BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Industri perbankan memegang peranan penting bagi perekonomian yaitu sebagai Financial Intermediary, menjadi semakin dibutuhkan dalam perekonomian, terutama dalam membiayai aktivitas yang berhubungan dengan uang (Permono dan Darmawan, 2000). Perkembangan industri perbankan yang semakin membutuhkan dana dalam jumlah lebih besar tersebut kemudian membuat para pelaku perbankan berpikir bahwa go public merupakan alternatif terbaik untuk memenuhi kekurangan dana tersebut, yaitu dengan menghimpun dana dari masyarakat melalui penjualan saham di pasar modal atau Bursa Efek. Usman (1990) dalam Marpaung (2003) berpendapat bahwa peningkatan modal yang bersumber dari penjualan saham kepada masyarakat merupakan cara perolehan dana yang paling murah, mudah, dan cepat. Hal ini didukung oleh fakta bahwa saham merupakan jenis investasi yang cukup populer di pasar modal. Sebagai surat berharga yang likuid, saham menjadi salah satu instrumen investasi yang menarik karena sifatnya yang mampu memberikan keuntungan yang cukup tinggi dibanding investasi yang lain. Dalam berinvestasi saham, investor berharap untuk memperoleh pendapatan dalam bentuk dividen atau capital gain. Pada umumnya sebelum menentukan pilihan investasi (saham), tingkat pengembalian dari investasi yang akan dipilih tersebut telah ditentukan terlebih dahulu, sebagai tingkat pendapatan
1
2
yang diisyaratkan. Investasi dengan tingkat resiko tinggi, tingkat pengembalian investasi yang diminta atau diharapkan investor juga tinggi. Jadi, resiko investasi saham berbanding lurus dengan tingkat return yang diharapkan. Investor perlu menganalisis kondisi perusahaan yang mengeluarkan saham sebelum memutuskan untuk membeli saham tersebut. Secara umum terdapat dua pendekatan yang digunakan sebagai teknik analisis saham, yaitu analisis teknikal dan fundamental. Analisis teknikal adalah teknik analisis yang menggunakan data mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran saham tertentu maupun pasar secara keseluruhan. Data yang digunakan adalah data pasar yang dipublikasikan, seperti harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu, serta faktor-faktor teknis lainnya. Analisis fundamental didasarkan pada anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari variabelvariabel perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan return yang diharapkan dan suatu resiko yang melekat pada saham tersebut. Analisis ini membandingkan nilai intrinsik saham dengan harga pasarnya guna menentukan apakah harga pasar saham tersebut sudah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum. Dalam analisis fundamental terdapat dua pendekatan untuk menghitung nilai intrinsik saham, yaitu pendekatan nilai sekarang (present value approach) dan pendekatan PER (price earning ratio). Price earning ratio merupakan salah satu rasio yang banyak digunakan dalam pengambilan keputusan investasi. Rasio ini dilihat oleh investor sebagai suatu ukuran kemampuan menghasilkan laba masa depan (future earnings) dari
3
suatu perusahaan (Anugerah dan Habbe, 2001). Investor menganalisis PER dengan harapan dapat mengetahui kapan waktu yang tepat harus membeli atau menjual sahamnya agar dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari selisih harga saham atau capital gain (Marpaung, 2003). Pendekatan PER dianggap sebagai pendekatan yang cukup sempurna dibanding pendekatan-pendekatan lain yang digunakan untuk menilai saham. Hal ini disebabkan oleh penggunaan PER yang relatif mudah, simpel, dan praktis. Selain itu, dalam beberapa kondisi, analisis PER memang benar-benar dapat menggambarkan kewajaran harga saham. Menurut sejumlah literatur yang diperoleh peneliti, sejauh ini tidak ada satupun model pengukuran nilai saham, termasuk analisis PER, yang benar-benar sempurna. Hal ini didukung oleh Asri dan Heveadi (1999) yang meneliti kekonsistenan model PER pada saham-saham yang terdaftar di Jakarta Stock Exchange periode 1995-1997. Adapun hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa penggunaan model PER untuk menilai harga saham di beberapa periode waktu yang berbeda hasilnya tidak konsisten untuk masing-masing periode tersebut. Asri dan Heveadi (1999) menemukan bahwa pendekatan PER dapat membantu menentukan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi harga saham di waktu tertentu akan tetapi pendekatan ini tidak dapat sepenuhnya membantu investor dalam pembuatan keputusan kapan waktu yang tepat untuk membeli atau menjual saham. Walaupun demikian, sampai saat ini belum terdapat model analisis harga saham lainnya yang berhasil dibuktikan melalui penelitian empiris bahwa model tersebut lebih mudah, simpel, dan praktis dibanding dengan model PER. Berdasarkan hal tersebut peneliti menyimpulkan bahwa ketidakkonsistenan
4
hasil penilaian harga saham dengan menggunakan model PER disebabkan oleh terdapatnya banyak faktor yang dapat mempengaruhi harga saham dan PER sendiri, dimana faktor-faktor tersebut sangat mungkin berubah dari periode ke periode. Berdasarkan hal tersebut, peneliti beranggapan bahwa penelitian mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi PER menjadi penting untuk dilakukan karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhi PER, baik yang sudah diuji melalui penelitian sebelumnya maupun yang belum. Selain itu, model PER masih relevan digunakan untuk menganalisis harga saham selama belum atau tidak terdapat model analisis lainnya yang lebih baik daripada model PER. Penelitian
ini
bermaksud
untuk
menganalisis
faktor-faktor
yang
berpengaruh terhadap PER pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efef Indonesia (BEI) periode 2000-2006. Adapun variabel independen yang digunakan adalah asset turnover ratio, dividend payout ratio (DPR), return on equity (ROE), return on asset (ROA), dan tingkat inflasi nasional tahunan. Penelitian ini sendiri merupakan replikasi dari penelitian Adhitama dan Sudaryono (2005) yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi PER pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2000-2003 dengan menggunakan loan to assets ratio, ROE, ROA, dan net profit margin sebagai variabel independen. Penelitian ini memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian sebelumnya (penelitian Adhitama dan Sudaryono, 2005). Perbedaan-perbedaan tersebut adalah: pertama, perbedaan periode waktu penelitian yang digunakan. Penelitian kali ini menggunakan periode dari tahun 2000 sampai tahun 2006. Adapun
5
penelitian Adhitama dan Sudaryono (2005) menggunakan periode waktu 2000 sampai tahun 2003. Hasil penelitian ini diharapkan dapat lebih representatif daripada penelitian sebelumnya karena menggunakan periode waktu penelitian selama tujuh tahun, sedangkan penelitian Adhitama dan Sudaryono (2005) hanya menggunakan periode waktu penelitian selama empat tahun. Kedua, penelitian ini tidak mengikutsertakan variabel loan to assets ratio dan net profit margin sebagai variabel independen karena kedua variabel tersebut dinyatakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PER dalam penelitian Adhitama dan Sudaryono (2005). Adapun variabel ROE, meskipun menurut hasil penelitian Adhitama dan Sudaryono (2005) juga dinyatakan tidak berpengaruh terhadap PER, akan tetapi variabel ini berhasil dibuktikan memiliki pengaruh signifikan terhadap PER oleh Siahaan (2006) yang melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi PER pada perusahaan publik di BEI. Ketiga, penelitian ini juga memasukkan variabel asset turnover ratio, dividend payout ratio (DPR) dan tingkat inflasi nasional tahunan sebagai variabel independen untuk mengetahui pengaruhnya terhadap PER. Asset turnover merupakan salah satu rasio kunci dalam menentukan besarnya ROE. Mengingat asset turnover sendiri berhubungan positif dengan ROE, sedangkan ROE berpengaruh terhadap PER (Siahaan, 2006), maka peneliti bermaksud menguji apakah variabel asset turnover memiliki pengaruh secara langsung terhadap PER. Dividend payout ratio (DPR) digunakan sebagai variabel independen karena berdasarkan hasil penelitian Siahaan (2006), variabel ini berpengaruh secara signifikan terhadap PER pada perusahaan publik di BEI. Berdasarkan hal
6
tersebut peneliti ingin mengetahui apakah variabel dividend payout ratio juga berpengaruh secara signifikan terhadap PER pada perusahaan perbankan di BEI. Tingkat inflasi juga digunakan sebagai salah satu variabel independen dalam penelitian ini yang berasal dari luar perusahaan. Karena berdasarkan hasil penelitian Nur Aini (2000), variabel ini berpengaruh secara signifikan terhadap PER pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Dengan menggunakan PER sebagai variabel dependen, maka penelitian ini mengangkat judul ā€¯FaktorFaktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesiaā€¯.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan beberapa penelitian sebelumnya, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut ini: Apakah asset turnover ratio, dividend payout ratio (DPR), return on equity ratio (ROE), return on asset ratio (ROA), dan tingkat inflasi berpengaruh terhadap PER pada perusahaan perbankan ?
C. Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi dengan hal-hal seperti berikut ini. 1. Variabel yang dianalisis yaitu PER, asset turnover ratio, DPR, ROE, ROA, dan tingkat inflasi. 2. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan yang bergerak pada industri perbankan. Alasan peneliti menggunakan sampel perusahaan
7
perbankan adalah karena industri perbankan mempunyai peran penting dalam perekonomian suatu negara, yaitu sebagai Financial Intermediary. Peneliti sependapat dengan Adhitama dan Sudaryono (2005) yang menyatakan bahwa sangatlah penting untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi PER untuk masing-masing kategori industri, mengingat tiap-tiap kategori industri mempunyai tingkat standar PER yang berbedabeda. 3. Periode penelitian dibatasi selama tujuh tahun yaitu tahun 2000-2006 supaya mendapatkan jumlah sampel yang representatif.
D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh tingkat perputaran aktiva perusahaan (asset turnover ratio), dividen yang dibayarkan (DPR), kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bersih (ROE), kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan (ROA), dan tingkat inflasi terhadap price earning ratio (PER) perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) antara tahun 2000-2006.
E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada beberapa
8
pihak berikut ini. 1. Bagi Investor. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pentingnya analisis PER dalam membuat keputusan investasi yang akan dilakukan, khususnya sebelum memutuskan untuk membeli saham dan atau menjual saham. 2. Bagi Perusahaan atau Emiten yang Mengeluarkan Saham Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang PER yang berguna dalam mengambil keputusan guna perencanaan perusahaan di masa mendatang agar lebih menarik bagi investor. 3. Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan praktis dan empiris mengenai PER untuk menilai kewajaran nilai saham, sekaligus mengetahui apakah faktor-faktor seperti assets turnover ratio, DPR, ROE, ROA, dan tingkat inflasi berpengaruh terhadap price earning ratio. 4. Bagi Penelitian yang akan datang Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bahwa terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat price earning ratio (PER) saham industri perbankan di luar faktor yang dianalisis.