BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1. Aktualisasi Pembangunan menjadi diskurus yang dominan di Indonesia yang erat kaitannya dengan munculnya pemerintahan Orde Baru dibawah rezim Soeharto pada waktu itu. Pada masa Orde Baru, pembangunan senantiasa digalakan terutama pembangunan dalam aspek ekonomi, hal itu ditandai dengan munculnya rencana pembangunan yang tertuang dalam Repelita yang syarat akan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi menjadi pusat perhatian negara Indonesia sebagai negara berkembang karena aspek ekonomi telah menjadi masalah lama yang harus segera dipecahkan. Namun sampai pada saat ini kemiskinan belum mampu diatasi sehingga yang terjadi adalah belenggu kemiskinan yang masih menjerat masyarakat Indonesia. Masyarakat menjadi jauh dari kondisi sejahtera karena aspek ekonomi telah menjadi salah satu penghambat terciptanya kesejahteraan masyarakat. Pembangunan nasional yang mengarah pada pembangunan ekonomi akan selalu di galakan demi mewujudkan cita- cita bangsa seperti yang tertuang dalam Undang- Undang Dasar Tahun 1945. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, pembangunan nasional dilakukan secara terencana, terarah dan berkelanjutan untuk memicu kemampuan nasional dalam mewujudkan kesejahteraan, sehingga dapat disejajarkan dengan negara- negara yang sudah maju. Dengan demikian, pembangunan menjadi suatu proses yang berkelanjutan, yang hadir selama ada proses perubahan menuju kearah yang lebih baik dari sebelumnya.
Dewasa ini, pembangunan dengan konsep bottom up menjadi andalan pemerintah dalam upaya memberdayakan masyarakat agar mampu terlibat dalam proses pembangunan, sehingga sesuai dengan kebutuhan dan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan. Pembangunan bukan hanya kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, tetapi masyarakat juga harus ikut dilibatkan secara aktif karena masyarakat sebagai obyek sekaligus subyek pembangunan itu sendiri. Peran aktif masyarakat agar mampu berkontribusi dalam pembangunan dapat dilakukan dengan pembentukan tindakan melalui peningkatan kapasitas individu sebagai bagian dari masyarakat utuh. Pengembangan kapasitas manusia ini dapat berupa pengembangan wawasan dan tingkat pengetahuan, peningkatan kemampuan untuk merespons dinamika lingkungannya, peningkatan skill, peningkatan akses terhadap informasi, peningkatan akses dalam proses pengambilan keputusan1. Diharapkan dengan kapasitas yang dimiliki, individu dapat berkontribusi secara nyata melalui partisipasi aktif dalam pembangunan, karena hal ini menjadi elemen penting untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Pemerintah pusat memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri melalui kebijakan otonomi daerah yang berasaskan desentralisasi, sebagaimana tertuang dalam Undang- Undang Dasar Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pasal 1 ayat 5 menjelaskan bahwa Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan 1
Soetomo, 2012, Pembangunan masyarakat: Merangkai Sebuah Kerangka, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, hal. 252.
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan2. Adanya otonomi daerah memberikan kesempatan dan wewenang kepada masing- masing daerah untuk berusaha dan menentukan arah pembangunan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan sumberdaya yang dimiliki oleh setiap daerah yang bersangkutan. Berkurangnya intervensi pemerintah pusat terhadap pemerintahan daerah akibat adanya otonomi daerah, memberikan keleluasaan kepada setiap daerah untuk memaksimalkan potensi daerah guna menjamin kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Pemerintah Daerah lebih mengetahui karakteristik daerahnya sendiri dan daerah dapat memutuskan sendiri jenis pengembangan kawasan wisata yang cocok dengan kondisi alam lingkungan dan budaya daerahnya 3. Dengan adanya otonomi daerah, menjadikan setiap daerah mempunyai ciri khas pembangunan tersendiri yang tentunya tetap berpedoman pada pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia. Potensi daerah yang dapat dijadikan sebagai modal pembangunan, yang saat ini banyak digalakan oleh pemerintah daerah adalah potensi pariwisata. Dewasa ini industri pariwisata menjadi sektor andalan untuk meningkatkan devisa negara atau pendapatan daerah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pariwisata dijadikan fokus koordinasi karena sektor ini merupakan penyumbang devisa terbesar setelah ekspor migas, disamping juga mampu berperan penting dalam penyerapan kesempatan kerja dan pemberdayaan usaha mikro dalam jumlah yang tinggi pada daerah- daerah
2
Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Gelgel, 2006, Industri Pariwisata Indonesia Dalam Globalisasi Perdagangan Jasa: Implikasi Hukum dan Antisipasinya, PT Refika Aditama: Bandung, hal. 86. 3
tujuan wisata maupun daerah- daerah lain penghasil produk pasokan daerah wisata4. Semakin menipisnya cadangan minyak dan gas bumi, menjadikan industri pariwisata sebagai sektor yang tepat untuk dikembangkan mengingat sumber daya pariwisata Indonesia memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan negara lainnya di Asia. Dengan demikian, banyak daerah yang menggalakan pembangunan melalui pembangunan dan pengembangan sektor pariwisata, hal ini ditandai dengan semakin banyak dibangun desa wisata di berbagai daerah. Prospek pariwisata dianggap menjanjikan karena sektor ini mampu memberdayakan masyarakat melalui Usaha Kecil Mikro (UKM) yang biasanya banyak digeluti oleh masyarakat kecil. Pemerintah pun terus berupaya untuk mengembangakan sektor pariwisata Indonesia dengan cara meningkatkan volume kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Bahkan Pemerintahan Presiden Joko Widodo menargetkan kunjungan wisata mancanegara (wisman) sebanyak 20 juta per tahun akan tercapai pada tahun 2019 nanti5. Dengan begitu, diperlukan adanya kerja keras dan pembenahan terhadap destinasi wisata di Indonesia agar mampu bersaing dalam kancah internasional. Arus Globalisasi yang kian memudarkan sekat- sekat antar bangsa dalam berbagai aspek, telah menjadikan pula sektor pariwisata sebagai salah satu industri global. Banyak negara- negara di dunia yang tengah melakukan pembangunan di sektor pariwisata guna memajukan negaranya, karena
4
Demartoto, Argyo, 2009, Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat. Sebelas Maret University Press: Surakarta, hal. 17. 5 Sankhyaadi, 2014, 2019 Pariwisata RI Targetkan 29 Juta Wisatawan Mancanegara dalam http://lifestyle.liputan6.com/read/2125702/2019-pariwisata-ri-targetkan-20-juta-wisatawanmancanegara diakses pada tanggal 04 Mei 2015.
bagaimanapun juga sektor tersebut sangat menjanjikan, khususnya dari segi ekonomi. Tidak heran jika aspek ekonomi menjadi centre of interest dalam pembangunan pariwisata. Pariwisata menjadi penghasil uang terbesar dan sektor terkuat dalam pembiayaan ekonomi global6. Maka dari itu, negara Indonesia sendiri tengah menggalakan pembangunan sektor pariwisata dan berusaha membenahi beberapa destinasi wisata yang berpotensi menjadi pariwisata internasional. Pembangunan destinasi wisata guna mendapatkan pengakuan secara internasional sempat dilakukan oleh Indonesia dan ada beberapa destinasi wisata yang telah diakui secara internasional. Hal ini tentunya memotivasi Indonesia untuk melakukan pengajuan atau pengusulan terhadap destinasi wisata lain yang dianggap berpotensi, agar dapat diakui secara internasioanl. Dengan diakuinya destinasi wisata secara internasional, tentunya akan membantu dalam mempromosikan destinasi wisata ke taraf internasional yang berdampak pada peningkatan volume kunjungan wisatawan terutama wisatawan asing, sehingga meningkatkan devisa negara dan pendapatan daerah. 1. Orisinalitas Penelitian dapat dikatakan orisinil apabila penelitian yang dilakukan belum pernah diteliti oleh peneliti terdahulu, tetapi apabila sudah ada penelitian sebelumnya, maka tentu terdapat perbedaan- perbedaan yang dapat ditunjukan. Adapun penelitian terdahulu yang mengangkat permasalahan terkait partisipasi masyarakat dalam sektor pariwisata yang hampir sama dengan penelitian ini, namun berbeda dalam fokus dan lokasi penelitiannya, antara lain:
6
Gelgel, op cit., hal. 25.
1. Penelitian yang berjudul Partisipasi Masyarakat Sambi dalam Mewujudkan Community Based Tourism di Desa Sambi. Penelitian ini merupakan skripsi dari Very Nurlita mahasiswa Universitas Gadjah Mada, jurusan Menejemen Kebijakan Publik (MKP) pada tahun 2007. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Penelitian yang dilakukan oleh Very Nurlita difokuskan pada sejarah dibentuknya desa wisata Sambi dan memaparkan partisipasi masyarakat Sambi dalam pembentukan desa wisata Sambi sebagai Community Based Tourism. 2. Penelitian yang berjudul Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata di Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo). Penelitian ini merupakan skripsi dari Deshinta Mutia Rani mahasiswa Universitas Gadjah Mada, Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSDK) pada tahun 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Penelitian yang dilakukan oleh Deshinta Mutia Rani difokuskan pada partisipasi masyarakat destinasi wisata dalam pembangunan desa wisata Ponggok. 3. Penelitian yang berjudul Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Pariwisata di Pulau Untung Jawa Kepulauan Seribu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini merupakan Tugas Akhir dari Nurul Istihar Humairah mahasiswa Universitas Gadjah Mada Program Studi Pariwisata, yang disusun pada tahun 2015. Penelitian ini mengkaji tentang kegiatan pariwisata di Pulau Untung dan mengkaji tentang bentukbentuk partisipasi masyarakat dalam kegiatan pariwisata di Pulau Untung.
4. Penelitian yang berjudul Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Pariwisata di Desa Wisata Pulesari, Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman. Penelitian ini merupakan Tugas Akhir dari Hannif Andy Al Anshori mahasiswa Universitas Gadjah Mada Program Studi Pariwisata, yang disusun pada tahun 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian yang dilakukan berfokus pada partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, kendala yang dihadapi oleh masyarakat, dan strategi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat yang dapat dijalankan oleh masyarakat desa wisata Pulesari. 5. Penelitian yang berjudul Partisipasi Masyarakat Lokal Dalam Pariwisata: Studi Kasus Wisata Alam Kalibiru, Kecamatan Kokap, Kulon Progo, Yogyakarta. Penelitian ini merupakan Tugas Akhir dari Sekar Arum mahasiswa Universitas Gadjah Mada jurusan Antropologi Budaya, yang disusun pada tahun 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Penelitian ini mengkaji tentang latarbelakang munculnya pariwisata Kalibiru dan mengkaji tentang partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata di Kalibiru. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dikemukakan diatas, jelas terlihat adanya perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang telah penulis lakukan. Fokus penelitian yang telah penulis lakukan adalah terkait partisipasi masyarakat dalam pembangunan sektor pariwisata Geopark Kaldera Toba sebagai obyek daya tarik wisata. Penelitian yang berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Sektor Pariwisata Geopark
Kaldera Toba” (Studi Tentang Rendahnya Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Sektor Pariwisata Geopark Kaldera Toba di Desa Sianjur Mula Mula, Kecamatan Sianjur Mula Mula, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara) belum pernah dilakukan sebelumnya atau masih bersifat orisinil. 2. Relevansi Dengan Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan merupakan cabang dari ilmu sosial yang mengkaji berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat yang kompleks dengan berbagai macam permasalahannya, khususnya yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat. Ada tiga konsentrasi dalam ilmu pembangunan sosial dan kesejahteraan, yakni Social Policy, Community Empowerment, dan Corporate Social Responsibility. Kebijakan Sosial (Social Policy) fokus pada kajian tentang upaya negara dalam melakukan pemecahan terhadap masalah- masalah sosial yang berkembang di masyarakat. Pemberdayaan
Masyarakat
(Community
Empowerment)
fokus
pada
pengembangan kapasitas masyarakat sehingga masyarakat dapat hidup mandiri secara berkelanjutan melalui pengelolaan lembaga, sumber daya dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) fokus terhadap komitmen perusahaan/ swasta untuk terlibat secara aktif dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemberdayaan Masyarakat (Community Empowerment) yang berfokus pada peningkatan kapasitas masyarakat melalui pemanfaatan lembaga, potensi dan sumberdaya lokal oleh masyarakat secara mandiri dan berkesinambungan, telah menjadi konsentrasi dalam penelitian ini. Pemberdayaan masyarakat
menjadi arus utama dalam pembangunan yang menempatkan masyarakat sendiri sebagai subyek dan obyek pembangunan. Masyarakat sebagai subyek pembangunan tentunya harus memiliki kapasitas dan kemampuan agar bisa berpartisipasi dalam setiap tahapan proses pembangunan, guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dengan begitu, pembangunan yang melibatkan partisipasi masyarakat secara aktif diharapkan mampu memberdayakan masyarakat secara berkelanjutan dan menyeluruh. B. Latar Belakang Masalah Tuhan Yang Maha Esa menganugerahi negara Indonesia berbagai keindahan alam beserta sumberdaya lainnya yang mendukung pembangunan sektor pariwisata. Banyak sumberdaya wisata endemik yang menjadi ciri khas Indonesia, tentunya hal ini menjadi kekuatan tersendiri bagi Indonesia untuk dapat bersaing dengan negara lainnya dalam menciptakan destinasi wisata yang mampu menarik banyak wisatawan. Dalam konteks pariwisata, sumberdaya diartikan sebagai segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk dikembangkan guna mendukung pariwisata, baik secara langsung maupun tidak langsung 7. Sumberdaya alam, sumberdaya manusia, keadaan sosial dan budaya Indonesia menjadi
modal
sekaligus
sebagai
sumberdaya
bangsa
kita
untuk
mengembangkan sektor pariwisata yang menjadi arah pembangunan negara Indonesia saat ini. Sebagai negara yang dianugerahi kekayaan yang luar biasa, Indonesia memang perlu mengeksplorasi dan mendayagunakan kekayaan tersebut secara bijaksana demi kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Melihat masyarakat Indonesia yang hidup jauh dari kondisi sejahtera karena mengalami
7
Pitana dan Diarta, 2009, Pengantar Ilmu Pariwisata, Penerbit Andi: Yogyakarta, hal.68.
keterbatasan dalam memenuhi kebutuhannya, maka hal tersebut menjadi salah satu faktor yang mendorong pemerintah untuk melakukan usaha yang dapat memperbesar pundi- pundi pendapatan negara. Salah satu upaya pemerintah dalam memperbesar pundi- pundi penghasilannya adalah melalui usaha di sektor pariwisata. Pariwisata dianggap sebagai sektor yang potensial dapat mendatangkan keuntungan, terutama keuntungan ekonomi. Pemerintah pun terus menggalakan program- program pembangunan dalam skala nasional sampai pada tingkat desa, termasuk program pembangunan di sektor pariwisata. Dengan demikian, pariwisata menjadi salah satu industri andalan negara Indonesia saat ini. Di bahwah ini dapat dilihat tabel penerimaan dari wisatawan mancanegara dalam sektor pariwisata: Tabel 1.1 Jumlah Penerimaan dari Wisatwan Mancanegara 2010 7.603.45
2011 8.554.39
Tahun Kedatangan 2012 2013 9.120.89 10.054.15
Jumlah Penerimaan (Juta US$) (Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia)
2014 11.166.13
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun jumlah penerimaan negara Indoensia dari wisatawan mancanegara mengalami peningkatan. Dengan demikian, sektor pariwisata memiliki prospek yang bagus dalam membantu meningkatkan perekonomian negara. Sektor pariwisata telah membuktikan bahwa sektor tersebut memiliki kontribusi dalam pembangunan ekonomi negara, yang dibuktikan oleh perolehan devisa. Pariwisata sebagai sebuah industri yang telah berkembang menjadi industri global, memang tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kegiatannya selalu berorientasi profit, karena memang aspek ekonomi menjadi tujuan utama
dalam pembangunan pariwisata. Namun untuk mewujudkan pariwisata yang sustainable, tentunya pembangunan pariwisata tidak hanya difokuskan pada satu aspek saja tetapi juga aspek lainnya seperti aspek sosial, budaya dan lingkungan yang sudah seharusnya terintegrasi membentuk sebuah sistem didalamnya.
Koordinasi antar
stakeholders
yang terintegrasi dalam
pembangunan pariwisata, sangat dibutuhkan demi keberhasilan pariwisata termasuk peran pemerintah, swasta dan masyarakat didalamnya. Keterlibatan pemerintah sebagai regulator, pihak swasta sebagai investor dan masyarakat sebagai pemilik sumberdaya lokal harus dilibatkan dalam pembangunan pariwisata secara langsung maupun tidak langsung guna mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan. Masing- masing pihak tidak akan bisa berjalan terpisah melainkan ketiganya harus bisa saling melengkapi dan berjalan beriringan. Pembangunan pariwisata yang berhasil adalah pembangunan pariwisata yang dilakukan secara bersama termasuk “membangun bersama masyarakat”, sehingga pembangunan pariwisata dapat memberikan keuntungan secara ekonomi, sosial maupun budaya kepada masyarakat setempat serta dapat menciptakan multiplier effect8. Masyarakat sebagai penduduk asli daerah tujuan wisata memiliki peran penting dalam pembangunan sektor pariwisata, terutama keterlibatannya dalam memelihara dan mengembangkan Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) sebagai sumberdaya dan modal pembangunan pariwisata. Masyarakat lokal akan menerima dampak langsung dari adanya aktivitas pariwisata karena masyarakat lokal sebagai pihak yang berdekatan
8
Demartoto, Argyo, op cit., hal. 100.
atau tinggal dalam kawasan pariwisata. Pariwisata sebagai sektor yang bersifat multi aspek tentunya akan memberikan dampak terhadap semua aspek yang terlibat didalamnya, baik aspek ekonomi, sosial, budaya maupun lingkungan alam sebagai sistem yang terintegrasi dalam kehidupan masyarakat. Dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas pariwisata tidak hanya dampak positif tetapi juga dampak negatif yang akan merugikan pihak yang terlibat, khususnya masyarakat secara langsung. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan aktivitas pariwisata sangat dibutuhkan guna meningkatkan dampak positif dan meminimalisir atau menghindari dampak negatif yang kemungkinan terjadi. Partisipasi masyarakat lokal dalam pembangunan pariwisata memiliki peran yang cukup besar, sehingga keterlibatannya akan mempengaruhi keberlanjutan pembangunan sektor pariwisata karena bagaimanapun juga masyarakat sebagai pemilik sumberdaya pariwisata. Namun mustahil masyarakat akan berpartisipasi dalam pembangunan pariwisata, apabila masyarakat tidak paham bahkan tidak memiliki pengetahuan tentang sumberdaya pariwisata yang mereka miliki. Parahnya lagi masyarakat tidak sadar akan potensi sumberdaya pariwisata, sehingga tidak ada upaya masyarakat untuk ikut terlibat dalam mengubah sumberdaya potensial menjadi aktual. Minimnya kapasitas masyarakat lokal sebagai subyek pembangunan pariwisata, tentunya akan menghambat pembangunan pariwisata karena masyarakat tidak mampu berjalan beriringan dengan pemangku kepentingan lainnya yakni pemerintah dan swasta. Partisipasi masyarakat dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung, mulai dari tahap identifikasi
sumberdaya, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, sampai pada tahap menikmati hasil pembangunan. Sektor pariwisata dianggap sebagai sektor yang mampu memberikan dampak ekonomi kepada semua pihak yang bersangkutan baik pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Sektor pariwisata terbukti telah mampu menyentuh masyarakat di level bawah melalui upaya pemberdayaan masyarakat, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya masyarakat yang melakukan berbagai macam usaha baik dibidang perdagangan maupun dibidang pelayanan jasa. Dengan begitu, sektor pariwisata akan mampu menyentuh kebutuhan dasar masyarakat yang nantinya berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan. Namun pada kenyataannya, banyak program pemerintah yang masih belum mampu menyentuh masyarakat di level bawah karena program pembangunan masih bersifat top- down dan sentralistik, sehingga kurang bisa melibatkan masyarakat secara aktif atau bahkan tidak ada partisipasi masyarakat sama sekali. Padahal pembangunan yang ideal adalah pembangunan yang bisa berkelanjutan dan memberikan porsi yang lebih besar kepada masyarakat untuk terlibat dalam setiap tahap pembangunan. Program pembangunan yang memberikan porsi besar kepada masyarakat untuk berperan aktif dalam setiap tahap pembangunan adalah pembangunan yang sifatnya bottom- up, model pembangunan inilah yang dapat memberikan peluang besar kepada masyarakat untuk bisa berpartisipasi. Partisipasi dapat dilakukan oleh individu maupun masyarakat baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Terdapat tahapan- tahapan
dalam partisipasi, sehingga setiap individu memiliki tingkatan yang berbeda meskipun sama- sama dikatakan telah berpartisipasi dalam sebuah kegiatan atau program tertentu. Tahapan partisipasi dimulai dari partisipasi yang paling rendah yakni kondisi keterlibatan masyarakat namun tidak ada kontribusi, sampai pada tahap partisipasi paling tinggi yang ditandai oleh adanya kontrol penuh dari masyarakat terhadap program atau kegiatan pembangunan. Partisipasi yang memberikan kontribusi secara nyata dan menimbulkan adanya perubahan terhadap pembangunan atau program inilah yang dibutuhkan dalam pembangunan.
Dengan
begitu,
partisipasi
aktif
masyarakat
dalam
pembangunan sektor pariwisata, baik itu partisipasi melalui kontribusi berupa ide, gagasan, pendapat, tenaga, uang, waktu, dan bentuk lainnya diharapkan mampu memberikan perubahan demi pembangunan pariwisata yang berkelanjutan yang tentunya dapat menguntungkan semua pihak yang terlibat. Salah satu kawasan yang potensial dijadikan sebagai daerah tujuan wisata di Indonesia adalah kawasan Geopark Kaldera Toba. Geopark Kaldera Toba merupakan fenomena alam yang terbentuk secara alamiah, yang keberadaannya telah lama menarik perhatian para wisatawan lokal, nasional sampai wisatawan mancanegara. Fakta sejarah yang dikuatkan dengan banyak hasil penelitian para geolog dalam dan luar negeri, mengarahkan dukungan bahwa warisan geologi supervulcano Toba harus dilestarikan, khususnya melalui implementasi konsep geopark sebagai suatu konsep pembangunan berkelanjutan berbasis pariwisata9. Melalui konsep geopark diharapkan mampu melestarikan unsur geologi sebagai warisan sejarah, yang tentunya 9
Tim Pengembangan Program Geopark Kaldera Toba-Geoarea Samosir, 2015, Sosialisasi Geopark Kaldera Toba- Geo Area Samosir.
melibatkan pula unsur biologi dan unsur budaya yang menjadi satu kesatuan utuh yang juga patut dilestarikan. Adanya pelestarian unsur geologi, biologi dan budaya membuka peluang bagi para peneliti atau para akademisi untuk melakukan berbagai penelitian guna mengembangkan ilmu pengetahuan melalui edukasi. Dengan demikian, konsep geopark sebagai suatu upaya pelestarian unsur, geologi, biologi, dan budaya yang terintegrasi kedalam pembangunan pariwisata, diharapkan mampu mendatangkan keuntungan dari segi ekonomi melalui usaha- usaha dibidang pariwisata khususnya dibidang ekonomi kreatif yang melibatkan masyarakat lokal. Konservasi, edukasi dan peningkatan perekonomian masyarakat lokal inilah yang menjadi konsep Geopark Kaldera Toba yang diharapkan mampu mewujudkan pariwisata berkelanjutan dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat lokal sebagai pihak yang terlibat langsung. Geopark Kaldera Toba menjadi modal pariwisata Provinsi Sumatera Utara. Kawasan Geopark Kaldera Toba tersebut meliputi area seluas 3.658 km2,, mencakup 7 (tujuh) wilayah Kabupaten yaitu: 1). Simalungun, 2). Toba Samosir, 3). Samosir, 4). Tapanuli Utara, 5). Humbang Hasundutan, 6). Karo, 7). Dairi10. Geopark Kaldera Toba nasional dibagi menjadi empat Geoarea, yakni Geoarea Kaldera Porsea, Geoarea Kaldera Haranggaol, Geoarea Kaldera Sibandang dan Geoarea Samosir. Keempat Geoarea sebagai bagian dari Geopark Kaldera Toba nasional tersebut kemudian didalamnnya terbagi menjadi geosite- geosite atau situs yang tentunya memiliki nilai- nilai sejarah kebumian, baik itu keragaman geologi, biologi, dan budaya masyarakatnya. 10
Anonim, Geopark Kaldera Toba, dalam http://wisatatobasa.com/2014/pdf/Geopark-KalderaToba.pdf, diakses pada tanggal 04 Mei 2015.
Berbagai situs- situs Geopark Kaldera Toba tersebar di ketujuh Kabupaten sehingga Kabupaten Samosir, Toba Samosir, Simalungun, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Karo dan Dairi harus berkoordinasi guna mendukung pembangunan pariwisata Geopark Kaldera Toba yang berkelanjutan. Namun sayangnya hanya Kabupaten Samosir yang merespon konsep Geopark Kaldera Toba. Belum pernah Bupati dari tujuh Kabupaten yang masuk kedalam delineasi Geopark Kaldera Toba, duduk bersama untuk membahas Danau Toba. Padahal, posisi Bupati sangat penting dalam membangun kawasan Danau Toba kembali jaya seperti era 80- 90-an11. Berangkat dari keunikan Geopark Kaldera Toba, maka Pada tahun 2014 lalu, Geopark Kaldera Toba telah diresmikan sebagai Geopark nasional oleh Preseiden Republik Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Namun tidak sampai di taraf nasional, Geopark Kaldera Toba juga diajukan menjadi anggota GGN (Geopark Global Network) UNESCO sebagai badan PBB yang membidangi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pengajuan Geopark Kaldera Toba ke UNESCO sebagai organisasi internasional, dilatarbelakangi oleh adanya keinginan untuk menjadikan Geopark Kaldera Toba agar tidak hanya sebagai warisan bagi bangsa Indonesia saja, tetapi juga sebagai warisan dunia. Hal ini disebabkan karena proses terbentuknya Geopark Kaldera Toba sendiri telah memberikan dampak terhadap populasi mahluk hidup di berbagai belahan dunia. Dengan demikian, sudah sepantasnya Geopark Kaldera Toba dilestarikan sebagai warisan dunia dengan nilai- nilai
11
Asdhiana (ed), 2014, Selamatkan Toba, Sejahterakan Warga, melalui http://travel.kompas.com/read/2014/07/25/183700127/Selamatkan.Toba.Sejahterakan.Warga , diakses pada tanggal 09 April 2016.
sejarah yang terkandung didalamnya melalui konsep pariwisata Geopark Kaldera Toba. Pengusulan Geopark Kaldera Toba sebagai anggota GGN UNESCO ternyata tidak membuahkan hasil. Geopark Kaldera Toba gagal diajukan sebagai Geopark Internasional. UNESCO sebagai badan dunia yang mengurusi masalah ilmu pengetahuan dan budaya menilai bahwa Geopark Kaldera Toba belum matang12. Ditolaknya Geopark Kaldera Toba menjadi anggota Geopark Global Network tentunya menjadi PR tersendiri bagi pemerintah untuk senantiasa membenahi Geopark Kaldera Toba agar tahun berikutnya dapat diajukan kembali menjadi anggota GGN UNESCO yang tentunya dengan persiapan yang lebih matang. Koordinasi antar daerah atau Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara sangat dibutuhkan guna melakukan singkronisasi antar daerah yang akan pula berdampak pada kematangan persiapan pengusulan Geopark Kaldera Toba menjadi anggota GGN kembali. Kegagalan Geopark Kaldera Toba menjadi anggota GGN UNESCO tentunya harus dijadikan pembelajaran khususnya bagi pemerintah agar kedepannya bisa mempersiapkan Geopark Kaldera Toba secara matang. Partisipasi masyarakat menjadi poin yang harus diperhatikan dalam upaya mempersiapakan Geopark Kaldera Toba menjadi anggota GGN UNESCO. Partisipasi masyarakat lokal menjadi salah satu penilaian keberhasilan suatu geopark menjadi anggota GGN UNESCO. Khusus untuk persiapan pengusulan Geopark Kaldera Toba yang sudah mulai berjalan sejak
12
Harja, Ramita, 2015, UNESCO: Kaldera Toba Belum Matang dalam http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2015/10/10/191645/unesco-kaldera-toba-belummatang/#.VvjCM9J97IU diakses pada tanggal 26 Desember 2015.
2013, hingga saat ini masih terkesan elitis 13. Maksud dari elitis disini adalah hanya segelintir orang saja yang mengetahui maksud dan tujuan dari Geopark Kaldera Toba. Apabila yang mengetahui maksud dan tujuan dari Geopark Kaldera Toba hanya segelintir elit tertentu, tanpa adanya pengetahuan dan pemahaman dari masyarakat lokal, tentunya menjadi hambatan bagi tercapainya mimpi Geopark Kaldera Toba untuk menjadi geopark internasional. Melalui media berita online salah seorang anggota DPRD Sumut mengatakan bahwa kampanye kaldera Toba selama ini lebih banyak keluar, padahal seharusnya pemerintah melakukan sosialisasi ke masyarakat, sehingga masyarakat tahu akan adanya persiapan usulan GGN (Geopark Global Network) dan berbagai manfaat jika ditetapkan sebagai taman kaldera internasional 14. Pembangunan pariwisata Geopark Kaldera Toba seharusnya dilakukan secara bottom- up karena pelibatan masyarakat lokal menjadi salah satu penilaian GGN, namun pada implementasinya masih bersifat top- down, sehingga partisipasi masyarakat lokal rendah. Partisipasi masyarakat dari tujuh kabupaten yang masuk kedalam delineasi Geopark Kaldera Toba yang tercakup kedalam empat geoarea, tentunya menjadi hal yang harus diperhatikan untuk mendukung keberhasilan Geopark Kaldera Toba menjadi anggota GGN UNESCO. Salah satu Geoarea dari Geopark Kaldera Toba nasional adalah Geoarea Samosir. Geoarea Samosir memiliki geosite paling banyak diantara Geoarea lainnya. Geoarea Samosir memiliki 23 Geosite yang tersebar di
13
Simamora, 2014, Mimpi Danau Toba Jadi Geopark? melalui http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2014/12/16/135759/mimpi-danau-toba-jadigeopark/#.Vwrz95x97IU, diakses pada tanggal 09 April 2016. 14 Anonim, 2015, Pemerintah Tak Siap, Danau Toba Gagal Masuk GGN, melalui http://lintasmedan.com/2015/09/pemerintah-tak-siap-danau-toba-gagal-masuk-ggn/ , diakses pada tanggal 09 April 2016.
sembilan kecamatan di Kabupaten Samosir. Salah satu kecamatan yang termasuk kedalam Kabupaten Samosir adalah Kecamatan Sianjur Mula Mula. Kecamatan Sianjur Mula Mula menjadi wilayah penelitian peneliti dalam mengkaji partisipasi masyarakat dalam pembangunan sektor pariwisata Geopark Kaldera Toba. Desa Sianjur Mula Mula sebagai desa yang masuk kedalam wilayah Kecamatan Sianjur Mula Mula memiliki banyak geosite dibandingkan dengan desa lainnya yang ada di Kecamatan tersebut. Masuknya Desa Sianjur Mula Mula kedalam kawasan Geopark Kaldera Toba, menjadikan desa tersebut berpotensi untuk dikembangkannya sektor pariwisata. Dengan begitu, Desa Sianjur Mula Mula menjadi lokasi penelitian peneliti. Peraturan Desa Sianjur Mula Mula Nomor 2 tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) tahun 2008- 2013 dalam peraturannya menyebutkan visi Desa Sianjur Mula Mula adalah15: “ Terwujudnya kesejahteraan masyarakat Desa Sianjur Mula Mula yang didukung pelayanan pemerintah dengan pengembangan sektor pertanian dan pariwisata 2015 serta pengembangan kualitas sumber daya manusia”. Berdasarkan visi pembangunan Desa Sianjur Mula Mula, sektor pariwisata merupakan sektor yang akan dikembangkan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, disamping pengembangan sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama masyarakat desa Sanjur Mula Mula. Pembangunan sektor pariwisata Geopark Kaldera Toba membutuhkan adanya partisipasi dari masyarakat setempat, karena dukungan masyarakat berpengaruh dalam
15
Peraturan Desa Sianjur Mula Mula Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) Tahun 2008- 2013, hal.28.
mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan. Harapannya pelestarian Geopark Kaldera Toba sebagai melalui konsep pariwisata, tidak hanya dinikmati oleh masyarakat di generasi sekarang saja, tetapi juga generasi yang akan datang. Keberagaman unsur geologi, biologi dan budaya sebagai elemen geopark terdapat pula di Desa Sianjur Mula Mula. Sebagai desa yang memiliki situs paling banyak di Kecamatan Sianjur Mula Mula, Desa Sianjur Mula Mula harusnya menjadi desa yang paling bisa diperhitungkan untuk bisa dikembangkannya sektor kepariwisataan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, sehingga sejalan dengan visi Desa Sianjur Mula Mula. Banyak wisatawan nasional dan mancanegara yang tertarik dengan obyekobyek wisata di Desa Sianjur Mula Mula. Beberapa obyek wisata yang terdapat di Desa Sianjur Mula Mula dan menjadi obyek daya tarik wisata, diantaranya ada Gunung Pusuk Buhit, Batu Hobon, Air Terjun Hadabuan Nai Sogop, Rumah Si Raja Batak, opung Tatea Bulan, Aek Bitatar, Aek Si Toba Toba, dan masih banyak lagi. Selain itu, masyarakat Desa Sianjur Mula Mula juga memiliki kebudayaan khas Batak yang bisa dijadikan sebagai modal pengembangan pariwisata, seperti halnya tarian tor- tor dan kesenian gondang. Beberapa keragaman biologi juga terdapat di desa Sianjur Mula Mula, yakni beberapa jenis tanaman obat baik yang ditanam secara sengaja oleh warga maupun yang tumbuh secara liar disekitaran pemukiman warga, serta tanaman bunga atau tanaman hias. Hal yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian di Desa Sianjur Mula Mula adalah karena desa ini masuk kedalam kawasan Geoarea Samosir yang memiliki geosite paling banyak diantara geoarea lainnya.
Kecamatan Sianjur Mula Mula tepatnya di Desa Sianjur Mula Mula yang merupakan desa yang memiliki situs paling banyak diantara desa lainnya di Kecamatan Sianjur Mula Mula, terdapat geosite yang dianggap berpengaruh bagi orang Batak yakni Gunung Pusuk Buhit. Kawasan Pusuk Buhit memiliki banyak keragaman geologi, biologi dan budaya yang diharapkan mampu memberdayakan masyarakat melalui sektor kepariwisataan. Secara geografis, Desa Sianjur Mula Mula juga memiliki bentuk yang unik dengan menyerupai mangkok atau kuali sehingga menambah keindahan dan daya tarik bagi para wisatawan yang datang. Selain itu, di bawah kaki Gunung Pusuk Buhit terdapat Gedung Pusat Informasi Geopark Kaldera Toba sebagai etalase Geopark Kaldera Toba. Dengan begitu, sudah sepantasnya masyarakat Desa Sianjur Mula Mula memiliki pengetahuan dan mampu berpartisipasi dalam pembangunan pariwisata Geopark Kaldera Toba. Masyarakat lokal perlu dilibatkan dalam upaya melindungi serta meingkatkan fungsi warisan Geopark Kaldera Toba, sehingga manfaatnya tidak hanya dinikmati oleh masyarakat di era sekarang tetapi juga masyarakat di era mendatang. Partisipasi masyarakat lokal dalam pembangunan sektor pariwisata Geopark Kaldera Toba, dapat dimulai dari tindakan nyata masyarakat untuk menjaga kelestarian dan ikut mendukung pembangunan pariwisata, melalui partisipasi dalam program atau kegiatan yang digalakan oleh pemerintah di desa Sianjur Mula Mula. Kendala yang sangat mendasar yang menjadi salah satu titik lemah keparariwisataan nasional memang terletak pada kesiapan sumber daya manusia pariwisata, baik yang berfungsi sebagai pembina
maupun yang berperan sebagai pelaksana kepariwisataan nasional 16. Kesiapan sumber daya manusia memang menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan, mengingat perannya sebagai subyek pembangunan pariwisata. Termasuk masyarakat di Desa Sianjur Mula Mula sendiri harus memiliki kesiapan untuk bisa berpartisipasi dalam aktivitas pariwisata Geopark Kaldera Toba. Partisipasi masyarakat dalam sektor pembangunan pariwisata Geopark Kaldera Toba, tentunya memiliki tingkatan yang berbeda- beda termasuk partisipasi masyarakat di Desa Sianjur Mula Mula sendiri. Masyarakat ada yang bersifat pasif dan bersifat aktif, tentunya keadaan ini akan mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat, sehingga hal ini menentukan cepat lambatnya pembangunan sektor pariwisata Geopark Kaldera Toba dapat diwujudkan. Dengan begitu, hal- hal yang telah diuraikan dalam latar belakang penlitian ini, telah menarik perhatian dan melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai partisipasi masyarakat dalam pembangunan sektor pariwisata Geopark Kaldera Toba di Desa Sianjur Mula Mula. C. Rumusan Masalah Partisipasi
masyarakat
menjadi
elemen
yang
penting
dalam
pembangunan sektor pariwisata Geopark Kaldera Toba, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, evalusasi dan sampai pada tahap menikmati hasil pembangunan. Namun dalam pembangunan pariwisata sendiri, sering menghadapi kendala karena kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat yang rendah, sehingga acapkali pembangunan pariwisata tidak berkelanjutan dan tidak mampu menyejahterakan masyarakat. Padahal partisipasi masyarakat
16
Suwantoro, Gamal, 2004, Dasar- Dasar Pariwisata, Penerbit Andi: Yogyakarta, hal. 90.
lokal sebagai pemilik sumberdaya pariwisata dan pihak yang akan terlibat langsung dalam aktivitas pariwisata sudah seharusnya dapat berpartisipasi aktif guna mewujudkan pariwisata berkelanjutan. Dengan begitu, Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah yang hendak dijawab dalam penelitian ini adalah: “Mengapa partisipasi masyarakat rendah dalam pembangunan sektor pariwisata Geopark Kaldera Toba di Desa Sianjur Mula Mula, Kecamatan Sianjur Mula Mula, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara?” D. Tujuan Penelitian Penelitian dilakukan karena adanya suatu masalah yang ingin dipecahkan. Penentuan tujuan penelitian dimaksudkan agar penelitian dilakukan secara terarah dan sistematis, sehingga penelitian tidak melenceng dari apa yang ingin diteliti. Adapun tujuan dari penelitian ini dibedakan menjadi dua, yakni: 1. Tujuan Substansial a. Untuk mengetahui alasan partisipasi masyarakat rendah dalam pembangunan sektor pariwisata Geopark Kaldera Toba di Desa Sianjur Mula Mula, Kecamatan Sianjur Mula Mula, Kabupaten Sumatera Utara. 2. Tujuan Operasional a. Memberikan tambahan informasi kepada peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan topik pemberdayaan masyarakat melalui partisipasi masyarakat dalam pembangunan sektor pariwisata. b. Memberikan ide dan masukan dalam pengambilan kebijakan baik bagi aparat pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah daerah,
pemerintah desa
maupun pihak-
pihak
yang
terlibat
dalam
pembangunan sektor pariwisata, khususnya pariwisata Geopark Kaldera Toba. E. Manfaat Penelitian 1.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan dimasa depan dalam memberikan pemahaman terhadap pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan sektor Pariwisata.
2.
Hasil penelitian ini semoga menjadi sumbangsih berupa ide dan masukan bagi pengambil kebijakan baik aparat pemerintahan pusat, pemerintahan provinsi, pemerintah daerah maupun aparat desa dan pihak- pihak yang terlibat dalam pembangunan sektor pariwisata, untuk mencari pemecah persoalan yang ditemukan dalam pembangunan pariwisata.
3.
Penelitian ini semoga menjadi sumbangan pemikiran dan referensi bagi penelitian selanjutnya dalam fokus yang sama ataupun dengan fokus yang berbeda.
4.
Bagi peneliti, penelitian ini merupakan sarana untuk mengembangkan wawasan dan pengalaman serta menjadi sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan.