1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Semenjak era reformasi, rasanya masyarakat Indonesia sangat terbiasa sekali melihat tayangan di televisi yang menayangkan kerusuhan, demonstrasi, aksi unjuk rasa yang disebabkan oleh perasaan tidak puas atas suatu masalah yang dialami para aktivis kegiatan tersebut. Elemen yang terlibat pun sangat bervariasi yang didominasi oleh kaum mahasiswa atau kader-kader atau simpatisan sebuah partai yang kecewa jagoannya kalah. Tidak jarang aksi tersebut berakhir dengan perkelahian, tawuran atau sejenisnya yang melibatkan massa satu dengan yang lain ataupun antara massa dengan para aparat pengamanan, polisi maupun TNI atau
terkadang
bahkan
sesama
massa
tersebut.
(http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=8049 , diakses pada 14 Oktober 2008, 16:25 ) Dari petikan artikel diatas dapat diketahui bahwa aksi demo sudah terjadi puluhan tahun lamanya bahkan ada sejarah-nya. Akan tetapi aksi demo mulai deras dan kencang semenjak era Soeharto berakhir, dimana setelah itu muncul yang dinamakan era reformasi. Dengan dimulainya suatu pemerintahan yang demokrasi saat itu, muncul pula masalah baru yaitu demontrasi. Kebanyakan demo yang terjadi adalah bentuk penyampaian aspirasi entah itu baik atau mencela, yang berarti demo yang sering terjadi adalah karena ketidakpuasan atau ketidak sesuaian salah satu pihak terhdap pihak lain.
2
Indonesia selalu didera dengan Demontrasi. pengertian Demo-adalah menunjukkan sesuatu dengan gaya yang berlebih atau kelebihan baik kondisi atau sesuatu barang atau yang lain dengan menunjukkan kekuatan maupun kekurangan. Namun masyarakat di Indonesia sudah terlanjur terobsesi kalau demontrasi bermaksud mencapai suatu tujuan yang diinginkan; karena sudah menjadi suatu budaya yang kurang baik, sejak kejatuhan Presiden ke dua Suharto tidak henti-hentinya kita menyaksikan Demontrasi, baik sekala kecil maupun besar.
(http://basuni.blog.unair.ac.id/2008/06/02/berhenti-berdemontrasi-guna-
tercipta-demokrasi/ , diakses pada 14 Oktober 2008, 16:30 ) Untuk memahaminya, marilah kita membuka sejarah untuk menyingkap tabir demonstrasi. Tragedi Tiananmen di Cina, Revolusi Prancis, Revolusi Amerika Serikat, perjuangan-perjuangan kemerdekaan di seantero dunia, Peristiwa People Power di Filipina, revolusi di Rusia, hingga Peristiwa 1966 dan 1998 di Indonesia telah menjadi contoh nyata bagi kita bahwa demonstrasi dan aksi rakyat telah menjadi bagian dari sejarah penting bagi negara maju dan berkembang. Semua menjadi bukti bahwa demonstrasi adalah proses yang wajar dan bahkan kontributif bagi perkembangan dan perbaikan suatu bangsa. Akan tetapi ada benang merah yang dapat ditarik dari kejadian-kejadian demonstrasi dan mass movement di atas. Itu pula yang terjadi di Indonesia tahun 1966. Apa yang dituturkan Soe Hok Gie dalam catatan hariannya mengenai kediktatoran Soekarno adalah hal nyata. Soekarno yang sangat berjasa dalam memproklamasikan kemerdekaan RI sekaligus presiden pertama, kemudian menjadi terlalu sentralistis. Orang-orang di
3
sekitarnya telah menutup Soekarno dalam hubungannya yang murni dengan masyarakat kemudian membiusnya dengan wanita-wanita cantik di sekelilingnya. Kemudian muncul pernyataan presiden seumur hidup yang makin menegaskan absolutisme kepemimpinannya. Sebagaimana yang dikatakan Lord Acton, sejarawan Inggris abad 19, “Power tend to corrupt. Absolute power corrupts absolutely.” Kekuasaan cenderung korup, dan kekuasaan yang mutlak adalah korupsi yang nyata. Itulah yang kemudian terjadi. Kepercayaan masyarakat pun hilang. Rezim seperti ini memang harus segera ditegur atau bahkan dijatuhkan, maka demonstrasi massa adalah pilihan. Ini saatnya menyikapi perjuangan dengan lebih cerdas. Bukan sekedar demonstrasi, teriak dan bakar-bakar ban yang anarki, karena demonstrasi nyatanyata adalah perjuangan yang kontekstual. Disadari atau tidak, masih ada pihakpihak yang terus menginginkan Indonesia yang penuh dengan kerusuhan dan terpecah belah. Sebagai pencinta dan loyalis bangsa ini, kita harus lebih wapada untuk menghindari berulangnya sejarah kelam Indonesia seperti yang pernah digambarkan G. W. F. Hegel, salah satu filsuf dan idelis Jerman terbesar, “History teaches us that people have never learnt anything from history” Sejarah mengajari kita bahwa manusia tidak pernah belajar apa pun dari sejarah. (http://brilliantchallenge.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?ID=8449, diakses pada 28 Agustus 2008, 20:00 ) … , democracy is integrated into individual subjectivities and collective identities through a whole variety of lived experiences, particularly in relation to mediated
and
symbolic
practice.
4
(http://www.informaworld.com/smpp/content~content=a777327097 diakses pada 3 September 2009, 15.15). Kandungan maksud dari petikan artikel diatas adalah terkait dengan demokrasi bahwa jiwa demokrasi sudah terintegrasi dalam subjek dan secara kolektif ada dalam seorang individu yang mengandung pengalaman hidup, hubungan dengan media, dan simbol paraktis. Sehingga mengkaitkan demo dan demokrasi sangatlah erat dalam era saat ini. Demonstrasi, bagi segmen masyarakat manapun, adalah pilihan wajar di era demokratisasi sekarang. Demonstrasi, walau dilakukan oleh pelajar, akan tetap bergema suaranya. Negeri ini sedang menderas demokratisasi, sehingga aspirasi tidak lagi kedap suara. Dengan berdemonstrasi, mereka sedang menjalani laku orang dewasa dengan aspirasi yang layak didengar oleh orang yang usianya jauh di atas mereka. Lebih dari itu, demonstrasi yang dilakukan pelajar perlu ditatap sebagai sebuah metode belajar yang menyegarkan. Demonstrasi pelajar merupakan ‘mata pelajaran’ baru yang bisa dipelajari. demonstrasi pelajar menyentuh ranah pendidikan yang makin memperkokoh kepribadiannya sebagai bagian dari masyarakat terdidik. Demonstrasi bukan sekedar ‘mata pelajaran’ biasa. Demonstrasi adalah khasanah pendidikan yang tersembul dibalik era modern saat ini. Demonstrasi mengajarkan sikap kritis. Daya kritis tidak berhenti pada kesadaran. Daya kritis muncul dalam sikap dan praksis tindakan. Kesadaran kritis pelajar terejawantah dalam respon mereka atas perilaku elite yang cenderung tidak berpihak pada pelajar.
5
Mereka bersuara, yang sekaligus mendeklarisir bahwa mereka ada dan keberadaannya terparahkan oleh eksistensinya sebagai pelengkap penderita kebijakan pendidikan dan juga kadang oleh kebijakan sekolah itu sendiri. Demonstrasi pelajar mengisi relung kosong peran pendidikan formal yang tidak mengajarkan pelajar mengenali dirinya sendiri. Pendidikan di sekolah umumnya bersifat impersonal. Pendidik di sekolah hanya mengantar pelajar memperoleh prestasi kognitif yang tinggi. Pendidik kurang memberi bimbingan afektif mengenai perkembangan kepribadiannya. Untuk menutupi kekurangan itu, Mochtar Buchori (2001) menyarankan agar pelajar diberi kesempatan mempraktekkan ‘personalized education’. Pendidikan yang memungkinkan pelajar mampu mengenali hidupnya sendiri ini bisa efekif diterapkan pada institusi pendidikan informal ataupun nonformal. Demonstrasi merupakan ikhtiar belajar informal yang tidak diajarkan di sekolah. Para pelajar yang mengorganisir diri dalam demonstrasi sedang menggelar sendiri pencarian makna dirinya dengan kehidupannya. Demonstrasi pelajar mengajarkan tentang demokratisasi itu sendiri. Demokratisasi membawa gerbong yang sarat kepentingan untuk berbaur di alam demokratis. Masih sekedar idealitas bahwa demokrasi tidak memberi ruang bagi tumbuhnya tirani, walau dalam bentuk yang semu. (http://dunia.pelajar-islam.or.id/?m=20071205, diakses pada 15 september 2008 21.00 ) The ways in which people establish confidence in their local environment and how these relate to a growing estrangement between local and political worlds…(http://ijoc.org/ojs/index.php/ijoc/article/view/172
diakses
pada 3
6
September 2009 14.00). Petikan artikel tersebut mengandung maksud bahwa dalam kalangan pelajar saat ini sudah tidak asing dalam salah satu bentukan politik dan tidak sungkan untuk melakukannya dalam lingkunganya, yaitu menyuarakan apirasi dan keinginan dengan berdemo. Dalam hal ini penulis ingin memposisikan diri sebagai mahasiswa komunikasi yang ingin mengetahui pola- pola komunikasi kelompok yang terjadi dalam aksi demo yang dilakukan oleh pelajar. Pola komunikasi yang nantinya akan diteliti adalah siapa saja komunikator dalam aksi demo tersebut. Motif apa yang mendasari aksi demo tersebut. Isu-isu apa yang memicu niat para pelajar untuk melakukan aksi demo. Bagaimana arus informasi yang mengalir sehingga memungkinkan para pelajar untuk melakukan aksi demo secara besar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pola komunikasi yang terbentuk
dalam munculnya aksi
demo? 2. Siapakah komunikator dibalik aksi demo tersebut? 3. Isu-isu apa saja yang menjadi pemicu munculnya aksi demo? 4. Media apa yang digunakan pelajar untuk mendukung aksi demo mereka? 5. Bagaimana
cara
komunikator
mempengaruhi
mengajak
mempengaruhi massa untuk ikut dan mendukung aksi demo? 6. Efek yang muncul atau terjadi sebelum maupun sesudah aksi demo?
dan
7
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pola komunikasi yang terbentuk dalam munculnya aksi demo. 2. Ingin mengetahui siapa komunikator dalam suatu aksi demo pelajar ; apakah mereka-mereka ini murni pelajar, guru, atau bahkan orang lain. 3. Untuk mengetahui isu pemicu munculnya aksi demo. 4. Mengetahui media yang digunakan. 5. Mengetahui cara komunikator mempengaruhi massa. 6. Mengetahui efek dari aksi demo tersebut. D. Manfaat Peneltian 1. Manfaat secara umum adalah penelitian yang dilakukan bertujuan untuk ilmu pengetahuan dengan sasaran seluruh masyarakat pada umumnya, serta bagi siswa, guru, dan pihak-pihak yang terkait pada khususnya. 2. Manfaat bagi pihak dinas adalah dengan penelitian ini dapat mengetahui penyebab munculnya aksi demo, agar kejadian serupa tidak terjadi lagi. Khususnya
pihak
Dinas
Pendidikan
Pemuda
dan
Olahraga
(DISDIKPORA) selaku departemen tertinggi pendidikan. 3. Manfaat bagi siswa adalah agar mengetahui masalah apa yang sebenarnya terjadi dilingkungan sekolah. Sehingga tidak menimbulkan prasangka dan isu-isu yang negatif tanpa adanya fakta-fakta yang bisa dipertanggung jawabkan. 4. Manfaaat bagi para guru, setidaknya apabila terjadi masalah dikalangan guru dapat disampaikan dan dikomunikasikan dengan tepat kepada siswa. Dengan cara-cara yang komunikatif sehingga siswa dapat mengerti situasi
8
dan kondisi yang ada, dan tentunya untuk menghindari prasangka dan isu yang tidak baik. 5. Manfaat bagi guru dan siswa, agar menjaga keharmonisan hubungan pengajar dan pelajar dengan menjalin suasana belajar-mengajar yang lebih komunikatif untuk menghindari prasangka dan persepsi buruk . E. Kerangka Teori 1.
Komunikasi Komunikasi
pada
dasarnya
merupakan
suatu
proses
yang
menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa? dengan akibat atau hasil apa? (who? says what? in which channel? to whom? with what effect?). (Lasswell 1960). Analisis 5 unsur menurut Lasswell (1960):
1. Who? (siapa/sumber). Sumber/komunikator adalah pelaku utama /pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi, bisa seorang individu ,kelompok ,organisasi ,maupun suatu negara sebagai komunikator. 2. Says What ? (pesan). Apa yang akan disampaikan /dikomunikasikan kepada penerima (komunikan), dari sumber (komunikator) atau isi informasi. Merupakan seperangkat symbol verbal /non verbal yang mewakili perasaan ,nilai ,gagasan /maksud sumber tadi. Ada 3 komponen pesan yaitu makna ,symbol untuk menyampaikan makna ,dan bentuk /organisasi pesan.
9
3. In Which Channel? (saluran/media). Wahana/alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima) baik secara langsung (tatap muka), maupun tidak langsung (melalui media cetak/elektronik dll). 4. To Whom ? (untuk siapa /penerima). Orang /kelompok /organisasi /suatu negara yang menerima pesan dari sumber .Disebut tujuan (destination) /pendengar (listener)/ khalayak (audience)/ komunikan /penafsir /penyandi balik (decoder). 5. With What Effect ? (dampak/efek). Dampak /efek yang terjadi pada komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari sumber ,seperti perubahan sikap ,bertambahnya pengetahuan, dll.
Komunikasi adalah pesan yang disampaikan kepada komunikan (penerima) dari komunikator (sumber) melalui saluran-saluran tertentu baik secara langsung /tidak langsung dengan maksud memberikan dampak /effect kepada komunikan sesuai dengan yang diingikan komunikator. Yang memenuhi 5 unsur who, says what, in which channel, to whom, with what effect.
(http://organisasi.org/analisis-pengertian-komunikasi-dan-5-lima-
unsur komunikasi-menurut-harold-lasswell, diakses pada 21 juli 2008 11.00) Salah satu contoh bentuk komunikasi yang terjadi dilingkungan sekolah yaitu komunikasi antara guru dengan muridnya. Guru sebagai komunikator harus memiliki pesan yang jelas yang akan disampaikan kepada murid atau komunikan. Setelah itu guru juga harus menentukan saluran untuk berkomunikasi baik secara langsung (tatap muka) atau tidak
10
langsung (media). Setelah itu guru harus menyesuaikan topic /diri /tema yang sesuai dengan umur si komunikan, juga harus menentukan tujuan komunikasi /maksud dari pesan agar terjadi dampak /effect pada diri komunikan sesuai dengan yang diinginkan. 2. Pola Komunikasi Model komunikasi atau disebut juga pola komunikasi adalah representasi fenomena komunikasi dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting guna memahami suatu proses komunikasi. Sebagian ahli memaknai model sebagai suatu penyederhanaan teori yang disajikan dalam bentuk gambar. Karena itu, hakikatnya model adalah alat bantu. Sebagai alat bantu, model mempermudah penjelasan fenomena komunikasi dengan mempresentasikan secara abstrak ciri-ciri yang dianggap penting dan menghilangkan rincaian yang tidak perlu. Dalam komunikasi, karena fenomenanya bersifat abstrak, model disajikan dalam bentuk gambar. (Dani Vardiansyah, 2004 ; hal 113) Dalam pengantar singkat diatas dapat dilihat bahwa bentuk suatu proses komunikasi tidak dapat diungkapkan hanya dengan kata, karena bersifat abstrak. Dalam sebuah komunikasi kelompok pada kasus ini penulis mencoba untuk menyimpulkan pola atau model komunikasi yang digunakan oleh kelompok pelajar tersebut. Seperti yang dikutip dari Dani Vardiansyah, M.Si dalam bukunya “Pengantar Ilmu Komunikasi” salah satu model yang yang digunakan mungkin adalah komunikasi linear: satu arah. Biasanya model linear diturunkan para ahli yang banyak mengkaji komunikasi massa atau
11
komunikasi
publik. Model
ini
didasari paradigma stimulus
yang
diterimanya. Komunikan adalah makhluk yang pasif, menerima apa pun yang
disampaikan
komunikator
kepadanya.
Komunikator
aktif
menyampaikan pesan, komunikan pasif menerima pesan, pesan berlangsung searah dan relatif tanpa umpan balik. (2004; hal 114) Pemakaian pola komunikasi searah tersebut didasarkan atas kemampuan komunikator dan maksud pesan yang tegas, sehingga komunikan merasa tidak perlu menyampaikan umpan balik karena dirasa pesan yang disampaikan oleh komunikator sesuai dengan maksud dan tujuan dari komunikan itu sendiri. Dalam pola ini menurut penulis dapat terjadi mengingat dalam sebuah demo pastinya ada koordinator aksi yang selalu ber-orasi dan berteriak-teriak menyampaikan pesan, sehingga para pelajar terstimulus oleh pesan yang disampaikan oleh komunikator dalam kasus ini adalah koordinator aksi. Sehingga model linear menurut penulis yang dapat digunakan adalah model Laswell. Laswell menggunakan formulanya untuk menunjukkan jenis riset dalam bidang komunikasi politik dan propaganda. Model Laswell lebih menggambarkan kecenderungan awal model komunikasi: menganggap komunikator sangat powerfull , mampu mempengaruhi komunikan, dan menganggap bahwa pesan pasti memiliki efek di dalam diri komunikannya. Dalam model Laswell unsur-unsur komunikasi terdiri dari: Komunikator (Who), pesan (Says What), saluran komunikasi (In Which Channel),
12
komunikan (To Whom), dan efek komunikasi (With What Effect). (Dani Vardiansyah, M.Si ; 2004: 115) Tabel I.1 Model Linear Laswell Who Communicator
SaysWhat? Message
In Which Channel Medium
To Whom Receiver
With What Effect Effect
Keterangan: Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan dalam kasus ini adalah pelajar Pesan
: Isi yang diutarakan berupa informasi-informasi dan isu-isu yang beredar sebagai penunjang aksi demo.
Media
: Media yang digunakan adalah komunikasi verbal dengan berorasi dengan bantuan soundsytem, spanduk dan poster sebagai media non-verbal, untuk media massa menggunakan media cetak
Komunikan : Sebagai penerima pesan disini adalah ratusan siswa yang mengikuti demo dan disertai pula oleh pihak sekolah dan dinas pendidikan. Efek
: Efek yang muncul adalah dipenuhinya tuntutan-tuntan siswa Diatas adalah pola komunikasi terjadinya demo, sedangkan pola yang terbentuk hingga memunculkan demo adalah sebagai berikut sesuai dengan pola komunikasi laswell diatas. Pertama komunikator memaparkan dan menyebarkan isu-isu yang sedang terjadi, komunikator disini adalah OSIS bekerjasama dengan MPK (Majelis Permusyawaratan Kelas). Pesan yang dimaksud adalah berupa isu-
13
isu yang menjadi landasan munculnya aksi demo, yaitu tidak transparansi keuangan sekolah; pembatasan kegiatan sekolah; serta perencanaan awal dan pelaksaanaan study tour dan HUT sekolah yang bermasalah. Sedangkan media yang digunakan adalah forum kesiswaan yaitu dengan mengadakan rapat kelas. Penerima pesan adalah massa yaitu pelajar atau siswa lain melaui ketua kelas masing-masing yang sudah mengikuti forum kesiswaan / rapat kelas yang telah dilakukan sebelumnya. Efek yang muncul adalah munculnya aksi demo itu sendiri yang diikuti oleh ratusan siswa tersebut. 3. Level Komunikasi Level komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau daru jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang, atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar. (Onong U. Effendy, 2000 ; hal 53) Pada posisi level manakah penelitian ini, sesuai dengan maksud diatas bahwa dalam pengertian yang menyebutkan bahwa terdapat kaitannya proses komunikasi dengan kuantitas dan kualitas. Untuk lebih jelasnya dilihat dalam penjelasan dibawah ini. Selain perbagai macam model yang ada sangat dipengaruhi oleh proses komunikasi manusia yang berada dalam berbagai tingkatan (level). Little John mencatat setidaknya ada empat level komunikasi secara umum, yaitu komunikasi interpersonal, komunikasi grup (kelompok), komunikasi organisatoris, dan komunikasi massa. Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi merupkan proses komunikasi yang terjadi di antara satu individu dengan individu lainnya. Komunikasi di level ini menempatkan interaksi tatap muka di antara
14
dua individu tersebut dan dalam kondisi yang khusus (private settings). Pada komunikasi grup, keterlibatan individu di dalamnya dilihat dari segi kuantitas lebih banyak dibandingkan level sebelumnya. Di level inilah interaksi interpersonal dilibatkan dan dapat diterapkan. Sementara komunikasi organisatoris lebih luas lagi. Baik komunikasi interpersonal dan komunikasi organisatoris terlibat di dalamnya, bersamaan dengan aspek-aspek yang ada. Komunikasi organisatoris meliputi antara lain struktur fungsional dari sebuah organisasi, hubungan antarmanusia (sebagai anggota masyarakat), komunikasi dan proses pengorganisasian, dan kultur organisasi. Sementara komunikasi massa cakupannya lebih luas, lebih pada komunikasi publik yang melibatkan beragam organisatoris (kelompok masyarakat).
(http://kangarul.wordpress.com/2009/07/31/model-dan-level-
teori-komunikasi/ , diakses pada 25 September 2008 17.00 ) Sesuai dengan kutipan diatas dapat dilihat bahwa peniltian ini masuk kedalam level komunikasi kelompok dimana ada keterkaitannya individu satu (komunikator) dengan individu lain (komunikan) yang terkait dengan kondisi khusus yaitu aksi demo. Untuk lebih jelas mengenai komunikasi kelompok dapat dilihat dalam penjelasan berikutnya. a. Komunikasi Kelompok 1) Pengertian / definisi Kelompok Seperti yang telah diketahui diatas komunikasi yang terjadi adalah didalam kelas, antara guru dan murid/ siswa. Sedangkan dalam demo ini komunikator bukan dari guru dan tidak terjadi dalam aktifitas belajar-
15
mengajar, dalam arti komunikator kali ini adalah koordinator demo itu sendiri sedangkan komunikannya adalah murid/ siswa lainnya yang mendengarkan dan mengikuti aksi demo. Sebelum memasuki komunikasi kelompok dapat dilihat terlebih dahulu sepnggal mengenai kelompok. Seperti yang dijelaskan oleh Drs. Onong U.E, M.A dalam bukunya “Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi” dalam ilmu sosial apakah itu psikologi, atau sosiologi, yang disebut kelompok (group) bukan sejumlah orang yang berkelompok atau berkerumun bersama di suatu tempat. Apakah sejumlah orang yang yang secara bersama-sama berada disuatu tempat itu kelompok atau bukan, harus dilihat dari situasinya. Contoh; orang yang sedang mendengarkan bual tukang obat dan ibu-ibu yang tengah menawar sayur, adalah orangorang dalam situasi kebersamaan (togetherness situasion) . Beradanya mereka
di situ, secara bersama-sama kebetulan saja karena tertarik
perhatiannya karena sesuatu. Mereka tidak saling mengenal, kalaupun misalnya terjadi interaksi atau interkomunikasi, terjadinya hanya saat itu saja;
sesudahnya
itu
tidak
pernah
terjadi
lagi
interaksi
dan
interkomunikasi. Lain dengan situasi kelompok (group situation). Dalam situasi kelompok terdapat hubungan psikologis. Dengan demikian orang-orang yang terikat oleh hubungan psikologis itu tidak selalu berada secara bersama-sama disuatu tempat; mereka dapat saja berpisah, tetapi meskipun berpisah tetap terikat oleh hubungan psikologis, yang menyebabkan
16
mereka berkumpul bersama-sama secara berulang, bisa setiap hari. (Onong: 2000; hal 71-72) Sehingga dari pengertian diatas yang disebut kelompok adalah individu-individu yang berada dalam suatu tempat dengan memiliki keterikatan situasi, dan keberadaan mereka bukan karena kebetulan dikarenakan suatu interaksi komunikasi yang kuat. Dapat dilihat pula dari penjelasan diatas bahwa para siswa sekolah adalah masuk kedalam situasi kelompok, hal itu didasari bahwa para siswa itu tetap terikat hubungan psikologis. Karena mereka datang bersama-sama berulang-ulang dan setiap hari dalam satu lingkungan pula, sehingga keterikatan hubungan sangatlah kuat. 2) Pengertian / definisi Komunikasi kelompok Dalam bukunya Drs. Onong U.E, M.A “Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi”
menyatakan
bahwa,
komunikasi
kelompok
(group
communication) berarti komunikasi yang berlansung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang.(Onong:2000; hal 75). Sehingga didapati seorang komunikator demo yang berbicara atau berorasi di depan puluhan siswa lainnya adalah komunikasi kelompok. Sedangkan dari sumber lain menyebutkan dan menjelaskan mengenai komunikasi kelompok, seperti yang dijelaskan Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya “Human Communiation, A Revisian of Approaching Speech/Comumunication” memberi batasan komunikasi
17
kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota kelompok dapat menumbuhkan karateristik pribadi anggota lainnya dengan akurat. (The face-to-face interaction of three or more individuals, for a recognized purpose such as information sharing, selfmaintenance, or problem solving, such that the members are able to recall personal
characteristics
of
other
members
accurately).
(http://kuliah.dagdigdug.com/2008/07/12/prinsip-dasar-komunikasidalam-kelompok/ diakses pada 21 juli 2008 11.00 ). Dari penjelasan tersebut didapati bahwa komunikasi yang terjadi antara komunikator demo dengan siswa lain adalah untuk mencapai tujuan seperti yang telah dijelaskan tersebut. Tujuan yang dimaksud adalah agar aspirasi dan tuntutan mereka segera dipenuhi oleh pihak sekolah pada umumnya, dan kepala sekolah pada khususnya. Komunikasi kelompok adalah suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperolah beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka (Muhammad 2005). (http: //www.dim.esdm.go.id/makalah/PrOsesKomNew.pdf, diakses pada 25 juli 2008 10.00 ). Dalam pengertian ini pun didapati hasil yang sama mengenai komunikasi kelompok terdapatnya keterikatan satu sama lain, untuk mencapai tujuan, dan lain-lain.
18
Dalam kelompok selalu terdapat persamaan “senasib” sehingga yang kelompok mempunyai indra yang peka satu sama lainnya. Sejatinya kelompok adalah kumpulan individu yang merasa sama dalam berperilaku. Seperti pernyataan Haiman dalam bukunya “ Group leadership and democratic action” seperti dikutip oleh Drs.Onong Uchjana Effendi. mengatakan bahwa seseorang tidak akan mengerti dinamika kelompok tanpa mengerti psikologi individual; karena semua perilaku kelompok adalah perilaku perorangan dalam kelompok - bertingkah berbeda-beda, tetapi tingkanya itu berdasarkan “own steam”nya sendiri. (2000 : 73). Sehingga dapat disimpulkan bahwa anggota dalam suatu kelompok mempunyai beberapa kesamaan, walaupun mereka tidak terikat dalam suatu perasaan emosional akan tetapi mereka terikat dalam satu kesatuan, yaitu bahwa mereka adalah siswa sebuah sekolah.Maka akan dibahas lebih lanjut bagaimana proses komunikasi kelompok yang terjalin sehingga menyebabkan semuanya menyerukan satu kesepakatan untuk melakukan demo, demi tercapainya tujuan yang diinginkan. 3) Karakteristik kelompok Dalam komunikasi kelompok terdapat 2 klasifikasi yaitu kelompok kecil (small group) dan kelompok besar (large group). Sekelompok orang yang menjadi komunikan itu bisa sedkit, bisa banyak. Apabila jumlah orang yang dalam kelompok itu sedikit yang berarti kelompok itu kecil, komunikasi yang berlangsung disebut komunikasi kelompok kecil (small group communication); jika jumlahnya bnyak yang berarti kelompoknya
19
besar
dinamakan
communication).
komunikasi Secara
teoritis
kelompok dalam
besar
ilmu
(large
komunikasi
group untuk
membedakan komunikasi kelompok kecil dari komunikasi kelompok besar tidak didasarkan pada jumlah komunikan dalam hitungan secara matematik,
melainkan
pada
kualitas
proses
komunikasi
(Onong
U.Efendi:2000; hal 72, 75-76). Dalam pembahasan berikut ini adalah menjelaskan mengenai di posisi manakah kelompok pelajar ini. Hal ini didasari bahwa dalam suatu komunikasi, unsur-unsur dalam karakteristik kelompok sangat berbeperan dalam terbentuknya komunikasi kelompok, sehingga untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari penjelasan berikut ini. Dalam bukunya “Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi” Drs. Onong
Uchjana
Effendi,
M.A
menyatakan,
karakteristik
yang
membedakan komunikasi kelompok kecil dari kelompok besara dapat dikaji dalam paparan berikut ini: a) Komunikasi Kelompok Kecil Komunikasi
kelompok
kecil
(small/
micro
group
communication) adalah komunikasi yang: ·
Ditujukan kepada kognisi komunikan
·
Prosesnya berlansung secara dialogis Dalam komunikasi kelompok kecil komunikator menunjukkan
pesannya kepada benak atau pikiran komunikan, misalnya kuliah, cermah, diskusi, seminar, rapat, dan lain-lain. Dalam situasi
20
komunikasi sperti itu logika berperan penting. Komunikan akan dapat menilai logis tidaknya uraian komunikator. Ciri yang kedua dari komunikasi kelompok kecil ialah prosesnya berlangsung secara dialogis, tidak linear, melainkan sirkular. Umpan balik yang terjadi secara verbal. Komunikan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya jika tidak mengerti, dapat menyanggah bila tidak setuju, dan lain sebaginya. b) Komunikasi Kelompok Besar Sebagai kebalikan dan komunikasi kelompok kecil, komunikasi kelompok besar (large/macro communication) adalah komunikasi yang: ·
Ditujukan kepada efeksi komunikan
·
Prosesnya berlangsung secara linear Pesan yang disampaikan oleh komunikator dalam situasi
komunikasi kelompok besar, ditujukan kepada afeksi komunikan, kepada hatinya atau kepada perasaannya. Contoh komunikasi kelompok besar adalah rapat raksasa disebuah lapangan. Jika komunikan pada komunikasi kelompok kecil umumnya bersifat homogen (antara lain sekelompok orang yang sama jenis kelaminnya, sama pendidikannya, sama status sosialnya), maka komunikasi kelompok besar umumnya bersifat heterogen; mereka terdiri dari individu-individu yang beraneka ragam dalam jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, agama, dan lain sebagainya. (Onong:2000; hal 76-78)
21
Sehingga dari penjelasan diatas maka dapat dikatakan bahwa kelompok pelajar yang melakukan demo adalah kelompok komunikasi besar. Indikatornya adalah afeksi komunikan yang bersifat perasaan dan prosesnya berlangsung linear. Bahwa dalam pesan komunikasi yang ditangkap komunikan lebih banyak ditanggapi dengan perasaan dari pada berpikir logis, seperti yang dilihat pemaparan berikut ini. Mereka yang heterogen dalam jumlah yang relatif sangat banyak dan berada di suatu tempat seperti di sebuah lapangan seperti itu, dalam psikologi disebut massa, yang dipelajari oleh psikologi massa. Dalam situasi seperti itu, khalyakn yang diterpa suatu pesan komunikasi, menanggapinya lebih banyak dengan perasaan ketimbang pikiran. Logika tidak berjalan, mereka tidak sempat berpikir logis tidaknya pesan komunikator yang disampaikan kepadanya. Oleh karena pikiran didominasi perasaan, maka dalam situasi kelompok besar terjadi apa yang dinamakan “contagion mentale” yang berarti wabah mental. Seperti halnya dengan wabah yang cepat menjalar, maka dalam situasi komunikasi seperti itu jika satu orang menyatakan sesuatu akan segera diikuti oleh anggota kelompok lainnya secara serentak dan serempak. Misalnya seorang berteriak : “ hidup bapak pembangunan”, diikuti oleh seluruh khalayaknya secara serentak: “hiduuuuuup”. (Onong:2000; hal 78). Hal itu juga yang terjadi dikalang pelajar saat melakukan aksi demo, semuanya terbuai oleh orasi seorang komunikator dan
22
mengumpan balikkan apa yang dikatakannya dengan sebuah ucapan serempak dan serentak sama. Sehingga mereka secara tidak langsung memang terikat secara perasaan dan dikuasai olehnya tanpa berpikir logis. Kalau pun ada yang tidak terpengaruh kemungkinan hanya sepersekian persen dari total kelompok yang ikut aksi demo. Sehingga sesuai dengan yang dijelaskan tadi bahwa dalam situasi itu amat kecil kemungkinannya terjadi dialog antara seorang orator dengan salah seorang dari khalayak massa. Selain itu muncul suatu penjelasan mengenai dinamika perilaku kelompok yang terjadi dalam kelompok pelajar ini. Dinamika perilaku yang dimaksud adalah pengaruh sosial normatif . Dalam pernyataan Deutsch dan Gerard (1955) seperti yang dikutip oleh DRS. Jalaluddin Rakhmat M.Sc dalam bukunya “ Psikologi Komunikasi ” , menyatakan bahwa kita sepakat karena tidak ingin melanggar ekspektasi mereka. (Jalaluddin: 2001; hal 152) Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa menurut penulis terdapatnya suatu perilaku kelompok yang muncul dalam kelompok pelajar. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa kelompok dengan yang terdiri atas banyak individu tersebut cenderung “ikut-ikutan” teman lainnya , dengan artian bahwa bila seorang individu tidak senang denagn suatu keputusan individu tersebut lebih cenderung bimbang dan bingung untuk menentukan sikap. Karena bila dia merasa berbeda pendapat sendiri sekalipun dia benar pasti akan lebih memilih
23
untuk mengikuti pendapat orang lain yang lebih banyak dan memiliki suara mayoritas, sekalipin pendapat mayoritas itu salah. Tipe Kelompok maksud dari tipe kelompok disini adalah pada posisi manakah kelompok pelajar dalam penelitian ini. Ronald B. Adler dan Goerge Rodman dalam bukunya Understanding Human Communication membagi kelompok dalam tiga tipe, yaitu kelompok belajar (learning group), kelompok pertumbuhan (growth group), dan kelompok pemecahan masalah (problem-solving group). Masingmasing tipe kelompok memiliki karakteristik dan tujuan yang berbeda. a. Pengambilan keputusaan Dalam kesempatan kali ini penulis hanya menjelaskan dan mengambil salah satu satu tipe kelompok, hal itu didasari atas kesesuain obyek penelitian. Kelompok yang dimaksud adalah kelompok pemecahan masalah, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari penjelasan berikut : 1) Kelompok Pemecahan Masalah (problem-solving group) Orang-orang yang terlibat dalam kelompok pemecahan masalah, bekerja bersama-sama untuk mengatasi persoalan bersama yang mereka hadapi. Dalam sebuah keluarga misalnya, bagaimana seluruh anggota keluarga memecahkan persoalan tentang cara pembagian kerja yang memungkinkan mereka terlibat dalam pekerjaan rumah tangga, seperti tugas apa yang harus dilakukan seorang suami, apa yang menjadi tanggung jawab istri, dan pekerjaan-pekerjaan apa yang
24
dibebankan kepada anak-anaknya. Atau dalam contoh lain, bagaimana cara warga yang bergabung dalam satu rukun tetangga (RT) berusaha mengorganisasikan diri mereka sendiri guna mencegah tindakan pencurian melalui kegiatan sistem keamanan llingkungan atau lebih dikenal dengan siskamling. Problem solving group dalam opersionalsasinya, melibatkan dua aktivitas penting: 1. Pengumpulan
informasi
(gathering
information);
bagaimana suatu kelompok sebelum membuat suatu keputusan, penting
berusaha
dan
mengumpulkan
berguna
untuk
informasi
landasan
yang
pengambilan
keputusan tersebut. 2. Pembuatan keputusan atau kebijakan itu sendiri yang berdasar pada hasil pengumpulan informasi. Fungsi kelompok juga dicerminkan dengan kegiatankegiatannya untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan. Pemecahan masalah (problem solving) berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui
sebelumnya;
sedangkan
pembuatan
keputusan
(decision making) berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahn masalah menghasilkan materi atu
bahan
untuk
pembuatan
keputusan.
(http:
25
//kuliah.dagdigdug.com /2008/07/12/prinsip-dasar-komunikasidalam-kelompok/, dikases pada 21 juli 2009 16.00). Dari penjelasan diatas, sekiranya menurut penulis bahwa kesimpulan yang diperoleh dalam poin ini adalah bahwa kelompok pelajar yang sedang melakukan demo merupakan tipe kelompok Pemecahan Masalah (problem-solving group). Karena dalam tipe tersebut kelompok pelajar tersebut telah membuat suatu keputusan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapinya, dengan melakukan berdemo. Lalu bagaimana pengambilan keputusan itu dapat terjadi, berikut ini akan dibahas mengenai poin pemecahan masalah yang disertai pengambilan keputusan Pemecahan Masalah Dengan Pengambilan Keputusan Seperti yang diketahui bahwa dalam kelompok pemecahan masalah terdapat dua aktivitas yaitu pengumpulan informasi dan pengambilan keputusan. Di dalam hasil wawancara yang ada, telah dilakukan suatu pengumpulan informasi sebagi landasan tuntutan dan aksi yang akan dilaksanakan, yang selanjutnya dilakukan pembahasan atau rapat, yang juga disertai dengan pengambilan keputusan terhadap hasil pengumpulan informasi. Dimana setiap pengambilan keputusan tentunya terlebih dahulu terdapat suatu masalah yang muncul, akan tetapi masalah tersebut tidak kunjung terselesaikan dengan tepat, sehingga
26
membuat kelompok pelajar tersebut membuat suatu pengambilan keputusan sendiri. a) Pengertian / Definisi Kepututusan Lalu apa pengertian keputusan itu? Sebelum lanjut mengenai pengambilan keputusan maka akan sedikit dijabarkan sedikit mengenai pengertian keputusan itu sendiri. Seperti yang dikutip dari berbagai pakar oleh Ir. M. Iqbal Hasan, M.M. dalam bukunya “Pokok-Pokok Materi; Teori Pengambilan Keputusan” antara lain: 1. Menurut Ralp C. Davis Keputusan
adalah
hasil
pemecahan
masalah
yang
dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan. Keputusan dapat pula berupa tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula. 2. Menurut Mary Follet Keputusan adalah suatu atau sebagai hukum situasi. Apabila semua fakta dari situasi itu dapat diperolehnya dan semua yang terlibat, baik pengawas maupun pelaksana mau mentaati perintah. Wewenang tinggal dijalankan, tetapi itu merupakan wewenang dari hukum situasi.
27
3. Menurut James A.F.Stoner Keputusan adalah pemilihan diantara alternativealternatif. Definisi tersebut mengandung tiga pengertian, yaitu: Ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan, Ada beberapa alternative yang harus dan dipilih salah satu yang terbaik, Ada tujuan yang ingin dicapai, dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan tersebut. 4. Menurut Prof. Dr. Prajudi Atmosudirjo, SH Keputusan adalah suatu pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu masalah atau problema untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat guna mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif.(M. Iqbal Hasan:2002; hal 9) Dari beberapa pengertian pakar diatas maka menurut penulis, pengertian yang dirasa paling sesuai dengan penelitian ini adalah menurut James A.F.Stoner. Dengan pertimbangan bahwa dalam setiap keputusan yang diambil harus berdasarkan alternatifalternatif yang tepat, terutama pada tujuan yang ingin dicapai. Tentunya dalam setiap masalah diperlukan suatu penyelesaian yang cepat dan tepat, sehingga perlu deperhatikan alternatif-alternatif yang tepat agar tujuan yang ingin dicapai dapat diperoleh dengan maksimal.
28
b) Definisi/ Pengertian Pengambilan Keputusan Sedangkan
pengertian
pengambilan
keputusan
menurut beberapa pakar, yaitu: 1) Menurut George R. Terry Pengambilan keputusan adalah pemilihan
alternative
perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternative yang ada. 2) Menurut S.P. Siagian Pengambilan keputusan adalah sesuatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternative yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. 3) Menurut James A.F. Stoner Pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah. Dari
pengertian-pengetian
pengambilan
keputusan
diatas, dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternative terbaik dari beberapa alternative secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah. (Ir. M. Iqbal Hasan, M.M : 2002; hal 10)
29
Pada hakekatnya dalam pengambilan keputusan selalu harus menentukan arah dan tujuan yang ingin dicapai, dari sekian banyak tujuan atau pilihan atau alternative perlu ditentukan dan dirumuskan dengan pasti. Sesuai dengan permasalah yang muncul sehingga didapatkan pemecahan masalah yang sebaik-baiknya. Pengambilan keputusan adalah mengenai penciptaan kejadian-kejadian dan pembentukan masa depan. Proses pengambilan keputusan menyangkut peristiwa-peristiwa yang menjurus pada saat pemilihan dan sesudahnya, sementara sebuah keputusan berarti “memutus”, yaitu menentukan sebuah pilihan atau arah tindakan tertentu. (Helga Drummond, 1995: hal xvii) Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis
terhadap
hakekat
suatu
masalah
dengan
pengumpulan fakta-fakta dan data, menentukan alternatif yang matang
untuk
mengambil
suatu
tindakan
yang
tepat.
(www.kmpk.ugm.ac.id/data/SPMKK/5bPENGAMBILAN%20K EPUTUSAN(revJan'03).doc –, diakses pada 10 september 2008 21.00 ) Dari berbagai macam pengertian pengambilan keputusan diatas secara keseluruhan dapat penulis simpulkan secara singkat. Bahwa dalam pengambilan keputusan ada beberapa hal yang perlu
30
dipertimbangkan, yaitu sesuai yang disebutkan diatas bahwa diperlukannya pemilihan alternative-alternatif yang muncul dari masalah yang ada. Dalam kasus pelajar yang demo tersebut , berarti
mereka
telah
menentukan
alternative
pengambilan
keputusan. Dan dengan ber-demo mereka ingin mencapai suatu tujuan atau keinginan yang telah disepakati kelompok-nya. Maka dari itu hasil pengambilan keputusan itu merujuk untuk melakukan aksi demo. b. Kepemimpinan Lalu apa arti kepemimpinan itu sebenarnya? Seperti yang telah dijelaskan
oleh
Drs.Onong
U.Efendi,
M.A
dalam
bukunya
“Kepemimpinan dan Komunikasi” bahwa, dalam pengertian umum, kepemimpinan
menunjukkan
proses
kegiatan
seseorang
dalam
memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol pikiran, perasaan, atau tingkahlaku orang lain. (Onong:1981: hal 1) Dalam pernyataan tersebut jelas terlihat bahwa seorang pemimpin memiliki kelebihan dibandingkan anggota kelompok lain, dimana pemimpin tersebut mampu untuk memimpin dan membimbing kelompoknya untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Tujuan dalam suatu kelompok dapat dilihat dalam pernyatan berikut. Cragan and Wright, 1980: 73 yang dikutip oleh Drs. Jalaluddin Rakhmat
M.Sc
dalam
“Psikologi
Komunikasi”
menyatakan,
kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak kearah tujuan kelompok. (2001: 165).
31
Dari pengertian diatas maka dapat didapati pengertian bahwa, peranan pemimpin dalam suatu kelompok sangat penting dalam mencapai tujuan kelompok. Yaitu dengan mengarahkan ,menggerakkan ,mengatur ,dan membimbing. Kepemimpinan yang bersifat tatap muka secara langsung melalui kata-kata lisan adalah bertujuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai sasaran. Dalam kasus penelitian ini menurut penulis, peran seorang pemimpin disini masih belum jelas adanya. Dalam artian setelah diadakannya wawancara tidak terlihat seorang pemimpin yang mampu bertanggung jawab atas demo yang telah dilakukan. Karenanya pemimpin disini terlihat lebih dari 1 orang, dan fungsinya pun hanya sekedar membantu mencapai tujuan kelompok, serta sebagai advisor atau sekedar pemberi saran, atau pula sebagai seorang yang mengatur segala sesuatunya dalam kelompok dari awal hingga mencapai tujuan kelompok. Sehingga kesimpulannya disini dapat kita petik pemikiran dari E.M. Estes, presiden direktur General Motor tentang kepemimpinan, seperti yang dikutip oleh Stewart L. Tubbs - Sylvia Moss dalam bukunya “Human Communication (konteks-konteks komunikasi” buku II yang diterjemahkan oleh Dr. Deddy Mulyana M.A. Berikut pernyataannya: Kepemimpinan adalah keberanian mengakui kesalahan, terbuka pada perubahan, bersemangat memotivasi orang lain, dan mempunyai
32
keyakinan untuk melanggkah keluar bila semua orang “bermain musik dengan nada sumbang” (Stewart-Sylvia Moss,2005; hal 94). 4. Demontrasi (demo) Lalu apa sebenarnya defini demo atau demonstrasi itu. Demonstrasi adalah tindakan untuk menyampaikan penolakan, kritik, ketidakberpihakan, mengajari hal-hal yang dianggap sebuah penyimpangan. Maka dalam hal ini, sebenarnya secara bahasa demonstrasi tidak sesempit, melakukan longmarch, berteriak-teriak, membakar ban, aksi teatrikal, merusak pagar, atau tindakan-tindakan yang selama ini melekat pada kata demonstrasi Seharusnya demonstrasi juga “mendemonstrasikan” apa yang seharusnya dilakukan
oleh
pihak
yang
menjadi
objek
protes.
(http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?ID=8449, diakses pada 14 Oktober 2008 17.00). Demonstrasi adalah pernyataan protes yang dikemukakan secara massal (KBBI 1997), baik protes itu ditujukan kepada seseorang maupun kelompok atau pemerintahan. Dia juga biasa disebut dengan istilah unjuk rasa. Ensiklopedi Britannic online memberikan definisi demonstrasi dengan a public display of group feelings toward a person or cause. (tahun 2008) (http://corpusalienum.multiply.com/journal/item/598/MasiirahMuzhaharah_ Kesalahan_Demonstrasi_Republika_6_Juni_2008, diakses pada 14 Oktober 2008 17.00 ) Demonstrasi ataupun pawai; keluarnya manusia ke jalan-jalan, baik dengan meneriakkan yel-yel maupun tidak. (http: //www.almanhaj.or.id /content/581/slash/0, diakses pada 14 Oktober 2008 17.00 )
33
Dari beberapa pengertian diatas maka penulis mencoba merangkum dan menyimpulkan mengenai definisi demo atau demonstrasi sebagai berikut. Demonstrasi adalah tindakan untuk menyampaikan penolakan, kritik, ketidakberpihakan, mengajari hal-hal yang dianggap sebuah penyimpangan berupa pernyataan protes yang dikemukakan secara massal baik protes itu ditujukan kepada seseorang maupun kelompok atau pemerintahan. 4.1 Penyebab Demo Tidak ada kejadian yang terjadi tanpa ada sebabnya, begitu pula dengan demo. Penyebab dari demo secara umum tidak dapat diketahui pasti, hal itu didasari atas inti dari diadakannya suatu demo. Dengan penyebab demo secara umum yang belum jelas, maka penulis mencoba mengemukakan argumen bahwa penyebab demo adalah terjadinya ketidakpuasan suatu individu atau kelompok terhadap sesuatu yang menurut mereka tidak sesuai aturan, menyimpang, atau pun bermasalah. Dan sesuatu tersebut bisa berhubungan dengan politik, ekonomi, aturan/ perudangan, pendidikan, dan lain-lain. Argumen penulis diatas didasari atas kejadian demo-demo yang terjadi selama ini di Indonesia melalui berbagai media. Berikut beberapa contoh penyebab demo : ” Salah satu penyebab demonstrasi atau unjuk rasa yang terjadi selama ini adalah tidak puasnya masyarakat kepada wakil rakyat yang duduk di kursi empuk legislatif. Hal itu dikemukakan Ketua DPD Partai Hanura NTB, H Sunardi Ayub, ketika ditemui sejumlah wartawan di kantornya,Senin (30/6) ...” (web.pab-indonesia.com/ index2.php? option=com_content1, diakses pada 10 Oktober 2008, 20.00)
34
“Menyusul keputusan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), gelombang massa mahasiswa kembali turun memadati jalan-jalan kota dengan spanduk, yel-yel, dan orasi-orasi kutukan terhadap pemerintah. Fenomena seperti ini seakan telah menjadi ritual tahunan. Setiap kali pemerintah mencabut subsidi BBM, dengan konsekuensi kenaikan harga BBM, pada saat yang sama ratusan bahkan ribuan mahasiswa turun ke jalan. Aksi turun ke jalan yang dilakukan mahasiswa tersebut adalah untuk memberikan pressure kepada pemerintah agar mencabut kebijakan yang mereka anggap bertentangan dengan keinginan masyarakat luas…” (http: //saidiman.wordpress.com /2007/11/20/ demonstrasi-bukan-satu-satunya-cara/, diakses pada 10 Oktober 2008, 20.00 ) ”Siswa SMAN 2 Banguntapan Bantul berdemo menuntut kepala sekolah mundur dari jabatannya. Kepala sekolah diduga telah melakukan pelecehan seksual terhadap sejumlah siswa pria. Aksi demo itu dilakukan siswa kelas 1-3 pada pagi hari setelah jam pertama masuk. Beberapa anggota OSIS sempat menggelar orasi dan membentangan spanduk di halaman sekolah. Mereka menuntut agar Kepala Sekolah Susanto dipecat dari jabatannya serta tidak boleh mengajar di kelas.” (http: //www.hermawan.net/ index.php?action= news.detail&id_news=20125, diakses pada 10 Oktober 2008, 20.00 ) Dilihat dari artikel diatas sudah jelas terdapat beberapa penyebab demo, pada artikel pertama berhubungan dengan politik/pemerintahan sedangkan artikel kedua mengenai ekonomi/ aturan pemerintah dan artikel ketiga berhubungan dengan pendidikan. Maka secara umum dan jelas bahwa tidak ada patokan atau istilah khusus penyebab demo. Menyampaikan pendapat dengan cara demo sangatlah efektif. Demo merupakan salah satu cara masyarakat untuk menyampaikan pendapat atau aspirasi di negara demokrasi. Demo yang telah berlangsung di Sumatera Utara hingga merenggut nyawa Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumatera Utara adalah demo yang salah. Demo yang baik adalah demo yang disampaikan jelas,
35
argumentatif, dan tidak perlu adanya kekerasan. (http:// www2.umy.ac.id /2009/02/demo-cara-efektif-sampaikan-pendapat/, diakses pada 14 juli 2009 16.30 ) 4.2 Cara-cara Demo Cara-cara demo yang baik dan benar tidak harus berakhir dengan anarkis dan rusuh, memang tidak terdapat suatu penjelasan yang pasti mengenai cara-cara demo tetapi dari kebanyakan demo
yang
berlangsung di Indonesia cara demo yang umum dilakukan adalah dengan long-march, membawa poster-poster, dengan sound system/ pengeras suara disertai yel-yel dan teriak-teriak. Sehingga seperti yang dikatakan tadi bahwa tidak ada patokan jelas dan pasti mengenai caracara dalam demo. 4.3 Penanganan Demo Dalam hal penanganan demo pada umumnya bahwa para pendemo terdiri dari banyak massa sehingga dalam penanganan demo biasanya dikerahkan aparat. Dalam penanganan demo maka dapat dilihat dari artikel-arikel berikut: TEMPO Interaktif, Jakarta: Pihak Kejaksaan Agung menyatakan penanganan demonstrasi yang menimbulkan insiden terlukanya Charles Siregar, petinju sasana Bulungan Boxing Camp, akibat peluru nyasar petugas Keamanan Dalam sudah sesuai dengan prosedur tetap (protap). (http://www.tempo.co.id/ hg/jakarta/2005/01/19/ brk,20050119-41,id.html, diakses pada 10 Oktober 2008, 20.00 ) “Poin terakhir di mana percekcokan itu terjadi melibatkan aparat, aparatlah pihak yang paling dirugikan. Betapa tidak, mereka telah “berkorban” waktu dan tenaga untuk mengamankan, akan tetapi situasi bisa dengan mudah berubah ketika para demonstran tidak bisa untuk
36
dikendalikan…” (http://www.wikimu.com/ News/DisplayNews. aspx?id = 8049, diakses pada 10 Oktober 2008, 20.00 ) indosiar.com, Jakarta - Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri, Senin (09/02/09) kemarin, mengakui adanya kesalahan prosedur dalam menangani demo anarkis di Medan. Pihaknya berjanji akan mengusut tuntas demo anarkis yang berakhri tragis dengan tewasnya Abdul Aziz Angkat... (http://www.indosiar.com/ fokus/78368/kapolri-akui-salah-prosedur, diakses pada 10 Oktober 2008, 20.00 ) Artikel diatas hanya beberapa penggalan mengenai cara penanganan demo yang ada di Indonesia. Mungkin karena demo identik dengan
kerusuhan
dan
anarkisme
maka
untuk
penanganannya
menggunakan aparat, walaupun nantinya demo bersifat damai dan tertib untuk mengantisipasi penyusupan orang ketiga yang tidak bertanggung jawab dan berbagai kemungkinan lainnya maka aparat/ satuan pengamanan setempat yang menjadi ”alat” penanganan demo yang efektif. 4.4 Definisi Demo Pelajar Demo yang dilakukan oleh pelajar tidak berbeda jauh dengan demo yang dilakukan masyarakat luas pada umumnya. Hanya saja beberapa demo yang dilakukan oleh pelajar tidak se-ekstrem dan seurgent apa yang dipermasalahkan oleh pendemo pada umumnya. Demo yang dilakukan biasanya berupa masalah internal dalam lingkungan sekolah, entah itu berupa kebijakan kepemimpinan kepala sekolah, pendanaan kegiatan, pelecehan, dan lain-lain. Sehingga definisi demo pelajar oleh penulis adalah tindakan untuk menyampaikan penolakan, kritik, ketidakberpihakan, mengajari hal-hal yang dianggap sebuah
37
penyimpangan yang dilakukan oleh pelajar. Sehingga dalam definisi ini pun tidak terdapat suatu penjelasan pasti mengenai definisi demo pelajar secara umum. 4.5 Penyebab demo pelajar Dalam setiap aksi demo yang dilakukan dikalangan pelajar terutama dari data-data yang ada, menunjukkan latar belakang munculnya aksi dikalangan demo oleh pelajar adalah ketidaksetujuan atas suatu aturan yang menurut pelajar merugikan. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan adanya faktor lain misalnya politik, ekonomi, atau bersifat psikologis serta faktor-faktor lainnya yang dapat memunculkan aksi demo itu sendiri. Akan tetapi hakekatnya sebuah demo, yang dilakukan pelajar atau masyarakat pada umumnya bersifat PRO atau KONTRA terhadap suatu aturan yang berlaku. Juga sering muncul adalah pen-demo biasanya mengajukan suatu tuntutan terhadap salah satu pihak atau agar aspirasi/ suara keluh kesah massa didengar oleh orang yang berkepentingan, seperti pemimpin perusahaan, anggota DPR, bahkan Presiden sekalipun sering mendapat aksi demo. Tidak terkecuali dengan pelajar sekarang ini, dimana tingkat pemikiran dan daya nalar yang semakin kritis sehingga membuat mereka lebih peka terhadap situasi yang berada dilingkungan sekitar. Sehingga dalam mencerna informasi atau pengetahuan yang baru bagi mereka langsung mendapat mendapat perhatian khusus, dan apabila terdapat
38
suatu hal yang tidak sesuai dengan pemikiran mereka, maka mereka tidak segan-segan bertindak untuk mengaspirasikan pemikiran mereka. Para pelajar bukanlah pribadi yang hanya siap untuk digiringgiring atau di dorong-dorong. Mereka harus bersiap untuk berpartisipasi pada tiap kesempatan. Jika tidak ada kesempatan, mereka sendiri harus siap untuk membentuk sarananya.(Onong U.Effendi, 2006: 102). Berikut petikan artikel-artikel yang menyebutkan masalah yang membuat pelajar demo : “… Pelajar mengorganisir diri dengan menggelar demonstrasi. Mereka menampilkan kepedulian atas nasib diri dan kaumnya dengan melantangkan pekik: menolak UN!Sekitar 2000 pelajar berhimpun di depan kantor DPRK Bireuen. Mereka berjalan kali dengan mengusung spanduk bertuliskan ‘Hapus UN’. Dalam pernyataanya di depan anggota dewan DPRK Bireuen, pelajar menuntut agar kelulusan tidak ditentukan oleh UN, tapi oleh sekolah masing-masing dan pendidik. Juga, mereka mengungkapkan bahwa UN sangat memberatkan siswa apalagi nilai kelulusan menjadi 5,25 dengan enam mata pelajaran yang diujikan (Serambi Indonesia, 21/11/2007)…” (http://dunia.pelajar-islam.or.id/ ?m=20071205, diakses pada 21 Agustus 2008 21.00 ) “Puluhan pelajar SMA dan Sekolah Menengah Kejuruan Jakarta yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Pelajar Muslim Indonesia (KAPMI) melakukan aksi protes ke lima stasiun televisi swasta. Mereka menuntut stasiun televisi tersebut menghentikan tayangan berbau pornografi. Unjuk rasa berlangsung serentak di kantor Trans-TV, SCTV, RCTI, Global TV, dan Lativi yang tersebar di beberapa tempat di Jakarta…” (http://www.tempointeraktif.com/hg/ jakarta/2005/06/03/brk, 20050603-61996,id.html, diakses pada 21 Agustus 2008 21.00 ) “SERANG, KOMPAS - Ratusan pelajar dan alumni SMP Negeri 1 Mancak, Serang, Banten, berunjuk rasa di depan kantor Pengadilan Negeri Serang, Kamis (23/8) pagi. Mereka mengecam gugatan sejumlah warga yang mengaku sebagai ahli waris pemilik lahan yang ditempati SMPN 1 Mancak selama puluhan tahun…” (http://64.203.71.11/ver1/Nusantara/0708/23/110103.htm, diakses pada 21 Agustus 2008 21.00 )
39
“Honor Menari Belum Dibayar, Pelajar Demonstrasi Liputan6.com, Palangkaraya: Sekitar 300 pelajar sekolah menengah atas mendatangi Sekretariat Sanggar Tari Tatu Hiang, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, baru-baru ini. Para pelajar putri yang ikut sebagai penari dalam memperingati Hari Ulang Tahun Emas Kalteng ini menuntut honor menari Rp 300 ribu segera dibayarkan. Dalam aksi tersebut hadir puluhan pelajar yang ingin mengembalikan honor yang telah dibayarkan panitia. Pasalnya jumlah uang yang diterima tidak sesuai dengan janji. Bahkan dipotong antara Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu. Aksi dilakukan di Sanggar Tari Tatu Hiang karena merupakan penghubung dengan panitia…” (www.liputan6.com, diakses pada 21 Agustus 2008 21.00 ) Dilihat dari artikel-artikel diatas maka di dapati berbagai macam penyebab demo, sehingga menurut penulis penyebab demo pelajar adalah relatif sama dengan demo-demo yang terjadi pada umumnya, hanya saja pelaku demo masih berstatus pelajar dan masalah yang di demokan berhubungan internal sekolah walaupun tidak menutup kemungkinan masalah yang lebih luas lagi. Sehingga tidak ada penjelasan khusus mengenai penyebab demo pelajar tersebut. 4.6 Cara Demo Pelajar Dalam poin ini cara demo yang digunakan pelajar tidak ada perbedaan yang mencolok mengenai cara-cara demo yang digunakan massa pada umumnya. Seperti kebanyakan demo yang terjadi biasanya cara demo yang digunakan adalah mogok, berteriak atau berorasi, menggunakan poster dan lain-lain. Cara-cara umum dalam demo tersebut juga digunakan oleh pelajar, hanya saja beberapa cara yang digunakan tidak sepeti pada demo umumnya. Misalnya dalam hal penggunaan media demo seperti sound system dimana kalau pelajar cenderung dengan alat seadanya seperti pengeras suara ringan, lalu
40
penggunaan poster dan spanduk tidak banyak serta kata-kata yang digunakan cenderung wajar. Selain itu apa bila melakukan long march atau mogok cenderung tidak terlalu ekstrem yang melakukan jalan kaki jauh atau mogok makan, belajar dan lain-lain dalam jangka waktu lama. 4.7 Penanganan Demo Pelajar Seperti demo pada umumnya yang dilakukan masyarakat atau mahasiswa, dalam demo tentu terdapat penanganan. Dalam hal ini penanganan dari pihak luar terdapat aparat yang siaga untuk mengamankan situasi. Dalam hal penanganan internal tentunya pihak terkait mencoba untuk bernegosiasi atau berembug untuk membahas masalah yang dihadapi, sehingga dalam pertemuan itu diharap muncul kesepakatan untuk mengakhiri demo. Sehingga dalam penanganan demo pelajar ini tidak ada penjelasan dan tindakan yang khusus, kecuali bagaimana situasi dan kondisi yang dihadapi. Penulis melihat bahwa aksi yang dilakukan pelajar tersebut tidak relevan, mengingat tuntutan dan protes yang disampaikan tidak berpengaruh terhadap keberadaan pelajar itu sendiri. Akan tetapi demo tersebut memang secara tidak langsung bersinggungan dengan status mereka sebagai pelajar.
41
F. Definisi Konsep 1. Komunikasi Kelompok Kelompok adalah individu-individu yang berada dalam suatu tempat dengan memiliki keterikatan situasi, dan keberadaan mereka bukan karena kebetulan dikarenakan suatu interaksi komunikasi yang kuat Komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, Yang dinyatakan berupa pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Komunikasi kelompok adalah proses pernyataan antar manusia, yang didasari atas keterikatan situasional dengan suatu interaksi komunikasi yang kuat . Komunikasi kelompok yang dimaksud adalah komunikasi kelompok pelajar yang sedang melakukan demo di lingkungan sekolahnya. 2. Pola kepemimpinan Pola
adalah model, system, cara kerja (Kamus Besar Bahasa
Indonesia). Kepemimpinan adalah proses kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol tingkah laku orang lain.(Onong,1981 ; hal 1) Pola kepemimpinan adalah suatu cara atau model seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol tingkah laku seseorang untuk bergerak ke arah tujuan kelompok.
42
Pola kepemimpinan
yang dimakasud adalah model atau cara
seorang pemimpin dalam demo untuk menggerakkan para siswa lainnya untuk ikut mendukung aksi demo dan mencapai tujuan yang diharapkan.. Model yang tepat untuk menerangkan situasi ini adalah model tingkah laku dari Bass, mengemukakan keadaan-keadaan yang harus dilalui
oleh
anggota-anggota
kelompok
yang
memegang
fungsi
kepemimpinan, serta apa yang membuat kepemimpinan berhasil dan efektif. Maksud dalam penjelasan diatas adalah bahwa dalam kepemimpinan
peran
anggota-angota
lain
ikut
membantu
dalam
mengumpulkan informasi-informasi untuk melakukan demo. 3. Pengambilan Keputusan Keputusan adalah suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif. Pengambilan keputusan adalah suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sitematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah. (M.Iqbal, 2002; hal 9 dan 10) Pengambilan keputusan yang dimaksud diatas adalah pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dimana keuputusan yang telah dimbil dalam kelompok pelajar tersebut adalah dengan melakukan demo.
43
4. Demo Demonstrasi atau demo adalah tindakan keluarnya manusia ke jalan-jalan untuk menyampaikan penolakan, kritik, ketidakberpihakan, pernyataan protes mengajari hal-hal yang dianggap sebuah penyimpangan baik dengan meneriakkan yel-yel maupun tidak, yang dikemukakan secara massal. (simpulan dari berbagai sumber) Dalam demo yang dimaksud kali ini adalah demo yang dilakukan oleh kalangan pelajar, walau aksi tidak terjadi dijalan-jalan akan tetapi aksi yang dilakukan oleh ratusan pelajar itu masihlah termasuk kedalam aksi demo G. Kerangka Pemikiran Tabel I.2 Kerangka Pemikiran Demo pelajar
Permasalahan utama : · Transparansi keuangan sekolah dan pembatasan kegiatan siswa · Mengenai pelaksanaan HUT SMUN 3 dan penanganan study tour yang tidak beres.
· · · ·
Komunikator / penggerak demo Isu yang muncul dalam demo Media yang digunakan Cara mempengaruhi komunikan
Efek dari siswa dan guru : · Efek Kognitif · Efek Afektif · Efek Konatif/perilaku
44
Dari bagan diatas dapat dijelaskan sebagi berikut : Demo dikalangan pelajar muncul
karena permasalahan antar siswa dengan sekolah. Palajar
menganggap sekolah tidak tranparan keuangan sekolah dan pembatasan beberapa kegiatan siswa oleh kepala sekolah. Juga mengenai pelaksanaan HUT sekolah dan penanganan study tour yang dirasa kurang baik. H. Metodologi Penelitian 1. Tipe Penelitian Tipe atau jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor (1992: 21-22) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yng menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasil kan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perpektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian. Berdasarkan analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum yang sifatnya abstrak tentang kenyataan-kenyataan (Hadjar, 1996 dalam
45
Basrowi dan Sukidin, 2002: 2) (http://www.abdulkamil.com/ 2009/03/ perbedaan-dan-pengertian-penelitian.html, diakses pada 1 Juli 2009 14.00) Dari pengertian Bogdan dan Taylor yang dijelaskan oleh Hadjar, dalam Basrowi dan Sukidin diatas maka peneltian kualitatif dalam skripsi ini dapat dilihat dari data hasil interview yang berupa ucapan lisan, sehingga dari data tersebut didapati hasil uraian yang mendalam mengenai perilaku narasumber, sehingga nantinya didapati pemahaman umum mengenai masalah dan fokus penelitian yaitu pola komunikasi pada kelompok pelajar dalam aksi demo. 2. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di SMU N 3 Boyolali Jl. Perintis Kemerdekaan 57316 Boyolali. Dengan alasan pemilihan tempat tersebut adalah: a. Terjadi demo besar-besaran pelajar SMA di Kabupaten Boyolali. b. Diliput oleh media massa , dalam hal ini SOLOPOS. Sehingga dapat diketahui oleh masyarakat luas, tidak hanya di wilayah Kabupaten Boyolali saja. 3. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1) Data Primer adalah data utama yang digunakan dalam penelitian. Data diambil dari hasil wawancara dan observasi dengan subyek penelitian,
46
yaitu pelajar dan guru di lingkungan SMUN 3 Boyolali. Pelajar yang menjadi subyek penelitian memiliki kriteria : §
Anggota atau Pengurus OSIS
§
Anggota atau Pengurus MPK (Majelis Pemusyawaratan Kelas)
§
Siswa ikut demo
Guru atau non-guru yang menjadi subyek penelitian memiliki kriteria : §
Guru yang mengetahui aksi demo
§
Karyawan yang mengetahui aksi demo
§
Pihak Dinas Pendidikan
2) Data Sekunder adalah data yang mendukung dan membantu data primer, yaitu dengan artikel-artikel sekolah, literature, dan bahan bacaan yang relevan dan sesuai dengan penelitian ini. 4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Teknik wawancara adalah metode yang dilakukan penulis untuk menggali segala informasi yang berhubungan dengan penelitian dan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan lisan dengan pihak yang dirasa relevan dan valid dalam penelitian ini. Wawancara yang dilakukan saat sekolah dalam keadaan sepi dan bebas jam belajar mengajar, sehingga suasana lebih tenang dan narasumber dapat memberikan jawaban lebih leluasa dan tidak gugup. Pelaksanaannya memerlukan waktu kurang dari satu bulan terhitung dari tanggal 1 desember 2008 sampai dengan 20 desember 2008.
47
b. Observasi Dalam teknik ini penulis melakukan pengamatan langsung dilapangan dengan tujuan pengambilan dan pengumpulan tambahan data yang dirasa perlu, sehingga penulis mengetahui situasi yang sebenarnya. 5. Teknik Analisis Data Dalam penelitian kualitatif model yang digunakan adalah model analisis Interaktif. Dimana pada model ini terdapat tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data, serta kesimpulan. Seperti yang dikutip dari “Pengantar Penelitian Kualitatif” oleh HB. Sutopo maka skema atau gambar metode tersebut dapat dilihat dari gambar dibawah ini:
Pengumpulan data
Reduksi data
Sajian data Penarikan kesimpulan
Sumber: HB. Sutopo, 1988: 37
Tabel I.3 MODEL ANALISIS INTERAKTIF
Langkah yang dilakukan dalam proses analisis interaktif adalah: a) Reduksi data, yaitu proses seleksi pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data kasar dari catatan yang diperoleh dari lapangan. Datadata yang ada dan terkumpul dipilih sesuai dengan kebenaran yang mendukung dengan penelitian. Contoh dalam kasus ini data yang tidak
48
terpakai adalah hasil wawancara dengan murid biasa dan dinas pendidikan setempat. b) Penyajian data (data display), penyajian data yang baik dan jelas sesuai dengan sistematikanya berupa teks naratif sebagai pendukung sajian data yang relevan. Sehingga informasi dan data yang terkumpul mudah untuk ditinjau kembali untuk selanjutnya disusun dengan tepat. c) Kesimpulan, adalah tahap akhir berupa data dan informasi yang telah disesuaikan dengan penelitian sehingga data dan informasi yang didapat sesuai dengan fakta dan apa adanya. Sehingga nantinya hasil dari verifikasi dan klarifikasi data sesuai dengan penelitian yang dilakukan. 6. Keabsahan data Dalam penelitian ini keabsahan atau validitas data yang digunakan dengan menggunakan teknik Triangulasi data atau teknik pengumpulan data dar berbagai sumber yang berbeda dengan kasus yang hamper sama atau mirip. Dengan tujuan bahwa dalam data-data yang diperoleh dapat disandingkan dan dibandingkan dengan tujuan kekompakan data satu dengan yang lain. Sehingga diharapkan data yang didapat maksimal, valid dan nyata adanya sesuai dengan keadaan sebenarnya yang terjadi di lapangan.