembangan karier ini perlu disusun secara teratur dan diawasi secara kontinyu oleh manajer internal audit. 5. Organisasi dan Perencanaan Divisi Internal Audit Kegiatan manajer Divisi Internal Audit harus dititikberatkan pada pencapaian tujuan organisasi yaitu pelaporan terhadap efisiensi, efektivitas, dan kehematan pusat-pusat pertanggungjawaban dalam menggunakan sumbersumber perusahaan yang sifatnya terbatas, sesuai dengan peraturan atau kebijakan yang telah ditentukan. Menurut Konrath (2000), dalam melaksanakan kegiatan tersebut dapat digunakan dua cara pendekatan, yaitu: 1) Divisi Internal Audit menyediakan informasi khusus yang relevan bagi manajemen puncak untuk membuat keputusan atas masalah yang masih belum diselesaikan. 2) Divisi Internal Audit melaporkan kepada manajemen puncak, mengenai efisiensi, efektifitas, dan kehematan pusat pertanggungjawaban unit kerja yang di audit. Tujuan organisai Divisi Internal Audit harus disusun berdasarkan kontribusi atau manfaat yang dapat diberikan kepada perusahaan oleh Divisi Internal Audit. Tujuan Divisi Internal Audit merupakan pernyataan mengenai
16
sasaran yang akan dicapai agar memungkinkan untuk menentukan kriteriakriteria terhadap pencapaian tujuan. Rencana kerja pemeriksaan tahunan Divisi Internal Audit disusun sesuai dengan rencana kerja jangka panjang perusahaan. Penyusunan rencana kerja jangka pemeriksaan tahunan ini sangat tergantung kepada anggaran yang disediakan untuk Divisi Internal Audit. Menurut Arens (2003), langkah-langkah untuk menentukan rencana kerja pemeriksaan tahunan meliputi: a. Penentuan prioritas audit. Untuk menentukan prioritas obyek atau unit kerja yang akan diaudit, perlu dipertimbangkan beberapa hal, yaitu: 1). Risiko Relatif Obyek atau unit kerja yang mengelola sumber daya dan dana yang besar, akan mempunyai risiko yang tinggi, Audit terhadap obyek atau unit
tersebut
diharapkan
dapat
mengidentifikasikan
cara-cara
perbaikan pengelolaan, organisasi dan prosedur operasionalnya. 2). Perlunya dilakukan audit oleh akuntan publik Hal tersebut berdasarkan pengalaman dari audit sebelumnya, audit oleh Akuntan Publik dapat memberikan pertimbangan kepada internal auditor mengenai masalah-masalah manajemen dan obyek tertentu yang perlu dilakukan manajemen audit untuk menentukan kelemahankelemahan dan diikuti tindakan perbaikan dan penyempurnaan. 3). Adanya keluhan dari unit kerja.
17
Prioritas audit dapat didasarkan kepada adanya keluhan dari unit kerja atau proyek yang sifatnya kontroversial. 4). Kurangnya informasi mengenai unit kerja atau obyek yang akan diaudit. Kurangnya informasi yang diterima oleh manajemen puncak mengenai unit kerja atau obyek tertentu, perlu diprioritaskan untuk dilakukan audit. 5). Perubahan lingkungan yang signifikan. Lingkungan organisasi perusahaan, dapat mempengaruhi penentuan obyek yang akan diaudit. Misalnya kondisi ekonomi, peraturan dan kebijakan pemerintah, persaingan, sosial dan budaya masyarakat, perkembangan teknologi dan lain-lain. Dampak perubahan lingkungan dapat mempengaruhi prioritas audit dan ukuran atau kriteria kepatuhan, efisiensi, efektifitas dan kehematan unit kerja yang akan diaudit. 6). Masukan dari manjemen puncak. Manajemen puncak dapat memberi masukan mengenai prioritas obyek atau unit kerja yang akan diaudit. b. Pemilihan obyek atau unit kerja yang diaudit. Pemilihan obyek atau unit kerja yang diaudit, penunjukan staf internal auditor yang akan melakukan tugas, dan mengintegrasikan berbagai kegiatan audit kedalam rencana kerja pemeriksaan tahunan, merupakan masalah yang cukup rumit yang harus dihadapi oleh manajer
18
Divisi Internal Audit. Untuk menentukan penugasan staf internal auditor, perlu diperkirakan jumlah staf dan waktu yang tersedia dalam suatu tahun anggaran tertentu. Seperti misalnya saat hari libur dan cuti, waktu pendidikan dan latihan, waktu untuk kegiatan diluar, waktu yang hilang diobyek audit dan lain-lain. Langkah selanjutnya adalah menaksir lamanya waktu untuk melakukan audit terhadap suatu obyek atau unit kerja yang akan di audit. Bila ternyata masih terdapat tambahan obyek atau unit kerja yang perlu diaudit sesuai dengan skala prioritas, maka manajer internal audit harus mengusulkan kepada manajemen puncak untuk dapat menggunakan Kantor Akuntan Publik melakukan manajemen audit. c. Penentuan usulan rencana kerja pemeriksaan tahunan Manajer internal audit kemudian menentukan usulan rencana kerja pemeriksaan tahunan kepada manajemen puncak. Usulan tersebut hendaknya mencakup obyek atau unit kerja yang diaudit, dan anggota tim audit, ruang lingkup audit, dan anggota tim audit sesuai dengan keahlian staf. d. Pengesahan rencana kerja pemeriksaan tahunan. Setelah usulan tersebut ditelaah oleh manajemen puncak kemudian disetujui dan disahkan dan menjadi pedoman bagi Divisi Internal Audit untuk melaksanakan manajemen audit selama tahun yang bersangkutan.
19
B. Manajemen Audit 1. Pengertian Manajemen Audit Dalam lingkungan BUMN, pelaksanaan manajemen audit telah berjalan cukup lama dan dilakukan oleh SPI-BUMN yang bersangkutan dengan memperoleh pengarahan serta bimbingan BPKP. Dilingkungan SPI biasanya digunakan istilah operational audit untuk manajemen audit yang dilaksanakannya. Hal ini disebabkan karena istilah manajemen audit memberi kesan bahwa yang menjadi sasaran audit adalah jajaran manajemen, sehingga dapat menimbulkan keengganan bagi manajemen untuk dijadikan obyek audit. Sampai saat ini masih terdapat pengertian dan konsepsi yang berbeda mengenai istilah manajemen audit. Hal ini terlihat dari masih beragamnya istilah yang digunakan, misalnya operational audit, performance audit, comprehensive audit, effetiveness and efficiency audit dan lain-lain. Istilahistilah tersebut diatas menggambarkan konsepsi yang hampir sama. Karena belum ada pengertian yang seragam mengenai manajemen audit, maka perlu dikemukakan beberapa pendapat dari ahli dan sumber, dalam Handoko (2000), menurut Stoner pengertian dari manajemen adalah: ”Proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usahausaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya-sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.” Perencanaan disini mengandung arti rencana-rencana yang dibutuhkan untuk memberikan kepada organisasi tujuan-tujuannya dan menetapkan prosedur terbaik untuk pencapaian tujuan. Aplikasinya merupakan pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan,
20
proyek, program, prosedur, metode, sistem anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Menurut Konrath (2000) pengertian manajemen audit adalah: “Suatu proses dan evaluasi secara sistematis terhadap kegiatan suatu fungsi dan menetapkan kriteria-kriteria serta mengkomunikasikan hasil akhir kepada pihak-pihak yang berkepentingan.” Menurut Siewert dan Flesher (1999) pengertian operational audit adalah: “Suatu tinjauan dan evaluasi secara sistematis atas suatu organisasi atau bagian organisasi yang dilaksanakan dengan tujuan untuk menetapkan apakah organisasi tersebut beroperasi secara efisien. Oleh karena itu operasional audit merupakan suatu penelitian yang terorganisir tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan efisiensi organisasi.”
Agoes (2001) menyatakan pengertian manajemen audit adalah: “Sesuatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis “.
Selanjutnya Agoes (2001) menjelaskan bahwa tujuan umum dari manajemen audit adalah: 1) Untuk menilai kinerja (performance) dari manajemen dan berbagai fungsi dalam perusahaan. 2) Menilai apakah berbagai sumber daya (manusia, mesin, dana, harta lainnya) yang dimiliki perusahaan telah digunakan secara efisien dan ekonomis. 3) Menilai efektifitas perusahaan dalam mencapai tujuan (objective) yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak.
21
4) Dapat memberikan rekomendasi kepada manajemen puncak untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penerapan struktur pengendalian intern, sistem pengendalian manajemen, dan prosedur operasional perusahaan, dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan kehematan dari kegiatan operasi perusahaan. Menurut Agoes (2001), Pendekatan audit yang biasa dilakukan dalam suatu manajemen audit adalah menilai efisiensi, efektifitas, dan kehematan dari masing-masing fungsi yang terdapat dalam perusahaan. Oleh karena itu prosedur audit yang bisa dilakukan dalam manajemen audit, meliputi: 1) Analytical review procedures. 2) Evaluasi atas manajemen control system. 3) Compliance test atau test of recorded trasnsactions. Prosedur audit tersebut diatas dilakukan untuk mengetahui dan menilai efektifitas struktur pengendalian intern yang ada, sehingga dapat ditentukan apakah transaksi bisnis perusahaan dan pencatatan akuntansinya sudah memadai dan dilakukan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak. 2. Tahap-tahap Pelaksanaan Manajemen Audit Agar manajemen audit dapat dilaksanakan dengan baik dan mencapai tujuannya, maka perlu disusun rencana tahapan audit yang akan dilakukan. Setiap tahap audit harus dirancang sedemikian rupa sehingga setiap tahap merupakan kelanjutan dari tahap sebelumnya. Mengenai tahapan manajemen audit ini, menurut Agoes (2001), dapat digolongkan sebagai berikut:
22
a. Survey pendahuluan (Preliminary survey). b. Penelaahan dan pengujian atas sistem pengendalian manajemen (Review and testing of manajemen control system). c. Pengujian terinci (Detailed examination).. d. Pengembangan laporan (Report development). Selanjutnya dijelaskan secara ringkas mengenai masing-masing tahapan manajemen audit sebagai berikut: a. Survey Pendahuluan (PreliminarySurvey) Tujuan dari preliminary survey ini adalah untuk mendapatkan informasi umum dan latar belakang dalam waktu yang relatif singkat, mengenai semua aspek dari organisasi, kegiatan program atau sistem yang dipertimbangkan untuk diperiksa agar dapat diperoleh pengetahuan atau gambaran yang memadai mengenai obyek audit. Dari penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen audit dapat dilaksanakan dengan baik bila auditor memahami semua informasi lingkungan obyek yang akan diaudit. Auditor harus mempelajari, menganalisis, dan mengevaluasi informasi yang tersedia agar mengetahui nilai dan gaya manajemen, anggaran dasar, struktur organisasi, sistem perencanaan dan pengendalian, kebijakan dan prosedur perusahaan, sistem anggaran, laporan keuangan dan laporan manjemen, undangundang dan peraturan pemerintah, serta memo atau notulen Rapat Dewan Komisaris dan Rapat Umum Pemegang Saham perusahaan yang bersangkutan. Pemahaman dan analisis yang telah disebutkan diatas
23
sangatlah penting, agar auditor dapat mengidentifikasikan aspek-aspek kritis dan risiko yang mungkin timbul dalam melaksanakan manajemen audit. Dengan demikian dapat membantu auditor untuk memusatkan perhatian kepada masalah-masalah yang tidak efisien, tidak efektif dan terjadinya pemborosan. b. Penelaahan dan pengujian atas sistem pengendalian manajemen (Review and testing of manajemen control system) Tujuan dari Review and testing of manajemen control system adalah untuk: 1).
Mendapatkan bukti-bukti mengenai ketiga elemen dari tentatif audit objektif dengan melakukan pengetesan terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang berkaitan dengan sistem pengendalian managemen.
2).
Memastikan bahwa bukti-bukti yang diperoleh dari perusahaan adalah kompeten jika audit diperluas ke dalam detail examination.
Dengan mendapatkan bukti-bukti dari masing-masing elemen tentatif audit objektif, auditor dapat menetukan apakah tentatif audit objektif tersebut dapat dijadikan firm audit objective sebagai dasar untuk melakukan tahap berikutnya. Bila auditor dapat memperoleh bukti-bukti yang kompeten dalam melaksanakan Review and testing of manajemen control system berarti auditor meyakinkan dirinya mengenai keandalan informasi yang diperoleh dari sistem pengendalian manajemen. Dengan demikian maka akan memudahkan dalam menganalisis dan memproses informasi dengan maksud membantu manajemen untuk mengkoordinasikan semua unit kerja yang ada didalam perusahaan sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan.
24
c. Pengujian terinci (Detailed examination) Dalam tahapan detailed examination auditor harus mengumpulkan bukti yang cukup, kompeten, material, dan relevan untuk dapat menentukan tindakan-tindakan apa saja yang dilakukan manajemen dan pegawai perusahaan yang merupakan terhadap criteria dalam
penyimpangan-penyimpangan
firm audit objective dan bagaimana effect
penyimpangan tersebut yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Bukti-bukti yang dikumpulkan tersebut harus diikhtisarkan, masingmasing yang berkaitan dengan criteria, causes dan effects dalam firm audit objective. Dari ikhtisar tersebut harus bisa ditentukan audit findings yang mengakibatkan
terjadinya
ketidakefisienan,
ketidakefektivan
dan
pemborosan yang diperlukan untuk penyusunan laporan manajemen audit. Dari penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dalam tahap ini auditor harus mengidentifikasikan masalah-masalah secara khusus, memperoleh dan menganalisis bukti-bukti untuk mencari sebab akibat
dan
mengembangkan
rekomendasi
untuk
perbaikan
penyempurnaan. Masalah-masalah yang diidentifikasikan
dan
harus benar-
benar didukung dengan bukti yang cukup dan kompeten dan saling berhubungan satu sama lain. d. Pengembangan Laporan (Report development). Temuan audit harus dilengkapi dengan kesimpulan dan saran, dan harus di review oleh audit manager sebelum didiskusikan dengan manajer unit kerja yang diaudit (auditee). Komentar dari auditee mengenai apa
25
yang disajikan dalam konsep laporan harus diperoleh secara tertulis. Auditee bisa saja berbeda pendapat mengenai temuan dan perbedaan pendapat tersebut harus dicantumkan dalam laporan audit. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tahapan ini merupakan tahapan kritis dari suatu manajemen audit. Temuan-temuan dan rekomendasi untuk perbaikan dan penyempurnaan, harus dikomunikasikan dan dibahas bersama manajer unit kerja yang diaudit. Hal ini disebabkan karena yang bertanggung jawab terhadap perbaikan dan tindakan koreksi adalah manajer unit kerja yang diaudit. Manajer yang bersangkutan dapat memilih alternatif cara perbaikan atas rekomendasi yang diajukan oleh auditor. Divisi internal audit tidak dapat memaksa unit kerja yang diaudit untuk melaksanakan rekomendasi-rekomendasi yang diberikannya, karena divisi internal audit merupakan unit staf yang fungsinya memberikan jasa atau pelayanan kepada unit kerja lainnya dalam perusahaan. 3. Manfaat dan Permasalahan Manajemen Audit Menurut Handoko (2000), sesuai dengan tujuannya yaitu untuk meningkatkan fungsi perencanaan dan pengendalian manajemen, manajemen audit memberikan manfaat sebagai berikut: a. Mengidentifikasikan 1). Tujuan kebijakan, sasaran, prosedur dan peraturan-peraturan yang belum ditentukan sebelumnya. 2). Kriteria pengukuran pencapaian usaha dan penilaian prestasi manajemen.
26
3). Hal-hal yang dapat menimbulkan masalah dan cara-cara unutk mengatasinya. 4). Peluang-peluang untuk meningkatkan kinerja perusahaan. 5). Alternatif tindakan dalam berbagai kegiatan operasional perusahaan. b. Menentukan 1). Apakah organisasi mematuhi tujuan, kebaikan, sasaran, peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan. 2). Efisiensi,
efektifitas
dan
kelemahan
fungsi
perencanaan
dan
pengendalian manajemen. 3). Masalah-masalah yang timbul dan mencari penyebabnya. c. Menyediakan jalur komunikasi tambahan antara manajemen pelaksana dengan manajemen puncak. Pelaksanaan manajemen audit tidak selalu berjalan dengan mulus, bahkan seringkali dihadapkan kepada berbagai kendala. Faktor eksternal yang sering menjadi kendala adalah: 1) Kurangnya dukungan dari manajemen puncak yang tidak memahami atau ada unsur kesengajaan.Hal ini terlihat pada beberapa kasus antara lain: a). Manajemen puncak tidak segera menindaklanjuti rekomendasi yang disampaikan oleh internal auditor. b). Manajemen puncak tidak memberi kesempatan yang memadai kepada internal auditor untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi. c). Tidak ada dana yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga internal auditor.
27
2) Adanya kendala psikologis dan kultural. Sebagai atasan, jajaran manajemen enggan dinilai oleh internal auditor, yang sebenarnya adalah merupakan bawahannya. Sementara itu dalam diri internal auditor terdapat rasa sungkan untuk menilai atasannya. 3) Jajaran manajemen sering tidak bersikap terbuka dalam memberikan informasi yang diperlukan oleh internal auditor. 4) Kondisi sistem pengendalian manajemen yang ada masih kurang mendukung sehingga berbagai teknik audit tidak dapat diterapkan oleh internal auditor. 5) Tujuan program kegiatan sering bersifat kualitatif dan kriterianya belum ditetapkan. Hal ini akan menyulitkan internal auditor untuk mengukurnya. Sedangkan faktor internal yang sering menjadi kendala adalah : 1) Pejabat dan staf internal auditor kurang mempunyai pengetahuan dasar audit dan pengalaman dibidang tugasnya. 2) Internal auditor sering merasa puas dengan hasil temuan auditnya, sehingga rekomendasinya hanya mengambang dan tidak ada tindak lanjutnya. 3) Penanggung jawab audit tidak kompeten dan hanya mempercayai bawahan atau tidak berani bertindak karena sungkan kepada jajaran manajemen. a. Tidak ada rotasi tugas dan bekerja secara monoton. b. Penanggung jawab terlalu sibuk dengan urusannya sendiri, sehingga tidak memperhatikan pembinaan bawahannya.
28
Dari penjelasan diatas terlihat bahwa manajemen audit sangat diperlukan untuk dapat mengikuti hal-hal yang tidak teramati oleh manajemen secara langsung. Tetapi keberhasilan pelaksanaannya sangat tergantung kepada kemauan atau dukungan dari manajemen. 4. Pengelolaan Manajemen Audit Menurut Tugiman (2002), manajemen audit merupakan salah satu fungsi divisi internal audit, yang juga harus dikelola dengan baik. Oleh karena itu, divisi internal audit harus merancang dengan baik sistem perencanaan dan pengendalian. Ini berarti bahwa kegiatannya dapat menggunakan sumber dana dan daya secara efisien, efektif, dan kehematan dalam rangka untuk mencapai tujuan divisi internal audit. Tujuan yang telah disetujui oleh manajemen puncak, merupakan dasar untuk menyusun rencana kerja jangka panjang divisi ini. Penyusunan program atau rencana jangka panjang merupakan proses pembuatan keputusan rencana kerja utama beserta alokasi sumber dana dan upayanya. Rencana kerja tersebut hendaknya dievaluasi secara sistematis dan periodik. Dalam menyusun rencana kerja perlu dipertimbangkan skala prioritas dengan mendasarkan kepada besarnya dana yang dianggarkan untuk divisi ini. Untuk dapat melaksanakan rencana kerjanya dengan baik, maka divisi ini harus memiliki staf internal audit dengan pengalaman dan kualitas yang sesuai dengan tugasnya. Bila tidak mempunyai staf dengan kualitas yang dibutuhkan, maka dalam menyusun rencana kerja harus ada komitmen dari manajemen puncak, adanya kemungkinan untuk menyewa jasa pihak luar.
29
Rencana kerja tahunan divisi internal audit disusun dari rencana kerja jangka panjang. Selanjutnya Tugiman (2002) menjelaskan bahwa kriteria yang digunakan untuk menyusun rencana kerja tahunan adalah sebagai berikut: a. Pendidikan, pengalaman, keahlian, dan pelatihan yang dimiliki oleh staf auditor. b. Sifat kritis auditor pada pusat pertanggungjawaban atau obyek lainnya yang direncanakan untuk diaudit. c. Kesadaran manajemen terhadap perlunya manajemen audit. d. Waktu yang diperlukan untuk audit obyek tertentu dan kapan obyek tersebut diaudit terakhir kalinya. Untuk mewujudkan rencana kerja tersebut, general manager divisi internal audit harus menyusun anggaran rencana kegiatan audit yang akan dilakukan. Anggaran tersebut merupakan proyeksi dana yang dialokasikan untuk mendukung rencana kegiatan audit. Dalam menyusun rencana anggaran perlu disajikan secara rinci mengenai jadwal kegiatan audit, jumlah staf internal audit yang melaksanakan dan dana yang diperlukan untuk setiap kegiatan. Adanya sistem anggaran yang baik sangat mendukung untuk melaksanakan pengendalian manajemen terhadap internal audit. Dalam suatu perusahaan yang mempunyai divisi internal audit yang besar, anggaran tahunan harus dirinci kedalam anggaran bulanan yang mencakup jadwal staf internal auditor untuk melaksanakan audit. Hal ini untuk menjamin bahwa staf yang ditugaskan mempunyai keahlian, pendidikan, dan pengalaman yang cukup. Dalam laporan bulanan harus disajikan mengenai
30
perbandingan anggaran dengan realisasinya. Hal ini penting untuk mengetahui: a. Masalah dan hambatan yang timbul dalam pelaksanaan audit, serta cara penyelesaiannya. b. Menganalisa dan mengevaluasi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. c. Menelaah apakah pelaksanaan anggaran tersebut dapat memberikan sumbangan terhadap pencapaian tujuan divisi internal audit maupun tujuan perusahaan secara keseluruhan. Hal lain yang tidak kalah pentingnya dalam pengelolaan manajemen audit yang baik adalah penyelenggaraan arsip oleh divisi internal audit. Arsip tersebut merupakan fasilitas penyimpanan untuk mengumpulkan dan memelihara informasi yang relevan dengan perusahaan secara keseluruhan. Penentuan informasi yang relevan juga dipengaruhi oleh manfaat informasi tersebut dibandingkan dengan biaya untuk memperoleh dan menyimpannya. Untuk masing-masing perusahaan, informasi yang disimpan oleh divisi internal audit ada kemungkinan berbeda satu sama lain. Arsip tersebut sangat diperlukan sebagai sumber informasi dalam pelaksanaan manajemen audit untuk: 1) Menganalisis dan menelaah tahap pendahuluan dalam rangka untuk mengetahui gambaran umum obyek yang diaudit. 2) Menentukan
bagaimana,
kapan,
dikomunikasikan dan didiskusikan.
31
dan
kepada
siapa
hasil
audit
3) Mempertimbangkan rencana dan prosedur audit terhadap tindakan koreksi yang dilakukan oleh manajemen atas ketidakefisienan yang ditemukan dalam laporan hasil pemeriksaan sebelumnya. 4) Dipelajari oleh anggota staf auditor yang baru sebagai bahan program orientasi dan pelatihan yang menyeluruh. 5) Referensi informasi dalam mempelajari saling hubungan antar unit kerja yang diaudit. Informasi hubungan antar unit kerja ini diperlukan untuk menentukan strategi audit yang cocok. Dalam menyelenggarakan arsip secara efisien, efektif dan ekonomis, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: a. Manajer internal audit harus selalu siap untuk menambah data baru yang belum termasuk dalam arsip. Jika melihat atau mendengar informasi dari suatu sumber, maka manajer departemen internal audit dan semua staf audit harus selalu menyadari informasi yang diperlukannya. b. Oleh karena arsip harus selalu diselenggarakan dengan efektif dan efisien, maka manajer internal audit harus menjaga agar tidak terjadi penyimpangan
arsip
yang
berlebihan.
Beberapa
pedoman
untuk
pengelolaan arsip yang baik meliputi: 1) Kebijakan pemilihan data yang tepat untuk diarsipkan dapat mendorong penyelenggaraan arsip yang efisien dan efektif. 2) Arsip yang sudah usang atau tidak dipakai dapat dimusnahkan, karena jika kebijakan pemusnahan tidak diterapkan dapat mengakibatkan arsip terlalu banyak sehingga tidak dapat dikelola dengan efektif dan efisien.
32
3) Perlu adanya prosedur untuk merevisi informasi yang ada didalam arsip dan meniadakan informasi yang tidak revelan. Dalam mengelola manajemen audit, kertas kerja pemeriksaan merupakan alat yang sangat penting. Kertas kerja pemeriksaan tersebut merupakan mata rantai yang menghubungkan antara catatan obyek yang diperiksa dengan laporan hasil pemeriksaan. Internal auditor mempergunakan sebagian waktunya untuk menyusun kertas kerja pemeriksaan secara sistematis. Hal ini memudahkan auditor dalam menyusun laporan hasil pemeriksaan. Dalam melaksanakan semua pekerjaan audit yang menjadi tugasnya, seorang auditor harus mengumpulkan bukti yang berhubungan dengan tujuan dan luasnya audit. Bukti audit yang relevan dapat mendukung temuan-temuan khusus, misalnya kelemahan dan kekurangan sistem pengendalian yang mengakibatkan ketidakefisienan, serta dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun rekomendasi perbaikannya. Secara menyeluruh dokumentasi bukti dalam kertas kerja harus cukup dalam kuantitas dan mutunya sehingga kesimpulan yang diambil tidak bias. Secara umum, kertas kerja pemeriksaan yang bermutu mempunyai karakteristik sebagai berikut: a. Untuk meningkatkan efisiensi, kertas kerja yang digunakan hanya satu sisi, jadi tidak boleh digunakan bolak-balik.
33
b. Sedapat mungkin bentuk kerja distandarisasi sehingga dapat dicetak dengan rapih lebih dahulu dan secara konsisten dapat memuat informasi penting yang diperlukan untuk audit. c. Rapi dan mudah dibaca sehingga memudahkan penelaahannya. d. Lengkap dalam arti memuat semua informasi penting sehingga pada saat penelaahan tidak memerlukan penjelasan secara lisan. e. Ringkas namun jelas, dalam arti kertas kerja memuat informasi pokok yang relevan dengan tujuan audit dan menyajikan informasi secara sistematik dan dengan istilah-istilah yang jelas. f. Menggunakan metode pemberian nomor indek yang seragam, diberi judul, referensi dan referensi silang, tanggal, dan tanda tangan pemeriksa. Jika kertas kerja dapat disusun sesuai dengan karakteristik tersebut diatas maka pendokumentasian pekerjaan audit dapat diselenggarakan dengan efisien, efektif, dan ekonomis. Program pelatihan staf pemeriksa, penugasan staf yang tepat, dan penelahaan serta pengawasan oleh manajer dapat meningkatkan mutu kertas kerja. 5. Pelaporan Dan Tindak Lanjut Hasil akhir manajemen audit adalah laporan hasil pemeriksaan. Tidak dapat disangkal lagi bahwa tahap pelaporan merupakan proses manajemen audit yang sangat penting. Perencanaan dan pengarahan, temuan-temuan, serta kesimpulan dan rekomendasi audit tidak ada manfaatnya jika manajemen unit kerja yang diaudit tidak termotivasi untuk melaksanakan tindak lanjut atas rekomendasi yang diberikan di dalam laporan tersebut. Kualitas laporan hasil
34
pemeriksaan tidak hanya tercipta secara kebetulan, namun dihasilkan dari proses sistematis yang menggunakan pendekatan disiplin tertentu yang secara sadar dilaksanakan oleh seluruh jajaran internal auditor. Waktu merupakan hal penting dalam penyusunan laporan hasil pemeriksaan. Hal ini disebabkan karena pemanfaatan laporan hasil pemeriksaan sangat bergantung pada ketepatan waktunya. Jika disajikan terlambat, maka informasi mengenai temuan-temuan ketidakefisienan, ketidakefektifan, dan ketidakhematan unit kerja yang diaudit menjadi kurang bermanfaat. Keterlambatan tersebut mengakibatkan manajemen unit kerja yang diaudit tidak dapat segera melakukan tindakan koreksi. Sejak awal penugasan audit, semua anggota tim audit harus menyadari bahwa hasil-hasil auditnya akan digunakan untuk melaksanakan tindakan koreksi sehingga proses audit diharapkan dapat selesai tepat pada waktunya. Laporan hasil pemeriksaan yang tidak tepat waktu, akan merugikan seluruh perusahaan. Keterlibatan manajemen sejak awal audit kemungkinan dapat menyadarkan manajemen yang bersangkutan menyetujui perlunya tindakan koreksi dan implementasinya secara tepat. Divisi internal audit harus menyusun dan memantau kebijakan yang diperlukan agar laporan hasil pemeriksaan disajikan tepat waktu. Memang, tahap pelaporan bervariasi secara langsung dengan anggaran waktu audit. Tahap penyusunan laporan dimulai saat diselesaikannya audit secara mendalam dan berakhir dengan dikeluarkannya laporan hasil pemeriksaan final. Tahap pelaporan harus disupervisi secara terbuka oleh supervisor auditor
35
dan dikoordinasikan untuk menjamin digunakannya teknik komunikasi yang akurat. Koordinasi dengan unit kerja yang diaudit diperlukan agar dapat menjamin kondisi-kondisi yang menguntungkan untuk mendiskusikan draft laporan hasil pemeriksaan secara tuntas dan agar untuk revisi draft laporan tersebut tersedia waktu yang cukup. Secara formal, biasanya divisi internal audit melalui prosedur yang disusunnya, mengikuti tindak lanjut atas kesimpulan dan rekomendasi yang disajikannya dalam laporan hasil pemeriksaan. Untuk memantau proses pelaporan dapat digunakan checklist. Checklist menjamin dilakukannya pengendalian proses pelaporan secara rinci sehingga tidak ada tugas-tugas audit penting yang tidak dikerjakan. Auditor bertugas untuk melaksanakan semua proses penyusunan laporan yang ada dalam checklist dan supervisor auditor bertugas untuk mengendalikannya. Setelah selesai tahap pelaporan, checklist selesai tahap laporan, checklist menjadi bagian integral kertas kerja. Laporan hasil pemeriksaan dikomunikasikan kepada manajemen puncak yang memberikan penugasan audit dan manajemen unit kerja yang diaudit. Manajemen puncak menggunakan laporan hasil pemeriksaan untuk: a. Memantau efisiensi, efektivitas, dan kehematan setiap unit kerja yang ada di perusahaan. b. Menilai kecocokan sistem perencanaan dan pengendalian manajemen dari setiap unit kerja yang ada diperusahaan.
36
Dalam laporan hasil pemeriksaan disajikan rekomendasi untuk meningkatkan prestasi melalui tindakan koreksi sesuai dengan temuan-temuan dan kesimpulan-kesimpulan laporan manajemen audit harus menyatakan secara eksplisit kegiatan-kegiatan yang dapat ditingkatkan efisiensinya dan efektivitasnya serta memberikan rekomendasi yang dirancang untuk meningkatkan
prestasinya.
Menyajikan
temuan-temuan,
kesimpulan-
kesimpulan, dan rekomendasi untuk meningkatkan prestasi dalam laporan hasil pemeriksaan merupakan perbedaan pokok dengan laporan pemeriksaan keuangan. Laporan hasil pemeriksaan tidak saja menyajikan temuan-temuan mengenai kelemahan atau ketidaksesuaian, namun juga harus menyajikan temuan-temuan
yang
positif
dan
prestasi
yang
memuaskan
dapat
mengakibatkan keharmonisan antara auditor dengan manajemen unit kerja yang diaudit. Baik laporan mengenai temuan-temuan yang positif maupun negatif, pelaporan prestasi memuaskan maupun tidak memuaskan semuanya harus didukung oleh dokumentasi kertas kerja yang mencukupi. Oleh karena auditor memahami bahwa struktur pelaporan hasil pemeriksaan memerlukan penjelasan mengenai penyebab timbulnya temuan atau kondisi yang tidak menguntungkan, auditor harus memisahkan pengaruh perubahan lingkungan terhadap prestasi unit kerja yang diaudit. Jika kegiatan telah berjalan dengan memuaskan,
namun
karena
alasan-alasan
tertentu
prestasinya
tidak
memuaskan, maka perlu ditelusuri penyebab masalah tersebut. Masalah ini mungkin disebabkan oleh perubahan lingkungan dan bukan disebabkan karena
37
prosedur kegiatan yang tidak tepat sehingga prosedur tidak perlu diubah. Terjadinya kondisi yang tidak menguntungkan karena perubahan lingkungan perlu dijelaskan dengan tepat didalam laporan hasil pemeriksaan. Auditor harus mendiskusikan draft laporan hasil pemeriksaan dengan manajemen unit kerja yang diaudit maupun dengan atasannya. Dalam diskusi tersebut pembahasannya dipusatkan pada temuan-temuan, kesimpulankesimpulan, dan rekomendasi. Dalam laporan hasil pemeriksaan final, auditor harus
memasukkan
pandangan
manajemen
terhadap
temuan-temuan,
kesimpulan, dan rekomendasi audit tersebut. Diskusi draft laporan hasil pemeriksaan dengan manajemen diharapkan dapat mencapai tujuan untuk: a. Menciptakan adanya pengendalian kualitas audit yang memadai. b. Memberikan kesempatan kepada auditor untuk menjual gagasan. c. Menampung tanggapan atau komentar dari manajemen unit kerja yang diaudit. Laporan hasil pemeriksaan diharapkan dapat memberikan dorongan yang konstruktif untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasi manajemen. Dalam laporan tersebut tidak boleh ada maksud untuk secara khusus mengkritik prestasi pribadi. Isi dan nada draft laporan, serta cara-cara auditor untuk mengarahkan diskusi, sangat menentukan tanggapan manajemen terhadap draft laporan tersebut. Auditor hendaknya memulai diskusi dengan penyajian secara lisan untuk menjelaskan draft laporan hasil pemeriksaan. Penjelasan lisan tersebut hendaknya dirancang untuk meyakinkan manajemen unit kerja yang diaudit bahwa draft laporan tersebut berisi informasi yang
38
akurat, temuan-temuan yang didukung oleh bukti, kesimpulan yang valid, dan rekomendasi yang dapat dilaksanakan. Auditor juga harus menunjukkan bahwa draft laporan hasil pemeriksaan telah memperhatikan sebaik-baiknya kepentingan manajemen unit kerja yang diaudit maupun kepentingan perusahaan secara keseluruhan. Proses manajemen audit belum berakhir sebelum semua tindakan koreksi
dilaksanakan.
Tindak
lanjut
pemeriksaan
diperlukan
untuk
menentukan apakah tindak koreksi benar-benar dilaksanakan dan apakah tindakan koreksi tersebut memuaskan. Manajemen unit kerja yang diaudit perlu menentukan tanggapan terhadap hasil-hasil pemeriksaan sebagai tindak lanjut atas pemeriksaan tersebut. Tanggapan manajemen tersebut tertuang dalam kebijakan perusahaan secara tertulis, untuk melaksanakan tindakan koreksi yang disarankan oleh auditor melalui laporan hasil pemeriksaan finalnya. Dalam persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh manajemen unit kerja yang diaudit tersebut, ditentukan bentuk tidak lanjut dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakannya. Manajemen puncak harus menentukan dengan jelas siapa yang bertanggung jawab terhadap tindak lanjut atas saran dan rekomendasi yang akan dilakukan. Sebaiknya yang bertanggung jawab terhadap tindak lanjut tersebut adalah manajemen unit kerja yang diaudit, bukan internal auditornya. Manajemen unit kerja mungkin memutuskan tindakan perbaikan yang berbeda dengan rekomendasi yang ada dalam laporan hasil pemeriksaan, meskipun keputusan tindakan perbaikan tersebut harus dievaluasi apakah
39
tindakan tersebut dapat mencapai hasil yang diterapkan. Divisi Internal Audit menentukan prosedur formal untuk mengikuti tindak lanjut dalam jadwal atau periode yang akan datang.
C. Aspek Hubungan Manusia Dalam Manajemen Audit Hubungan manusia merupakan masalah yang peka dalam manajemen audit. Kadang-kadang auditor menghadapi pertentangan atau sikap permusuhan dari manajemen dan karyawan unit kerja yang diaudit, karena manajemen audit dapat mengakibatkan (Sawyer’s, 2006): a. Gangguan atau menambah pekerjaan karyawan unit organisasi yang diaudit. b. Timbulnya kecenderungan dari manajemen dan karyawan unit organisasi yang diperiksa menjadi khawatir atau bersikap mempertahankan diri karena laporan hasil pemeriksaan dapat mengakibatkan diketahuinya kelemahankelemahan manajer unit yang diaudit dalam melaksanakan wewenangnya. c. Timbulnya keinginan unit berorganisasi yang diaudit agar laporan hasil pemeriksaan hanya menyajikan informasi yang baik-baik saja menurut pandangannya, namun auditor harus melaporkan kelemahan-kelemahan dalam sistem perencanaan dan pengendalian unit tersebut. Memang yang dilaporkan oleh auditor adalah kelemahan-kelemahan sistem perencanaan unit organisasi yang diaudit, dan bukan laporan mengenai prestasi pribadi karyawan tertentu. Namun, sulit dibedakan antara unit organisasi yang diaudit dengan prestasi pribadi karyawannya.
40
Hubungan segitiga antara auditor, unit yang diaudit, dan manajemen puncak yang menggunakan informasi yang disajikan dalam laporan hasil pemeriksaan memang sifatnya unik. Khususnya bagi auditor, hubungan tersebut dapat mengakibatkan rusaknya hubungan antar pribadi. Agar pelaksanaan manajemen audit dapat berhasil baik, auditor harus memahami implikasi hubungan antar manusia yang baik namun tanpa merusak independent auditnya. Pekerjaan manajemen audit mungkin mempunyai hubungan yang langsung dengan tujuan eksternal audit. Oleh karena itu eksternal audit mungkin perlu menelaah dan mengevaluasi pekerjaan internal auditor. Untuk tujuan tersebut, kertas kerja audit dan laporan hasil pemeriksaan harus dapat menggambarkan dengan baik perencanaan dan pelaksanaan audit secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan audit dan hasilnya disajikan dalam laporan yang disusun secara obyektif, ringkas, jelas. Pekerjaan audit yang kompeten yang dilakukan oleh internal auditor dapat mengurangi beban kerja eksternal auditor yang ada akhirnya dapat menghemat waktu dan biaya yang dilakukan oleh eksternal auditor. Dengan adanya sikap saling menghormati dan hubungan yang baik tersebut, diharapkan dapat dilakukan koordinasi dan kerja sama antara internal auditor dan eksternal auditor sehingga pelaksanaan audit dapat dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis serta hasil-hasilnya dapat lebih bermanfaat bagi jajaran manajemen perusahaan. Menurut Sawyer’s (2006) Hubungan yang baik antara manajemen pelaksana organisasi yang diaudit dengan internal auditor perlu dipelihara dan dikembangkan. Auditor perlu memahami lingkungan internal audit yang
41
meliputi gaya manajemen dan harapannya terhadap manajemen audit yang dilakukan. Manajemen pelaksana pada umumnya bereaksi terhadap relevansi, kualitas, tanggung jawab, dan pelaksanaan pemeriksaan. Jika manajemen pelaksana memandang bahwa auditor dilaksanakan oleh orang yang berkualitas untuk melaksanakan audit sehingga jasa audit tersebut memiliki integritas dan obyektifitas tinggi maka manajemen pelaksana mau bekerjasama dengan auditor. Dengan kerjasama yang baik tersebut manajemen pelaksana mau menyediakan informasi dan mempercayai pekerjaan internal auditor. Jika manajemen pelaksana memandang bahwa internal auditor dilaksanakan oleh orang yang kurang berkualitas atau integritas dan obyektifitasnya kurang, maka manajemen pelaksana rasanya sulit untuk dapat diajak bekerjasama dengan baik. Elemen penting lainnya dalam hubungan manusia adalah sikap auditor dalam melaksanakan auditnya agar tercipta iklim kerjasama yang membangun. Iklim kerjasama tersebut diperlukan agar audit dapat dilakukan dengan efisien. Agar tercipta iklim kerjasama, auditor harus dapat menjawab dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh orang berbeda dengan cara dan gaya yang berbeda. Auditor harus dapat mengendalikan diri untuk tidak memberikan komentar-komentar yang sifatnya prematur yang dapat menyesatkan dan menimbulkan hubungan yang tidak baik dengan unit organisasi yang diaudit. Internal auditor harus selalu menyadari bahwa fungsinya adalah memberikan jasa pada organisasi dan keberhasilan fungsinya tersebut tergantung pula pada hubungan baik antara auditor, unit organisasi yang diaudit, dan pihak-pihak lain yang berhubungan.
42
Hubungan antar manusia yang baik dan sikap positif dapat dikembangkan melalui laporan hasil pemeriksaan. Tujuan laporan hasil pemeriksaan adalah untuk meningkatkan prestasi organisasi secara keseluruhan, dan tidak untuk menunjukkan kesalahan-kesalahan pribadi atau kritik yang merusak organisasi yang diperiksa. Laporan hasil pemeriksaan merupakan gambaran inti sikap auditor dan laporan tersebut dapat menimbulkan reaksi positif atau negatif dari pihak-pihak yang terkait. Pada dasarnya manajemen audit bertujuan untuk menilai sistem perencanaan dan pengendalian manajemen, oleh karena itu laporan hasil pemeriksaan ditujukan untuk menilai prestasi pribadi. Dalam laporan hasil pemeriksaan harus dihindari kata-kata dan kalimat yang berkonotasi negatif.
43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menggunakan metode studi kasus pada satu perusahaan, yaitu PT. Telkom Tbk. Sedangkan Ruang Lingkupnya adalah internal audit yang dimiliki oleh PT. Telkom Tbk yang segala aktivitasnya diatur dalam Charter Audit Internal PT. Telkom Tbk.
B. Metode Penentuan Sampel Dalam skripsi ini dilakukan studi kasus terhadap PT. Telkom Tbk, Jakarta. Adapun penelitian ini membahas mengenai internal auditor dilihat dari peranannya dalam melakukan manajemen audit.
C. Metode Analisis Data Jenis penelitian yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang berusaha menggambarkan atau menjelaskan secermat mungkin mengenai suatu hal dari data yang ada. Penelitian ini tidak terbatas pada pengumpulan data dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data itu menjadi suatu wacana dan konklusi dalam berpikir logis, praktis dan teoritis. Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat mengungkapkan fakta (fact
44
finding). Pemilihan metode ini didasarkan pada pertimbangan bahwa dalam pembahasan penelitian ini akan memberikan gambaran peranan internal auditor dalam melakukan manajemen audit. Hasil penelitian dilapangan ini yang kemudian akan di perbandingkan dengan landasan teori yang berkaitan dengan obyek penelitian. Alasan peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan tujuan untuk memahami (Understanding) fenomena sosial yang ada. Sesuai dengan definisi kualitatif menurut Cresswell (2002): “….this study is defined as inquiry process of understanding a social or human problem, based on building a complex, holistic picture, formed with words reporting detailed views of informants, and conducted in a natural setting” Fenomena sosial yang akan dijelaskan dalam penelitian ini adalah yang berhubungan dengan peranan internal auditor dalam melakukan manajemen audit. Sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan studi kasus pada PT. Telkom Tbk.
D. Metode Pengumpulan Data Data yang dibutuhkan
dalam penelitian-penelitian ini adalah
merupakan data yang bersifat primer yaitu data yang didapat langsung dari sumber yang ada dan juga data sekunder yaitu data yang telah diolah terlebih dahulu guna mendapatkan data dan informasi yang lain, yang dibutuhkan pada penelitian ini, maka peneliti menerapkan metode pengumpulan data yang digunakan adalah:
45
1) Studi Kepustakaan Studi Kepustakaan ini dilakukan dengan cara membaca buku, literatur, majalah, jurnal paper, tulisan-tulisan ilmiah yang berhubungan dengan masalah penelitian ini serta Standar Akuntansi Keuangan dan Standar Pedoman Akuntan Publik dan sebagainya dengan tujuan untuk mendapatkan kerangka teori dan menentukan arah dan tujuan penelitian serta mencari konsep yang sesuai dengan permasalahan penelitian dan sebagai dasar untuk menganalisa obyek penelitian, sehingga dapat diperoleh kesimpulan hasil penelitian 2) Studi Lapangan (Field Research) Studi
lapangan
(Field
Research)
dilakukan
dengan
cara
mengumpulkan data dan informasi secara langsung di PT. Telkom Tbk melalui wawancara mendalam dengan pimpinan maupun staff yang menjadi key Informan yang sehari-harinya secara langsung menangani manajemen audit. Dalam studi lapangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan: a. Wawancara atau tanya jawab langsung dengan para pejabat PT. Telkom Tbk yang terkait dengan obyek penelitian. b. Pengumpulan informasi dan data perusahaan untuk dilakukan penelahaan lebih lanjut.
46
E. Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini ada beberapa operasional variabel yang digunakan. Adapun operasional variabel tersebut adalah: 1. Internal Auditor Internal audit adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemrintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku. Dalam penelitian ini internal auditor diukur dengan mengacu pada PSA dan Charter Audit PT. Telkom Tbk. Selain itu juga, hal ini dilihat dengan menggunakan hasil dari wawancara yang dilakukan dengan para internal auditor yang ada di PT. Telkom Tbk, Jakarta. 2. Manajemen Audit Manjemen audit adalah suatu pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan secara sistematis atas suatu organisasi atau bagian organisasi yang bertujuan untuk menetapkan apakah organisasi tersebut telah beroperasi secara efisien dan juga apakah organisasi tersebut telah mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Variabel ini diukur dengan melihat apakah mananajemen audit PT. Telkom Tbk sudah berjalan sesuai dengan peraturan yang terdapat dalam Charter Audit
PT. Telkom Tbk dan tercapainya efisiensi,
efektifitas, dan kehematan PT. Telkom Tbk.
47
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umun Obyek Penelitian PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom) merupakan perusahaan penyelenggara informasi dan telekomunikasi (Info Comm) serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full service and network provider) yang terbesar di Indonesia. Telkom (yang selanjutnya disebut juga Perseroan atau Perusahaan) menyediakan jasa telepon tidak bergerak kabel (fixed wire line), jasa telepon tidak bergerak nirkabel (fixed wireless), jasa telepon bergerak (cellular), internet dan network dan interkoneksi baik secara langsung maupun melalui perusahaan asosiasi. Berikut sejarah singkat PT. Telkom Tbk: 1884
Sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan telegrap dibentuk pada masa pemerintahan Kolonial Belanda.
1906
Pemerintah Kolonial Belanda membentuk sebuah jawatan yang mengatur layanan pos dan telekomunikasi yang diberi nama Jawatan Pos, Telegrap dan Telepon (Post, Telegraaf en Telefoon Dienst/PTT).
1945
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagai negara merdeka dan berdaulat, lepas dari pemerintahan Jepang.
1961
Status jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel).
48
1965
PN Postel di pecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos dan
Giro)
dan
Perusahaan
Negara
Telekomunikasi
(PN
Telekomunikasi).PN Telekomunikasi di pecah menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional maupun internasional dan PT INTI yang memproduksi peralatan telekomunikasi. 1980
PT Indonesian Satellite Corporation (Indosat) didirikan untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional, terpisah dari Perumtel.
1989
Berlakunya Undang-undang nomor 3/1989 tentang Telekomunikasi, yang antara lain mengatur peran serta swasta dalam penyelenggaraan telekomunikasi.
1991
Perumtel berubah bentuk menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia (Telkom) berdasarkan PP no.25 tahun
1995
Penawaran
umum
perdana
saham
TELKOM
(Initial
Public
Offering/IPO) dilakukan pada tanggal 14 November 1995. Sejak saat itu saham TELKOM tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange (LSE). Saham Telkom juga diperdagangkan
tanpa
pencatatan
(Public
Listing/POWL) di Tokyo Stock Exchange.
49
Offering
Without
PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) didirikan pada tanggal 26 Mei dengan pemegang sahamnya adalah TELKOM sebesar 51,0% dan Indosat sebesar 49,0%. 1996
Kerjasama Operasi (KSO) mulai diimplementasikan pada tanggal 1 Januari 1996 di wilayah Divisi Regional I Sumatera dengan mitra PT Pramindo Ikat Nusantara (Pramindo); Divisi Regional III Jawa Barat dan Banten dengan mitra PT Aria West International (AWI); Divisi Regional IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta dengan mitra PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia (MGTI); Divisi Regional VI Kalimantan dengan mitra PT Dayamitra Telekomunikasi (Dayamitra) dan Divisi Regional VII Kawasan Timur Indonesia dengan mitra PT Bukaka Sing Tel. KPN dan Sedco masuk ke Telkomsel sehingga komposisi kepemilikan saham Telkomsel adalah Telkom 42,72%, Indosat 35,0%, Kpn 17,28% dan Sedco 5,0%.
1999
Diterbitkan Undang-undang nomor 36/ 1999 tentang Telekomunikasi yang berlaku efektif sejak tanggal 8 September 2000 dan antara lain berisi penghapusan monopoli penyelenggaraan telekomunikasi.
2001
Telkom membeli 35,0% saham Telkomsel dari Indosat senagai bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di Indonesia, yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara Telkom dengan Indosat. Setelah transaksi ini, Telkom membeli 90,32% saham Dayamitra dan
50
mengkonsolidasikan laporan keuangan Dayamitra ke dalam laporan keuangan Telkom. 2002 Telkom membeli seluruh saham Pramindo melalui 3 tahap, yaitu 30,0% saham pada saat ditandatanganinya perjanjian jual-beli tanggal 15 Agustus 2002, 15,0% pada tanggal 30 September 2003 dan sisa 55,0% saham pada tanggal 31 Desember 2004. Telkom menjual 12,72% saham Telkomsel kepada Singapore Telecom Mobile Pte. Ltd. (Sing Tel) sehingga setelah penjualan ini Telkom memilki 65,0% saham
Telkomsel.
Sejak
Agustus
2002
terjadi
duopoli
penyelenggaraan jasa telekomunikasi lokal. 2003
TELKOM membeli seluruh saham AWI. Telkom melakukan pelepasan kepemilikan pada PT Telekomunikasi Selular Raya, PT Komunikasi Selular Indonesia, PT Menara Jakarta dan Metro Selular Indonesia serta meningkatkan kepemilikan saham pada PT Pro Infokom Indonesia,
PT
Multimedia
Nusantara,
PT
Indonusa
Telemedia, PT Napsindo Primatel International dan PT Pasifik Satelit Nusantara. 2006
Sampai dengan 31 Desember 2006 jumlah pelanggan Telkom sebanyak 48,5 juta pelanggan yang terdiri dari pelanggan telepon tidak bergerak kabel sejumlah 8,7 juta pelanggan, pelanggan telepon tidak bergeral nirkabel sejumlah 4,2 juta pelanggan, dan 35,6 juta pelanggan jasa telepon bergerak. Pertumbuhan jumlah pelanggan Telkom di tahun
51
2006 sebanyak 30.73% telah mendorong kenaikan pendapatan usaha Telkom dalam tahun 2006 sebesar 23%. 2007
Selama tahun 2006 Telkom Telah menerima beberapa penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri, di antaranya The Best Value Creator, The Best of Performance Excellence Achievement, Asia’s Best Companies 2006 Award dari Majalah Finance Asia.
1. Visi dan Misi PT. Telkom Tbk. Visi : “To become a leading InfoCom player in the region” Telkom berupaya untuk menempatkan diri sebagai perusahaan InfoCom terkemuka di kawasan Asia Tenggara, Asia dan akan berlanjut ke kawasan Asia Pasifik. Misi : “Memberikan layanan ”One Stop InfoCom” dengan jaminan bahwa pelanggan akan mendapatkan layanan terbaik, berupa kemudahan, produk dan jaringan berkualitas,dengan harga kompetitif. 2. Tim Manajemen A. Komisaris: Komisaris Utama: Tanri Abeng, MBA. Komisaris: Anggito Abimanyu, Ph.D. dan Mahmuddin Yasin Komisaris Independen: P. Sartono dan Arif Arryman B. Direksi: Direktur Utama: Rinaldi Firmansyah Direktur Keuangan: Sudiro Asno
52
Direktur Human Capital and General Affair: Faisal Syam Direktur Network and Solution: I Nyoman G Wiryanata Direktur Konsumer: Ermady Dahlan Direktur Enterprise and Wholesale: Arief Yahya Direktur Compliance and Risk Manajemen: Prasetio Chief Information Technology: Indra Utoyo 3. Produk dan Jasa Telkom: 1. Telepon (Fxed Line)
: TELKOM SLI TELKOM Lokal TELKOM SLJJ TELKOM Global-017
2. Flexi (Fixed Wireless)
:
Flexi Classy Flexi Home Flexi Trendy
3. Internet
:
Dial-Up Service Fixed Line (TELKOMNet Instan:0809 8 9999) Dial-Up Service Wireless (TELKOM Flexi Up to 64 kpbs) Dedicated Service (Speedy)
4. Content and Application:
I-VAS Ventus
5. Public Phone
:
TELKOMCoin Warung TELKOM
53
B. Penemuan dan Pembahasan 1. Peranan Internal Auditor dalam Melakukan Manajemen Audit PT. Telkom Tbk a. Kedudukan Dan Kewenangan Internal Auditor Divisi Internal Auditor PT. Telkom Tbk Jakarta dijabat oleh seorang General Manager, yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama. Kedududkan tersebut mempunyai posisi cukup strategis bagi Divisi Internal Audit PT. Telkom Tbk, untuk dapat melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya secara maksimal. Secara organisasional, Divisi Internal Audit cukup independent terhadap unit kerja, kegiatan-kegiatan ataupun proyek-proyek yang diaudit. Hal ini merupakan prasyarat bagi obyektifitas manajemen audit yang dilaksanakan oleh Divisi Internal Audit, agar hasil auditnya cukup efektif. Dengan demikian fungsi Internal Auditor, “infact” memiliki kewenagan penuh untuk melaksanakan auditnya tanpa dipengaruhi oleh intervensi manajer unit kerja yang di audit dan tidak ada pembatasan-pembatasan dalam mengemukakan hasil temuannya. Divisi Internal Audit PT. Telkom Tbk, dapat memasuki semua unit kerja yang ada dalam organisasi perusahaan, termasuk mengakses semua data dan informasi, mengevaluasi dan menganalisis bukti, membuat laporan hasil pemeriksaan atas temuan-temuannya. Dari hasil penelitian di lapangan, Divisi Internal Audit juga sudah mempunyai job description, internal audit manual dan dapat bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik serta mendapat dukungan dari Direktur Utama.
54
Dalam Charter Audit Internal PT. Telkom Tbk Nomor: TEL 42/PWOOO/UTA-00/2001 Tanggal 30 Juli 2001, telah dijelaskan tentang wewenang dan tanggung tanggung jawab Divisi Internal Audit sebagai berikut: 1) Wewenang Unit Audit Internal mempunyai wewenang akses terhadap dokumen pencatatan, personal, dan pisik kekayaan perusahaan diseluruh unit kerja perusahaan untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas auditnya. Lingkup kerja Unit Audit Internal tidak hanya meliputi pemeriksaan dan evaluasi terhadap keandalan dan efektifitas sistem pengendalian internal perusahaan serta kualitas kinerja perusahaan, tetapi juga termasuk pelaksanaan tugas khusus dari Direktur Utama. 2) Tanggung Jawab Tanggung jawab Unit Audit Internal adalah memberikan analisa, penilaian, rekomendasi, konsultasi dan informasi mengenai aktivitas yang direview yang dilakukan sesuai dengan Standar Audit dan perilaku profesional yang dituntut Kode Etik. Tanggung jawab ini meliputi juga koordinasi pelaksanaan audit yang dilakukan oleh auditor lainnya sehingga tujuan audit semua pihak tercapai sekaligus dengan tercapainya tujuan perusahaan. Unit Audit Internal berada dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama.
55
Status organisai Divisi Internal Audit PT. Telkom Tbk haruslah sedemikian rupa sehingga memungkinkan dilaksanakannya tanggung jawab pemeriksaan. Untuk itu diperlukan beberapa persyaratan, antara lain: 1. Pimpinan Divisi Internal Audit diangkat dan diberhentikan oleh pejabat tertinggi PT. Telkom Tbk. 2. Tujuan, wewenang dan tanggung jawab Divisi Internal Audit harus dituangkan dalam dokumen tertulis. 3. Divisi Internal Audit harus mendapat dukungan dari manajemen. 4. Pimpinan Divisi Internal Audit harus bertanggung jawab kepada pejabat tertinggi PT. Telkom Tbk untuk mendukung kebebasan dan menjamin kelancaran pelaksanaan pemeriksaan serta mempunyai wewenang untuk memantau tindak lanjut. 5. Pimpinan Divisi Internal Audit harus menyerahkan rencana kerja pemeriksaan, rencana penggunaan tenaga dan anggaran biaya pemeriksaan setiap tahun kepada manajemen. 6. Pimpinan Divisi Internal Audit harus menyerahkan laporan kegiatan pemeriksaan tahunan kepada pimpinan tertinggi PT. Telkom Tbk. Dengan adanya kondisi-kondisi tersebut diatas, maka diharapkam Divisi Internal Audit dapat memberikan kontribusi yang maksimal dan efektif kepada perusahaan. Artinya dengan dilaksanakannya manajemen audit secara benar dan sesuai peraturan, akan dapat meningkatkan peranan sistem perancanaan dan pengendalian manajemen PT. Telkom Tbk.
56
Kerjasama dengan Kantor Akuntan Publik sangat terbatas dan hampir tidak ada informasi yang dapat membantu serta bermanfaat bagi tugas-tugas Kantor Akuntan Publik yang sedang melakukan audit di PT. Telkom Tbk. Hal ini disebabkan, karena semua laporan hasil manajemen audit diperlakukan secara rahasia. 2. Penerapan Manajemen Audit pada PT. Telkom Tbk Dalam melakukan Manajemen Audit, Divisi Internal Audit PT. Telkom Tbk telah menyelenggarakan dan merancang sistem perencanaan dan pengendalian sebagai berikut: a. Anggaran Divisi Internal Audit. Setiap menjelang akhir tahun, Divisi Internal Audit menyusun rencana anggaran kegiatan audit yang akan dilaksanakan dan diajukan kepada Direktur Utama untuk dapat disetujui. Dalam usulan anggaran tersebut sudah tercakup secara menyeluruh rencana anggaran audit yang akan dilakukan dan alokasi dana yang diperlukan dalam tahun yang akan datang. Rencana anggaran mengenai jadwal kegiatan audit dan dana yang diperlukan untuk setiap kegiatan dicerminkan dalam anggaran UHPD (Uang Harian Perjalanan Dinas), yang akan dirincikan kedalam anggaran bulanan. Dalam
laporan
bulanan
perusahaan,
telah
disajikan
mengenai
perbandingan anggaran dengan realisasinya dan penjelasan-penjelasan apabila terjadi perbedaan antara anggaran dengan realisasinya.
57
Namun dalam wawancara dengan Divisi Intrenal Audit untuk mengetahui adanya masalah dan hambatan yang timbul dalam pelaksanaan audit serta cara penyelesaiannya, dan untuk dapat menelaah apakah pelaksanaan anggaran tersebut dapat memberikan sumbangan terhadap pencapaian tujuan Divisi Internal Audit maupun tujuan perusahaan secara keseluruhan. Teknik yang digunakan dalam pengelolaan anggaran Divisi Internal Audit adalah Manajemen by Objective (MBO). Artinya Divisi Internal Audit mengajukan usulan anggaran untuk melaksanakan pekerjaan atau kegiatan audit dan menentukan cara untuk mengukur pelaksanaan kegiatan audit tersebut. MBO tidak dengan sendirinya membuat kegiatan audit tersebut dapat terlaksana, namun MBO dapat digunakan untuk menentukan tujuan audit, menyusun rencana kegiatan audit beserta anggarannya, dan mengendalikan kegiatan audit tersebut. b. Program Kerja Pemeriksaan Tahunan (PTKP) Pada akhir tahun Divisi Internal Audit menyusun Program Kerja Pemeriksaan Tahunan, yang mencakup beberapa hal yaitu, obyek yang diaudit, kegiatan yang diaudit, lokasi dan jadwal waktu pelaksanaan audit serta staf internal auditor pelaksana. Dalam Charter Audit Internal PT. Telkom Tbk Nomor TEL 42/PWOOO/UTA-00/2001 Tanggal 30 Juli 2001, telah disebutkan bahwa, pekerjaan pemeriksaan harus direncanakan sebaik-baiknya. Charter ini mewajibkan Pimpinan Divisi Internal PT. Telkom Tbk beserta jajarannya, untuk terlebih dahulu menyusun rencana pemeriksaan yang cukup dan diatur
58
dengan sistematis sehingga dapat dimengerti oleh semua auditor dan seluruh pekerjaan pemeriksaan dapat dilaksanakan dengan berhasilguna dan berdayaguna. Dalam Charter pun djelaskan bahwa pelaksanaan pemeriksaan harus diawasi dan dibimbing dengan sebaik-baiknya. Pimpinan pemeriksaan (ketua tim, pengawas, dan penanggung jawab) diwajibkan untuk mengawasi dan membimbing staf pemeriksa pada saat melaksanakan tugas pemeriksaan, supaya tujuan pemeriksaan tercapai dengan baik. Cara yang paling efektif untuk mengendalikan mutu dan mengikuti perkembangan pekerjaan pemeriksaan adalah dengan jalan melakukan pengawasan sebaik-baiknya dari awal pekerjaan persiapan sampai pada penyelesaian laporan. Charter tersebut juga menjelaskan bahwa pemeriksa yang belum berpengalaman wajib dibimbing dengan: 1. Diberi pengertian tentang tugas dan petunjuk pelaksanaannya. 2. Diberi kesempatan latihan lapangan. Pimpinan pemeriksaan harus mengarahkan agar: 1. Persyaratan yang ditetapkan dalam norma pemeriksaan dipenuhi. 2. Program kerja pemeriksaan dilaksanakan dan jika diperlukan perubahan haruslah disetujui terlebih dahulu. 3. Pemeriksa dapat mencapai tujuan pemeriksaannya. Dari hasil penelitian, terlihat bahwa obyek dan kegiatan yang akan diaudit dari tahun ke tahun masih sama, sehingga terkesan adanya rutinitas. Penyebab utamanya adalah karena proses penyusunan PKTP berasal dari staf auditor
59
pelaksana, sesuai dengan tanggung jawabnya. Akibatnya obyek dan kegiatan yang akan diaudit yang diusulkan oleh masing-masing auditor pelaksana sangat terbatas. c. Arsip atau Dokumentasi Data dan Informasi Dari hasil penelitian terhadap arsip/ dokumentasi data audit terlihat bahwa penyelenggaraan arsip/ dokumentasi data audit belum dilakukan dengan tertib oleh Divisi Internal Audit, baik arsip latar belakang/ arsip organisasi maupun arsip kertas kerja. Data/ informasi yang disimpan hendaknya dibatasi pada informasi yang relevan saja. Tidak semua informasi yang diperoleh harus disimpan dalam arsip Divisi Internal Audit. Penentuan informasi yang relevan dengan tugas audit ini hendaknya direview oleh Manajer Internal Audit atau staf internal auditor yang sudah berpengalaman, untuk menghindari penumpukan arsip yang tidak perlu. Internal Auditor harus menyadari bahwa arsip data organisasi tersebut sangat diperlukan sebagai sumber informasi dalam Manajemen Audit untuk: a. Menganalisa dan menelaah tahap Manajemen Audit pendahuluan dalam rangka untuk mengetahui gambaran umum obyek yang diaudit. b. Menentukan kapan, bagaimana, dan kepada siapa hasil Manajemen Audit dikomunikasikan. c. Mempertimbangkan rencana dan prosedur audit terhadap tindakan koreksi yang dilakukan oleh manajemen unit kerja yang diaudit. d. Dipelajari oleh staf internal auditor yang baru sebagai bagian dari program orientasi dan peelatihan secara menyeluruh.
60
e. Referensi informasi hubungan antar divisi dan bagian yang diperlukan untuk menentukan strategi audit yang sesuai. Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Bintoro (2000) terhadap PT. Indosat, dimana hasil tersebut menunjukan bahwa peranan manajemen audit di Indosat telah sesuai dengan peraturan yang berlaku dan termuat dalam buku norma pemeriksaan intern PT. Indosat yang dikeluarkan dengan SK Direksi. Sedangkan dalam Telkom, hal itu sesuai dengan Charter Audit Internal PT. Telkom Tbk No. TEL 42/PWOOO/UTA001/2001 tanggal 30 Juli 2001. 3. Peranan Auditor Internal PT. Telkom dalam Memberikan Informasi Dalam Charter Audit Internal PT. Telkom Tbk Nomor: TEL 42/PWOOO/UTA-00/2001 Tanggal 30 Juli 2001, sebenarnya sudah diatur tentang laporan hasil pemeriksaan, yaitu: Standar Pelaksanaan dan Pelaporan Audit. “Pelaksanaan audit harus meliputi perencanaan
audit,
pemeriksaan
dan
pengevaluasian
informasi,
pengkomunikasian hasil, dan penindak lanjutan” 1. Auditor Internal harus merencanakan setiap audit. Untuk itu, auditor internal harus mendokumentasikan rencana audit tersebut yang meliputi: a. Menetapkan tujuan dan lingkup kerja audit. b. Mendapatkan latar belakang informasi kegiatan yang akan diaudit. c. Menetapkan resources yang dibutuhkan untuk melaksanakan audit, yaitu biaya audit dan jumlah tenaga auditor, tingkat pengetahuan,
61
pengalaman, keahlian dan pendidikan auditor, serta kemungkinan memakai konsultan, jika perlu. d. Mengkomunikasikan audit dengan pihak terkait, termasuk dengan manajemen aktivitas yang akan diaudit. e. Melakukan survey pendahuluan terhadap aktivitas yang akan diaudit untuk mengenal kegiatannya, pengendalian internal yang ada, dan risiko audit, dengan tujuan untuk menetapkan sasaran dan waktu pelaksanaan audit serta hal rawan yang perlu pendalaman. f. Menyusun audit program yang memuat tujuan dan sasaran audit, prosedur
untuk
mendapatkan,
menganalisa,
menafsirkan
dan
mendokumentasikan informasi selama audit, serta langkah penting audit lainnya untuk mencapai sasaran audit pada setiap fase audit. g. Menetapkan bagaimana, bilamana, dan kepada siapa hasil audit akan dikomunikasikan. h. Mendapatkan persetujuan pimpinan Unit Audit Internal atas rencana audit, sebelum audit dimulai. 2
Auditor Internal pada tahap pemeriksaan dan pengevaluasian informasi harus mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan, dan mendokumentasikan informasi tersebut untuk mendukung hasil audit. Proses pemeriksaan dan pengevaluasian informasi itu meliputi : a. Mendapatkan semua informasi yang terkait dengan tujuan dan lingkup kerja audit.
62
b. Mengevaluasi dan menilai apakah informasi tersebut aktual, memadai, kompeten, handal, relevan dan berguna untuk dasar penentuan temuan dan rekomendasi audit. c. Menyeleksi dan menetapkan prosedur audit yang dipakai, termasuk cara pengujian dan sampling. d. Mengawasi pelaksanaan audit tersebut untuk memperoleh kepastian bahwa sasaran audit dapat dicapai dan dilakukan secara obyektif. e. Menyusun kertas kerja pemeriksaan yang direview oleh pimpinan audit internal. 3
Auditor Internal harus melaporkan hasil kerja audit mereka. Untuk mengkomunikasikan hasil audit tersebut hal berikut harus dipenuhi, yaitu : a. Draft laporan hasil audit yang berisi temuan, kesimpulan dan rekomendasi harus direview dan dibicarakan dengan pimpinan auditee beserta staf untuk mencegah salah pengertian. b. Laporan hasil audit harus obyektif (faktual, tidak memihak, bebas dari prasangka buruk dan kekeliruan), jelas (mudah dimengerti, logis, menghndari bahasa teknis yang tidak perlu), singkat (keinti masalah, tidak bertele-tele, mengungkapkan fikiran secara lengkap dengan sedikit kata-kata), konstruktif (membantu manajemen dan auditee kea rah perbaikan). c. Laporan hasil audit harus mengungkap tujuan, lingkup kerja, hasil temuan, dan kesimpulan berupa opini auditor internal tentang dampak temuan terhadap aktivitas yang direviewnya.
63
d. Laporan audit boleh, tidak harus, mengungkapkan rekomendasi perbaikan, dan boleh menyatakan kepuasan atas kinerja auditee. e. Pendapat auditee tentang kesimpulan dan rekomendasi audit, jika berbeda dengan auditor internal, dapat dimasukan dalam batang tubuh laporan hasil audit. f. Pimpinan Unit Audit Internal meriview dan menyetujui atau menolak laporan hasil final sebelum menerbitkan dan menetapkan kepada siapa saja laporan tersebut dikirim. 4. Auditor internal harus menindak lanjuti laporan hasil audit untuk mendapatkan kepastian bahwa langkah yang tepat atas temuan audit telah dilakukan. Jika pimpinan unit kerja mengambil risiko tidak menindak lanjuti saran perbaikan berdasarkan pertimbangan tertentu, maka hal itu harus dilaporkan pada atasan pimpinan unit tersebut. Hasil akhir Manajemen Audit adalah laporan hasil pemeriksaan manajemen. Dari hasil penelitian, terlihat bahwa internal auditor PT. Telkom Tbk selalu membuat laporan hasil pemeriksaan, setelah menyelesaikan pekerjaan lapangan. Laporan hasil manajemen audit harus ditekankan pada temuan-temuan audit, pembuatan kesimpulan audit dan rekomendasi untuk meningkatkan sistem perencanaan dan pengendalian manajemen, sehingga tercapai efisiensi, efektifitas, dan kehematan. Laporan hasil manajemen audit harus memenuhi kualitas tertentu yaitu, bersifat obyektif, ringkas, jelas dan konstruktif, sehingga dapat meningkatkan
64
komunikasi, hubungan dan kerjasama yang baik dengan manajemen unit kerja yang diaudit. Temuan temuan audit yang mengidentifikasi
timbulnya
ketidakefisienan, ketidakefektifan, ketidakhematan adalah merupakan unsur penting
laporan
manajemen
audit.
Internal
auditor
pun
harus
mengkomunikasikan dan mendikusikan dengan baik temuan-temuan audit tersebut kepada manajemen unit kerja yang diaudit. Diskusi ini akan sangat bermanfaat bagi kedua belah pihak untuk dapat memahami sebab dan akibat dari temuan tersebut. Auditor internal PT. Telkom Tbk telah melaksanakan koordinasi yang baik dengan unit kerja yang diaudit, sehingga tidak timbul kesan bahwa internal auditor tidak mempunyai kualitas yang memadai dan hanya mencaricari kesalahan, yang dapat menimbulkan kesalahpahaman dari unit kerja yang diaudit. Dengan kondisi tersebut diatas maka dapat di peroleh laporan manajemen audit yang berbobot dan berkualitas. Karena laporan manajemen dihasilkan dari proses yang sistematis yang dilakukan oleh seluruh staf internal auditor. Hal tersebut juga didukung oleh beberapa General Manager dan Manager Unit Kerja yang ada di PT. Telkom Tbk bahwa sering kali Laporan Manajemen Audit dari Divisi Internal Audit digunakan oleh manajemen puncak sebagai dasar untuk mengambil keputusan, yang menunjukan bahwa PT. Telkom Tbk telah mempunyai Divisi Internal Audit yang mampu mampu
65
memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu kepada manajemen puncak yang berperan sebagai alat bantu manajemen puncak. Hal ini sangat sesuai jika dibandingkan dengan kondisi dan perkembangan serta citra PT. Telkom Tbk yang begitu pesat pertumbuhannya dalam bidang telekomunikasi. Dalam hal penindaklanjutan suatu Manajemen audit akan berakhir apabila semua tindakan koreksi sudah ditindaklanjuti dan dilaksanakan perbaikannya. Untuk mencapai akhir ini maka manajemen unit kerja yang diaudit perlu memberikan tanggapan terhadap hasil manajemen audit, sebagai tindak lanjut atas audit tersebut. Mengenai tindak lanjut pemeriksaan sudah diatur dalam Charter Audit Internal PT. Telkom Tbk Nomor: TEL 42/PWOOO/UTA-00/2001 Tanggal 30 Juli 2001. Charter tersebut manyatakan bahwa Auditor internal harus menindak lanjuti laporan hasil audit untuk mendapatkan kepastian bahwa langkah yang tepat atas temuan audit telah dilakukan. Jika pimpinan unit kerja mengambil risiko tidak menindak lanjuti saran perbaikan berdasarkan pertimbangan tertentu, maka hal itu harus dilaporkan pada atasan pimpinan unit tersebut. Charter ini mewajibkan Divisi Internal Audit PT. Telkom Tbk dan para pemeriksanya untuk menindak lanjuti setiap laporan hasil audit, guna memastikan bahwa tindakan yang tepat telah dapat dilaksanakan oleh pihak manajemen.
66
Selanjutnya
tanggung
jawab
untuk
mempertimbangkan
atau
mengevaluasi tindakan koreksi, sebaiknya terletak pada manajemen unit kerja yang di audit, manajemen Divisi Internal Audit hanya menerima tembusan tanggapan atas tindakan-tindakan koreksi yang dilakukan.
4. Kehandalan Auditor Internal PT. Telkom a. Keahlian Internal Auditor Dalam Charter Audit Internal PT. Telkom Tbk Nomor: TEL 42/PWOOO/UTA-00/2001 Tanggal 30 Juli 2001, telah dijelaskan tentang kriteria yang harus dipenuhi
untuk menjadi seorang pemeriksa intern.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh para pemeriksa dalam melaksanakan tugasnya baik secara individu ataupun dalam bentuk tim, mereka harus memiliki keahlian dalam teori dan praktek, serta memiliki kualitas antara lain kemampuan dibidang auditing, kemampuan dibidang hubungan antara manusia, serta jujur, obyektif, tegas, cermat, berintegritas dan loyalitas yang tinggi, bertanggung jawab, dan mematuhi standar profesional audit internal. Jika dikaitkan dalam hal latar belakang pendidikan, internal auditor PT. Telkom Tbk tidak harus mempunyai pendidikan formal akuntansi, paling tidak basic IT, dan tidak terdapat kewajiban untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi(S1) bagi yang masih berpendidikan Diploma, tetapi tidak ada larangan bagi yang berkemauan melanjutkan kejenjang berikutnya. PT. TELKOM Tbk memiliki konsep pendidikan dan latihan yang berkesinambungan untuk menjaga agar tidak terjadi krisis keahlian dan
67
keterampilan tenaga internal auditor. Internal auditor PT. Telkom Tbk dituntut secara terus menerus untuk meningkatkan pengetahuan ,kemampuan dan keahlian dengan cara mengikuti pendidikan/ pelatihan (training) dibidang audit dan bidang-bidang lainnya untuk mendukung tugasnya, karena untuk dapat menjalankan manajemen audit, internal auditor harus mempunyai pengetahuan, pendidikan, dan keahlian yang dibutuhkan untuk menerapkan norma, prosedur dan teknik audit. Mereka harus memahami prinsip-prinsip manajemen dan berbagai pengetahuan yang berkaitan dengan kegiatan operasional perusahaan. Hal ini merupakan dasar yang baik untuk membentuk hubungan yang harmonis dangan manajemen unit kerja yang diaudit. Berdasarkan kriteria dan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh para auditor internal tersebut diatas, maka dapat dikatakan auditor nternal PT. Telkom Tbk telah memenuhi kriteria yang ditetapkan.
b. Hubungan Manusia Antara Divisi Internal Audit Dengan Divisi Yang Ada Di Perusahaan Salah satu hal sangat penting yang harus diperhatikan oleh jajaran Divisi Internal Audit PT. Telkom Tbk adalah sikapnya dalam melaksanakan Manajemen Audit. Harus dihindari sikap atau paling tidak kesan dari pihak lain yang beranggapan bahwa auditor hanya mencari cari kesalahan saja, bersikap sebagai penyidik atau polisi. Hal tersebut jelas akan menyebabkan reaksi yang tidak bersahabat dan menganggap internal auditor hanya sebagai pengganggu atau lawan bagi unit-unit kerja yang ada diperusahaan.
68
Dalam Charter Audit Internal PT. Telkom Tbk Nomor: TEL 42/PWOOO/UTA-00/2001 Tanggal 30 Juli 2001, dijelaskan tentang aturan Standar Perilaku Auditor, sebagai berikut: Auditor Internal harus memegang teguh dan mematuhi Kode Etik (Standar Perilaku) berikut ini : a. Berperilaku dan bersikap jujur, obyektif, dan cermat dalam melaksanakan tugas. b. Memiliki integritas dan loyalitas tinggi terhadap profesi, perusahaan dan unit audit internal. Integritas yang dimaksud adalah kepribadian yang dilandasi unsur jujur, berani, bijaksana dan bertanggung jawab sahingga menimbulkan kepercayaan dan rasa hormat. Pengertian unsur-unsur integritas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001 adalah: 1. Jujur, yaitu sifat mental yang baik dan bersih. 2. Berani, yaitu sifat tidak takut menghadapi kesukaran ataupun menjaga tugas berat serta pantang mundur mempertahankan pendapatnya karena kebenaran. 3. Bijaksana, yaitu sifat yang luwes dan lincah sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki tanpa meninggalkan obyektifitas. 4. Tanggung jawab, yaitu sifat yang tegas dan berani menghadapi akibat atau apapun atas perbuatannya, bersikap tidak mengelak ataupun menyalahkan orang lain.
69
c. Menghindari kegiatan atau perbuatan yang merugikan atau patut diduga dapat merugikan profesi internal audit atau perusahaan. d. Menghindari aktivitas yang bertentangan kepentingan dengan perusahaan atau yang mengakibatkan tidak dapat melakukan tugas kewajiban secara obyektif. e. Tidak menerima pemberian dalam bentuk apapun dan dari siapapun, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk dari auditee, klien, kastamer, pemasok, rekanan dan atau pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yang mengganggu atau patut diduga dapat mengganggu pertimbangan profesional auditor. f. Mematuhi sepenuhnya standar profesional auditor internal, kebijakan perusahan dan peraturan perundangan. g. Memelihara dan mempertahankan moral, dan martabat audit internal. h. Tidak memanfaatkan informasi yang diperoleh untuk kepentingan atau keuntungan pribadi atau hal lain yang menimbulkan atau patut diduga dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan dengan alasan apapun. i. Melaporkan semua hasil audit material dengan mengungkapkan kebenaran sesuai fakta yang ada dan tidak menyembunyikan hal yang dapat merugikan perusahaan dan atau dapat melanggar hukum. Bila dihubungkan dengan kondisi yang ada dan berdasarkan informasi dari beberapa Divisi di PT. Telkom Tbk, bahwa staf internal audit dalam menjalankan tugasnya tidak bersikap seperti penyelidik dan tidak memberi kesan hanya mencari-cari kesalahan dari unit kerja yang di audit. Hal ini sesuai dengan yang diharapkan dan yang diatur dalam charter pemeriksaan
70
tersebut. Hubungan manusia merupakan masalah yang paling peka dalam manajemen audit. Kadang-kadang internal auditor menghadapi sikap bermusuhan dari jajaran manajemen audit. Tetapi hal ini tidak terjadi kepada Divisi Internal Audit PT. Telkom Tbk, hal ini dikarenakan internal auditor PT. Telkom Tbk melakukan koordinasi yang baik dengan unit kerja yang di audit, seperti dengan menjelaskan dengan baik dan jelas kepada unit kerja yang di audit akan manfaat dari pelaksanaan manajemen audit. Internal pun dapat menjadi mitra untuk memecahkan masalah dan mencapai alternatif yang terbaik untuk menyelesaikan masalah. Namun harus pula diperhatikan, bahwa hubungan yang terlalu erat dengan jajaran unit kerja yang diaudit juga dapat menimbulkan masalahmasalah yang potensial yaitu dapat mengakibatkan hilangnya obyektifitas, kredibilitas, dan status internal auditor. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Bintoro (2000), dimana peranan internal auditor dalam melakukan manajemen audit pada PT. Indosat dianggap belum mampu memberikan informasi yang akurat, hal tersebut dikarenakan dalam tahap pemeriksaan dan pelaporan internal auditor kurang melakukan koordinasi dengan unit kerja yang di audit, sehingga muncul kesan bahwa internal auditor tidak memiliki kualitas dan hanya mencari-cari kesalahan yang akhirnya menimbulkan kesalahpahaman dari unit kerja yang diaudit. Dengan kondisi tersebut, rasanya sulit untuk memperoleh suatu laporan manajemen audit yang akurat dan berkualitas. Hal itu karena kualitas laporan manajemen audit dihasilkan dari proses yang sistematis yang
71
manggunakan disiplin tertentu yang dilakukan oleh seluruh staf internal auditor. Hal ini pun didukung oleh penjelasan dari general manajer dan manajer unit kerja PT. Indosat bahwa belum pernah laporan manajemen audit dari divisi internal audit digunakan oleh para manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan.
72
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Pada bagian akhir penulisan karya ini, berdasarkan uraian-uraian dibagian muka, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Peranan manajemen PT. Telkom Tbk. sudah benar dan sesuai dengan peraturan. Hal ini dapat dibuktikan dengan selalu dibuatnya laporan hasil pemeriksaan setelah menyelesaikan pekerjaan yang menekankan pada temuan-temuan audit. Pembuatan kesimpulan audit dan rekomendasi untuk meningkatkan sistem perencanaan dan pengendalian manajemen, sehingga tercapai efisiensi, efektifitas dan penghematan. Internal audit di PT. Telkom juga telah mematuhi peraturan yang dibuat oleh divisi internal audit PT. Telkom Tbk. Nomor: TEL 42/DWOOO/UTA-00/2001 tertanggal 30 Juli 2001. 2. Peranan manajemen audit pada PT. Telkom Tbk. sudah mampu memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu kepada manajemen puncak. Hal tersebut dapat dilihat bahwa beberapa General manager dan manager unit kerja pada PT. Telkom Tbk. sering menggunakan laporan yang diterbitkan oleh manajemen audit dari divisi internal audit sebagai dasar untuk mengambil keputusan. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Telkom Tbk. Telah mempunyai divisi internal audit yang mampu memberikan informasi yang handal.
73
3. Auditor internal yang dimiliki oleh PT. Telkom Tbk. Telah dapat bekerja dengan standar yang dapat diandalkan. Mereka dalam menjalankan pekerjaannya tidak bersikap seperti layaknya seorang penyidik yang hanya terkesan mencari-cari kesalahan dari unit kerja yang di auditnya saja. Auditor internal melakukan koordinasi yang baik dengan unit kerja yang diauditnya. Selain itu, auditor internal juga mampu berperan sebagai mitra kerja bagi unit kerja yang ada, yang berguna untuk menyelesaikan masalah yang ada dan mencari alternatif pemecahan masalah yang terbaik dari persoalan yang ada.
B. Implikasi 1. Untuk mengelola manajemen audit dengan baik, Divisi Internal Audit perlu melakukan dokumentasi atas pekerjaan audit dan kertas kerja pemeriksaan secara tertib. Dokumentasi tersebut sangat penting, karena kertas kerja pemeriksaan merupakan mata rantai yang menghubungkan antara obyek yang diaudit dengan laporan hasil manajemen audit. 2. Manajemen di jajaran Divisi Internal Audit perlu pengalaman dan pengetahuan untuk dapat menulis laporan hasil manajemen audit yang berkualitas. Hal ini sangat penting karena laporan hasil manajemen audit yang berkualitas merupakan hasil dari proses yang sistematis dengan menggunakan pendekatan disiplin tertentu. Dengan kualitas laporan seperti
tersebut
diatas,
diharapkan
Divisi
Internal
Audit
dapat
berkontribusi melalui temuan-temuan audit, kesimpulan dan rekomendasi
74
audit untuk dapat meningkatkan sistem perencanaan dan pengendalian manajemen. 3. Internal Auditor harus cepat tanggap dan meningkatkan antisipasinya dalam menghadapi masalah-masalah yang terjadi di unit kerja yang ada di perusahaan. Hal tersebut dimaksudkan agar temuan dan rekomendasi audit tidak terlambat serta bermanfaat bagi jajaran manajemen yang ada di PT. Telkom Tbk. 4. Divisi Internal Audit hendaknya semakin meningkatkan koordinasi yang lebih baik lagi dengan manajemen unit kerja yang diaudit, agar dapat menciptakan kondisi-kondisi yang menguntungkan untuk mendiskusikan konsep laporan hasil manajemen audit serta menciptakan kerjasama yang semakin baik dengan unit kerja yang diaudit. Dengan demikian dapat dihindari terjadinya kesalahpahaman dan perasaan antipati dari manajemen unit kerja yang diaudit. 5. Internal auditor hendaknya tetap bersikap sebagai mitra untuk membantu memecahkan masalah persoalan dengan mencari alternatif yang terbaik bagi unit kerja yang diaudit. 6. Baik temuan negatif maupun temuan positif, semuanya harus dicatat secara jelas dan seksama didalam kertas kerja pemeriksaan. Temuan positif tersebut perlu diangkat agar terdapat keseimbangan dan memberikan motivasi kepada manajemen unit kerja yang diaudit serta dapat menciptakan kondisi yang harmonis.
75
7. Internal Auditor harus dapat mengendalikan diri untuk tidak memberikan komentar-komentar yang dapat menimbulkan hubungan yang tidak baik dengan unit kerja yang diaudit. Internal Auditor juga harus menyadari bahwa fungsinya adalah memberikan jasa kepada organisasi perusahaan dan keberhasilannya sangat tergantung kepada hubungan baik dengan unit kerja yang diaudit dan pihak-pihak yang berhubungan. 8. Hubungan dan suasana kerjasama yang positif dapat dikembangkan melalui laporan hasil manajemen audit. Oleh karena itu, internal auditor dalam menyusun laporan hasil manajemen audit harus mencerminkan kemahiran jabatan yang diterapkan dalam semua tahapan pemeriksaan serta harus didukung oleh bukti dokumentasi yang dicatat dalam kertas kerja. 9. Jajaran Internal Auditor PT. Telkom Tbk, secara terus menerus agar lebih meningkatkan kemahiran jabatan, kemampuan, dan keahlian dibidangnya. Hal tersebut sangat penting karena kualitas pelaksanaan manajemen audit merupakan dasar hubungan yang baik dengan pihak-pihak lainnya. Manajemen unit kerja yang diaudit pada umumnya bereaksi terhadap pelaksanaan manajemen audit dan internal auditornya, atas dasar persepsi, tanggung jawab, dan pelaksanaannya. Bila manajemen unit kerja yang diaudit menganggap bahwa internal auditor mampu dan berkualitas, sehingga jasa manajemen audit tersebut memiliki obyektifitas dan integritas tinggi, maka manajemen unit kerja yang bersangkutan akan mau bekerjasama dengan internal auditor.
76
10. Manajemen Divisi Internal Audit hendaknya memberikan perhatian yang lebih serius terhadap pengembangan karier staf internal auditor. Divisi Internal Audit juga perlu menyusun rencana pengembangan karier staf melalui penugasan, program pendidikan, pelatihan, penilaian prestasi pribadi dan pemantauan atas perkembangannya. Demikian juga perlu disusun program pengembangan karier yang berkesinambungan untuk mendukung terciptanya staf internal auditor yang semakin berkualitas.
77
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. “Auditing (Pemeriksaan Akuntansi) Oleh Kantor Akuntan Publik”. Jilid I & II. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2001. Anthony, Robert N, Govindarajan, Vijay. “Manajemen Control System”. Edisi 11. Salemba Empat. Jakarta. 2006. Arens, Loebbecke. “Auditing Pendekatan Terpadu”. Edisi Indonesia (Amir Abadi Jusuf). Salemba Empat. Jakarta. 2003. Boynton, Johnson. Kell. “Modern Auditing”. Jilid 1. Edisi Tujuh. Erlangga. Jakarta. 2002. Hadari Nawawi. “Metode Penelitian Bidang Sosial”, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2003. Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi.” FEIS-UIN: Jakarta, 2005. Handoko, T. Hani. “Manajemen Audit”. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta. 2000. Herbert, Leo Ph.D. CPA. “Auditing The Performance Of Manajemen”. Belmont, California, Lifetime Learning Publications, 1999. Ikatan Akuntan Indonesia. “Standar Profesional Akuntan Publik (per1 januari 2001)”. Cetakan ke-1. Salemba Empat. Jakarta. 2001. Ikatan Akuntan Indonesia. “Standar Akuntansi Keuangan”. Volume 1 & 2. Salemba Empat. Jakarta.2007. Konrath, Larry F, ”Auditing Concepts And Applications, A Risk Analysis Approach”.Third Edition. Minnesotta. West Publishing Company. 1998. Mowen, Hansen. “Manajemen Accounting”. Edisi 7. Buku 1. Salemba Empat. Jakarta. 2006. Muhammad, Rifqi. “Pengaruh Struktur Organisasi Terhadap Komunikasi Dalam Tim audit”.JAAI Volume 9 No. 2 Desember 2005 Hal 167-188. Sawyer, B.Lawrence. Dittenhofer, A.Mortimer, Scheiner, H.James. “Sawyer’s Internal Auditing”. The Institute of Internal Auditor. Salemba Empat. Jakarta. 2006.
78
Sayle, Allan J. “Manajemen Audits, The Assesment Of Quality Manajemen System”. Second Edition. Great Britain.Quality Press. 1998. Singleton, Hall, Thomson. “Information Technology Auditing and Assurance”. Buku 1. Salemba Empat. 2006. Surachmad, Winarno. “Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Tehnik”, Bandung. Tarsico, 2002. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”. Edisi 3. Cetakan Pertama. Balai Pustaka. Jakarta. 2001. Tugiman, Hiro.“Pengaruh Peran Auditor Internal, Serta Faktor-Faktor Pendukungnya Terhadap Peningkatan Pengendalian Internal Dan Kinerja Perusahaan (Survai Pada 102 BUMN dan BUMD)”. Jurnal Akuntansi/Th.VI/01 Mei/2002 Hal 33-48. Warren, Reeve, Fess. “Accounting Pengantar Akuntansi”. Edisi 21. Salemba Empat. Jakarta. 2005.
79