BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Auditing didefinisikan sebagai suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan (Surfeliya et al., 2014). Hasil akhir yang akan dihasilkan dari proses Auditing adalah laporan audit. Melalui laporan audit, auditor akan menyampaikan pendapat/opini terhadap laporan keuangan yang telah diauditnya. Menurut Sabrina & Januarti (2012), terdapat lima pendapat yang mungkin diberikan oleh akuntan publik atas laporan keuangan yang diauditnya. Pendapat tersebut adalah pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language), wajar dengan pengecualian (qualified opinion), tidak wajar (adverse opinion), tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion). Auditor akan selalu dituntut tepat dalam memberikan opini karena laporan audit yang dihasilkan oleh auditor akan menjadi acuan para pengguna laporan keuangan dalam membaca laporan keuangan suatu perusahaan, sehingga keputusan yang akan dibuat para pemakai laporan keuangan tersebut menjadi efektif. Menurut Purwanti & Sumartono (2014), para pengguna jasa akuntan 1
publik sangat mengharapkan agar para auditor dapat memberikan opini yang tepat, namun dalam praktik masih kerap kali terjadi pemberian opini akuntan yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam SPAP. Tentunya terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi tidak tepatnya seorang auditor dalam memberikan opini. Seorang auditor yang memiliki kompetensi, baik dari segi pengetahuan dan pengalaman tentunya dapat melaksanakan proses audit. Menurut Surfeliya et al (2014) opini yang diberikan oleh auditor sangatlah penting bagi perusahaan, untuk itu seorang auditor harus mempunyai keahlian dan kompetensi yang baik untuk mengumpulkan dan menganalisa bukti-bukti audit sehingga bisa memberikan opini yang tepat. Sikap skeptisme profesional juga dapat mempengaruhi ketepatan auditor dalam memberikan opini. Sabrina & Januarti (2012) menyatakan bahwa Sikap skeptisisme profesional akan membawa auditor pada tindakan untuk memilih prosedur audit yang efektif sehingga diperoleh opini audit yang tepat. Selain itu gender juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi ketepatan pemberian opini auditor. Gender disini dimaksudkan perbedaan yang tampak antara lelaki dan wanita dari segi nilai dan tingkah laku. Auditor wanita akan lebih teliti dalam mengivestigasi bukti-bukti audit dan tidak mudah begitu saja percaya pada klien (Sabrina & Januarti, 2012). Pada saat ini kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor semakin berkurang. Telah terjadi beberapa kasus yang membuat masyarakat meragukan profesi auditor. Beberapa kasus tersebut antara lain, kasus yang terjadi POLRI 2
pada tahun anggaran 2011 dan departemen tenaga kerja dan transmigrasi (Depnakertans) untuk laporan keuangan tahun 2004. Pada kasus yang terjadi di POLRI diketahui bahwa Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang mengaudit laporan keuangan POLRI tahun 2011 memberikan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) padahal diketahui bahwa terjadi mark up dana pada pengadaan simulator SIM (Sumber: Tempo.com). Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi ketepatan auditor dalam memberikan opini. Hal ini dapat dilihat juga pada beberapa penelitian sebelumnya yang menunjukan faktor-faktor tersebut. Di Indonesia beberapa penelitian yang membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan auditor dalam memberikan opini dilakukan oleh: Purwanti & Sumartono (2014); Surfeliya et al (2014); Siregar (2013); dan Sabrina & Januarti (2012). Sedangkan diluar negeri, beberapa penelitian serupa yang membahas faktor-faktor tersebut dilakukan oleh: Khaddafi (2015); Omid (2015); Cahyono (2014); Naslmosavi, Sofian, & Saat (2013); Habib (2013); dan Gaganis, Pasiouras, & Spathis (2013). Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa ketepatan pemberian opini oleh auditor dipengaruhi secara signifikan oleh faktor indepedensi (Purwanti & Sumartono, 2014; dan Siregar, 2013) dan faktor Debt Default (Khaddafi, 2015; dan Cahyono, 2014). Akan tetapi, penelitian sebelumnya juga menunjukan bahwa terdapat beberapa faktor yang menunjukan ketidakonsistenan. Purwanti & Sumartono (2014), menunjukan bahwa faktor kompetensi secara signifikan mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh auditor, akan tetapi tidak 3
signifikan menurut Surfeliya et al (2014). Khaddafi (2015); dan Habib (2013) menunjukan bahwa faktor audit quality secara signifikan mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh auditor, tetapi tidak signifikan menurut Cahyono (2014). Sama halnya dengan faktor skeptisme profesional. Penelitian yang dilakukan oleh Surfeliya et al (2014), menunjukan bahwa faktor skpetisme profesional secara signifikan mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh auditor, akan tetapi tidak signifikan menurut Sabrina & Januarti (2012). Faktor lainnya yang menunjukan ketidakonsistenan antara lain faktor audit opinion (Khaddafi, 2015), faktor audit judgement (Siregar, 2013), faktor gender (Sabrina & Januarti, 2012), faktor audit firm’s size (Naslmosavi et al., 2013), faktor capital requirement dan faktor power of supervisors (Gaganis et al., 2013), faktor audit firm industry specialization, non-audit fees, audit report lag, firm size, firm loss, leverage, default status, probability of bankruptcy, dan qualified audit opinion (Habib, 2013). Sementara itu penelitian sebelumnya juga menunjukan bahwa ketepatan pemberian opini oleh auditor tidak dipengaruhi secara signifikan oleh beberapa faktor, antara lain faktor keahlian audit (Surfeliya et al., 2014; Siregar, 2013; dan Sabrina & Januarti, 2012), faktor lingkup audit (Siregar, 2013), faktor pengalaman audit, situasi audit dan etika (Surfeliya et al., 2014; dan Sabrina & Januarti, 2012), faktor financial transparacy dan audit requirement (Gaganis et al., 2013), faktor audit firm, partner tenure, return measure, time listed, beta measure, dan
4
volatility measure (Habib, 2013), faktor company’s growth (Cahyono, 2014), dan faktor real earnings management (Omid, 2015). Pada penelitian sebelumnya diketahui juga bahwa variabel yang di uji terlalu sedikit. Dapat dilihat pada penelitian yang telah dilakukan oleh Sabrina & Januarti (2012); dan Surfeliya et al (2014). Peneliti-peneliti ini menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menambahkan variabel lainnya yang dapat mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh auditor. Variabel yang disarankan tersebut adalah independensi. Terdapat perbedaan antara penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian sebelumnya. Perbedaannya terdapat pada fokus variabel yang digunakan. Variabel yang dipilih penulis dalam penelitian ini merupakan variabel yang tidak konsisten dan tidak signifikan pada penelitian sebelumnya, serta terdapat variabel yang disarankan oleh peneliti sebelumnya untuk diuji. Variabel independen yang digunakan oleh penulis untuk melakukan penelitian ini adalah kombinasi dari variabel-variabel yang telah diuji oleh Purwanti & Sumartono (2014); Surfeliya et al (2014); Siregar (2013);dan Sabrina & Januarti (2012). Sehingga variabel yang menjadi fokus penulis dalam penelitian ini antara lain: kompetensi auditor, skeptisme professional, pengalaman, keahlian audit, gender dan independensi.
5
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Apakah kompetensi auditor berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor?
Apakah skeptisme profesional berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor?
Apakah pengalaman berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor?
Apakah keahlian audit berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor?
Apakah gender berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor?
Apakah independensi berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk menganalisis pengaruh kompetensi auditor terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor. 6
Untuk menganalisis pengaruh skeptisme profesional terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor.
Untuk menganalisis pengaruh pengalaman terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor.
Untuk menganalisis pengaruh keahlian audit terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor.
Untuk menganalisis pengaruh gender terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor.
Untuk menganalisis pengaruh independensi terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) Penelitian ini digunakan untuk melihat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh auditor. Melalui penelitian ini, pihak KAP dapat melihat hal-hal apa yang dapat mempengaruhi ketepatan pemberian oleh auditor, sehingga hal ini dapat meningkatkan kualitas pemberian jasa yang akan dilakukan oleh pihak KAP dengan kliennya dan tentunya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak KAP ketika akan menugaskan seorang
7
auditor untuk melakukan pengauditan yang akan berdampak pada kualitas jasa yang diberikan. b. Bagi Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi IAI kedepannya, seperti referensi tambahan ketika penyusunan standar.
8