1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam UU RI no. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab 2 Pasal 3 tentang dasar, fungsi, dan tujuan dijelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mendiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1 Montessori sebagaimana dikutip oleh Sardiman menegaskan bahwa anak-anak memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri dan membentuk diri sendiri. Pendidik akan berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak-anak didiknya. Pernyataan Montessori ini memberikan petunjuk bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedang pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperkuat oleh anak didik.2 Pendidikan Islam merupakan proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, 1 Direktur Jedral Pendidikan Islam Departemen Agama RI (UU dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, 2006), 8-9. 2 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), 96-97.
2
pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensinya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia akhirat.3 Proses pendidikan Islam harus berlangsung secara kontekstual dengan nilai-nilai, karena Islam sebagai agama wahyu yang mengandung sistem nilai yang menjadi pedoman hidup umat manusia dalam segala bidang, termasuk bidang pendidikan.4 Inti pendidikan agama adalah penyadaran diri tentang hidup dan kematian, bagi tumbuhnya kesadaran ketuhanan. Dari kesadaran seperti itu baru bisa dibangun komitmen ritualisasi atau ibadah, Hubungan sosial berdasarkan harmonis dan akhlak sosial yang karimah.5 Wujud
dari
partisipasi
masyarakat
dalam
pendidikan
di
manifestasikan dalam bentuk lembaga formal dan non formal, baik bertolak dari latar belakang budaya, agama atau politik. Salah satu bentuk dari lembaga pendidikan yang berlatar belakang agama adalah pondok pesantren. Dalam menghadapi tantangan zaman, pesantren telah menunjukkan kualitasnya dengan mengajarkan pelajaran umum yang sesuai dengan kebutuhan zaman selain mengajarkan pelajaran agama. Pesantren dituntut untuk senantiasa tampil maksimal dan itu telah dibuktikan, sehingga tidak
3
Abdul Mujib dan Jusup Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Predana Media, 2006), 27. 4 H.M.Arifin, Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), 4. 5 Abdul Munir, Nalar Spiritual Pendidikan: Solusi Problem Fisiologi Pendidikan Islam (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 2002), 72.
3
menuntup kemungkinan pesantren sebagai sosok lembaga pendidikan yang ideal dalam pendidikan nasional. Dalam perjalanan sejarah Islam, fiqih berkembang menjadi suatu disiplin ilmu pengetahuan yang menduduki posisi yang amat penting dijajaran ilmu-ilmu Islam. Hal ini terjadi karena cakupan kajiannya yang sangat luas, meliputi seluruh aspek kegiatan manusia, perubuatan, perkataan, niat dan sikapnya. Dengan demikian pelajaran fiqih sangat diperlukan dalam rangka mengenal ajaran Islam secara baru dan lengkap, oleh karena itu ilmu fiqih diajarkan pada setiap jenjang pendidikan Islam, mulai dari tingkat madrasah ibtidaiyah sampai jenjang perguruan tinggi. Salah satu materi yang ada di fiqih adalah materi ibadah haji, sehingga perlu adanya pemahaman tentang tata cara pelaksanaan ibadah haji dengan baik untuk siswa. Untuk mengetahui ketercapaian tujuan pendidikan maka perlu diadakan evaluasi. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan dan bagi siswa sendiri, evaluasi berguna untuk mengetahui prestasi belajarnya. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh setelah melakukan kegiatan belajar.6
6
Syiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Jakarta: Usaha Nas, 1994), 23.
4
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik.7 Dalam penjajakan awal di pondok pesantren putri Walisongo Ngabar Siman Ponorogo ditemukan bahwa dalam pembelajaran fiqih ada satu bab yang membahas tentang haji. Dalam rangka pemahaman haji ini siswa pondok pesantren putri Ngabar diajak untuk mempraktekkan manasik haji agar memiliki pemahaman yang komprehensif antara teori dan prakteknya. Akan tetapi satu sisi bahwa ada juga siswa yang tidak mengikuti praktek manasik haji ini, sehingga memberikan nilai yang kurang baik pada mata pelajaran fiqih khususnya materi manasik haji. Berangkat dari uraian tersebut diatas maka penulis bermaksud menulis skripsi dengan judul “STUDI KOMPARASI UJI KOMPETENSI POKOK BAHASAN HAJI BIDANG STUDI FIQIH ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI MANASIK HAJI DAN TIDAK MENGIKUTI MANASIK
HAJI
KELAS
V
PADA
PONDOK
PESANTREN
WALISONGO PUTRI NGABAR SIMAN PONOROGO”. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana uji kompetensi pokok bahasan haji bidang studi fiqih siswa yang mengikuti manasik haji kalas v pada Pondok Pesantren Walisongo Putri Ngabar Siman Ponorogo?
7
Syiful Bahri Djamarah, Psikologi BelajaR (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 13.
5
2. Bagaimana uji kompetensi pokok bahasan haji bidang studi fiqih siswa yang tidak mengikuti manasik haji kelas v pada Pondok Pesantren Walisongo Putri Ngabar Siman Ponorogo? 3. Apakah ada perbedaan yang signifikan uji kompetensi pokok bahasan haji bidang studi fiqih antara siswa yang mengikuti manasik haji dan tidak mengikuti manasik haji kelas v pada Pondok Pesantren Walisongo Putri Ngabar Siman Ponorogo?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui uji kompetensi pokok bahasan haji bidang studi fiqih ibadah siswa yang mengikuti manasik haji kelas v pada Pondok Pesantren Walisongo Putri Ngabar Siman Ponorogo.
2.
Untuk mengetahui uji kompetensi pokok bahasan haji bidang studi fiqih siswa yang tidak mengikuti manasik haji kelas v pada Pondok Pesantren Walisongo Putri Ngabar Siman Ponorogo.
3.
Untuk mengetahui perbedaan uji kompetensi pokok bahasan haji bidang studi fiqih antara siswa yang mengikuti manasik haji dan tidak mengikuti manasik haji kelas v pada Pondok Pesantren Walisongo Putri Ngabar Siman Ponorogo.
D. Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian ini nantinya diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut:
6
1.
Secara Teoritis Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah khasanah keilmuan tentang manasik haji khususnya dalam uji kompetensi pokok bahasan haji bidang studi fiqih.
2.
Secara Praktis a. Lembaga Pondok Pesantren Putri Wali Songo, praktek manasik haji memberikan kontribusi yang baik bagi siswa, sehingga perlu ditingkatkan lagi praktek manasik hajinya. b. Bagi Guru, paraktek manasik haji dapat memberikan pemahaman baru bagi siswa dalam pelajaran fiqih materi haji, sehingga diharapkan seluruh siswa dapat mengikuti praktek manasik haji. c. Bagi Penulis, hasil penelitian ini menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam penelitian khususnya dalam hal pembelajaran praktek manasik haji.
E. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan disini dimaksudkan untuk mempermudah para pembaca dalam menelaah isi kandungan yang ada di dalamnya. Adapun sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut: BAB I
: Pendahuluan Pendahuluan memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.
7
BAB II
: Landasan Teori Belajar Dan Prestasi Belajar Bab ini berisi tentang (1) pengertian prestasi belajar; (2) bidang studi fiqih; (3) kegiatan manasik haji meliputi: kegiatan manasik haji meliputi: pengertian manasik haji, syarat haji, rukun haji, wajib haji. Pelaksanaan Ibadah Haji. Hikmah Ibadah Haji (4) kerangka berfikir; dan (5) hipotesis penelitian.
BAB III
: Metode Penelitian Bab ini berisi tentang Metode penelitian yang meliputi: rancangan penelitian, populasi dan sampel, instrument pengumpulan data, tekhnik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV
: Hasil Penelitian Bab ini berisi temuan hasil penelitian meliputi: Gambaran umum lokasi penelitian, Deskripsi data, Analisis data (pengujian hipotesis), dan Pembahasan atau interpretasi.
BAB V
: Penutup Bab ini berisi kesimpulan dan saran
8
BAB II BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR
A. Prestasi Belajar 1.
Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa, raga. Raga untuk memperoleh suatu perubahan tigkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.8 Berkenaan dengan belajar, bahwa Al-Qur’an sebagai pedoman dan pegangan hidup bagi umat Islam. Adapun ayat AlQur’an yang menyebutkan masalah belajar sebagai berikut pada surat Al-Alaq:1
∩⊇∪ t,n=y{ “Ï%©!$# y7În/u‘ ÉΟó™$$Î/ ù&tø%$# Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. (Q.S.Al-Alaq).9 b. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu “prestasi” dan “belajar” mempunyai arti yang berbeda. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu
8 9
Syiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar , 13. Al-Qur’an, 96: 1.
9
aktivitas. Sedangkan belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yakni perubahan tingkah laku. Dengan demikian, dapat diambil pengertian yang cukup sederhana mengenai prestasi belajar. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.10 c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
belajar
dapat
digolongkan menjadi 3 golongan yaitu: 1) Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ini dibedakan menjadi 3 faktor yaitu: a) Faktor Jasmaniah (1) Kesehatan Kesehatan berpengaruh
jasmani
terhadap
dan
kemampuan
rohani belajar.
sangat Bila
seseorang tidak sehat, sakit kepala, demam, batuk, dan sebagainya, dapat menyebabkan tidak bergairah untuk belajar.
10
Syiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar , 23.
10
Demikian pula halnya dengan kesehatan rohani (jiwa)
yang
kurang
baik,
misalnya
mengalami
gangguan pikiran, perasaan kecewa karena konflik dengan pacar, orang tua atau karena sebab yang lainnya, ini dapat mengganggu atau mengurangi semangat dalam belajar. Agara seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjalin dengan cara selalu mengindahkan ketentuanketentuan tentang bekerja, belajar, tidur, dan makan. (2) Cacat tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat itu berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengarui belajar, siswa yang cacat tubuhnya belajarnya juga terpengaruh. Jika hal ini terjadi, hendaknyaia belajar pada lembaga
pendidikan
khusus
seperti
SLB
atau
diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatan itu.
11
b) Faktor Psikologi Banyak faktor yang termasuk aspek psikologi yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Namun diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial adalah sebagai berikut: (1) Tingkat kecerdasan atau Intelegensi Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan
psikologi
untuk
mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya
dengan
intelegensi
manusia
lebih
menonjol dari pada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol’’ hamper seluruh aktivitas manusia. Intelegensi
besar
pengaruhnya
terhadap
kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.
12
Walaupun begitu, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya. Penyebabnya adalah karena belajar adalah suatu proses yang komplek dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah salah satu faktor diantra faktor yang lainnya. Jika
faktor
lain
itu
bersifat
menghambat atau
berpengaruh belajar, akhirnya siswa gagal dalam belajarnya. Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang norma dapat berhasil dengan baik dalam belajar, jika ia belajar dengan baik, artinya belajar dengan menerapkan metode
belajar
yang
efisien
dan
factor
yang
mempengaruhi belajarnya member pengaruh yang positif. Jika siswa mempunyai intelegensi yang rendah, ia
perlu
mendapatkan
pendidikan
di
lembaga
pendidikan khusus. (2) Sikap siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response tendency) dengan cara yang relative tetap terhadap obyek orang, barang, dan sebagainya, baik positif maupun negative.
13
Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada anda dan mata pelajaran yang anda sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi prose belajar siswa tersebut. Sebaiknya, sikap negatif siswa terhadap anda dan mata pelajaran anda, apabila jika diiringi kebencian kepada anda atau kepada mata pelajaran anda dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut. Hal ini juga mempengaruhi dalam belajar. (3) Bakat Bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating Chaplin dan Keber sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Dalam
perkembangan
selanjutnya,
bakat
kemudian diartikan sebagi kemampuan individu untuk melaksanakan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Misalnya orang yang berbakat mengetik, akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang yang kurang atau tidak berbakat dibidang itu.
14
Dari uraian di atas jelaslah bahwa bakat itu memepengaruhi belajar denagn baik usahakanlah mata pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya. (4) Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terusmenerus disertai rasa senang. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai denagn minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Jika terdapat sisw yang kurang berminat terhadap
belajar,
dapatlah
diusahakan
agar
ia
mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita. (5) Motivasi Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organism
baik
mendorongnya pengertian
ini,
manusia untuk
ataupun
berbuat
motivasi
berarti
hewan
sesuatu. pemasok
yang Dalam daya
15
(energizer) untuk bertingkah laku secara terarah Gleitman dan Reber sebagaimana dikutip oleh slameto. Sebaiknya, dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau mempunyai motivasi untuk
berfikir
merencanakan,
dan
memusatkan
perhatian,
dan melaksanakan kegiatan yang
berhubungan atau menunjang belajar. (6) Kematangan Kematangan adalah tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapa baru. Misalnya, anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tngan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya sudah siap untuk berfikir abstrak, dfan lain-lain. Kematangan melaksanakan
belum
kegiatan
berarti
terus-menerus,
anak
dapat
untuk
itu
diperlukan latihan-latihan. Belajar akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). (7) Kesiapan Kesiapan (readiness) menurut Jamies drever sebagaimana dikutip oleh slameto adalah preparedness
16
to respond or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk member respons atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan itu perlu diperhatikan dalam proses belajar. Karena siswa yang belajar dan ia sudah memiliki kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. c) Faktor Kelelahan Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kencenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan subtansi sisi pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak atau kurang lancer pada bagian-bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat dari adanya kelesuan dan
kebosanan,
sehingga
menghasilkan sesuatu hilang.
minat
dan
dorongan
untuk
17
Dari uraian di atas dapatlah dimengerti bahwa kelelahan itu mempengaruhi belajar. Agar siswa belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. 2) Faktor Eksternal Faktor eksternl adalah faktor yang berasal dari diri luar siswa yakni kondisi lingkungan sekitar siswa. Faktor ini dibedakan menjadi 4 faktor diantaranya: a. Keluarga Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta family yang menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar.11 b. Sekolah Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat
keberhasilan
belajar.
Kualitas
guru,
metode
pengajaran, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau perlengkapan disekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah dan sebagainya, semua itu mempengaruhi keberhasilan belajar.
11
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), 54.
18
c. Masyarakat Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila keadaan masyarakatnya terdiri dari orangorang yang berkependidikan, terutama anak-anaknya ratarata bersekolah tinggi dan moralnya baik. Hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar. d. Lingkungan sekitar Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting dalam mempengaruhi prestasi belajar. Misalnya, bila bangunan rumah penduduk sangat rapat, keadaan lalu lintas yang membisingkan, suara hiruk pikuk orang sekitar, suara pabrik, polusi udara, iklim yang teratur panas, semua itu akan mengganggu belajar.12 3) Faktor Pendekatan Belajar Pendekatan belajar dapat di pahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifitasan dan efisiensi mempelajari materi tertentu.13 B. Bidang Studi Fiqih 1.
Pengertian Bidang Studi Fiqih
12
M. Daliyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 55.
13
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), 155.
19
Fiqih secara bahasa berarti faham, dan secara istilah adalah mengetahui hukum-hukum syara’ yang jalan memperolehnya dengan berhijtihad.14 Pengertian fiqih secara bahasa berarti faham, dalam Al-Qur’an salah satunya yaitu pada surat Al-An’am ayat 65:
šχθßγs)øtƒ öΝßγ‾=yès9 ÏM≈tƒFψ$# ß∃Îh|ÇçΡ y#ø‹x. öÝàΡ$# Artinya: Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda agar mereka kebesaran Kami silih berganti 15 memahami(nya). (Q.S. Al-An’am: 65). Menurut ulama’ usul fiqih, fiqih merupakan hukum-hukum Islam (syara’) yang bersifat amali melalui dalil-dalilnya yang terperinci. Adapun para ulama’ fiqih mendefinisikan sebagai sekumpulan hukum amaliah yang di syariatkan dalam Islam.16 Dari pengertian diatas, maka fiqih dapat didefinisikan dengan hukum (syara’) itu sendiri yang berhubungan dengan segala perbuatan muallaf yang berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits, dan hukum itu dikeluarkan dengan jalan ijtihad. 2.
14
Pembahasan Fiqih
Sidi Nazar Bakry, Fiqih dan Ushul Fiqih (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), 86. Al-Qur’an, 6: 65. 16 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ikhtiar Baru, Van Hoeve, 1997), 8. 15
20
Hukum-hukum fiqih mencangkup segala aspek kehidupan manusia dan masalah-masalah fiqih ini pada garis besarnya dibagi dua: a. Ibadah, yaitu segala persoalan yang berpautan dengan urusan akhirat. Jelasnya, segala perbuatan
yang dikerjakan untuk
mendekatkan diri kepada seperti sholat, puasa, zakat dan haji. b. Mu’amalat, yaitu segala persoalan yang berpautan dengan urusanurusan dunia dan undang-undang. 3.
Sumber Hukum Fiqih 1) Fiqih adalah hukum-hukum Islam yang bersifat amali melalui dalil-dalil yang terperinci, dengan demikian hukum-hukum yang ada dan ditetapkan haruslah berdasarkan dalil-dalil yang jelas dan rinci baik melalui Nas atau melalui Dalalah (indikasi) Nas, dengan jalan ijtihad. 2) Adapun sumber hukum Islam dibagi menjadi dua bentuk yaitu sumbar pokok dan sumber skunder.17 Sumber pokok hukum fiqih adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits, keduanya inilah disepakati oleh ahli ushul dan ahli fiqih. Sedangkan sumber skunder hukum fiqih yaitu qiyas, ijma’, ihktiar dan sebagainya. Sumber-sumber ini termasuk sumber skunder karena tidak dapat berdiri sendiri dalam menetapkan hukum.
4. 17
Hukum Mempelajari Fiqih
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, 9.
21
Ilmu
yang diartikan menurut ahli ushul ada yang wajib
dipelajari oleh seluruh umat Islam yaitu seluruh bagian yang tidak dapat diketahui dan dikerjakan oleh mualaf seperti sholat, puasa dan sebagainya. Dan ada pula bagian yang tidak wajib diketahui oleh seluruh umat Islam, hanya wajib ada dalam golongan mereka yang mengetahuinya, seperti urusan fasakh, rujuk, syarat menjadi Qadli dan sebagainya.18 C. Kegiatan Manasik Haji Manasik menurut bahasa adalah gerakan perilaku. Manasik menurut istilah adalah kerangka laku, kerangka formal haji, yang mewadahi kerangka kejernihan hati dan perilaku.19 1.
Kegiatan Ibadah Haji a. Pengertian Ibadah Haji Ibadah haji ialah berkunjung ke Baitulloh (Ka’bah) untuk melakukan beberapa amalan ibadah pada waktu-waktu tertentu pula, karena semata-mata memenuhi panggilan Alloh dan mengharap keridlo’annya.20 Antara lain: Wukuf di Arofah, Thowaf di Ka’bah, Sa’i antara Shofa dan Marwa, dan lain-lain. b. Hukum Ibadah Haji
18
Hasbi Ash Shidiqiey, pengantar Hukum Islam, 25. Hasyim Muzadi, Memperoleh dan Mempertahankan Kemambruran (Replublik Haji Indonesia, 1428 H), 19. 20 Muhammadiyah Ja’far, Tuntunan Ibadah, Zakat, Puasa dan Haji (Malang: Kalam mulia, 2000), 161. 19
22
Ibadah haji diwajibkan Alloh kepada kaum muslimin yang telah mencukupi syarat-syaratnya. Ibadah haji mulai diperintahkan pada akhir tahun ke-9 Hijriah (Sembilan setelah Nabi berada di Madinah). Sesuai dengan firman Alloh dalam Al-Qur’an surat Ali Imron ayat 97:
ϵø‹s9Î) tí$sÜtGó™$# ÇtΒ ÏMøt7ø9$# ÷kÏm Ĩ$¨Ζ9$# ’n?tã ¬!uρ Wξ‹Î6y™ Artinya: Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Alloh, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitulloh. (Q.S.Ali Imron: 97).21 Pemerintah Haji yang diturunkan pada tahun itu belum dapat dilakukan oleh Rosululloh dan kaum muslimin karena adanya suatu halangan. Haji baru dapat dilakukan oleh Nabi dan kaum muslimin setahun kemudian, yaitu pada tahun ke-10 Hijriah. Haji inilah satu-satunya haji yang dilakukan oleh Nabi.22 c. Syarat-Syarat Haji Yang dimaksud syarat haji ialah kondisi yang apabila terdapat dengan sempurna seluruhnya bagi seorang, berarti ia wajib pergi menunaikan haji. Tetapi jika tidak dapat seluruhnya atau
21
22
Al-Qur’an, 3: 97.
Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk-Beluk Ibadah Dalam Islam (Jakarta: Kencana, 2003), 229.
23
sebagiannya, walaupun satu diantaranya, maka ia tidak wajib menunaikan haji.23 Syarat-syarat yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1) Islam Ibadah haji adalah ibadah Islam dan orang-orang non muslim tidak sah mengerjakan haji. 2) Baligh Baligh
merupakan
syarat bagi
seseorang
untuk
dipikulkan ke pundaknya beban hukum (taklifi). Jadi, anakanak yang belum sampai umur. 3) Berakal Sehat Berakal sehat menjadi syarat mutlak bagi wajibnya melaksanakan
haji.
Dengan
akal,
seseorang
dapat
melaksanakan perintah Alloh dengan kesadaran. Sedangkan taklif tidak diberikan kepada orang yang tidak berakal. Tidak diwajibkan haji terhadap orang gila karena haji merupakan ibadah yang mesti dilakukan dengan niat sedang hal itu tidak dapat dilakukan oleh orang-orang yang tidak berakal atau gila. 4) Merdeka 23
216.
Rahman Ritonga dan Zainuddin,Fiqih Ibadah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997),
24
Orang yang masih berstatus budak tidak wajib haji, namun jika ia melakukan haji, sah hajinya. Akan tetapi kalau ia telah merdeka dan mampu ia wajib menunaikan ibadah haji itu. Selain itu sebagai seorang budak, ia tidak memiliki harta kekayaan, sehingga tidak mungkin melakukan ibadah haji yang memerlukan biaya yang tidak sedikit. 5) Kemampuan (Istitha’ah) Menurut ahli Fiqih dikalangan Hanafiyah, Istitha’ah terdiri dari tiga macam yaitu Istitha’ah badaniyah (kemampuan fisik), Istitha’ah amaliyah (kemampuan ekonomi), Istitha’ah amaniyah (kemampuan kondisi keamanan perjalanan).24 d. Rukun Haji Rukun haji ialah rangkaian amalan yang harus dilakukan dalam ibadah haji dan tidak dapat diganti dengan yang lain, walaupun dengan dam. Jika ditinggalkan maka hajinya tidak sah.25 Rukun yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1) Ihram
24
Muhammadiyah Ja’far, Tuntunan Ibadah, Zakat, Puasa dan Haji (Jakarta: Kalam mulia, 2000), 173-174. 25
Departemen Agama RI, Bimbingan Manasik Haji (Jakarta, 2003), 5.
25
Ihram adalah niat memulai ibadah haji atau umroh. Disebut ihram karena dengan terjadinya niat itu seseorang telah masuk kepada keadaan dimana beberapa perbuatan yang sebelumnya di bolehkan menjadi diharamkan. 2) Thawaf Para ahli fiqih menyepakati thawaf sebagai salah satu rukun haji berdasarkan firman Alloh ayat 29 surat Al- Hajj:
È,ŠÏFyèø9$# ÏMøŠt7ø9$$Î/ (#θèù§θ©Üu‹ø9uρ…… Artinya:”……Hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).” (Q.S.Al Hajj: 29).26 Thawaf menurut bahasa berarti berkeliling atau berputar. Dalam konteks haji, thawaf diartikan sebagai salah satu rukun haji yang dilakukan dengan cara berjalan mengintari atau mengelilingi ka’bah sampai tujuh kali putaran. 3) Sa’i antara Shafa dan Marwa Dalam bahasa Arab Sa’i diartikan dengan berjalan dalam konteks haji, sa’i dengan berjalan yang dimulai dari bukit Shafa ke bukit Marwa. Dari Shafa ke Marwa dihitung sekali, dan dari Marwa ke Shafa dihitung sekali pula. Sa’i dilakukan sampai tujuh kali. 26
Al-Qur’an, 22: 29.
26
4) Wukuf di Arafah Yang dimaksud dengan Wukuf adalah kehadiran seseorang jama’ah haji dan adanya dia di Padang Arafah, baik dalam keadaan suci, haid, nifas maupun dalam keadaan junub. Wukuf dimulai sejak matahari tergelincir pada hari Arafah, yaitu pada tanggal 9 Dhulhijjah sampai fajar menyingsing pada hari Nahar yaitu tanggal 10 Dhulhijjah. Jadi seseorang boleh saja wukuf pada waktu yang disebut di atas. Akan tetapi jika ia wukuf di luar tersebut, maka wukuf di padang tidak sah.27 5) Mencukur atau Memotong Rambut di Kepala Yang dimaksud dengan mencukur disini adalah menghilangkan rambut kepala dengan pisau dan sebagainya, sedikitnya hanya hanya menghilangkan tiga helai saja rambutnya, maka ia sudah memenuhi. Sedangkan memotong (memendekkan) ialah memotong dari ujung rambut itu sekedar satu senti. 6) Tertib
27
228.
Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqih Ibadah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997),
27
Tertib yaitu mendahulukan mana yang dahulu dan mengemudiankan mana yang kemudian dalam melaksanakan suatu ibadah.28 e. Wajib Haji Wajib haji ini adalah ketentuan yang apabila di langgar maka ibadah haji tetap sah, tetapi wajib membayar dam (denda). Wajib haji yang dimaksud adalahsebagaiberikut: 1) Nulai Ihram di Miqat Seseorang yang akan melakukan haji harus melakuka niat pada saat dimulainya ihram di Miqat. Tempat niat itu ada di dalam hati, tidak dapat di lihat dan di dengar. Yang kita dengar melalui ucapan seseorang hanyalah lafal niat. lafal niat yaitu ucapan niat.29 2) Mabit di Muzdalifah Mabit berarti “menginap, bermalam”. Sedangkan Muzdalifah adalah nama daerah yang terletak antara Arafah dan Mina.30
28
Muhammadiyah Ja’far, Tuntunan Ibadah, Zakat, Puasa dan Haji, 260.
29
Ahmad Thib Raya dan Siti musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam (Bogor: kencana, 2003), 256. 30
Ibid.,280.
28
3) Mabit di Mina Mina adalah satu daerah yang terletak di sebelahTimur Mekah dan jauhnya dari arafah melalui Muzdhalifah lebih kurang 20 km. bagi jama’ah yang pada tanggal 12 Zulhijjah sampai matahari terbenam masih di Mina, wajib tetap bermalam di Mina untuk pada tanggal 13 Zulhijjah melempar jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah. 31 4) Melontar Jumrah Kata
“jumrah”
berarti
”batu-batu
kecil”.
Kata
“melontar” dalam pengertian bahasa ialah melempar dengan batu-batu kecil (kerikil). Secara istilah, melempar (melontar), yaitu melontar dengan batu-batu kecil pada waktu tertentu, dengan jumlah tertentu. Jumrah itu ada tiga macam, yaitu: Jumrah Ula (Shugra), Jumrah Wustha dan Jumrah Aqabah (Kubra, Akhirat).32 5) Tidak melakukan perbuatan yang di larang pada waktu melakukan ibadah haji.33 6) Thawaf Wada’ 31
Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqih Ibadah, 230-231.
32
Ahmad Thib Raya dan Siti musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam, 286-287. 33
Nurudin Shiddiq, Tuntunan Manasik Haji Tata Cara Ibadah Hjai dan Umrah (Departemen Agama RI, 1993), 3.
29
Thawaf Wada’ adalah thawaf selamat tinggal. Thawaf ini wajib dilakukan oleh setiap orang yang hendak keluar meninggalkan kota Makkah kembali ke tanah airnya.34 2.
Pelaksanaan Ibadah Haji Cara melaksanakan ibadah haji dapat dilakukan dengan salah satu dari tiga cara: a. Ifrad yaitu mengerjakan haji lebih dahulu, kemudian baru mengerjakan umrah. Cara ini tidak diwajibkan membayar dam. b. Tamattu’ yaitu mengerjakan umrah lebih dahulu kemudian baru mengerjakan haji. Cara ini diwajibkan membayar dam dengan menyembelih seekor kambing. c. Qiran yaitu mengerjakan haji dan umrah secara bersamaan. Cara ini diwajibkan membayar dam dengan menyembelih seekor kambing
3.
Hikmah Ibadah Haji Adapun hikmah ibadah haji yang berkaitan dengan keagamaan adalah sebagai berikut: a. Menghapus dosa-dosa kecil dan mensucikan jiwa orang yang melakukannya
34
Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqih Ibadah, 231.
30
b. Mendorong seseorang untuk menegaskan kembali pengakuannya atas keesaan Alloh swt serta penolakan terhadap segala macam bentuk kemusrikan. c. Mendorong seseorang memperkuat keyakinan tentang adanya neraca keadilan Tuhan dalam kehidupan di dunia ini dan puncak dari keadilan itu akan diperoleh pada hari kebangkitan kelak d. Mengantar seseorang menjadi hamba yang selalu mensyukuri nikmat-nikmat Alloh, baik berupa harta dan kesehatan, dan menanamkan semangat ibadah dalam jiwanya. Adapun hikmah haji dari segi sosial kemasyarakatan adalah sebagai berikut: 1) Ketika memulai ibadah haji dengan ihram di Miqat, pakaian biasa ditinggalkan dan mengenakan pakaian seragam ihram. Pakaian yang berfungsi sebagai lambang perbedaan status sosial di miqat, tempat ibadah haji dimulai, perbedaan tersebut harus dihilangkan, sehingga semua menjadi satu dalam kesatuan dan persamaan. 2) Ibadah haji dapat membawa orang-orang yang berbeda suku, bangsa, dan warna kulit menjadi saling mengenal antara satu sama lain.
31
3) Mempererat tali silaturrahmi Ukhuwah Islamiyah antara umat Islam di berbagai penjuru dunia. 4) Mendorong seseorang untuk lebih giat dan bersemangat berusaha mencari bekal yang dapat mengantarkan ke Mekkah untuk berhaji. 5) Ibadah haji merupakan ibadah badaniyah yang memerlukan ketangguhan fisik dan ketahanan mental. 35
D. Kerangka Berfikir Berangkat dari landasan teori di atas, maka dapat diajukan kerangka berfikir penelitian sebagai berikut: 1. Jika siswa mengikuti manasik haji maka uji kompetensi pokok bahasan haji bidang studi fiqih akan baik. 2. Jika siswa tidak mengikuti manasik haji maka uji kompetensi pokok bahasan haji bidang studi fiqih akan buruk. 3. Jika ada perbedaan uji kompetensi pokok bahasan haji bidang studi fiqih antara siswa yang mengikuti manasik haji dan tidak mengikuti manasik haji, maka nilai hasil belajar itu baik.
E. Hipotesis Penelitian 35
Ibid.,215-216.
32
Hipotesis adalah kemampuan untuk menebak secara ilmiah dan logis tentang pemecahan problem yang dimiliki penelitian.36 Ha : Ada perbedaan yang signifikan uji kompetensi pokok bahasan haji bidang studi fiqih antara siswa yang mengikuti manasik haji dan yang tidak mengikuti manasik haji kelas v pada Pondok Pesantren Walisongo Putri Ngabar Siman ponorogo.
36
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 36.
33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah proses pemikiran dan penentuan matang tentang hal-hal yang akan dilakukan.37 Selain itu, rancangan penelitian juga diartikan sebagai latar penelitian agar penelitian memperoleh data valid yang sesui dengan karakteristik variable dengan tujuan penelitian. Pemilihan rancangan penelitian mengacu pada hipotesis yang akan di uji. Berkaitan dengan variabel dalam skripsi ini rancangan penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut: (1) responden dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok A dan kelompok B, (2) kelompok pertama disebut kelompok A, yang terdiri dari siswa mengikuti manasik haji, (3) kelompok kedua disebut kelompok B, yang terdiri dari siswa yang tidak mengikuti manasik haji, (4) kedua kelompok diambil nilainya dari raport, kemudian setelah nilai raport terkumpul diadakan skorsing dan (5) skor yang terkumpul kemudian ditabulasikan untuk menentukan beda meannya.
37
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 50.
34
B. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.38 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V Pondok Pesantren Walisongo Putri Ngabar Siman Ponorogo yaitu sejumlah 66 siswa. Kelas V terdiri dari 4 kelas, dua kelas yang mengikuti manasik haji dan dua kelas lainnya adalah yang tidak mengikuti manasik haji. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan
penelitian
menggeneralisasikan
sampel hasil
apabila
penelitian
bermaksud sampel.
untuk Maksud
menggeneralisasikan adalah menyangkut kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi.39 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tekhnik sampel acak (simple random sampling). Dikatakan sampel (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
38
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 108. 39 Ibid., 117.
35
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.40 Cara demikian bila anggota populasi dianggap homogen. Tehnik pengambilan sampel random dengan menggunakan undian.41 Sedang dalam penelitian ini udian yang terjadi adalah dua kelas yang mengikuti manasik haji yaitu kelas A dan kelas B, dan dua kelas yang tidak mengikuti manasik haji yaitu kelas C dan kelas D.
C. Instrumen Pengumpulan Data Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Sub Variabel
Studi komparasi uji kompetensi pokok bahasan haji bidang studi fiqih antara siswa yang mengikuti manasik haji dan tidak mengikuti manasik haji kelas v pada Pondok Pesantren Walisongo Putri Ngabar
Uji kompetensi pokok bahasan haji (x) (variabel Independen)
Prestasi belajar bidang studi fiqih
Indikator Mampu menguasai ilmu keislaman dan Mampu menjelaskan hukumhukum Islam mengenai ibadah dan muamalat Serta mampu mengamalkan dalam kehidupan seharihari
40
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2006),
41
Ibid., 128.
120.
36
Siman Ponorogo
Manasik haji (Y) (variabel dependen)
Rukun haji (x - 1)
• Memahami tata cara berikhkram • Mengerti tata cara sa’i dengan baik dan benar • Memahami tata cara cukur dengan baik dan benar • Mampu melaksanakan haji dengan tertib
Wajib haji (x-2)
• Memahami niat berikhram • Mampu melakukan mabit di muzdalifah • Mampu melontar jumrah ula, wustha dan aqobah • Mengetahui laranganlarangan pada waktu melakukan ibadah haji • Mampu melaksanakan thawaf wada’
D. Metode Pengumpulan Data Dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip termasuk buku-buku tentang pemdapat, teori, dalil-dalil,hukum-hukum, dan lain-lain, yang berhubungan dengan masalah penelitian.42 Dengan metode ini penulis ingin memperoleh data seperti jumlah siswa, nilai raport siswa, sejarah, visi, misi, letak geografis, struktur 42
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 181.
37
organisasi serta keadaan guru dan siswa pondok pesantren Wali Songo Putri Ngabar Siman Ponorogo.
E. Teknik Analisis Data Analisa data dilakukan untuk menguatkan bagaimana cara mengolah data yang diperoleh serta menentukan rumus statistil yang berhubungan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini data yang diperoleh berupa angka atau data kwantitatif. Sesuai dengan tujuan dari pemelitian tersebut maka peneliti menggunakan angka-angka statistik dan tabel dengan maksud untuk memudahkan penulis dalam mencari kebenaran dalam proses analisa. Sutrisno mengatakan bahwa statistik adalah cara ilmiah yang dipersiapkan
untuk
mengumpulkan,
menyusun,
menyajikan
dan
menganalisa data penelitian yang berupa angka-angka yang diharapkan dapat menjadi dasar serta dapat dipertanggung jawabkan dan mengambil kesimpulan yang tepat sesuai dengan tujuan penelitian.43 Statistik yang digunakan adalah statistik non parametris, yaitu data dianggap berdistribusi normal dan homogen. Langkah-langkah dalam analisis data adalah sebagai berikut: a. Membuat tabel frekuensi kedua kelas. 43
Sutrisno Hadi, Statistik II (Yogyakarta: Yayasan Penenrbit Fakultas Psikologi UGM), 60.
38
b. Menghitung rata-rata kedua kelas:
∑X N
c. Menghitung varians kedua kelas:
S
2
∑ ( Xi − X ) =
2
(n − 1)
d. Menghitung nilai t:
t=
X1 − X 2 2
(n1 − n2 ) S1 + (n1 − n 2 ) S 2 n1 + n 2 − 2
2
1 1 + n1 n 2
Diketahui: X1
= Rata-rata nilai siswa yang mengikuti manasik haji
X2
= Rata-rata nilai siswa yang tidak mengikuti manasik haji
n1
= Jumlah siswa yang mengikuti manasik haji
n2
= Jumlah siswa yang yang mengikuti manasik haji
S12
= Varians siswa yang mengikuti manasik haji
S22
= Varians siswa yang tidak mengikuti manasik haji
39
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Putri Walisongo Ngabar Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, penyiaran agama Islam pada umumnya mengalami hambatan dan kesulitan. Demikian halnya di Desa Ngabar yang keadaannya masih sangat mundur, baik di bidang ekonomi, pendidikan maupun sosial budaya, terutama di bidang pengamalan agama Islam. Berjudi, minum candu dan minum-minumam keras adalah di antara perbuatan munkar yang biasa dilakukan. KH Mohammad Thoyyib salah seorang penduduk Desa Ngabar yang alumnus Pondok Pesantren Salafiyah, bercita-cita dan berkemauan keras untuk menunjukkan masyarakatnya ke jalan lurus, jalan yang mestinya mereka lalui, yakni jalan Allah SWT Untuk mewujudkan cita-citanya yang luhur itu, halangan demi halangan, kesulitan demi kesulitan beliau singkirkan dengan perjuangan yang sangat gigih. Beliau berpendapat bahwa jalan pendidikan adalah jalan yang paling tepat untuk melaksanakan tujuan mulianya itu. Dengan kesadaran ini, dimasukkannya putra-putranya di Pondok-Pondok Pesantren Salafiyah yang berada di Ponorogo, seperti Pondok Pesantren Joresan
dan
Pondok
Pesantren
Tegalsari.
Kemudian
untuk
penyempurnaan pembinaan kader-kader ini dimasukkannya putra-
40
putranya ke Pondok Modern Darussalam Gontor. Dia ajak pula kawan seperjuangannya untuk turut serta mengkaderkan putranya ke pondokpondok tersebut. Langkah berikutnya, pada tahun 1946 didirikan Madrasah Diniyah yang ditangani oleh: Ahmad Thoyyib, Ibrohim Thoyyib, Imam Badri dan kawan-kawan yang lain. Madrasah Diniyah yang masuk sore hari, kemudian diubah menjadi Madrasah Ibtidaiyah dan masuk pada pagi hari. Sebagai kelanjutannya pada tahun 1958 didirikan Madrasah tingkat Tsanawiyah dan Aliyah. Setelah Madrasah ini berjalan 3 (tiga) tahun (1961) diselenggarakan sistem pendidikan Pondok Pesantren yang diberi nama Wali Songo. Pondok Pesantren Wali Songo ini didirikan oleh KH Mohammad Thoyyib, yang dibantu oleh para putera dan sahabat-sahabatnya, pada hari Selasa tanggal 18 Syawal 1380 H, bertepatan dengan 4 April 1961 M. Pondok Pesantren ini diberi nama: “Pondok Pesantren Wali Songo” karena: 1. Santrinya yang pertama kali mondok berjumlah sembilan orang yang datang dari Jawa dan dari luar Jawa. 2. Optimisme
agar
para
santri
setelah
selesai
mondok
dapat
mengembangkan Dakwah Islamiyah sebagaimana diemban oleh para da’i terdahulu, yang dikenal dengan sebutan Wali Songo. Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar ini adalah lembaga pendidikan Islam tempat menggembleng pemuda dan pemudi Islam
41
dengan berbagai pendidikan dan pengajaran, termasuk ilmu-ilmu agama maupun umum. Semenjak awal berdirinya sampai sekarang dan seterusnya, bebas dari afiliasi dengan partai-partai politik dan golongangolongan. Pondok Pesantren Wali Songo ini terletak di Desa Ngabar, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo Propinsi Jawa Timur, pada kilometer tujuh arah selatan kota Ponorogo.44 2. Letak geografis Pondok Pesantren Walisongo Pondok Pesantren “Walisongo” terletak di Desa Ngabar, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo, kode pos 63471. Kurang lebih 7 KM arah selatan kota ponorogo.45 3. Visi dan Misi a. Visi Menjadi pesantren bertaraf Internasional yang bertumpu kepada kemandirian, akuntabilitas dan jaminan mutu. b. Misi 1) Membentuk kader umat berkualitas, dengan menanamkan jiwa keiklasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah islamiyah dan kebebasan.
1 Bahruddin Zaki, Profil Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar (Ponorogo: Sekretariat Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, 2008), 3. 2 Ibid., 5.
42
2) Menghasilkan insan bertaqwa, beramal shalih, berbudi luhur, berbadan sehat, berpengetahuan luas, berfikiran bebas, berjiwa wiraswasta. 3) Menjalankan manajemen pesantren yang profesional. Efektif, dan konsisten sebagai upaya peningkatan kinerja lembaga. 4) Meningkatkan
kualitas pendidikan
dan
pengajaran
melalui
pembaharuan metodologi, bimbingan terarah dan pelatihan. 5) Mengupayakan pemberdayaan ekonomi dengan unit–unit usaha dan peningkatan jaringan kerja (network).46 4. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Wali Songo Putri Di dalam lembaga pendidikan perlu adanya penataan kestrukturan untuk memudahkan pembagian tugas dalam suatu organisasi, begitu pula dipondok pesantren wali songgo Ngabar. Dengan adanya struktur organisasi akan terjalin kerjasama untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan. Adapun struktur personalia Pondok Pesantren Wali Songo Putri adalah sebagai berikut: Direktur
: H. Moh Tolhah, S. Ag.
Wakil direktur
: Dra Umi Fariyah Darul Lailatul Qomariah, M. Ag.
46
Ibid.,
43
Bagian adminitrasi umum : Rumdianah Ayu Efanti Oktaviana R. U Bagian Kedisiplinan
: Sudarsih B.A
Guru dan Kurikulum
: Dra. Fathul Jannah Lisna Yunita, SHI
Bagian Bimbingan dan
: Arini Hidayati HF, S. Ag
Penyuluhan
: Rina Khusrini, SHI
Bagian Pengajaran
: Siti Saudah Ahmad, S. Ag Sulasminingsih, S. Pd. I Mufidatul Khoiriyah, S. Sos. I Ika Kurniawati
Bagian Kesiswaan
: Atina Hasanah Nur Ikrom Hasanah.
Bagian Sarana dan
: Istiqomah
Prasarana dan Laboran
: Reni Royatul Kolidah
Bagian Perkantoran
: Siti Sudartin
dan Perpustakaan
: Suci Mar'atus Sholihah
44
Srinatun Bagian Humas
: Reni Sulistyowati Azizah Rahmawati
5. Keadaan Guru dan Siswa Pondok Pesantren Wali Songo Putri a. Keadaan guru Guru atau pengajar yang ada di PPWS adalah alumni PPWS Ngabar dan alumni perguruan tinggi lain, dengan latar belakang pendidikan S-1 dan S-2 dalam maupun luar negeri adapun jumlah guru di PPWS adalah 151 orang dengan rincian sebagai berikut: Tabel 4.1 Tingkat pendidikan guru Tingkat pendidikan
Jumlah
Pasca sarjana
9
Sarjana
82
Diploma
5
KMI
6
TMT-I
50
Jumlah
151
45
Adapun keadaan guru di PPWS sebagaimana terlampir.47 b. Keadaan Siswa Pondok Pesantren Wali Songo Putri Siswa yang ada di PPWS secara keseluruhan berjumlah: Tabel 4.2 Jumlah siswa di Pondok Pesantren Wali Songo Putri Kelas
1
1 Int
2
3
3 Int
4
5
6
Jumlah
65
32
50
45
20
33
66
66
377
Adapun keadaan siswa di PPWS sebagaimana terlampir.48 6. Sarana dan Prasarana di Pondok Pesantren Wali Songo Putri Sarana dan prasarana yang ada di Pondok Pesantren Wali Songo Putri adalah sebagai berikut:49 Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar
47
Lihat Dalam transkip dokumen koding 04/D-X/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
48
Lihat Dalam transkip dokumen koding 05/D-X/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 49
Lihat Dalam transkip dokumen koding 06/D-X/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
46
Kantor guru dan ruang representative
5
Laboratorium IPA/ kimia
1
Laboratorium bahasa
1
Laboratorium computer
1
Ruang keterampilan menjahit
1
Perpustakaan
1
Masjid
1
Ruang kelas
15
Ruang tata usaha atau bagian
1
administrasi
1
Koperasi
1
Ruang BK
1
Aula
15
Kamar mandi
1
Ruang tamu
1
B. Deskripsi Data 1. Data Uji Kompetensi Pokok Bahasan Haji Bidang Studi Fiqih Siswa yang Mengikuti Manasik Haji Uji kompetensi pokok bahasan haji bidang studi fiqih siswa yang mengikuti manasik haji sebanyak 35 orang siswa.50 Menunjukkan bahwa 50
Lihat Dalam Lampiran 1 Laporan Hasil penelitian ini.
47
nilai total yang diperoleh sebesar 2670, dengan nilai rata-rata 76,28, nilai minimal 45 dan nilai maksimal 95. Dari data tersebut dapat dibuat distribusi frekuensinya seperti tampak pada tabel 4.4, dengan rentang skor 50, banyaknya kelas interval 6 dan panjang kelas interval 8.51
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Uji Kompetensi Pokok Bahasan Haji Bidang Studi Fiqih Siswa yang Mengikuti Manasik Haji Interval 45-52 53-60 61-68 69-76 77-84 85-95
Frekuensi Frekuensi Relatif Frekuensi Kumulatif 1 1 4 5 6 11 8 19 4 23 12 35
Tabel distribusi frekuensi hasil uji kompetensi pokok bahasan haji bidang studi fiqih siswa yang mengikuti manasik haji di atas menunjukkan bahwa pada interval 45-52 terdapat 1 orang siswa, pada interval 53-60 terdapat 4 orang siswa, pada intervel 61-68 terdapat 6 orang siswa, pada intervel 69-76 terdapat 8 orang siswa, pada intervel 7784 terdapat 4 orang siswa, pada intervel 85-95 terdapat 12 orang siswa. Dari tabel tersebut dapat dibuat grafik histogramnya seperti tampak pada gambar 4.1 berikut ini. 12
51
Lihat Dalam Lampiran 2 Laporan Hasil penelitian ini. 10 8 6 4 2 0 44.5 52.5 60.568.576.5 84.5
48
Frekuensi
Uji Kompetensi Pokok Bahasan Haji
Gambar 4.1 Grafik Histogram Uji Kompetensi Pokok Bahasan Haji Bidang Studi Fiqih Siswa Yang Mengikuti Manasik Haji
2. Data Uji Kompetensi Pokok Bahasan Haji Bidang Studi Fiqih Siswa Yang Tidak Mengikuti Manasik Haji Uji Kompetensi Pokok Bahasan haji Bidang Studi Fiqih Siswa Yang Tidak Mengikuti Manasik Haji Sebanyak 31 orang siswa.52 Menunjukkan bahwa nilai total yang diperoleh sebesar 1795, dengan nilai rata-rata 57,90, nilai minimal 30 dan nilai maksimal 85. Dari data tersebut dapat dibuat distribusi frekuensinya seperti tampak pada tabel 4.5, dengan rentang skor 55, banyaknya kelas interval 6 dan panjang kelas interval 9.53 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Uji Kompetensi Pokok Bahasan Haji Bidang Studi Fiqih Siswa Yang Tidak Mengikuti Manasik Haji Interval 30-38
Frekuensi Frekuensi Relatif Frekuensi Kumulatif 3 3
52
Lihat Dalam Lampiran 3 Laporan Hasil penelitian ini.
53
Lihat Dalam Lampiran 4 Laporan Hasil penelitian ini.
49
39-47 48-56 57-65 66-74 75-85
3 8 9 4 4
6 14 23 27 31
Tabel distribusi frekuensi Uji Kompetensi Pokok Bahasan Haji Bidang Studi Fiqih Siswa Yang Tidak Mengikuti Manasik Haji di atas menunjukkan bahwa pada interval 30-38 terdapat 3 orang siswa, pada interval 39-47 terdapat 3 orang siswa, pada intervel 48-56 terdapat 8 orang siswa, pada intervel 57-65 terdapat 9 orang siswa, pada intervel 6674 terdapat 4 orang siswa, pada interval 75-85 terdapat 4 orang siswa. Dari tabel tersebut dapat dibuat grafik histogramnya seperti tampak pada gambar 4.2 berikut ini.
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 29.5 38.5 47.5 56.5 65.5 74.5
Frekuensi
Uji Kompetensi Pokok Bahasan haji
Gambar 4.2 Grafik Histogram Uji Kompetensi Pokok Bahasan Haji Bidang Studi Fiqih Siswa Yang Tidak Mengikuti Manasik Haji
C. Analisis Data (Pengujian Hipotesis) Analisis data dilakukan dengan uji-t terhadap uji kompetensi pokok bahasan haji bidang studi fiqh siswa yang mengikuti manasik haji dan
50
yang tidak mengikuti manasik haji. Hipotesis tersebut menguji adanya perbedaan yang signifikan antara uji kompetensi pokok bahasan haji bidang studi fiqh siswa yang mengikuti manasik haji dan yang tidak mengikuti manasik haji melawan hipotesis nihil, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fiqh siswa yang mengikuti manasik haji dan yang tidak mengikuti manasik haji Berdasarkan data yang diperoleh nilai rata-rata siswa yang mengikuti manasik haji sebesar 76,28 dan nilai rata-rata siswa yang tidak mengikuti manasik haji sebesar 57,90 dengan selisih nilai rata-rata sebesar 18,38.54 Berdasarkan penghitungan uji-t diketahui harga thitung = 16,344.55 Harga t yang diperoleh tersebut kemudian dikonsultasikan dengan ttabel dengan dk = 35 + 31 - 2 = 64. Berdasarkan dk tersebut pada taraf signifikansi (α) = 0,05 maka harga ttabel = 2,000. Ternyata thitung ≥ ttabel (16,344 ≥ 2,000). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil uji kompetensi pokok bahasan haji belajar fiqh siswa yang mengikuti manasik haji dan tidak mengikuti manasik haji, yaitu uji kompetensi pokok bahasan haji bidang studi fiqh siswa yang mengikuti manasik haji lebih baik dari nilai hasil belajar fiqh siswa yang tidak mengikuti manasik haji. Uji hipotesis tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nihil ditolak dan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil uji kompetensi 54
Lihat Dalam Lampiran 5 Laporan Hasil penelitian ini.
55
Lihat Dalam Lampiran 6 Laporan Hasil penelitian ini.
51
pokok bahasan haji bidang studi fiqh siswa yang mengikuti manasik haji dan tidak mengikuti manasik haji diterima.
D. Pembahasan dan Interpretasi Pada bagian ini dikemukakan pembahasan terhadap hasil penelitian yaitu hasil uji kompetensi pokok bahasan haji bidang studi fiqh siswa yang mengikuti manasik haji dan tidak mengikuti manasik haji. Berdasarkan hasil analisis data, telah terbukti bahwa terdapat perbedaan hasil uji kompetensi pokok bahasan haji bidang studi fiqh antara siswa yang mengikuti manasik haji dan tidak mengikuti manasik haji. Bahwa siswa yang mengikuti manasik haji memperoleh nilai total sebesar 2670, dengan nilai rata-rata sebesar 76,28 nilai minimal 45 dan nilai maksimal 95. Sedangkan siswa yang tidak mengikuti manasik haji memperoleh nilai total sebesar 1795, dengan nilai rata-rata 57,90, nilai minimal 30 dan nilai maksimal 85.56 Dari data hasil uji kompetensi pokok bahasan haji bidang studi fiqh siswa yang mengikuti manasik haji dan tidak mengikuti manasik haji tersebut dapat dibuat distribusi frekuensinya seperti tampak pada tabel 4.6, dengan rentang skor 65, banyaknya kelas interval 8 dan panjang kelas interval 9.57 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Uji Kompetensi Pokok Bahasan Haji Bidang Studi Fiqih Siswa yang Mengikuti Manasik Haji dan yang tidak Mengikuti 56
Lihat Dalam Lampiran 5 Laporan Hasil penelitian ini.
57
Lihat Dalam Lampiran 2 Laporan Hasil penelitian ini.
52
Manasik Haji Interval
29-37 38-46 47-55 56-64 65-73 74-82 83-91 92-100
Mengikuti Manasik Haji Frekuensi Frekuensi Relatif Kumulatif 0 0 1 1 1 2 3 5 5 10 12 22 11 33 2 35
Tidak Mengikuti Manasik Haji Frekuensi Frekuensi Relatif Kumulatif 3 3 3 6 8 14 7 21 6 27 3 30 1 31 0 31
Tabel distribusi frekuensi data hasil uji kompetensi pokok bahasan haji bidang studi fiqh fiqh siswa yang mengikuti manasik haji menunjukkan bahwa pada interval 29-37 tidak ada seorang siswapun, pada interval 38-46 terdapat 1 orang siswa, pada interval 47-55 terdapat 1 orang siswa, pada interval 56-64 terdapat 3 orang siswa, pada interval 6573 terdapat 5 orang siswa, pada interval 74-82 terdapat 12 orang siswa, pada interval 83-91 terdapat 11 orang siswa dan pada interval 92-100 terdapat 2 orang siswa. Hasil uji kompetensi pokok bahasan haji bidang studi fiqh siswa yang tidak mengikuti manasik haji menunjukkan bahwa pada interval 29-37 terdapat 3 orang siswa, pada interval 38-46 terdapat 3 orang siswa, pada interval 47-55 terdapat 8 orang siswa, pada interval 5664 terdapat 7 orang siswa, pada interval 65-73 terdapat 6 orang siswa, pada interval 74-82 terdapat 3 orang siswa, pada interval 83-91 terdapat 1 orang siswa dan pada interval 92-100 tidak terdapat seorang siswapun. Dari tabel tersebut dapat dibuat grafik histogramnya seperti tampak pada gambar 4.3 berikut ini.
53
Gambar 4.3 Grafik Histogram Hasil Uji Kompetensi Pokok Bahasan Haji Bidang Studi Fiqih Siswa yang Mengikuti Manasik Haji dan yang tidak Mengikuti Manasik Haji
54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan data-data yang didapat dari hasil penelitian dan kemudian diolah serta dianalisis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Uji kompetensi pokok bahasan haji bidang studi fiqih siswa yang mengikuti manasik haji pada pondok Pesantren Walisongo Putri Ngabar Siman Ponorogo adalah memperoleh nilai total sebesar 2670, dengan nilai rata-rata sebesar 76,28, nilai minimal 45 dan nilai maksimal 95. 2. Uji kompetensi pokok bahasan haji bidang studi fiqih siswa yang tidak mengikuti manasik haji pada pondok Pesantren Walisongo Putri Ngabar Siman Ponorogo adalah memperoleh nilai total sebesar 1795 dengan nilai rata-rata sebesar 57,90, nilai minimal 30 dan nilai maksimal 85. 3. Ada perbedaan yang signifikan antara uji kompetensi pokok bahasan haji bidang studi fiqih siswa yang mengikuti manasik haji dan tidak mengikuti manasik haji , terbukti dari hasil penghitungan uji-t dimana diketahui harga thitung = 16,344. Harga t yang diperoleh tersebut kemudian dikonsultasikan dengan ttabel dengan dk = 35 + 31 - 2 = 64. Berdasarkan dk tersebut pada taraf signifikansi (α) = 0,05 maka harga ttabel = 2,000. Ternyata thitung ≥ ttabel (16,344 ≥ 2,000).
55
B. Saran 1. Bagi pendidik -
Seyogyanya pendidik lebih memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai.
-
Menciptkan proses pembelajaran yang efektif, efisien, dan menyenangkan, karena hal ini dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
2. Bagi murid -
Hendaknya rajin mempelajari dan mengulangi pelajaran.
-
Jangan malu bertanya kepada siapa saja yang dianggap bisa membantu kesulitan yang dihadapi.
56
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003.
Arikunto. Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Bakry, Sidi Nazar. Fiqih dan Ushul Fiqih, Jakarta: Raja Grafindo Persad, 2000.
Direktur Jedral Pendidikan Islam. Departemen Agama RI UU dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, 2006.
Djamarah,Syiful Bahri. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Jakarta: Usaha Nas, 1994.
Djamarah, Syiful Bahri. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Ensiklopedi Islam, Dewan Redaksi. Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ikhtiar Baru, Van Hoeve, 1997.
Hadi, Sutrisno. Statistik II, Yogyakarta: Yayasan Penenrbit Fakultas Psikologi UGM.
57
Ja’far, Muhammadiyah. Tuntunan Ibadah, Zakat, Puasa dan Haji, Malang: Kalam mulia, 2000.
Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Mujib, Abdul dan Jusup Mudzakir. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Predana Media, 2006.
Munir,Abdul. Nalar Spiritual Pendidikan: Solusi Problem Fisiologi Pendidikan Islam, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 2002.
Muzadi, Hasyim. Memperoleh dan Mempertahankan Kemambruran, Replublik Haji Indonesia, 1428 H.
Shiddiq, Nurudin. Tuntunan Manasik Haji Tata Cara Ibadah haji dan Umrah, Departemen Agama RI, 1993.
Shidiqiey, Hasbi Ash. pengantar Hukum Islam. Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor Yang mempengaruhionya, Jakarta: Rineka Cipta, 1995.
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2006.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.
Raya, Ahmad Thib dan Siti musdah Mulia. Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam, Bogor: kencana, 2003.
58
Raya, Ahmad Thib dan Siti Musdah Mulia. Menyelami Seluk-Beluk Ibadah Dalam Islam, Jakarta: Kencana, 2003.
RI, Departemen Agama. Bimbingan Manasik Haji, Jakarta, 2003.
Ritonga, Rahman dan Zainuddin. Fiqih Ibadah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.
Zaki, Bahruddin, Profil Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, Ponorogo: Sekretariat Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, 2008.