1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Bank sebagai lembaga intermediasi sangat berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi utamanya bank yang sehat dan efisien. Perbankan yang efisien akan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat. Namun demikian, masih banyak penduduk Indonesia belum berbank (unbanked) baik menabung ataupun mendapat fasilitas pembiayaan.
Survei World Bank (2010) menunjukkan bahwa hanya 49% rumah tangga di Indonesia yang memiliki akses terhadap lembaga keuangan formal. Bank Indonesia melalui Household Balance Sheet Survey (2011) menunjukkan bahwa hanya 48% rumah tangga di Indonesia yang menyimpan tabungan mereka pada lembaga keuangan formal. Akses yang buruk terhadap jasa keuangan disebabkan oleh rendahnya pendapatan, rumitnya prosedur layanan perbankan, kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai layanan lembaga keuangan, tingginya biaya administrasi layanan jasa keuangan, dan sulitnya akses transportasi menuju lokasi bank berada. 1 Kemudian, bila dibandingkan dengan pertumbuhan pengguna jasa telekomunikasi yang baru berlangsung 20 tahun jumlahnya sangat jauh berbeda, yaitu 200 juta pelanggan bagi layanan telekomunikasi dan 70 juta rekening bank di saat yang sama 2.
Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, 2014, “ASEAN Financial Inclusion” (Online), http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=8186, diakses pada tanggal 04 Oktober 2015 pukul 13.35 WIB. 2 Damayanti Destry, Branchless Banking: Terobosan Finansial Inklusif, Investor Daily, 2 Juli 2012. 1
2
Permasalahan perbankan terkait tingginya prosentasi penduduk Indonesia yang belum berbank (unbanked), mendorong pemerintah untuk menerapkan strategi keuangan inklusif. Keuangan inklusif (financial inclusion) merupakan upaya yang bertujuan meniadakan segala bentuk hambatan yang bersifat harga maupun non harga, terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa keuangan.
Dalam Strategi Nasional Keuangan Inklusif, keuangan inklusif didefinisikan sebagai: “Hak setiap orang untuk memiliki akses dan layanan penuh dari lembaga keuangan secara tepat waktu, nyaman, informatif, dan terjangkau biayanya, dengan penghormatan penuh kepada harkat dan martabatnya. Layanan keuangan tersedia bagi seluruh segmen masyarakat, dengan perhatian khusus kepada orang miskin, orang miskin produktif, pekerja migrant, dan penduduk di daerah terpencil.” 3 Dalam rangka mewujudkan keuangan inklusif, muncul gagasan dari beberapa ekonom tentang model layanan perbankan terbaru yaitu branchless banking. Pada intinya, branchless banking ini, prinsipnya adalah melakukan aktivitas perbankan tetapi tidak menggunakan kantor cabang. Branchless banking memiliki dua model, yaitu Bank Based Model, Non Bank Based Model dan Hybrid Model.
Pertama, Bank Based Model adalah model branchless banking dimana penyelenggara layanan adalah bank. Advancing Financial Access For The World’s Poor menyatakan bahwa: “In the bank based model, every customer has a direct contractual relationship with a prudentially licensed and supervised financial institution – whether account-based or involving a one off transaction – even though the customer may deal exclusively with a retail agent who is equipped to communicate directly with the Bank.” Kedua, Non Bank Based Model adalah model branchless banking yang tidak melibatkan Bank secara langsung dalam proses kegiatan perbankannya. Bank hanya berperan
3
Bank Indonesia, 2014, Booklet Keuangan Inklusif, Bank Indonesia, Jakarta, hlm. 6.
3
sebagai supporting saja. Hal ini dikarenakan secara operasional yang menjalankan adalah agen atau perusahaan telekomunikasi.
Mandiri E-Cash merupakan salah satu produk yang dipasarkan oleh Bank Mandiri dalam Layanan Keuangan Tanpa Kantor (Branchless Banking). Produk Mandiri E-Cash adalah uang elektronik berbasis server yang memanfaatkan teknologi Unstructured Supplementary Service Data (USSD) dan aplikasi di telepon seluler yang memungkinkan penggunanya untuk melakukan transaksi perbankan seperti Top up e-Money, penyetoran dan penarikan tunai, pengecekan saldo, transfer antar rekening Mandiri E-Cash dan fitur transaksi lainnya yang akan dikembangkan tanpa harus melakukan pembukaan rekening ke cabang Bank Mandiri. Semua orang baik yang merupakan nasabah Bank Mandiri maupun bukan dapat menjadi pemegang Mandiri E-Cash.
Penerapan Prinsip Know Your Customer menarik untuk diteliti lebih jauh. Mengingat layanan Mandiri E-Cash merupakan produk branchless banking dimana calon pemegang yang ingin mendaftar sebagai pemegang Mandiri E-Cash hanya perlu mendaftar melalui aplikasi Mandiri E-Cash yang ada di smartphone miliknya, tanpa harus mendatangi kantor cabang Bank Mandiri. Selain itu, calon Pemegang Mandiri E-Cash tidak harus merupakan nasabah Bank Mandiri.
Prinsip Know Your Customer (KYC) merupakan prinsip ke-18 dari 25 Core Principles for Effective Banking Supervision dan Bassel Committee. Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/10/PBI/2001 tanggal 18 Juni 2001 yang dimaksud dengan Prinsip Mengenal Nasabah adalah prinsip yang diterapkan Bank untuk mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk pelaporan transaksi yang
4
mencurigakan. Selanjutnya menurut Sertifianto Dibyo Purnomo, Prinsip Know Your Customer adalah prinsip yang diterapkan oleh lembaga jasa keuangan (termasuk bank) untuk mengetahui identitas nasabah, memantau rekening transaksi nasabah, pelaporan transaksi keuangan mencurigakan dan transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai, termasuk transaksi keuangan yang terkait dengan pendanaan kegiatan terorisme. 4 Uang elektronik merupakan salah satu sarana yang dipergunakan dalam tindak pidana pencucian uang (selanjutnya disebut TPPU). Sehingga penerapan prinsip Know Your Customer juga perlu dalam produk uang elektronik. Berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf b UndangUndang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, Pihak penyelenggara emoney merupakan salah satu penyedia jasa keuangan yang diwajibkan oleh Undang-Undang TPPU untuk melaporkan adanya indikasi transaksi keuangan mencurigakan dan/atau dugaan tindak pidana pencucian uang.
Selanjutnya, mengingat layanan Mandiri E-Cash merupakan e-money berbasis server dan menggunakan perantara smartphone, penting untuk diketahui tentang perlindungan hukum bagi pemegang Mandiri E-Cash. Hal ini dikarenakan transaksi menggunakan produk Mandiri E-Cash tidak luput dari risiko operasional. Risiko operasional yang dapat terjadi adalah alteration of message, penyangkalan transaksi (repudiation), dan malfunction.
Pertama, alteration of message yaitu risiko kejahatan melalui upaya untuk melakukan perubahan/intervensi ketika data elektronis/message dikirim pada saat seseorang melakukan
4
Serfianto Dibyo Purnomo, et. all, 2012, Untung Dengan Kartu Kredit, Kartu ATM-Debit, & Uang Elektronik, Visimedia, Jakarta hlm. 135
5
transaksi. Risiko ini akan lebih mungkin terjadi ketika produk e-money digunakan untuk pembayaran melalui jaringan internet.5
Kedua, penyangkalan bahwa seseorang telah melakukan transaksi pembayaran dengan menggunakan e-money (repudiation). Melalui penyangkalan ini, merchant maupun issuer dapat dirugikan. Risiko ini juga lebih mungkin terjadi pada produk e-money yang berbasis software (software-based product) yang menggunakan jaringan internet dalam pengiriman message pada saat bertransaksi. 6
Ketiga, risiko malfunction yaitu data corrupt atau hilang, tidak berfungsinya aplikasi atau kegagalan dalam pengiriman message. Risiko malfunction ini dapat diakibatkan oleh gangguan fisikal maupun elektronis pada instrumen atau karena adanya interupsi pada saat pengiriman message antar pihak yang bertransaksi. Keadaan ini dapat menyebabkan kerugian bagi pihak yang terkait. Sebagai contoh, apabila gangguan tersebut kemudian mengakibatkan berkurang/bertambahnya outstanding dana yang terekam dalam e-money. 7
Permasalahan dalam melakukan transaksi menggunakan Mandiri E-Cash pernah dialami oleh Lukman Arifianto. Lukman Arifianto pada tanggal 03 Januari 2016 melakukan pembayaran di Tokopedia menggunakan Mandiri E-Cash. Saat melakukan pembayaran, transaksi melalui Mandiri E-Cash dinyatakan sukses dan terdapat bukti transaksinya. Saldo mandiri e-cash juga sudah terpotong sesuai dengan harga transaksi di Tokopedia. Namun, saat melakukan konfirmasi pembayaran di Tokopedia, transaksi tersebut dinyatakan gagal oleh Tokopedia dan barang tersebut kembali ke keranjang belanja. Lukman Arifianto menghubungi
5
Bank Indonesia, 2006, Kajian Operasional E-Money, Bank Indonesia, Jakarta, hlm. 13. Ibid., 7 Ibid., 6
6
pihak Tokopedia dan Bank Mandiri melalui twitter. Pihak Tokopedia menyatakan bahwa dana tersebut akan kembali ke saldo akun tokopedia dalam waktu 2x24 jam setelah Tokopedia menghubungi pihak Bank Mandiri. 8 Kejadian gagal transaksi dan saldo Mandiri E-Cash yang terpotong tidak hanya dialami oleh Lukman Arifianto, tapi banyak pemegang mandiri e-cash yang mengalami hal serupa saat melakukan transaksi elektronik menggunakan mandiri e-cash.
Selain permasalahan transaksi yang dialami oleh Lukman Arifianto, terdapat permasalahan yang dialami oleh Frans dimana tidak bisa melakukan top-up saldo Mandiri ECash melalui transfer Bank BCA. Frans sudah berkali-kali mencoba, namun tetap gagal, padahal sebelumnya tidak pernah terjadi kendala saat ingin melakukan top-up saldo mandiri ecash melalui transfer bank BCA. Ketika Frans mengadukan keluhannya terhadap Bank Mandiri dan Bank BCA, baik Bank Mandiri maupun BCA sampai saat ini belum memberikan solusi. Bahkan, kedua bank tersebut terkesan saling melempar kesalahan satu sama lain. 9
Berdasarkan uraian di atas, untuk mengetahui lebih terperinci tentang penggunaan layanan produk Mandiri E-Cash ditinjau dari perlindungan hukum bagi Pemegang Mandiri ECash,
maka
penulis
berniat
untuk
membuat
penulisan
hukum
dengan
judul
“PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG MANDIRI E-CASH DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI ELEKTRONIK”.
8
Lukman Arifianto, https://twitter.com/search?q=tokopedia%20e-cash&src=typd diakses pada tanggal 3 Januari 2015 pukul 14.20 WIB. 9 Berdasarkan hasil wawancara dengan Frans pada tanggal 22 Maret 2016.
7
B.
Rumusan Masalah Bertolak dari uraian latar belakang masalah di atas muncul rumusan masalah yang
menarik untuk dilakukan penelitian, yaitu: 1.
Bagaimana penerapan prinsip know your customer pada produk Mandiri E-Cash?
2.
Bagaimana bentuk perlindungan hukum bagi pemegang Mandiri E-Cash dalam melakukan transaksi elektronik?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai menurut penulis adalah sebagai berikut: 1.
Penerapan prinsip know your customer pada produk Mandiri E-Cash.
2.
Bentuk perlindungan hukum bagi pemegang Mandiri E-Cash dalam melakukan transaksi elektronik.
D.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian tentang Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Mandiri E-Cash dalam Melakukan Transaksi Elektronik ini diharapkan dapat memiliki manfaat bagi negara, ilmu pengetahuan maupun bagi masyarakat. 1.
Bagi Negara Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pemerintah dalam penelitian ini dapat digunakan pula sebagai dasar riset pembentukan regulasi di masa yang akan datang.
8
2.
Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dalam perkembangan hukum dagang khususnya mengenai perbankan dan perlindungan konsumen.
3.
Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi masyarakat untuk gotong royong mewujudkan keuangan inklusif di Indonesia.
E.
Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran kepustakaan dan internet diketemukan beberapa penelitian dengan topik yang hampir sama dengan penelitian ini, yaitu : 1.
Penelitian yang dilakukan oleh Lazuar Anshar Ramadhan Sitepu mahasiswa Universitas Gadjah Mada pada tahun 2014 dengan judul “Tinjauan Hukum Terhadap Digital Financial Service Dalam Mewujudkan Financial Inclusion di Industri Perbankan Indonesia”. Penelitian tersebut mengangkat 3 (tiga) masalah terkait digital finance service. Pertama, tujuan dari diterapkannya Digital Financial Service dalam industri perbankan di Indonesia. Kedua, perlindungan hukum bagi nasabah yang menggunakan jasa bank dalam skema Digital Financial Service. Ketiga, hubungan hukum antara bank dengan pihak-pihak yang terkait dalam skema Digital Financial Service? Perbedaan dengan penelitian ini yaitu, permasalahan yang diangkat oleh penulis di atas cakupannya lebih luas yaitu mengenai digital finance service (branchless banking). Sedangkan di sisi lain, penulis mengangkat mengenai Produk Branchless Banking Bank Mandiri yang bernama Mandiri-Cash, dimana permasalahan yang
9
diangkat adalah megenai perlindungan hukum bagi pemegang Mandiri E-Cash dalam melakukan transaksi elektronik. 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Moch. Achsan Rumi mahasiswa Universitas Hasanudin pada tahun 2015 dengan judul “Perlindungan Hukum Bagi Pengguna Aplikasi Mobile Payment “BBM Money”. Penelitian tersebut mengangkat 2 (dua) masalah terkait perlindungan hukum dalam penggunaan aplikasi BBM Money. Pertama, bentuk perlindungan hukum pengguna aplikasi “BBM Money”. Kedua tanggung jawab penyelenggara sistem elektronik aplikasi mobile payment “BBM Money” terhadap penggunaan aplikasi tersebut. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu, obyek penelitian yang diangkat oleh Penulis Moch. Achsan Rumi adalah aplikasi BBM Money. Sedangkan, obyek penelitian yang diangkat oleh penulis adalah produk branchless banking milik Bank Mandiri yang bernama Mandiri E-Cash.
3.
Penelitian untuk tesis yang dilakukan oleh Ni Nyoman Anita Candrawati mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas Udayana pada tahun 2013 dengan judul “Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Uang Elektronik dalam Melakukan Transaksi E-Money. Penelitian tersebut mengangkat 2 (dua) masalah terkait perlindungan hukum bagi nasabah dalam melakukan transaksi e-money. Pertama, bentuk pengaturan bagi pemegang kartu uang elektronik
dalam melakukan transaksi e-money. Kedua,
perlindungan hukum bagi pemegang kartu uang elektronik dalam melakukan transaksi e-money.
10
Perbedaan dengan penelitian ini yaitu, cakupan penelitian yang dilakukan di atas lebih luas yaitu kartu uang elektronik. Sedangkan, di sini penulis mengangkat permasalahan terkait Mandiri E-Cash uang elektronik yang berbasis server bukan berupa kartu uang elektronik. Berdasarkan permasalahan dari penelitian-penelitian yang ada sebelumnya dapatlah dinyatakan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian yang pernah ada sebelumnya. Apabila tanpa sepengetahuan peneliti ternyata pernah ada penelitian yang sama dengan penelitian ini, maka diharapkan penelitian ini dapat melengkapi penelitian yang pernah ada.