BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) Pasal 37 ditegaskan bahwa mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran matematika yang diberikan di pendidikan dasar dan menengah dimaksudkan untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Pembelajaran IPA, khususnya matematika berfokus pada bagaimana siswa mengkonstruksi
pengetahuan
yang
dimilikinya. Pemahaman
terhadap
suatu
konsep matematika tidak cukup hanya dengan pemberian informasi dari guru, tetapi siswa juga harus bisa mengkonstruksi pemahaman konsepnya sendiri. Menurut teori konstruktivisme guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa akan tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuannya. Guru hanya memberikan kemudahan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri. Untuk membantu siswa dalam mengkonstruksi pemahamannya, maka diperlukan bahan ajar yang tepat untuk menunjang proses pembelajaran tersebut.
1
2
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu bahan ajar cetak yang sering digunakan dalam proses pembelajaran. Menurut Prastowo (2013:204) LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai. Dalam LKS, siswa akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu siswa juga dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan dan pada saat yang bersamaan siswa diberikan materi serta tugas yang berkaitan dengan materi tersebut. Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang tepat bagi peserta didik karena LKS membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari dan melatih kemandirian dalam belajar. Hal ini sesuai dengan fungsi bahan ajar yaitu lembar kerja siswa sebagaimana yang diungkapkan oleh Prastowo (2011:205) lembar kerja siswa memiliki empat fungsi sebagai berikut: 1.Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan siswa. 2.Sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan. 3. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih siswa. 4. Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa
Kebanyakan bahan ajar yang digunakan salah satu bentuknya LKS, tidak dibuat sendiri oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan melainkan membeli ke penerbit. Berdasarkan data observasi awal melalui wawancara dengan guru matematika di SMA N 2 Batanghari, disamping buku teks pelajaran, sekolah juga menggunakan LKS dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang digunakan tidak dibuat
3
sendiri oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan melainkan membeli ke penerbit. LKS yang dibuat oleh penerbit sudah berisi materi yang lengkap, akan tetapi kurang dapat memfasilitasi peran siswa dalam pembelajaran untuk menemukan dan memahami konsep materi melalui petunjuk-petunjuk kegiatan dalam LKS. Dan LKS yang dimiliki siswa tersebut kurang menarik, bersifat informatif, hanya berisi ringkasan materi dan latihan soal sehingga siswa masih bersifat pasif dalam kegiatan pembelajaran dan bagi siswa yang selalu menggunakan lembar kerja siswa akan merasa bosan. Alangkah lebih baiknya jika LKS tersebut dibuat sendiri oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Selain dapat dibuat lebih menarik, LKS juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran dan kemampuan siswa sehingga akan tercipta pembelajaran yang aktif. Dengan terciptanya pembelajaran yang aktif, maka siswa dapat menemukan sendiri cara yang tepat untuk membangun konsep atau mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga control eksekutif (executive control) siswa terbangun. Salah satu faktor lain yang berperan dalam kontruksi pengetahuan adalah metakognisi. Menurut Yamin (2013:29) metakognisi dapat menyadarkan peserta didik dalam memahami konsep materi yang dipelajari, atau dengan kata lain siswa mengembangkan kontrol eksekutif (executive control) dalam pembelajaran sehingga siswa tidak secara pasif merespon pembelajaran. Metakognisi merupakan pemaknaan berpikir yang dapat diaplikasikan sebagai suatu strategi pembelajaran untuk mengkondisikan mahasiswa dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan (menarik kesimpulan), berpikir kritis dan berpikir kreatif. Strategi metakognitif
4
adalah usaha memaksimalkan kemampuan berpikir, bernalar, dan berwawasan yang bermakna dengan memori yang kita miliki (Yamin, 2013:36). Hal ini juga dinyatakan dari hasil penelitian Anggo (2011) yang menemukan bahwa metakognitif memainkan peran penting dalam mendukung kesuksesan siswa memecahkan masalah matematika. Metakognitif merupakan kesadaran tentang kognisi, dan pengaturan kognisi seseorang. Pada pembelajaran matematika, metakognitif berperan penting terutama dalam meningkatkan kemampuan belajar dan memecahkan masalah. Menurut hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti melalu observasi kelas dan wawancara dengan siswa SMA N 2 Batanghari menunjukkan bahwa aktivitas-aktivitas mekognitif siswa kelas X dalam kegiatan pembelajaran matematika belum optimal. Permasalahan yang kompleks yaitu ketika siswa menyelesaikan soal-soal matematika. Siswa terbiasa menyelesaikan soal-soal tersebut secara singkat
dan langsung
pada
penyelesaiannya
(to the point),
mereka
tidak
mengetahui bagaimana proses penyelesaiannya. Selain itu, siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal berbentuk soal cerita (soal aplikasi). Kesulitan
tersebut
didalam membaca
makna
yang
tersirat
dan
kesulitan
mengkonversi kedalam pernyataan matematika. Siswa lebih mudah memahami atau menyelesaikan soal-soal berbentuk konsep atau pengertian dengan hanya menghafal saja. Hal ini disebabkan karena kemampuan berpikir siswa belum sistematis dalam menyusun langkah-langkah penyelesaian. Mengingat pentingnya metakognisi dalam mencapai keberhasilan belajar, maka upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan
5
meningkatkan dan mengajarkan metakognisi kepada siswa. Salah satu langkah yang ditempuh peneliti yaitu dengan mengembangkan bahan ajar matematika matematika berbasis strategi metakognitif. Melalui bahan ajar ini diharapkan siswa akan lebih terbantu dalam menyadari dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan metakognisinya. Pentingnya metakognisi dalam pembelajaran juga didukung Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses yang didalamnya dikatakan bahwa didalam kegiatan pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir, merancang, menganalisis, menyelesaikan masalah, mengetahui cara dan mengapa hal tersebut dilakukan, memonitor, dan mengevaluasi. Hal tersebut merupakan serangkaian kegiatan yang termasuk bagian dari metakognisi. LKS
yang
didistribusikan
rangkaian kegiatan metakognisi
dari
penerbit,
belum
mencakup
semua
yang diharapkan. Ada beberapa kegiatan
metakognisi yang kurang ditampilkan, contohnya kegiatan merancang. Dalam LKS belum terdapat kegiatan eksperimen bagi siswa, belum ada petunjuk bagi siswa dalam menyelesaikan masalah, belum ada kegiatan monitoring ketika siswa menyelesaikan masalah, serta belum ada jurnal belajar yang memuat hasil refleksi siswa selama pembelajaran. Metakognisi merupakan salah satu kompetensi inti yang harus dicapai dalam pembelajaran kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 siswa dituntut untuk memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan metakognisi tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora. Oleh karena itu penyusunan
6
Lembar Kerja Siswa (LKS) juga memperhatikan aturan-aturan yang ada pada kurikulum 2013 yaitu dengan menambahkan langkah-langkah pendekatan saintifik. Pada kurikulum 2013 seorang siswa diharapkan mampu bersikap mandiri dan tahu apa yang telah dipelajari, apa yang sedang dipelajari, dan apa yang harus dipelajari. Kesadaran tentang kemampuan berpikirnya sendiri serta mampu untuk mengaturnya ini disebut dengan metakognisi. Dengan demikian dapat dikatakan strategi pembelajaran metakognitif sejalan dengan pendekatan saintifik. Kemendikbud (2013) dalam Kurinasih (2014: 141) memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran didalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh mengatakan bahwa kurikulum 2013 ini lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, ketrampilan, dan pengetahuan. Dan bila ditambah strategi metakognitif maka proses pembelajaran yang dilaksanakan berhubungan dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dan disertai pembelajaran metakognitif sehingga memungkinkan peningkatan kesadaran siswa terhadap apa yang telah dipelajari. Hasil belajar siswa dapat dikatakan berkualitas apabila siswa secara sadar mampu mengontrol proses kognitifnya secara berkesinambungan dan berdampak pada peningkatan kemampuan metakognitif. Berdasarkan jurnal penelitian oleh Azi Nugraha (2011) yang berjudul, “pengembangan
perangkat
pembelajaran
matematika
dengan
pendekatan
metakognitif berbasis humanistik dapat menumbuhkan berpikir kritis siswa pada materi himpunan kelas VII” terbukti efektif yang ditandai dengan tercapainya KKM
7
prestasi belajar siswa secara klasikal lebih dari atau sama dengan 80% dan individual lebih dari atau sama dengan 65, kemampuan berpikir kritis siswa dipengaruhi secara bersama-sama oleh aktivitas dan keterampilan siswa sevesar 89,8% dan rata-rata kemampuan berpikir kritis kelas uji coba perangkat lebih baik daripada kelas kontrol. Salah satu materi matematika yang sesuai dengan karakteristik strategi metakognitif adalah materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear yang diajarkan pada kelas X SMA. Materi “sistem persamaan dan pertidaksamaan linear” mempunyai tujuan mengharapkan peserta didik dapat menyelesaikan berbagai masalah matematika yang berbentuk sistem persamaan dan pertidaksamaan linear dan menerapkannya dalam pemecahan masalah sehari-hari.
Tetapa kenyataan di
lapangan, bahan ajar sistem persamaan dan pertidaksamaan linear masih bersifat abstrak dan sulit di pahami oleh siswa. Hal ini terlihat ketika dilakukan wawancara dengan siswa/i SMA Negeri 2 Batanghari, masih banyak siswa yang masih kesulitan memahmi materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear dengan baik dan dapat mengerjakan soal-soal pemecahan masalah yang berhubungan dengan sistem persamaan dan pertidaksamaan linear . Oleh karena itu, diperlukan suatu bahan ajar yang dapat menunjang proses pembelajaran dan dapat mengaktifkan metakognisi siswa yang berupa LKS. Dengan adanya LKS berbasis strategi metakognisi dan pendekatan saintifik ini diharapkan siswa dapat mengungkapkan pengetahuan awal secara optimal untuk mengukur seberapa besar kemampuan mereka terhadap materi yang dikuasai, sehingga mereka dapat menentukan cara yang tepat dalam memahami materi dan dapat memantau
8
perkembangan pemahaman mereka sendiri. Dengan demikian, siswa dapat dengan mudah mengkonstruksi pemahaman mereka terhadap suatu materi. Dari uraian di atas, penulis mengadakan penelitian dengan mengangkat judul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Matematika Berbasis Strategi Metakognitif Dengan Pendekatan Saintifik Pada Materi Sistem Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Di Kelas X SMA”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana bentuk pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) matematika berbasis strategi metakognitif dan pendekatan saintifik pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear di kelas X SMA? 2. Bagaimana persepsi siswa terhadap penggunaan Lembar Kerja Siswa berbasis strategi metakognitif dan pendekatan saintifik pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear di kelas X SMA? 3. Bagaimana pencapaian siswa melalui hasil belajar dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa berbasis strategi metakognitif dan pendekatan saintifik pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear di kelas X SMA? 1.3 Tujuan Pengembangan Tujuan dari penelitian pengembangan yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
9
1. Menghasilkan produk lembar kerja siswa (LKS) matematika berbasis strategi metakognitif dan pendekatan saintifik pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear di kelas X SMA. 2. Untuk mengetahui persepsi siswa dalam penggunaan Lembar Kerja Siswa berbasis strategi metakognitif dan pendekatan saintifik pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear di kelas X SMA. 3. Untuk
mengetahui
pencapaian
siswa
melalui
hasil
belajar
dengan
menggunakan Lembar Kerja Siswa berbasis strategi metakognitif dan pendekatan saintifik pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear di kelas X SMA. 1.4 Spesifikasi Produk yang Diharapkan Spesifikasi produk yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bahan ajar yang dikembangkan adalah bahan ajar cetak yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis strategi metakognitif dan pendekatan saintifik 2.
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan menyajikan permasalahan sehari-hari yang bersifat pemecahan masalah yang dapat memancing daya berpikir siswa dalam menemukan dan membangun konsep matematika siswa.
3. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan berupa panduan bagi siswa untuk memecahkan masalah matematika dengan format langkah – langkah strategi metakognitif dan pendekatan saintifik yang meliputi kegiatan merencanakan tindakan (planning) yang meliputi kegiatan mengamati dan
10
menanya pada pendekatan saintifik, memonitor pelaksanaan (monitoring) yang meliputi
kegiatan mengumpulkan informasi, mengolah informasi,
menanya, serta mengevaluasi tindakan (evaluation) yang meliputi kegiatan mengkomunikasikan dan menanya. Lembar Kerja Siswa (LKS) juga dilengkapi dengan jurnal belajar siswa yang memuat hasil refleksi selama proses pembelajaran. 4. Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai implementasi dari strategi metakognitif dan
pendekatan
mengembangkan
saintifik
membantu
kemampuan
siswa
metakognisinya,
untuk
menigkatkan
memecahkan
dan
masalah
matematika, meningkatkan kesadaran dan memberdayakan keterampilan berpikir
serta menyadari kelemahan dan kelebihan dirinya dalam proses
pembelajaran. 5. Produk LKS ini disajikan berdasarkan pada setiap pertemuan sehingga mempermudah siswa belajar secara mandiri. 6. Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai implementasi dari strategi metakognitif dan pendekatan pendekatan saintifik strukturnya meliputi judul, mata pelajaran, kelas/semester, petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, indikator, informasi pendukung tugas-tugas, langkah-langkah kerja, dan penilaian. 7. Lembar Kerja Siswa (LKS) mempunyai desain yang menarik dalam variasi warna, gambar serta tulisan.
11
1.5 Manfaat Penelitian Hasil dari pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: 1. Bagi peserta didik: a. Siswa berkesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap guru. b. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan metakognisi siswa dalam belajar. c. Membantu siswa mengkonstruksi konsep dan memecahkan masalah. 2. Bagi Pendidik a. Sebagai media pembelajaran matematika untuk membantu guru untuk meyampaikan materi ajar dan memberi kemudahan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran materi persamaan dan pertidaksamaan linear. b. Sebagai variasi bentuk proses belajar dengan menggunakan strategi pembelajaran metakognitif dalam proses belajar mengajar. c. Memotivasi guru dalam mengembangkan bahan ajar lainnya sebagai bahan pembelajaran matematika. 3. Bagi peneliti a. Dapat menambah pengetahuan dan bekal untuk menjadi seorang guru matematika yang profesional dan dapat memanfaatkan media dan strategi pembelajaran yang dapat menunjang proses belajar mengajar.
12
b. Mengetahui bentuk media dan strategi pembelajaran yang cocok untuk di berikan pada tingkat SMA/MA sederajat yang mampu menghasilkan umpan balik dan hasil belajar yang maksimal pada peserta didik. 1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Adapun ruang lingkup dan keterbatasan pengembangan ini adalah sebagai berikut: 1.
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Batanghari kelas X.
2.
Memilih strategi metakognitif dan pendekatan saintifik untuk menyusun Lembar Kerja Siswa tersebut.
3.
Memilih materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear di kelas X SMA semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 dengan kompetensi dasar sebagai berikut :
Kompetensi Dasar: 3.3 Mendeskripsikan konsep sistem persamaan linier dua dan tiga variabel serta pertidaksamaan linier dua variabel dan mampu menerapkan berbagai strategi yang efektif dalam menentukan himpunan penyelesaiannya serta memeriksa kebenaran jawabannya dalam pemecahan masalah matematika. 4.4 Menggunakan SPLDV, SPLTV dan sistem pertidaksamaan linear dua variabel (SPtLDV) untuk menyajikan masalah kontekstual dan menjelaskan makna tiap besaran secara lisan maupun tulisan.
13
4.5 Membuat model matematika berupa SPLDV, SPLTV, dan SPtLDV dari situasi nyata dan matematika, serta menentukan jawab dan menganalisis model sekaligus jawabnya. 4.
Memilih metakognitif sebagai kemampuan yang dikembangkan dalam lembar kerja siswa matematika pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear.
1.7 Definisi Istilah 1. Menurut Seels dan Richey (Setyosari, 2010: 219) pengembangan berarti sebagai proses menerjemahkan atau menjabarkan spesifikasi rancangan kedalam bentuk fisik, atau dengan kata lain proses menghasilkan bahan-bahan pembelajaran. 2. Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang disusun secara sistematis,
yang digunakan
guru
dan
peserta didik
dalam
proses
pembelajaran. 3. Lembar kerja siswa (LKS) merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai (Prastowo, 2011:204). 4. Strategi metakognitif adalah usaha memaksimalkan kemampuan berpikir, bernalar, dan berwawasan yang bermakna dengan memori yang kita miliki (Yamin, 2013:40). Adapun langkah-langkah dalam strategi metakognitif
14
yaitu mengawal pikirannya dengan merancang, memantau dan menilai apa yang dipelajarinya. 5. Pendekatan
saintifik
adalah
proses
pembelajaran
yang
dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum
atau
prinsip
melalui
tahapan-tahapan
mengamati,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
menanya,