BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Penelitian ini akan membahas tentang pelaksanaan Pendidikan dan Latihan
Profesi Guru (PLPG). Adanya program sertifikasi yang kemudian dilaksanakan dengan PLPG tidak terlepas dari terbitnya Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Melalui undang-undang tersebut guru disebutkan sebagai tenaga profesional. Dengan demikian maka guru menjadi perhatian penting untuk mendorong kemajuan pendidikan, karena guru sebagai ujung tombak pendidikan. Mengutip pernyataan yang disampaikan oleh Dr. Hartono, sekretaris lembaga pengembangan pendidikan dan profesi (LP3) UNNES Semarang dalam “Diskusi Profesionalisme Guru Pasca Sertifikasi” bahwa selama empat tahun pelaksanaan sertifikasi, pengumpulan syarat lewat proses portofolio banyak sekali kecurangan. Akibatnya pada tahun 2011 kuota portofolio direduksi menjadi tinggal 1 persen (Buletin Kepegawaian Vol.5 No.1 Tahun 2011, hal 5). Kurang suksesnya portofolio dalam menyiapkan guru profesional yang bermutu telah mendorong pemerintah untuk mengubah pola sertifikasi sehingga sekarang sertifikasi guru tersebut tidak lagi dilakukan melalui portofolio, tetapi melalui PLPG. PLPG menjadi salah satu alternatif untuk menyiapkan guru-guru profesional yang dilakukan bagi guru-guru yang sudah menempuh dan lulus Uji Kompetensi Guru (UKG). PLPG inipun belum memberikan jaminan bahwa 1
keluarannya akan menghasilkan guru-guru profesional yang bermutu, apalagi pelaksanaannya hanya sepuluh hari, bahkan dikurangi satu hari oleh penyelenggara sehingga hanya kurang dari sembilan hari (Mulyasa, 2013:52). Sejak dilaksanakannya program sertifikasi nampaknya memang belum memberikan kontribusi yang jelas. Sudah banyak guru yang disertifikasi dan mendapatkan tunjangan sertifikasi, namun belum maksimal. Sertifikasi guru rencananya akan selesai pada tahun 2013 dengan harapan mutu pendidikan akan lebih baik. Menurut rencana, pada tahun 2012 ada 300.000 guru yang akan disertifikasi. Sejak dimulai tahun 2007, terdapat 1.101.552 guru yang telah mengikuti sertifikasi. Dari 2.925.676 jumlah total guru pada tahun 2011, sekitar 746.727 guru di antaranya (25,5 persen) telah bersertifikat. Dari guru bersertifikat itu, 731.002 guru (97,9 persen) telah menerima tunjangan profesi (Kompas, 23/11/2011). PLPG sebagai salah satu program untuk pengembangan profesionalisme guru memang menjadi banyak dipertanyakan. Melihat data diatas angka guru yang telah disertifikasi pada tahun 2011 sudah cukup besar, namun kualitas pendidikan masih belum tampak jelas peningkatanya. Pendeknya waktu yang dilakukan untuk membentuk guru profesional dalam PLPG tentu saja menjadi permasalahan, setidaknya sejak dilaksanakan kualitas guru yang dihasilkan masih belum menunjukan hasil yang memuaskan. Berdasarkan hasil penelitaian terdahulu yang terkait dengan pelaksanaan sertifikasi guru antara lain masih menyentuh beberapa hal yang masih kurang
2
signifikan untuk peningkatan kualitas tenaga pendidik. Bachtiar (2011) di Yogyakarta dalam penelitianya mengambil kesimpulan bahwa: 1.
Terjadi perubahan peningkatan kinerja profesionalitas guru tetapi belum signifikan.
2.
Sertifikasi belum memberikan dorongan yang berarti terhadap perubahan profesionalitas para guru dalam proses belajar mengajar.
3.
Sertifikasi guru baru sebatas pada perubahan kesejahteraan yang dalam hal ini adalah peningkatan pendapatan para guru lantaran adanya tambahan satu kali gaji pokok bagi guru yang sudah tersertifikasi. Selain itu penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh Jon Roi Tua Purba
(2013) di Yogyakarta, bahwa sertifikasi guru masih disibukkan dengan sistem administrasi/ kelengkapan bahan ajar guru untuk mengajar. Penelitian ini mengambil kesimpulan sebagai berikut: Pertama, secara pedagogik seharusnya guru aktif termasuk menguasai karakteristik siswa, namun masalah persiapan perangkat mengajar menjadi hambatan. Menurut Ernaningsih guru SMP N 11 Yogyakarta (2013), sertifikasi guru nampaknya memang sangat memberatkan, belum lagi dalam persiapan mengajar dan sebagainya, kita juga harus menguasai kepribadian siswa. Inikan sangat sulit. Guru Sertifikasi juga sangat banyak melengkapi kelengkapan pemberkasan, yang menurut saya itu sangat memberatkan secara syarat-syarat. (Wawancara, 8 /10/2013). Kedua, selain itu jika masuk dalam konteks kepribadian dilihat dari norma-norma yang berlaku, menjadi teladan, dan etos kerja, penelitian ini
3
menemukan kepribadian secara utuh tidak bisa dikatakan baik karena sangat sulit dalam memberikan penilaian. Bambang Djoko (2013), melihat kepribadian guru sesungguhnya ini menjadi penilaian yang sulit menurut saya, karena ini masalah individu. Jadi kalau melihat dari penilaian kinerja, ya ini kita lihat sebagai instrument yang membantu ya mas, tetapi lebih tepat lagi melihatnya adalah dengan cara kegiatan mengajar yang dilakukan guru itu sendiri dan ini akan tampak ketika guru mempunyai kepribadian yang dimaksud. Kalau saya ditanya pastinya ada perubahan secara kepribadian setelah sertifikas ya, sifatnya berusaha terus untuk menjadi pribadi yang lebih baik (Wawancara, 9/10/ 2013). Ketiga, melihat dari kompetensi sosial menurut penelitian ini guru menyadari pentingnya memahami kondisi sosial. Bambang Djoko (2013) Hal ini sangat penting untuk menyatakan bahwa guru harus bisa menjadi contoh yang baik ditengah-tengah masyarakat yang ada di lingkungan tempat kita tinggal (Wawancara, 9/ 10/ 2013). Keempat, jika dilihat dari kompetensi profesional menjadi satu hal yang terabaikan karena masalah administrasi. Seperti kelengkapan program tahunan, program semester, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan sistem teknologi informasi. Koumarudin (2013), guru sertifikasi yang disebut sebagai guru profesional itu harus menguasai IT, hal ini tentu saja masih sangat sulit bagi guru yang belum siap, apalagi itu dilakukan bagi guru yang bisa dikatakan tua. Ini tentu saja memberatkan. Padahal ini menjadi hal yang wajib bagi guru sertifikasi. (Wawancara, 8/10/2013).
4
Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Soebagyo (2012) menarik sebuah kesimpulan bahwa program sertifikasi guru memberikan pengaruh terhadap beberapa hal, sebagai berikut: 1.
Sertifikasi telah dapat meningkatkan kesejahteraan, martabat guru, kedisiplinan dan kompetensi pedagogis.
2.
Guru yang lulus sertifikasi melalui PLPG berada pada posisi kemampuan yang lebih rendah dibanding dengan guru lulus sertifikasi langsung atau melalui portofolio. Oleh karena itu, dengan adanya sertifikasi melalui PLPG terjadi perubahan yang sangat signifikan untuk mengejar kemampuan yang lebih tinggi.
3.
Ada hubungan yang sangat signifikan antara tingginya strata pendidikan dan usia guru terhadap kelolosan sertifikasi seorang guru. Usia yang tinggi dan pendidikan yang tinggi cenderung memiliki proporsi kelulusan yang lebih tinggi.
4.
Sertifikasi tidak banyak mengubah kinerja seorang guru. Sertifikasi guru seharusnya memberikan dampak positif yang lebih luas
terhadap kualitas guru. Bukan hanya sebatas memenuhi kuota guru profesional. Apalagi tujuan dari sertifikasi guru sesuai dengan undang-undang Guru dan Dosen tahun 2005 adalah menjadikan guru sebagai tenaga profesional. PLPG adalah cara yang dilakukan untuk peningkatan, dengan program ini guru dipersiapkan menjadi guru profesional. Belakangan ini PLPG menjadi sorotan dalam dunia pendidikan karena belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas guru.
5
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dikenal sebagai Kota pendidikan. Setidaknya hal ini dibuktikan dengan banyaknya jumlah sekolah dan perguruan tinggi di daerah ini, suasana belajar yang nyaman, serta saran dan prasaran yang bisa dikatakan cukup baik dan menunjang pendidikan. Menurut data dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY (2012), ada 130 perguruan tinggi dan 5147 sekolah (2013) yang tersebar di wilayah DIY. Tabel 1.1 Perebandingan Jumlah Guru dan Siswa di DIY Jumlah Guru/Siswa Kab/ Kota
SD
SMP
SMA
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Jlh Total
Kab. Bantul Kab.Sleman
3369 4162
71990 87495
1908 1895
29205 34923
901 778
12040 10421
6178 6835
Kab. Gunung Kidul Kab. Kulonprogo Kota Yogyakarta Grand Total
3361
51869
1675
25107
540
5730
5576
2730
33683
1192
15608
373
3999
4295
2005
44164
1145
22949
995
15687
4145
15627
289201
7815
127792
3587
47877
27029
Sumber: Data diolah dari Dikpora dan LPMP DIY tahun 2013/2014. Dengan demikian Kota Yogyakarta menjadi perhatian bagi penulis untuk melakukan penelitian, secara khusus pada guru SMP. Di Kota ini pula berdiri salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) sebagai pelaksana program sertifikasi guru dengan PLPG. Ditetapkan sebagai Rayon 11 Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) memegang pembentukan guru profesional yang dilaksanakan dengan PLPG. UNY tidak sendiri tetapi sebagai mitra Lembaga Pengadaan Tenaga Pendidikan (LPTK) bersama Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Sanata
6
Darma dan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. Disinilah para guru dibentuk dengan berbagai materi dalam upaya pengembangan guru yang profesional. Besarnya jumlah guru yang bersertifikat di DIY menunjukan bahwa daerah ini memang layak dikatakan sebagai Kota pendidikan. Persentase jumlah guru yang ada di DIY secara khusus pada guru SMP adalah sebesar 87,19 %. Untuk Kota Yogyakarta sendiri persentase guru yang telah bersertifikasi sangat tinggi yakni mencapai 95,03% dan hanya 4,97% yang belum bersertifikat. Ini artinya angka yang menarik untuk dicermati mengingat angka yang ditunjukan cukup signifikan. Maka sudah seharusnya kualitas pendidikan dan guru akan lebih baik. Jika dibandingkan dengan Kabupaten Gunung Kidul yang hanya baru mencapai 79,88% guru yang telah bersertifikasi. Artinya Kota Yogyakarta mempunyai persentase tertinggi. Tabel 1.2. Data Jumlah Guru Tingkat SMP di Daerah Istimewa Yogyakarta SMP Kab/ Kota
Non PNS Belum Sudah Sertifikasi Sertifikasi
Non PNS Total
PNS Belum Sudah Sertifikasi Sertifikasi
PNS Total
SMP Total
Kab. Bantul
98
121
219
92
1597
1689
1908
Kab.Sleman
147
156
303
85
1507
1592
1895
Kab. Gunung Kidul
131
76
207
206
1262
1468
1675
45
58
103
88
1001
1089
1192
72
328
400
37
708
745
1145
493
739
1232
508
6075
6583
7815
Kab. Kulonprogo Kota Yogyakarta Grand Total
Sumber: LPMP Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014
7
Dengan melihat data-data diatas menunjukan bahwa angka guru sertifikasi sudah cukup tinggi di Kota Yogyakarta. Dalam hal ini persentase guru sertifikasi di SMP menunjukan bahwa Kota Yogyakarta menjadi wilayah yang menarik untuk diteliti dengan persentase yang mencapai 95,03%. Artinya dengan persentase yang demikian tinggi
guru bersertifikat di Kota Yogyakarta, menjadi penting untuk melihat lebih jauh bagaimana pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas guru. Siswa/I SMP perlu pendampingan dan pendidikan yang baik serta terarah. Guru Sertifikasi tentu saja dituntut untuk memberikan pendidikan yang baik dan mampu mengarahkan Siswa/I kearah yang lebih baik. Maka, penelitian ini akan mengarahkan pada kondisi guru sertifikasi yang berada di SMP Negeri yang ada di Kota Yogyakarta. Dengan demikian cukup menarik kemudian untuk melihat lebih jauh bagaimana sertifikasi guru melalui PLPG dicermati bagi guru ditingkatan SMP di Kota Yogyakarta. Dengan jumlah guru yang telah dipaparkan sesungguhnya tujuan peningkatan guru menjadi profesional dan kualitas pendidikan seharusnya sudah lebih baik. Program sertifikasi guru seharusnya tidak hanya berbicara tentang kuantitas guru yang telah disertifikasi, tetapi kualitas guru sertifikasi itu sendiri. Untuk itu, dalam penelitian ini penulis ingin melihat sejauh mana pelaksanaan PLPG guna meningkatkan kualitas guru (guru profesional) di SMP Negeri wilayah Kota Yogyakarta. B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dibahas diatas, maka peneliti
merumuskan yang menjadi pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut: “Bagaimana dampak Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) dalam peningkatan kualitas guru SMP Negeri di Kota Yogyakarta?” 8
C.
Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah
dibahas di awal, maka penelitian mempunyai tujuan sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui dampak pencapaian tujuan sertifikasi guru melalui Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) dalam peningkatan kualitas guru SMP Negeri di Kota Yogyakarta.
2.
Untuk menganalisis dampak Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) dalam peningkatan kualitas guru SMP Negeri di Kota Yogyakarta.
D.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi kepentingan
akademis maupun praktis, khususnya di Kota Yogyakarta. Untuk kepentingan praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan yang bermanfaat dalam pelaksanaan program sertifikasi melalui PLPG di Kota Yogyakarta. Masukan sangat diperlukan kepada dinas/lembaga terkait di Kota Yogyakarta. Manfaat penelitian bagi akademis adalah menambah pengetahuan tentang implementasi program sertifikasi guru melalaui PLPG di Kota Yogyakarta. Penelitian ini juga dapat memberikan stimulus untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan implementasi program-program dan kebijakan publik lainya, secara khusus implementasi kebijakan pendidikan. Terlebih untuk kepentingan akademis yang akhirnya memberikan ide-ide baru untuk penelitian selanjutnya, serta bermanfaat untuk kepentingan masa depan dari segi keilmuan kebijakan.
9