BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) merupakan jenjang pendidikan tambahan yang
ditujukan bagi seorang lulusan Sarjana Ekonomi jurusan
akuntansi yang ingin mendapatkan gelar Akuntan. Mereka yang telah menempuh Pendidikan Profesi Akuntansi nantinnya akan berhak memperoleh sebutan profesi Akuntan (Ak), dan juga semakin berpeluang meniti karir sebagai auditor pemerintahan, auditor internal, akuntan sektor publik, akuntan manajemen, akuntan pendidik, akuntan perpajakan, akuntan keuangan, maupun akuntan sistem informasi. Pada saat ini, satu-satunya cara agar seseorang dapat menjadi akuntan adalah dengan mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi yang diselenggarakan institusi-institusi pendidikan tinggi yang telah ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Syarat untuk dapat mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) ini salah satunya adalah mempunyai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi yang artinya, seorang mahasiswa harus terlebih dahulu lulus dari program Sarjana di tempat ia menempuh pendidikan. Sebelum ditetapkannya SK Mendiknas No. 179/U/2001 tersebut (sebelum tahun 2001), pemberian gelar akuntan di Indonesia didasarkan pada Undang-Undang (UU) No. 34 tahun 1954, yang menyatakan bahwa gelar akuntan diberikan kepada lulusan Perguruan Tinggi Negeri yang ditunjuk pemerintah atau Perguruan Tinggi Negeri yang memenuhi syarat untuk menghasilkan akuntan atas proses pendidikan yang
1
diberikan. Pada saat itu, perguruan tinggi negeri yang ditunjuk oleh pemerintah diantaranya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran, Universitas Airlangga, Universitas Gajah Mada, Universitas Sumatera Utara dan Universitas Brawijaya. Mereka yang lulus program Strata 1 jurusan akuntansi dari universitas-universitas tersebut akan secara otomatis mendapatkan gelar sebagai akuntan. Adapun lulusan perguruan tinggi selain itu dapat mendapatkan gelar sarjana akuntansi dengan mengikuti Ujian Negara Akuntansi (UNA). Dengan proses pemberian gelar tersebut, menurut Machfoed (1998) dalam Widyastuti, dkk, (2004) memiliki 2 kelemahan yaitu tidak meratanya tingkat profesionalisme para akuntan di dunia kerja dan timbulnya diskriminasi pemberian gelar akuntan.Karena kekhawatiran timbulnya diskriminasi dan ketidakmerataan tingkat profesionalisme akuntan dengan sistem pemberian gelar seperti disebutkan diatas, menyebabkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi profesi akuntan di Indonesia dan Departemen Pendidikan Nasional merasa perlu melakukan peninjauan kembali mengenai peraturan pemberian gelar akuntan yang berlaku dalam kaitannya untuk menghasilkan akuntan-akuntan yang profesional dalam bekerja. Dari proses peninjauan kembali peraturan tersebut, pada tahun 2001 ditetapkanlah Surat Keputusan (SK) Mendiknas No. 179/U/2001 tentang penyelenggaraan Pendidikan Profesi Akuntan dan Surat Keputusan Mendiknas No. 180/P/2001 tentang pengangkatan panitia ahli persamaan ijazah akuntan. Tidak hanya sampai disitu, pada tanggal 28 Maret 2002, ada Nota Kesepahaman (MoU) yang ditandatangani oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional
2
atas pelaksanaan Pendidikan Profesi Akuntansi yang menjadi sejarah dimulainya Pendidikan Profesi Akuntansi di Indonesia. Profesi
Akuntan
menjadi
profesi
yang
sangat
penting
dalam
perkembangan dunia perekonomian global dan modern. Pada era globalisasi ini, para pengusahan dan pekerja asing bebas masuk ke dunia bisnis tanpa batas teritorial antar negara. Dengan meningkatnya akses untuk bekerja dan berwirausaha di Indonesia, maka pengawasan dan pengendalian atas hal tersebut perlu ditingkatkan pula. Pengawasan dan pengendalian disini bertujuan untuk mengendalikan operasi bisnis yang ada agar tetap akuntabel dan dapat dipercaya. Dalam dunia ekonomi, banyak hal yang perlu diperhatikan dan diawasi seperti legalitas dalam aktifitas usaha, kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku dan pelaporan kegiatan usaha/bisnis yang mereka lakukan dan harus ada jaminan/keyakinan bahwa laporan yang dikeluarkan oleh perusahaan benar dan berkualitas. Tugas pengawasan dan penjamin kualitas itu salah satunya dilakukan oleh para akuntan, karena salah satu dari jasa yang diberikan oleh akuntan adalah Assurance Services (Jasa Atestasi). Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI) adalah yang pertama kali menyelenggarakan Pendidikan Profesi Akuntan di Indonesia yaitu pada bulan Maret 2003 dan menghasilkan lulusan pertama di Indonesia (Fitriany, 2008).Saat ini dunia ekonomi dan usaha sangat membutuhkan kehadiran profesi akuntan. Jumlah akuntan yang terdaftar di IAI berdasarkan data per register 2011 tercatat sekitar 9.551 orang, terdiri dari akuntan publik , akuntan manajemen, akuntan pendidik, akuntan pemerintah yang di BPK, BPKP. Dari jumlah tersebut kurang
3
lebih hanya 1000 orang jumlah akuntan publik yang dimiliki Indonesia saat ini, jumlah ini terbilang masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan Malaysia yang sudah mencapai 2.410 orang, Thailand 6.070 orang dan Filipina 4.011 orang. Jumlah permintaan dengan ketersediaan akuntan di Indonesia masih sangat jauh
berbeda. Indonesia masih membutuhkan sangat banyak akuntan untuk
memenuhi permintaan akan kebutuhan jasa akuntansi. Karena itu profesi akuntan menjadi salah satu profesi yang paling dibutuhkan oleh dunia, terutama Indonesia (dengan dimulainya era globalisasi). Kurangnya jumlah akuntan di Indonesia salah satunya disebabkan karena minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi semakin berkurang, maka lulusan akuntan yang dihasilkan akan sedikit pula. Untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi diperlukan motivasi-motivasi yang timbul dari mahasiswa lulusan akuntansi. Karena hal itu peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat memotivasi mahasiswa akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi. Motivasi-motivasi ini diantaranya adalah motivasi karir yang merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk memiliki dan meningkatkan kemampuan pribadinya dalam rangka mencapai karir yang lebih baik dari sebelumnya (Suryaningsum dkk, 2004), motivasi ekonomi yaitu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk meningkatkan kemampuan pribadinya dalam rangka untuk mencapai penghargaan finansial yang diinginkan, motivasi kualitas yaitu merupakan dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk memiliki dan meningkatkan kualitas diri dan kemampuannya dalam bidang yang ditekuninya sehingga dapat melaksanakan tugas dengan baik dan benar,
4
motivasi mengikuti Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) yang merupakan suatu ujian yang harus ditempuh akuntan untuk mendapatkan gelar Certified Public Accountant(CPA) yaitu gelar yang wajib dimiliki apabila seorang akuntan ingin membuka praktik sendiri sebagai akuntan publik, besarnya biaya PPAk dan lama masa PPAk juga menjadi faktor yang mempengaruhi motivasi seorang mahasiswa lulusan akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi. Selain faktor-faktor yang disebutkan diatas ada satu faktor lagi yang sangat mungkin dapat mempengaruhi minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi yaitu penerapan Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik. UU ini diterapkan sejak tahun 2011, yang di dalamnya terdapat sebuah pasal yang menyatakan bahwa seorang akuntan publik dapat dipidanakan jika terbukti lalai dalam menjalankan pekerjaannya, hal ini tertuang dalam bab XIII mengenai Ketentuan Pidana, pasal 55, Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Sebelum Undang-Undang tersebut ditetapkan, seorang akuntan publik tidak dapat dipidanakan karena hal yang berkaitan dengan tugasnya sebagai akuntan. Dengan diterapkannya Undang-Undang tersebut, tentu saja risiko pekerjaan seorang akuntan publik akan lebih besar dan dituntut untuk melakukan pekerjaan ekstra hati-hati. Ketentuan pidana tersebut sempat menjadi perdebatan karena menurut para praktisi akuntan publik bahwa jasa yang mereka berikan adalah jasa atestasi yang memberikan sebatas jaminan yang memadai bukan jaminan absolut/mutlak dan hanya sebatas peningkatan kualitas informasi, khususnya laporan keuangan, untuk pengambilan keputusan, sehingga jika
5
seorang akuntan telah melakukan pekerjaannya sesuai dengan auditing standard yang diterapkan oleh Standar Profesional Akuntan Publik, maka pekerjaan atestasi tersebut sudah diselesaikan dengan baik. Berdasarkan hal diatas maka peneliti ingin meneliti Undang-Undang Akuntan Publik ini dalam kaitannya dengan minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi. Penelitian mengenai motivasi mahasiswa terhadap Pendidikan Profesi Akuntansi sudah pernah dilakukan oleh Widyastuti, dkk (2004), mengenai pengaruh motivasi terhadap minat mahasiswa untuk mengikuti PPAk di Yogyakarta, Ellya, Benny dan Yuskar (2006) mengenai pengaruh motivasi terhadap minat mahasiswa untuk mengikuti PPAk di Kota Padang yaitu menunjukan bahwa motivasi karir dan motivasi kualitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat mahasiswa mengikuti PPAk, sedangkan motivasi ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa untuk mengikuti PPAk. Sedangkan dalam Riani Nuraisah Lisnasari dan Fitriany (2008) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa untuk mengikuti PPAk di Universitas Indonesia menyatakan hasil bahwa selain kedua motivasi di atas, motivasi mengikuti Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) juga mempengaruhi minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk. Variabel ketentuan pidana di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik dalam penelitian ini adalah variabel baru yang ditambahkan oleh peneliti dan belum pernah diteliti oleh ketiga peneliti sebelumnya dan peneliti sangat tertarik mengenai profesi akuntan, terutama akuntan publik dan peneliti ingin menjadi seorang akuntan yang profesional, maka peneliti ingin mengetahui
6
seberapa besar mahasiswa akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang ingin menjadi seorang akuntan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang ada di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini dijabarkan dalam rumusan pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah motivasi berpengaruh terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi? 2. Apakah pengetahuan tentang profesi akuntan publik berpengaruh terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi? 3. Apakah motivasi dan pengetahuan tentang akuntan publik berpengaruh terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi? 1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitan Penelitian ini memiliki tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap minat mahasiswa akuntansi terhadap minat mahasiswa mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi. 2. Untuk mengetahui pengaruh pengetahun tentang profesi akuntan publik terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi.
7
3. Untuk mengetahui pengaruh motivasi dan pengetahuan tentang profesi akuntan publik terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi. 1.3.2
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi mahasiswa akuntansi Universitas Sumatera Utara khususnya Universitas, Institut atau Perguruan Tinggi swasta di Provinsi Sumatera Utara umumnya, penelitian ini dapat memberikan sedikit wawasan untuk dapat menentukan pilihan atau mempersiapkan diri apabila hendak mengambil Pendidikan Profesi Akuntansi. 2. Bagi Akademik khususnya yang telah menyelenggarakan PPAk, agar dapat meningkatkan kualitas, sosialisasi serta promosi sehingga dapat menghasilkan akuntan-akuntan yang berkualitas dan profesional. 3. Bagi penulis, akan menambah wawasan, pengetahuan serta sebagai motivasi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi. 4. Bagi peneliti selanjutnya, semoga penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat.
8