FOOD COURT TERAPUNG Arsitektur Ekologi Sebagai Dasar Penataan Lansekap yang Berwawasan Lingkungan
BAB I PENDAHULUAN 1.
Latar Belakang 1.
Potensi Rawa Jombor
Kabupaten Klaten merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki potensi sumber alam yang melimpah, hamparan sawah yang luas dan sumber air yang melimpah. Di samping itu kabupaten Klaten memiliki potensi pariwisata yang tak kalah menarik, salah satunya adalah Rowo Jombor yang terletak pada Latitude -7,7494444 dan Longitude 110,6263889 tepatnya di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Dengan luas kurang lebih 190Ha dan memiliki kedalaman hingga 5m, dan dapat dijangkau dari arah selatan pusat kota sejauh 8km1. This image cannot currently be display ed.
Gambar 1 Peta Pariwisata Klaten Sumber www.google.com Rowo Jombor ini merupakan rawa yang telah dimanfaatkan sebagai pengairan, perikanan, perdagangan berupa Warung Apung dan pada waktu tertentu yakni pada bulan‐ bulan Syawal digunakan sebagai tempat perayaan Syawalan, bahkan pengunjung rawa ini bukan hanya masyarakat sekitar saja melainkan datang dari seluruh penjuru kota 1Suara Merdeka perekat komunitas Jawa Tengah, Rabu 9 November 2009 Muhammad Rusdian Wahid / 09512129 1
FOOD COURT TERAPUNG Arsitektur Ekologi Sebagai Dasar Penataan Lansekap yang Berwawasan Lingkungan
Keberadaan rawa ini awal mulanya merupakan daerah yang mempunyai permukaan wilayah terendah dibanding daerah sekitarnya, dimana daerah tersebut selalu digenangi air, Pada jaman penjajahan Belanda daerah yang tergenang itu dikembangkan menjadi daerah penampungan air yang digunakan untuk mengairi daerah perkebunan / pertanian dimana pada saat itu komuditasnya adalah tanaman tebu ( Master plan rowo jombor, Bappeda Kab. Klaten 2003). This image cannot currently be display ed.
Gambar 2 Warung Apung Sumber www.google.com Kini potensi yang ada di Rowo Jombor ini salah satunya adalah sebagai daerah Wisata, dimana telah berkembang adanya WARUNG APUNG obyek wisata Warung Apung ini timbul karena adanya budidaya ikan dengan menggunakan sistem keramba apung di lokasi Rowo Jombor, sehingga salah satu cara pemasaran hasil budidaya keramba tersebut adalah menjualnya hasil budidaya dalam bentuk olahan dan disajikan di warung‐warung apung yang ada disekitarnya. Disamping warung apung, disekitar Rowo Jombor juga terdapat wisata pancingan dan wisata gethek/rakit yang diperguunakan sebagai alat transporatsi dari daratan menuju warung apung yang ada ditengah rawa. Keberadaan Warung‐warung apung di Rowo Jombor ini memanfaatkan lahan rawa dibagian utara dengan jarak dari daratan sekitar 50 meter, yang berdekatan dengan pintu masuk ke arah kawasan Rowo Jombor. Sedangkan untuk keramba ikan berada disekeliling rawa dengan luas masing‐masing keramba sekitar 500 – 1.500 meter persegi dan diletakkan di belakang warung‐warung apung,2. Potensi kawasan Rowo Jombor berupa hasil perikanan dan pariwisata menjadikan kawasan ini memiliki ciri khas tersendiri bagi yang pernah singgah dan menikmati suasana Rowo Jombor. Hal ini yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan perekonomian masyarakat sekitar, Masyarakat memulai membuka usaha warung apung untuk 2http://diskanlut-jateng.go.id/index.php/read/news/detail/34 Muhammad Rusdian Wahid / 09512129 2
FOOD COURT TERAPUNG Arsitektur Ekologi Sebagai Dasar Penataan Lansekap yang Berwawasan Lingkungan
meningkatkan pendapatan dan menjadikan Rowo Jombor ini sebagai wisata kuliner dan area wisata memancing. Tabel 1 Data Pengunjung Rawa Jombor No
Tahun
Jumlah Pengunjung
Rata‐Rata per Tahun
1
2002
120.121
1 tahun
2
2003
131.200
1 tahun
3
2004
177.358
1 tahun
4
2005
179.450
1 tahun
5
2006
150.200
1 tahun
6
2007
67.454
1 tahun
7
2008
62.700
1 tahun
8
2009
49.000
1 tahun
9
2010
38.800
1 tahun
10
2011
30.414
1 tahun
11
2012
31.246
1 tahun
Sumber Dinas Pariwisata Klaten Selama tahun 2009 hingga 2011terjadi penurunan pengunjung hingga 60 persen. Pada hari‐hari libur dan hari Minggu yang sebelumnya bisa mencapai sekitar 1.000 pengunjung, kini rata‐rata tinggal sekitar 400 pengunjung 3 .Penyebab menurunnya pengunjung dikarenakan kurangnya daya tarik wisatawan terhadap kawasan Rowo Jombor dan diadakannya pengerukan endapan lumpur serta pembersihan enceng gondok liar yang ada di rawa sehingga mengganggu aktivitas pariwisata di Rawa Jombor. Kawasan Rowo Jombor memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat sekitar Rowo Jombor. Potensi ini terlihat dari beberapa sumber daya alam yang ada di kawasan perairan rawa 3Kedaulatan Rakyat Senin, 25 Maret 2013. Muhammad Rusdian Wahid / 09512129 3
FOOD COURT TERAPUNG Arsitektur Ekologi Sebagai Dasar Penataan Lansekap yang Berwawasan Lingkungan
seperti banyaknya organisme dalam air yang memberikan kehidupan berupa plankton dan fitoplankton sebagai makanan alami bagi organisme yang berada diatas tingkatan rantai makannya. Rawa jombor sangat luas, yang sebagian dihuni oleh warung apung, keramba. Aktivitas manusia di rawa menyebabkan banyak pencemaran yang berasal dari sisa‐sisa makanan warung apung khususnya pembuangan sisa‐sisa makanan yang berakibat buruk bagi kehidupan jasad hidup di dalam air. Aktivitas manusia di keramba juga menyebabkan pencemaran khususnya sisa‐sisa pakan ikan yang berupa pelet. Bahan pencemar menyebabkan terjadinya perubahan parameter lingkungan di dalam air yang tidak sesuai lagi bagi kehidupan jasad hidup. Apabila perubahan yang terjadi melewati ambang batas akibatnya akan fatal bagi kelangsungan hidup organisme air di dalamnya. (Barus, 2004). This image cannot currently be display ed.
Gambar 3 Sampah di Rawa Sumber Survey Penulis 2013 Menurut Sachlan (1978), dalam dunia perikanan yang disebut plankton ialah jasad‐ jasad renik yang melayang dalam air, tidak bergerak atau bergerak sedikit dan selalu mengikuti arus. Odum (1994) menyatakan bahwa plankton adalah organisme yang mengapung di perairan dan pergerakannya kurang lebih tergantung arus, secara keseluruhan plankton tidak dapat bergerak melawa arus. Plankton terdiri dari Fitoplankton dan Zooplankton. Fitoplankton hanya terdiri dari alga yang mikroskopis. Semua Fitoplankton selamanya hidup dalam air sebagai plankton dan diberi nama Holoplankton. Lain halnya dengan zooplankton, zooplankton terdiri dari Holoplankton dan Meroplankton atau termoairplankton4. 4www.Fitoplankton_di_Rawa_Jombor.html Muhammad Rusdian Wahid / 09512129 4
FOOD COURT TERAPUNG Arsitektur Ekologi Sebagai Dasar Penataan Lansekap yang Berwawasan Lingkungan
Tabel 2 Genus Fitoplankton yang Ditemukan di Rowo Jombor This image cannot currently be display ed.
Sumber Penelitian Produktifitas Primer Rawa Jombor, Belinda Dian Anggraeni, Fakultas Biologi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Tabel 3 Densitas Fitoplankton Ditiap Titik Pengamatan This image cannot currently be display ed.
Sumber Penelitian Produktifitas Primer Rawa Jombor, Belinda Dian Anggraeni, Fakultas Biologi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Enceng gondok yang tumbuh sangat banyak di permukaan air rawa juga dapat menjadi salah satu potensi kawasan air ini. Banyak kalangan menganggap enceng gondok sebagai tanaman yang dapat merusak lingkungan.hal itu dikarenakan sifatnya yang tumbuh liar di rawa, danau, sungai, selokan dan genangan air lainnya.karena sifatnya yang mudah tumbuh dan beadaptasi itu, enceng gondok dalam waktu yang cepat mampu menutupi permukaan berair sehingga sangat mengganggu pandangan.
Muhammad Rusdian Wahid / 09512129 5
FOOD COURT TERAPUNG Arsitektur Ekologi Sebagai Dasar Penataan Lansekap yang Berwawasan Lingkungan This image cannot currently be display ed.
Gambar 4 Enceng Gondok Sumber Survey Penulis 2013 Namun di balik sifatnya yang mengganggu,ternyata tanaman enceng gondok memiliki senyawa kimia penting hingga mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Kandungan unsur pada eceng gondok di antaranya unsur SiO2, calsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (Na), chlorida (Cl), cupper (Cu), mangan (Mn), ferum (Fe) dan banyak lagi5. Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk menentukan struktur komunitas. Semakin banyak jumlah spesies dengan tingkat jumlah yang sama atau mendekati sama, semakin tinggi tingkat heterogenitasnya. Sebaliknya, jika jumlah spesies sangat sedikit dan terdapat perbedaan jumlah individu yang besar antarspesies maka semakin rendah pula heterogenitas suatu komunitas. Keanekaragaman yang rendah mencerminkan adanya dominasi suatu spesies. Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk melihat kompleksitas suatu komunitas. Semakin tinggi tingkat keanekaragaman semakin kompleks interaksi yang mungkin terjadi antar spesies6. Melimpahnya potensi alam yang dimiliki kawasan Rowo Jombor yang berupa perikanan, keanekaragaman jenis plankton dalam air, enceng gondok serta lokasi kawasan rawa yang sangat strategis sebagai kawasan wisata yang menjadi aset bagi kawasan Rowo Jombor dan perlu dikembangkan sebagai identitas atau icon pariwisata bagi kota Klaten.
2.
Wisata Kuliner Warung Apung
5http://www.pantonanews.com/2612-nilai-guna-eceng-gondok 6EKOLOGI Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif, Amin Setyo Leksono, M.Si., Ph.D.,2007
Muhammad Rusdian Wahid / 09512129 6
FOOD COURT TERAPUNG Arsitektur Ekologi Sebagai Dasar Penataan Lansekap yang Berwawasan Lingkungan
Warung apung sebetulnya hanyalah sebuah bangunan yang mengapung di atas air. Namun warung apung di Rawa Jombor ini memberikan daya tarik tersendiri berikut nuansa kuliner yang ditawarkan. Jumlah warung apung di Rawa Jombor ini cukup banyak dan dibatasi per kapling, para pengunjung tinggal memilih warung apung yang akan dijadikan tempat untuk menikmati wisata kuliner di Rawa Jombor. Konsep warung apung Rawa Jombor dengan mengikat drum‐drum kosong kemudian diberi alas kayu dan atap sehingga mirip seperti bangunan semi permanen. Kemudian diapungkan sedikit ke tengah rawa kira‐kira 20‐30 meter dari tepi rawa. Untuk menuju warung apung dengan menggunakan rakit atau perahu yang ditarik dengan tali di kedua sisi. Di warung apung Rawa Jombor ini juga disediakan alat untuk memancing beserta umpannya untuk memancing di rawa ini. Alat pancing berupa pancing sederhana yang terbuat dari ranting kayu dibagian ujung diikat dengan tali. Tali yang memiliki panjang sekitar 2‐3 meter diberi kait dibagian ujung untuk meletakkan umpan. Kegiatan ini hanya sebagai hiburan dan cukup sulit untuk mendapatkan ikan, bilapun mendapatkan ikan biasanya berukuran kecil. Ikan yang dipancing bukan berasal dari kolam yang dibuat oleh penyedia warung apung dari jaring namun berasal dari rawa. Susahnya mencari ikan di Rawa Jombor diakibatkan air rawa terlihat keruh, berwarna kehijauan, pencemaranm dan beberapa bagian rawa telah mengalami pendangkalan. Diperparah dengan pertumbuhan enceng gondok di beberapa bagian rawa yang tidak digunakan untuk warung apung. Mengakibatkan banyak orang tidak mengetahui bahwa Rawa Jombor merupakan rawa atau telaga yang terbentuk secara alami bukan buatan7.
Dengan adanya warung apung di Rowo Jombor ini sangat berdampak besar bagi perekonomian masyarakat yang tinggal di sekitar Rowo Jombor ini, namun pada kenyataan keberadaan warung apung ini juga memberikan dampak negatif bagi ekologi rawa pada khususnya. Hal ini disebabkan adanya sistem pembuangan limbah rumah tangga yang kurang baik atau tidak dilakukan dengan sistem khusus sehingga pembuangannya tercampur langsung dengan air dan menyebabkan terganggunya ekosistem air di Rowo Jombor.
7http://teamtouring.net/warung-apung-rawa-jombor.html Muhammad Rusdian Wahid / 09512129 7
FOOD COURT TERAPUNG Arsitektur Ekologi Sebagai Dasar Penataan Lansekap yang Berwawasan Lingkungan
Kondisi lingkungan Rowo Jombor yang mulai tercemar merupakan dampak dari keberadaan warung apung yang belum memiliki sistem pengolahan limbah yang baik, menyebabkan terancamnya kelangsungan hidup organisme yang ada di dalam maupun di permukaan air serta membuat kenyamanan penggunanya. Melihat kondisi seperti ini maka diperlukan penataan ulang kawasan dan terutama pada area yang digunakan untuk usaha warung apung sekaligus melengkapi prasarana yang menunjang pada kelestarian ekosistem di Rowo Jombor. Perancangan Foodcourt terapung dengan pendekatan arsitektur ekologi sebagai acuan perancanagan yang mengutamakan pada aspek kualitas lingkungan yang lebih baik dengan sistem pengelolaan limbah dan pengolahan lansekap dipermukaan air sehingga keaslian ekologi kawasan Rowo Jombor tetap terjaga dan dapat meningkatkan kualitas pariwisatanya. 3.
Lingkungan Rawa Jombor
Rawa merupakan habitat air yang menempati daerah yang relatif kecil di permukaan bumi, dibandingkan dengan habitat laut dan daratan. Bagi manusia fungsinya jauh lebih penting di bandingkan dengan luas daerahnya, karena habitat ini merupakan sumber air yang praktis dan murah untuk kehidupan manusia. Penelitian tentang habitat air tawar yang pernah dilakukan menunjukan bahwa distribusi spesies di dalam suatu seri ekosistem tergantung pada keseimbangan antara habitat yang disukai, kemampuan kompetitif di dalam habitat yang berbeda serta efek predasi (Naughton and Wolf, 1990). Kehidupan organisme di dalam perairan tergantung pula pada kondisi perairan tempat hidupnya, maka secara langsung atau tidak langsung sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik dan kimiawi airnya. Disamping itu, ekosistem air merupakan sistem pembuangan yang memadai dan paling murah, maka hal ini jelas akan mempengaruhi kondisi perairan (Odum, 1993). Rowo Jombor memiliki ekosistem yang sangat beragam dan saling terkait antara satu dan yang lain sehingga menciptakan rantai ekologi. Keragaman ini terlihat dari beberapa jenis organisme yang hidup di dalam maupun permukaan seperti plankton yang memiliki jenis yang beragam, ikan-ikan yang dibudidaya di keramba apung, enceng gondok yang sangat banyak, teratai air, dan sebagainya. Kehidupan ekosistem ini sangat bergantung pada peran manusia sebagai pengguna dan penjaga kelestarian alam di kawasan Rowo Jombor.
Muhammad Rusdian Wahid / 09512129 8
FOOD COURT TERAPUNG Arsitektur Ekologi Sebagai Dasar Penataan Lansekap yang Berwawasan Lingkungan
Ekosistem air Rowo Jombor yang kini telah tercemar oleh aktivitas manusia di sekitarnya seperti membuang sampah ke rawa dan aktivitas di warung apung yang membuang limbahnya tanpa treatment khusus yang menyebabkan air rawa tercemar. Hal ini diindikasikan menjadi penyebab ikan yang hidup di rawa menjadi berkurang dan kandungan oksigen dalam air mulai berkurang karena banyaknya enceng gondok dan tanaman teratai yang mati. Jasad atau sisa-sisa organisme yang mati akan tenggelam dan menyebabkan pendangkalan rawa semakin cepat. Untuk kasus perancanagan Foodcourt terapung, sanagat diperlukan konsistensi untuk menyelaraskan ekosistem rawa dengan kebutuhan ruang yang fungsional sehingga untuk kedepannya tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan rawa dan sekitarnya. 4.
Peran Arsitektur Ekologi dalam Kesinambungan Alam
Arsitektur merupakan bagian dari ekologi. Hal-hal yang berhubungan dengan suatu desain arsitektur, tidak terlepas dari lingkungan/alam baik itu secara material maupun non material. Arsitektur yang berhubungan dengan aspek material yaitu, bahan-bahan bangunan yang bersumber dari alam, misalnya batu, air, semen, kayu, pasir, dan sebagainya; sedangkan yang berhubungan dengan aspek non material misalnya faktor kenyamanan, keamanan, keselarasan, estetika, kelayakan, dan lain-lain. Oleh sebab itu keduanya saling berkaitan dan sekaligus dapat mempengaruhi satu sama lain ke arah yang positif atau sebaliknya. Suatu desain yang tidak mempertimbangkan lingkungan/alam, tentunya akan merusak ekosistem, dan bila suatu ekosistem menjadi rusak, ini akan mempengaruhi kenyamanan, dan keamanan manusia itu sendiri. Selain itu, eksplorasi alam yang melampaui batas tanpa memikirkan kesinambungannya, akan mengakibatkan berkurangnya sumber daya alam dan merusak lingkungan. Untuk mengoptimalkan sasaran arsitektur yang ekologis, maka pemanfaatan sumber daya alam dalam membangun harus memperhatikan kemampuan dan peruntukannya, demi pelestarian fungsi lingkungan dan mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Membangun secara ekologis merupakan salah satu bukti keterlibatan arsitek dalam melakukan integrasi sosial, ekologis dan fungsional yang menjamin peningkatan kualitas hidup secara berkelanjutan. Karya arsitektur dapat menciptakan kesecitraan manusia, kesatuan,
Muhammad Rusdian Wahid / 09512129 9
FOOD COURT TERAPUNG Arsitektur Ekologi Sebagai Dasar Penataan Lansekap yang Berwawasan Lingkungan
keterpaduan
sosial
dan
kelestarian
sumber
budaya
alam
sehingga
terus
berkelanjutan8. Karakteristik kawasan Rowo Jombor yang memiliki potensi alam yang alami
serta
keragaman
ekologinya
menjadi
salah
satu
acuan
untuk
dikembangkan wisata kuliner Foodcourt terapung yang dimana wisata ini dapat merespon potensi yang ada tersebutdengan penataan lansekap kawasan berkelanjutan, diharapkan dapat memberi kontribusi yang berarti bagi perlindungan alam dan tanpa menghilangkan citra arsitektur Indonesia pada umumnya. 2.
Latar Belakang Permasalahan 1.
Pentingnya Foodcourt untuk Menarik Wisatawan
Perkembangan dunia kuliner semakin lama semakin berkembang. Banyaknya media cetak, media elektronik yang menyajikan informasi kuliner semakin lama semakin berkembang diikuti dengan minat masyarakat yang besar terhadap dunia kuliner. Hal ini juga ditunjukkan dengan banyaknya peredaran buku-buku serta majalah yang membahas info kuliner serta banyak pula tayangan kuliner di media elektronik serta internet yang memberikan informasi-informasi terbaru dalam dunia kuliner. Dunia kuliner merupakan hal yang berhubungan dengan masak-memasak, makanan dan dapur. Keanekaragaman makanan yang ada saat ini baik di Indonesia maupun mancanegara semakin berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Adanya nilai seni dalam dunia kuliner ini membuat makanan tidak lagi sekedar sebagai pemenuhan kebutuhan pokok, tetapi juga merupakan suatu karya seni dan gaya hidup. This image cannot currently be display ed.
This image cannot currently be display ed.
Gambar 5 Warung apung 8http://www.gloriana.buluaro.org/2011/12/arsitektur-ekologis.html Muhammad Rusdian Wahid / 09512129 10
FOOD COURT TERAPUNG Arsitektur Ekologi Sebagai Dasar Penataan Lansekap yang Berwawasan Lingkungan
Sumber Survey Penulis 2013
Dengan adanya fasilitas kuliner berupa food court dapat memberikan suasana baru dalam wisata kuliner sehingga pengunjung dapat tertarik untuk mencoba hal baru tersebut. 2.
Pentingnya Pengolahan Limbah
Kondisi perairan rawa yang tercemar dapat menimbulkan masalah baru yang berakibat pada menurunya tingkat pengunjung wisata sehingga perlu adanya penanganan khusus untuk permasalahan limbah. This image cannot currently be display ed.
This image cannot currently be display ed.
Gambar 6 Pencemaran di rawa jombor Sumber Survey Penulis 2013
Kawasan perairan di rawa jombor sangat rentan akan pencemaran seiring banyaknya pengunjung dan adanya warung apung di sekitar rawa terlihat banyaknya sampah yang tergenang di permukaan air serta mulai mendangkalnya rawa karena sistem pengolahan limbah warung apung yang tidak berjalan semestinya. 3.
Pentingnya Arsitektur Ekologi Dalam Penataan Lansekap
Konsep ekologis merupakan konsep penataan lingkungan dengan memanfaatkan potensi atau sumberdaya alam dan penggunaan teknologi berdasarkan manajemen etis yang ramah lingkungan. Pola perencanaan dan perancangan Arsitektur Ekologis (Eko-Arsitektur) adalah sebagai berikut: 1.
Elemen-elemen arsitektur mampu seoptimal mungkin memberikan perlindungan terhadap sinar panas, angin dan hujan.
2.
Intensitas energi yang terkandung dalam material yang digunakan saat pembangunan harus seminimal mungkin.
Muhammad Rusdian Wahid / 09512129 11
FOOD COURT TERAPUNG Arsitektur Ekologi Sebagai Dasar Penataan Lansekap yang Berwawasan Lingkungan
Menurut Yeang (2006), pendekatan ekologi dalam arsitektur didefinisikan dengan Ecological design is bioclimatic design, design with the climate of the locality, and low energy design. Dengan demikian terdapat integrasi antara kondisi ekologi lokal, iklim mikro dan makro, kondisi tapak, program bangunan atau kawasan, konsep, dan sistem yang tanggap terhadap iklim, serta penggunaan energi yang rendah. Integrasi dapat dilakukan pada tiga tingkatan: 1.
Integrasi fisik dan karakter fisik ekologi setempat (tanah, topografi, air tanah, vegetasi, iklim, dsb.)
2.
Integrasi sistem-sistem dengan proses alam (cara penggunaan air, pengolahan dan pembuangan limbah cair, sistem pembuangan dari bangunan, pelepasan panas dari bangunan, dsb.)
3.
Integrasi penggunaan sumber daya yang mencakup penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan
Pendekatan ekologi dalam arsitektur yang lain yaitu menurut Frick (1998) adalah bahwa eko-arsitektur mencakup keselarasan antara manusia dan alam. Eko-arsitektur mengandung juga dimensi waktu, alam, sosio kultural, ruang dan teknik bangunan. Ekoarsitektur bersifat kompleks, mengandung bagian-bagian arsitektur biologis (kemanusiaan dan kesehatan), serta biologi pembangunan. Oleh sebab itu eko-arsitektur bersifat holistik dan mengandung semua bidang. This image cannot currently be display ed.
Gambar 7 Kondisi kawasan rawa jombor Sumber Google Earth
Pada konteks kawasan rawa jombor ini pengolahan lansekap masih belum terlihat dan khususnya pada area warung apung yang dimana pengunjung banyak terkosentrasi pada area tersebut. Untuk itu perlu adanya perencanaan untuk menata lansekap kawasan tersebut sehingga lebih menarik dan memiliki dampak terhadap lingkungan. Melalui penerapan
Muhammad Rusdian Wahid / 09512129 12
FOOD COURT TERAPUNG Arsitektur Ekologi Sebagai Dasar Penataan Lansekap yang Berwawasan Lingkungan
konsep arsitektur ekologi padaintegrasi sistim-sistim dengan proses alam, mengenai pengolahan dan pembuangan limbah cair, penggunaan sistem pre-treatment untuk pengelolaan limbah dari foodcourt dengan enceng gondok sebagai biofilter alami dalam penyerapan kadar logam berat pada air serta konsep bangunan yang menekankan pada penghawaan dan pencahayaan alami. 1.
Rumusan Masalah 1.
1.
Permasalahan
Bagaimana merancang penataan lansekap berbasis arsitektur ekologi yang dapat memberikan kontribusi untuk kawasan Rowo Jombor secara berkelanjutan.
2.
Bagaimana merancang Food Court di atas air yang dapat berintegrasi dengan konsep ekologi. 1.
Tujuan dan Sasaran 1.
Tujuan
Merancang Food Court di Rowo Jombor dengan arsitektur ekologi sebagai dasar penataan lansekap yang berwawasan lingkungan. 2.
Sasaran
Pencapaian dari perancangan Food Court di Rowo Jombor dengan penataan lansekap berbasis arsitektur ekologi yang dapat memberikan kontribusi untuk kawasan Rowo Jombor yang berkelanjutan serta berwawasan lingkungan. Antara lain dengan: 1. Penataan lansekap berbasis arsitektur ekologi yang dapat memberikan kontribusi untuk kawasan Rowo Jombor secara berkelanjutan. 2. Merancang Food Court di atas air yang dapat berintegrasi dengan konsep Wisata Ekologi. 1. 1.
Keaslian Penulisan Penulis
: Dyah Hendrawati
Tahun
: Tugas Akhir UII Tahun 2002
Muhammad Rusdian Wahid / 09512129 13
FOOD COURT TERAPUNG Arsitektur Ekologi Sebagai Dasar Penataan Lansekap yang Berwawasan Lingkungan
Judul
: Taman Wisata Alam di kawasan Green Belt Waduk Gajah Mungkur Wonogiri
Penekanan
: Penekanan pada penataan fasilitas wisata dengan pendekatan arsitektur organik sebagai penunjang
Persamaan
: Pendekatan arsitektur organik pada konsep perancangan
Perbedaan
: Pada Wisata Ekologi di Rowo Jombor menekankan pada pengolahan lansekap yang berwawasan lingkungan
2.
Penulis
: Paksi Fajar Ruwanto
Tahun
: Tugas Akhir UII Tahun 2011
Judul
: Green Foodcourt
Penekanan
: Penataan landscape dengan mempertimbangkan ekosistem air
Persamaan
: Perancangan food court terapung
Perbedaan
: Pada Wisata Ekologi di Rowo Jombor penataan lansekap tidak hanya pada skala bangunan namun kawasan rawa.
3.
Penulis
: Isag Nabela P
Tahun
: Tugas Akhir UII Tahun 2010
Judul
: Pavillion Apung
Penekanan
: Penekanan pada arsitekur ekologis sebagai dasar perancangan
Persamaan
: Merancang bangunan terapung
Muhammad Rusdian Wahid / 09512129 14
FOOD COURT TERAPUNG Arsitektur Ekologi Sebagai Dasar Penataan Lansekap yang Berwawasan Lingkungan
Perbedaan
: Pada Wisata Ekologi di Rowo Jombor menekankan pada pengolahan lansekap yang berwawasan lingkungan.
4.
Penulis
: Candra Dian Lukita
Tahun
: Tugas Akhir UNDIP Tahun 2009
Judul
: Pengembangan kawasan wisata rowo jombor klaten
Penekanan
: Penekanan pada ekoarsitektur
Persamaan
: Penekanan ekoarsitektur pada bangunan
Perbedaan
: Pada Wisata Ekologi di Rowo Jombor menekankan pada pengolahan lansekap yang berwawasan lingkungan serta memunculkan wisata ekologi sebagai alternatif wisata yang akan dikembangkan.
5.
Penulis
: Septiani Ganjarsari
Tahun
: Tugas Akhir UNDIP Tahun 2008
Judul
: Karakteristik
pemberdayaan
masyarakat
lokal
dalam
keberlanjutan pengembangan kawasan rawa jombor kabupaten klaten Penekanan
: Penekanan pada karakteristik pemberdayaan masyarakat
Persamaan
: Lokasi di kawasan Rowo Jombor
Perbedaan
: Pada Wisata Ekologi di Rowo Jombor menekankan pada pengolahan lansekap yang berwawasan lingkungan.
Muhammad Rusdian Wahid / 09512129 15
FOOD COURT TERAPUNG Arsitektur Ekologi Sebagai Dasar Penataan Lansekap yang Berwawasan Lingkungan
1.
Kerangka Pola Pikir
FOODCOURT TERAPUNG 1.
PENATAAN LANSEKAP BERBASIS ARSITEKTUR EKOLOGI
Pengelolaan sistem water treatment dengan memanfaatkan enceng gondok untuk filtrasi
2. Taman terapung sebagai solusi untuk membuat lansekap hijau buatan di atas air
INTEGRASI
ARSITEKTUR
KONDISI SITE
1. Kondisi site memiliki potensi pariwisata yang menarik. 2. Kondisi site didominasi oleh perairan rawa. Pendekatan 3. Sistem pengolahan limbah dan sampah yang belum baik. Arsitektur 4. Terdapat banyak tanaman enceng Ekologi dalam gondok dan kurangnya pemanfaatan Muhammad Rusdian Wahid / 09512129 16 terhadap tanaman ini. Perancangan
LANSEKAP
Pendekatan Lansekap yang Berwawasan Lingkungan
FOOD COURT TERAPUNG Arsitektur Ekologi Sebagai Dasar Penataan Lansekap yang Berwawasan Lingkungan
Muhammad Rusdian Wahid / 09512129 17