BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Masalah penyalahgunaan dan peredaran narkoba saat ini sudah menjadi persoalan global yang melanda semua wilayah maupun negara di dunia. Terkhususnya di Indonesia sendiri, penyalahgunaan dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Narkoba tidak lagi memandang usia, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua sekalipun tidak luput dari jeratan penyalahgunaan narkoba. Serta tidak hanya dinikmati kalangan tertentu saja, tetapi sudah digunakan berbagai profesi, seperti pengusaha, birokrat, aparat hukum dan lainnya. Selain itu, persoalan peredaran narkoba juga tidak kalah mengkhawatirkan. Ini dilihat dari peredarannya bukan hanya di kota-kota besar tetapi sampai meramba ke pelosok Indonesia. Indonesia menjadi salah satu negara yang sedang berkembang yang menjadi pasar besar bagi peredaran narkoba. Menurut Direktur Diseminasi Informasi Deputi Bidang Pencegahan BNN, bahwa saat ini Indonesia tidak lagi menjadi negara transit tetapi sudah menjadi negara pasar narkoba yang besar, apalagi dengan harga yang tinggi sehingga rawan dan surga bagi sindikat narkoba ( dalam Satu News, 2013). Bukan hanya sebagai tempat transit atau tempat mengedarkan narkoba namun juga telah berkembang menjadi tempat penghasil narkoba. Kondisi ini mungkin tercipta sebagai dampak dari era globalisasi yang ditandai dengan kemajuaan teknologi informasi, liberalisasi perdagangan dan kemajuaan industri pariwisata yang mendorong Indonesia dapat tumbuh 11
kembang menjadi negara penghasil narkoba. Peredaran gelap narkoba ini tidak hanya berasal dari dalam negeri saja, namun juga datang dari luar negeri baik itu melalui jalur darat, jalur laut ataupun jalur udara. Peredaran gelap narkoba melalui jalur darat umumnya terjadi di sekitar wilayah perbatasan Indoensia dengan negara sekitar. Hal ini dapat terjadi karena lemahnya
sistem
pengawasan
dan
keamanan
di
wilayah
perbatasan
(http://www.ilunifk83.com/t400p30-mengenal-narkoba diakses pada 25 Agustus 2014, pukul 21:05 WIB). Pola peredaran narkoba semakin melanglang buana menembus batas negara, di mana saat ini narkoba sudah menjadi hal yang sangat menakutkan dan mengancam pertumbuhan generasi bangsa kita. Mengingat bahwa dewasa ini, arus perkembangan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah membawa masyarakat pada kemudahan-kemudahan mendapatkan informasi. Semua hal dapat menyebar lebih cepat melalui alat komunikasi yang semakin canggih. Tingginya harga narkoba merupakan salah satu faktor penyebab peredaran narkoba seperti shabu-shabu. Direktur Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Anjan Pramuka Putra mengatakan bahwa harga pasaran shabu-shabu di Indonesia lebih mahal dibandingkan dengan Iran yakni salah satu negara produsen shabu terbesar di Indonesia. Harga shabu-shabu di iran per kilogram Rp. 100.000.000, sedangkan di Indonesia Rp. 400.000.000 sampai Rp. 1000.000.000.
Dan
ini
masih
partai
standar,
bukan
partai
besar.
(http://nasional.inilah.com/read/detail/429542/harga-shabu-di-indonesia-ternyata-tergolongtinggi diakses pada tanggal 7 Maret 2015, pukul 18.00 WIB). Jika lingkungan sosial banyak terjadi penyimpangan maka ini dapat beresiko pada rusaknya cita dan citra generasi bangsa yang diakibatkan norma-norma dan nilai-nilai dalam 12
masyarakat telah terabaikan. Dengan demikian, demi berlangsungnya tertib sosial, perlu menegakkan kembali aturan-aturan yang bersifat normatif di masyarakat. Maka norma-norma sosial sangat perlu diketahui dan dipahami setiap anggota masyarakat lewat belajar dan mempelajarinya. Ini secara sosiologis biasa dikenal yaitu proses sosialisasi. Dalam proses sosialisasi dilaksanakan oleh kelompok-kelompok dalam masyarakat, yang disebut sebagai agen sosialisasi. Sejalan dengan hal tersebut, yang menjadi perhatian kita adalah keluarga sebagai agen sosialisasi. Keluarga merupakan salah satu agen sosialisasi yang utama di masyarakat. Selain itu, keluarga juga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi manusia (dalam Narwoko dan Suyanto, 2007 : 92). Dari kasus penyalahgunaan narkoba yang tidak sedikit pada kalangan anak-anak dan remaja, sehingga membuat orang tua dalam keluarga terus merasakan kecemasan jika anaknya ikut dan terlibat ke dalamnya. Namun, dalam hal ini ditegaskan keluarga yang dimaksud bukan hanya sebatas orang tua atau saudara kandung saja, melainkan istri, suami, maupun anak juga. Untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika (P4GN) yang sudah sangat merugikan dan membahayakan kehidupan masyarakat maka pemerintah melakukan upaya-upaya penegakan hukum tentang penggunaan, impor, eskpor, menanam, pengedaran narkotika secara terkendali dan diawasi dengan ketat. Ini dibuktikan dibuatnya peraturan hukum lewat Undang Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, untuk mengatur pemberantasan terhadap tindak pidana narkotika dengan memberikan ancaman sanksi pidana, seperti penjara, penjara seumur hidup, dan hukuman mati (dalam Siswanto, 2012 : 1-2).
13
Meskipun Undang-Undang Narkotika telah dibuat, penyalahgunaan dan peredaran gelapnya masih belum terbendung dan ditekan. Malahan setiap tahunnya kian tinggi dan bertambah. Salah satu faktor penting agar efektifitas atas pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan psikotropika maka dibuat lah lagi peraturan mengenai kelembagaaan yang sudah yaitu BNN. Lewat PERPRES (peraturan presiden) Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika Provinsi, dan Badan Narkotika Kabupaten/Kota. BNN yang sekarang ini sudah diperkuat kewenangannya dalam penyelidikan dan penyidikan. Dalam hal ini, secara sosiologis perlu diketahui BNN bukan hanya lembaga pemerintah yang bertugas menyelidiki dan menyidiki kasus narkotika, melainkan juga sebagai agen sosialisasi dalam masyarakat yang amat berperan penting dan berpengaruh terhadap pengetahuan dan pemahaman tentang dampak-dampak yang ditimbulkan narkoba kepada masyarakat. Sehubungan dengan ini sumatera utara merupakan provinsi yang cukup tinggi kasuskasus narkobanya dengan peringkat ketiga setelah Jakarta dan Jawa Timur. Berdasarkan data Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN pada pertengahan tahun 2012, sumatera utara tercatat menduduki peringkat ketiga dengan 2000 kasus. Di sumatera utara, jenis narkoba yang paling banyak digunakan dan diedarkan yaitu ganja dan shabu-shabu karena kedua jenis ini sangat dinikmati dan mudah didapatkan oleh pelakunya.
Menurut AKBP MP Nainggolan (dalam Berita Sore, 2014) pada tahun 2013 terakhir dari 3.094 kasus narkoba di SUMUT yang berhasil diungkap dengan barang bukti cukup beragam
(http://beritasore.com/2014/01/16/3-094-kasus-narkoba-di-sumut/ diakses pada
tanggal 23 April 2014 pukul 19:55 wib). 14
Berdasarkan hasil observasi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Desa Perumnas Simalingkar, ada sekelompok pemuda setempat sedang santai bernyanyi sambil menghisap ganja atau stephen (nama samaran baru dari ganja), yang mana menurut mereka hal tersebut sudah biasa dilakukan, baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan asalkan pandai melihat situasi. Hal ini dapat beresiko pada masyarakat sekitar lainnya seperti anak-anak, remaja dan pemuda-pemudi serta orang dewasa dan lainnya untuk meniru atau mengikuti jika memakai obat terlarang tidak lagi sembunyi-sembunyi alias terang-terangan. Desa Perumnas Simalingkar bisa dikatakan sebagai desa yang maju karena lokasinya tidak jauh dari kota dan hanya dibatasi oleh jembatan pemisah dari Perumnas Simalingkar, kecamatan Medan Tuntungan. Desa ini terdapat banyak terminal atau pangkalan angkot, ada beberapa sekolah dan tempat ibadah, dan lainnya. Kondisi lingkungan di Desa Perumnas Simalingkar bisa disebut rawan untuk tumbuhnya tindakan atau perilaku menyimpang. Hal ini dikarenakan wilayah Desa Perumnas Simalingkar memiliki jumlah penduduk yang tidak sedikit yakni lebih dari 1600 KK dan penduduknya sudah bertransisi kearah hidup yang modern. Ada beberapa hal yang menjadi daya tarik bagi penulis pada saat melihat kondisi lingkungan sosial yang rawan pada desa ini, yaitu: 1. Penyalahgunaan dan peredaran narkoba berkembang dengan cepat di setiap area, terkhusus di gang-gang. 2. Ada beberapa tempat yang buka hingga dini hari, seperti warnet, warung kopi, dan billyard. Tempat ini biasanya banyak pemuda-pemudi nongkrong, bertaruh atau berjudi, sampai memakai narkoba
15
3. Ada beberapa terminal angkot menjadi tempat memakai dan mengedarkan narkoba. 4. Ada beberapa kelompok pemuda setempat melakukan aksi premanis diluar daerah dan anggota dari gang motor yang cukup terkenal di Medan. 5. Terdapat basecamp khusus yang merupakan tempat biasa dari pemakai dan pengedar narkoba dalam melakukan aksinya. Apabila hal ini terus dibiarkan akan mengakibatkan kehancuran masa depan generasi bangsa yang diharapkan dapat membangun dan mengembangkan kehidupan yang layak untuk semua masyarakat atau warga negara. Oleh sebab itu, sangat dibutuhkan kepedulian, keprihatinan, empati dari institusi atau lembaga yang berkaitan dengan ini, seperti BNN, keluarga, pendidikan, agama, hukum dan lainnya sangat dibutuhkan agar menciptakan proses sosialisasi yang baik dan mapan bagi putra atau putri bangsa dan negara. Berhubungan dengan hal ini, dalam rangka meningkatkan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan serta peredaran gelap narkoba, dan demi tercapainya Indonesia Bebas Narkoba Tahun 2015, diperlukan kerja keras yang ekstra serta kerja sama antara lembaga negara dan masyarakat, melalui pemberian informasi-informasi penting atau sosialisasi mengenai bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Dalam hubungan ini secara khusus pula perlu peranan aktif dari agen sosialisasi dalam masyarakat dalam upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat yang nantinya pengetahuan tersebut berguna dan bermanfaat dalam kehidupan masyarakat. Berdasarkan informasi dari media cetak, media elektronik, dan masyarakat, penulis mengetahui bahwa penyalahgunaan dan peredaran narkoba sedang marak terjadi. Dengan melihat kondisi-kondisi tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
16
Pengetahuan Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar Tentang Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas dilihat dari latar belakang yang sudah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pengetahuan masyarakat Desa Perumnas Simalingkar tentang penyalahgunaan dan peredaran narkoba ? 2. Bagaimanakah gambaran Keluarga dan BNN (Badan Narkotikan Nasional) sebagai agen sosialisasi ?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan masyarakat Desa Perumnas Simalingkar tentang penyalahgunaan dan peredaran narkoba.
2.
Untuk mengetahui bagaimana gambaran Keluarga dan BNN (Badan Narkotika Nasional) sebagai agen sosialisasi.
17
1.4. Manfaat Penelitian Setiap penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, baik untuk diri sendiri, maupun orang lain, terlebih lagi untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu : 1. Manfaat Teoritis Secara
teoritis
hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
meningkatkan
dan
mengembangkan dibidang ilmu sosial, khususnya sosiologi pendidikan serta menambah referensi dan sumbangan pemikiran hasil penelitian yang juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan-masukan kepada pihak-pihak atau lembaga-lembaga yang membutuhkannya, terutama bagi keluarga, BNN (Badan Narkotika Nasional), dan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat untuk meningkatkan sosialisasi agar memperluas pengetahuan masyarakat tentang penyalahgunaan dan peredaran narkoba untuk mencegah kegiatan haram tersebut terjadi di lingkungan masyarakat sekitar.
1.5. Definisi Konsep Dalam sebuah penelitian ilmiah, definisi konsep sangan diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah definisi, suatu abstraksi mengenai gejala atau realita atau suatu pengertian yang nantinya akan memperjelaskan suatu gejala. Disamping mempermudah dan memfokuskan penelitian, konsep juga berfungsi 18
sebagai panduan bagi peneliti untuk menindak lanjuti kasus tersebut serta menghindari timbulnya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam penelitian. Dengan kata lain, konsep adalah istilah yang mewakili atau suatu pengertian tersebut. Beberapa konsep yang dibatasi dengan pendefinisiannya secara operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan keseluruhan gagasan, ide, konsep, dan pemahaman, yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya, pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan, dan pemahaman, manusia menjalani segala sesuatu. 2. Masyarakat Masyarakat adalah sekumpulan orang yang membentuk sistem, yang terjadi komunikasi didalam kelompok tersebut. 3. Penyalahgunaan dan peredaran narkoba merupakan aktivitas menyimpang dari norma-norma sosial yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang yang berakibat dan berdampak buruk terhadap kondisi sosial masyarakat. Kondisi sosial yang buruk dalam masyarakat disebabkan oleh terganggunya mental dan perilaku penyalahguna narkoba dan peredarannya merugikan masyarakat. 4. Narkoba adalah zat kimia yang mengubah keadaan psikologis perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, dan lain sebagainya. 5. Keluarga adalah institusi sosial dasar atau kelompok primer. Dalam penelitian ini keluarga secara langsung berperan sebagai agen sosialisasi utama, yang terdiri dari beberapa orang, seperti ayah, ibu, kakak, adik, dan juga istri, suami, dan anak bila yang sudah berkeluarga. 19
6. BNN adalah lembaga pemerintah atau kelompok formal. Dalam penelian ini BNN secara tidak langsung berperan sebagai agen sosialisasi yang memberikan informasi tentang bahaya penyalahgunaan dan peredaran narkoba kepada masyarakat.
20