BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Rumusan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS, bab II, pasal 3, bukanlah merupakan tujuan pendidikan Islam. Akan tetapi bila dicermati, aspek-aspek yang terdapat dalam rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut sangat relevan dengan aspek-aspek yang terdapat dalam tujuan pendidikan Islam. Pendidikan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa kemudian tua manusia mengalami proses pendidikan yang
didapatkan dari orang tua,
masyarakat maupun lingkungannya. Bahkan pendidikan itu berlaku sepanjang hidup (life long education). Manusia hidup pasti membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Karena pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.1 Di dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan
ayat
3
menegaskan
menyelenggarakan
satu
bahwa
sistem
pemerintah
pendidikan
mengusahakan
nasional
dalam
dan
rangka
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.2 Pendidikan juga merupakan suatu kegiatan yang
universal dalam
kehidupan manusia. Di manapun terdapat masyarakat, di sana pula terdapat pendidikan. Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam 1
UU RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : Sinar Grafika, 2003), hlm. 37. 2
UUD 1945, Hasil Amandemen ke-IV Tahun 2002, (Surakarta, Al-Hikmah, 2002), hlm. 23-
24.
1
2 setiap kehidupan masyarakat, namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing masyarakat menyebabkan adanya perbedaan. Penyelenggaraan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari tujuan pendidikan yang
hendak dicapainya.3 Oleh karena itu, pendidikan dikatakan sebagai
usaha yang didasari oleh pelakunya untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan pendidikan pada dasarnya merupakan perubahan yang diinginkan dan diusahakan oleh proses pendidikan atau usaha pendidikan, baik pada dataran tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya maupun kehidupan bermasyarakat serta alam sekitar.4 Tujuan pendidikan merupakan problem inti dalam aktivitas pendidikan dan merupakan saripati dari seluruh renungan paedagogis.5 Dengan demikian tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan jalannya aktivitas pendidikan, baik itu pendidikan nasional maupun pendidikan Islam. Mengingat pentingnya tujuan pendidikan, Ahmad D. Marimba menyebutkan ada empat fungsi tujuan pendidikan. Pertama, tujuan berfungsi mengakhiri usaha. Kedua, tujuan berfungsi mengarahkan usaha. Ketiga, tujuan berfungsi sebagai titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain. Keempat, tujuan berfungsi memberi nilai (sifat) pada usaha itu.6 Adapun tujuan pendidikan nasional di Indonesia, sejak Indonesia merdeka hingga sekarang mengalami perubahan dan perkembangan sejalan dengan perubahan dan perkembangan zaman. Rumusan tujuan pendidikan nasional dalam UU No. 20 tahun 2003 merupakan rumusan yang terakhir. Rumusan tujuan pendidikan inilah yang akan penulis bicarakan. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab II, pasal 3 dirumuskan, pendidikan nasional bertujuan untuk 3
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 35. 4
Umar Muhammad At-Toumy Asy-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1979), cet. I, hlm. 339. 5
Kartini Kartono, Tinjauan Holistik Mengenai Tujuan Pendidikan Nasional, (Jakarta : PT. Paradnya Paramita, 1997), hlm. 17. 6
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : PT. Al-Maarif, 1989), Cet. III, hlm. 45-46.
3 mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.7 Dalam rumusan tujuan pendidikan tersebut dapat dilihat dengan jelas ada beberapa aspek yang ingin diwujudkan dalam pribadi peserta didik, yaitu : a. Beriman dan bertakwa b. Berakhlak mulia c. Sehat d. Berilmu e. Cakap f. Kreatif g. Mandiri h. Demokratis i. Bertanggung jawab Rumusan tujuan pendidikan dalam UU No. 20 tahun 2003 di atas, dapat dilihat dengan jelas, bahwa nilai-nilai yang
hendak dikembangkan
dalam pribadi peserta didik adalah nilai-nilai kultural bangsa Indonesia yang bercorak sosio-religious, yaitu semangat kegotong royongan yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan. Dalam hal ini tidak mengkhususkan nilai-nilai agama tertentu. Sedangkan faktor-faktor kognitif, afektif dan psikomotorik yang dilandasi dengan moralitas yang tinggi menjadi potensi fundamental bagi perkembangannya dalam hidup berbangsa dan bernegara yang bertanggung jawab.8 Jadi, tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang di atas menunjukkan bahwa tujuan yang hendak diwujudkan dalam pendidikan nasional adalah membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Yaitu manusia yang berkembang potensi pribadinya secara seimbang antara lahiriah dan 7
UU RI No. 20 Tahun 2003, Op.Cit., hlm. 5-6.
8
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bina Aksara, 1987), hlm. 131.
4 batiniah, antara jasmaniah dan rohaniah, atau antara kehidupan mental spiritual dan fisik material.9 Sementara itu, Islam dalam melaksanakan pendidikan menggunakan pendekatan holistik. Pendidikan Islam berusaha menyentuh semua aspek yang ada pada diri manusia secara menyeluruh, sehingga tidak ada yang tertinggal sedikitpun, baik dari segi jasmani maupun segi rohani, baik kehidupannya secara fisik maupun kehidupannya secara mental, dan segala kegiatannya di bumi ini.10 Tujuan pendidikan Islam menurut Konggres Pendidikan Islam seDunia
di
Islamabad
menunjukkan
bahwa,
merealisasikan cita-cita (idealitas) Islami, yang
pendidikan
Islam
harus
mencakup pengembangan
kepribadian muslim yang bersifat menyeluruh, harmonis berdasarkan potensi psikologis dan fisiologis, berilmu pengetahuan secara seimbang, sehingga terbentuklah manusia muslim yang paripurna (insan kamil) yang berjiwa tawakal (menyerahkan diri) secara total kepada Allah swt.11 Sebagaimana firman Allah :
(162 : ﻦ )ﺍﻷﻧﻌﺎﻡ ﻴﺎﹶﻟ ِﻤﺏ ﺍﹾﻟﻌ ﺭ ﺎﺗِﻰ ِﻟﹼﻠ ِﻪﻣﻤ ﻭ ﻱ ﺎﺤﻴ ﻣ ﻭ ﺴﻜِﻰ ﻧﻭ ﻼﺗِﻰ ﺻﹶ ﹸﻗ ﹾﻞ ِﺇﻥﱠ “Katakanlah : “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (Q.S. Al-An’am : 162)12 Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, ayat ini menjelaskan penggabungan semua amalan saleh, yang menjadi tujuan hidup para mukmin yang ditujukan kepada Allah. Karena itu seorang mukmin wajib mengukuhkan kemauannya untuk membulatkan sembahyang, ibadat, hidup dan matinya, semua itu semata-mata untuk Allah swt. Setiap muslim harus 9
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), cet. II, hlm. 133. 10
Muhammad Qutb, Sistem Pendidikan Islam, (Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1993), hlm. 27.
11
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Interdisipliner, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), cet. 5, hlm. 224. 12
A. Soenarjo, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsiran Al-Qur'an, 1971), hlm. 216.
5 menyerahkan hidup dan matinya kepada Allah, sehingga tidak boleh takut mati atau kehilangan kedudukan dan sebagainya, dalam menuaikan jihad di jalan Allah, seperti menyampaikan dakwah Islam, dan lain-lainnya.13 Dalam Al-Qur’an dan Tafsirnya dijelaskan bahwa ayat di atas menunjukkan semua pekerjaan salat dan ibadah lainnya, harus dilaksanakan dengan tekun sepenuh hati karena Allah, ikhlas dalam semua pekerjaan tanpa pamrih.14 Dari rumusan tujuan pendidikan Islam di atas, dapat dipahami bahwa tujuan yang hendak diwujudkan dalam pendidikan Islam adalah membentuk manusia sempurna (insan kamil). Yaitu manusia yang beribadah kepada Allah dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi. Melihat kedua rumusan tujuan pendidikan di atas, baik rumusan tujuan pendidikan nasional maupun rumusan tujuan pendidikan Islam, tampaknya ada dua dimensi kesamaan yang ingin diwujudkan, yaitu : 1. Dimensi transendental (lebih dari hanya sekedar ukhrawi) yang berupa tindakan ketakwaan, keimanan dan keikhlasan. 2. Dimensi duniawi melalui nilai-nilai material, seperti pengetahuan, kecerdasan, ketrampilan, keintelektualan dan sebagainya.15 Dengan demikian, secara konseptual, tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang dikehendaki oleh Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, adalah sejalan dengan konsep dasar pendidikan Islam. Nilai-nilai dan aspek-aspek yang
terdapat dalam tujuan pendidikan nasional tersebut,
sepenuhnya adalah nilai-nilai dasar pendidikan Islam, tidak ada yang bertentangan dengan tujuan pendidikan Islam. Dengan kata lain rumusan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 dengan 13
Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir AlQur’anul Majid An-Nur, Jilid II, (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2000), hlm. 1348. 14
Departemen Agama, Al-Qur'an dan Tafsirnya, Jilid III, (Yogyakarta : PT. Dana Bakti Prima Yasa, 1995), hlm. 342. 15
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), cet. 6, hlm. 29.
6 tujuan pendidikan Islam, pada dasarnya mempunyai nilai dan cakupan yang sama. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa perlu untuk mengangkat judul dalam bentuk karya ilmiah, yaitu sebuah skripsi yang
berjudul
“RELEVANSI TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM (TELAAH ATAS UNDANG-UNDANG No. 20 TAHUN 2003)”.
B. Alasan Pemilihan Judul Ada beberapa alasan yang mendasari penulis memilih judul di atas, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
16
negara. Oleh karena itu, pendidikan sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. 2. Setiap orang tahu bahwa pendidikan itu bertujuan. Tetapi tidak semua orang dapat merumuskan dengan jelas manusia yang bagaimana yang ingin dicapai dengan pendidikan yang diberikannya. Hal ini sering terjadi bila ditanya pada orang tua. Orang tua hanya dapat menjawab, entah bagaimana nanti saja. Yang penting anaknya mendapat pendidikan (sekolah). 3. Tujuan pendidikan merupakan masalah pokok dalam pendidikan, karena tujuan pendidikan akan menentukan setiap gerak, langkah dan perbuatan mendidik.
16
UU RI No. 20 Tahun 2003, Op.Cit., hlm. 2.
7 C. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul di atas, maka perlu kiranya penulis tegaskan dan jelaskan beberapa istilah dalam judul tersebut, antara lain : 1. Relevansi Berasal dari kata relevan yang artinya kait mengait, bersangkut paut, berguna secara langsung. Jadi, relevansi adalah hubungan atau kaitan.17 Dalam hal ini penulis ingin menghubungkan tujuan pendidikan nasional dalam UU RI No. 20 tahun 2003 dengan tujuan pendidikan Islam. 2. Tujuan Pendidikan Nasional Tujuan adalah suatu yang diharapkan setelah usaha atau kegiatan selesai.18 Tujuan adalah dunia cita, yakni suasana ideal yang ingin diwujudkan.19 Pendidikan nasional adalah pendidikan yang Pancasila dan UUD 1945 yang
berdasarkan
berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.20 Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan seluruh proses pendidikan. Jadi, tujuan pendidikan nasional yang dimaksud adalah tujuan akhir yang akan dicapai oleh semua lembaga pendidikan baik formal, non formal, maupun informal yang
berada dalam masyarakat dan negara
Indonesia. 3. Tujuan Pendidikan Islam Pendidikan Islam adalah pengembangan pikiran manusia dan penataan tingkah laku serta emosinya berdasarkan agama Islam dengan
17
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3, (Jakarta : Balai Pustaka, 2003), cet.2, hlm. 943. 18
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), hlm. 29.
19
Zuhairini, et.al., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), cet. 2, hlm.
20
UU RI No. 20 Tahun 2003, Op.Cit., hlm. 2-3.
159.
8 maksud merealisasikan tujuan Islam dalam kehidupan individu dan masyarakat yakni dalam seluruh lapangan kehidupan.21 Tujuan Islam adalah adalah beribadah, tunduk, patuh dan bertakwa kepada Allah. Dengan demikian, tujuan umum pendidikan Islam adalah membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah. Tujuan utama khalifah Allah adalah beriman kepada Allah dan tunduk patuh secara total kepadaNya.22
D. Rumusan Masalah Berdasarkan judul dan latar belakang masalah di atas, maka ada beberapa permasalahan yang
akan coba penulis ungkap dalam penulisan
skripsi ini, antara lain : 1. Bagaimanakah hakekat tujuan pendidikan nasional dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 ? 2. Bagaimanakah hakekat tujuan pendidikan Islam ? 3. Bagaimanakah relevansi tujuan pendidikan nasional dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 dengan tujuan pendidikan Islam ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendapatkan gambaran yang
jelas tentang hakekat tujuan
pendidikan nasional dalam UU RI No. 20 Tahun 2003. 2. Untuk mengetahui hakekat tujuan pendidikan Islam. 3. Untuk mengetahui relevansi tujuan pendidikan nasional dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 dengan tujuan pendidikan Islam.
21
Abdurrahman An-Nahlawi, Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa Asalibuha, Terj. Herry Noer Ali, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Solo : CV. Ramadhani, 1991), hlm. 49. 22
Abdurrahman Saleh Abdullah, Educational Theory a Quranice Qutlock, terj. M. Arifin dan Zainuddin, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1994), hlm. 133.
9 Adapun manfaat daripada penelitian ini adalah dapat menambah ilmu pengetahuan bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis. Selain itu, penelitian ini juga sebagai bagian dari usaha untuk menambah khazanah keilmuan di Fakultas Tarbiyah pada umumnya dan jurusan Pendidikan Agama Islam pada khususnya.
F. Metode Penelitian Ketepatan menggunakan metode dalam penelitian adalah syarat utama dalam menggunakan data. Apabila seorang mengadakan penelitian kurang tepat metode penelitiannya, maka akan mengalami kesulitan, bahkan tidak akan menghasilkan hasil yang baik sesuai yang diharapkan. 1. Jenis Penelitian Data yang diperlukan dalam penelitian skripsi ini dikumpulkan dengan menggunakan jenis penelitian “library research”, yaitu suatu riset kepustakaan.23 Atau menjadikan bahan pustaka sebagai sumber data utama yang dimaksudkan untuk menggali teori-teori dan konsep yang telah ditentukan oleh para ahli terdahulu, mengikuti perkembangan penelitian dibidang yang akan diteliti, memperoleh orientasi yang mengenai topik yang dipilih, memanfaatkan data sekunder dan menghilangkan duplikasi penelitian.24 2. Fokus Penelitian Fokus atau tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang relevansi tujuan pendidikan nasional dalam UU No. 20 tahun 2003 dengan tujuan pendidikan Islam. 3. Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data dapat diperoleh.25 Mengingat bahwa penelitian 23
Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, (Yogyakarta : Andi Offset, 2001), cet. 22, hlm. 9.
24
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta : LP3S, 1989),
hlm. 70. 25
Suharsimi Arikunto, Metode Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 91.
10 kepustakaan yang berisi buku-buku sebagai bahan bacaan dikaitkan dengan penggunaannya dalam kegiatan penulisan karya ilmiah, maka untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian
dengan
menggunakan
alat
pengukuran
atau
alat
pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari.26 Adapun submer data primer dalam penelitian ini adalah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Buku ini merupakan referensi utama guna memperoleh tujuan pendidikan nasional. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya.27 Sumber data ini dapat berupa karya ilmiah atau buku-buku yang relevan dengan penulisan skripsi ini. 4. Metode Analisis Data Analisis data merupakan upaya mencari data dan menata secara sistematis data yang telah terkumpul untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang masalah yang diteliti dan mengkajinya sebagai temuan bagi orang lain.28 Setelah data terkumpul, maka untuk membahas atau menganalisis data tersebut, penulis menggunakan metode sebagai berikut : a. Metode komparasi Yaitu usaha membandingkan sifat hakiki dalam objek penelitian sehingga dapat menjadi lebih jelas dan lebih tajam.29 26
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 91.
27
Ibid.
28
Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, edisi III, (Yogyakarta : Rake Sarasin, 1996), hlm. 104. 29
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), cet. 1, hlm. 47.
11 Metode ini penulis gunakan untuk membandingkan aspek-aspek yang terdapat dalam tujuan pendidikan nasional dengan tujuan pendidikan Islam. b. Metode Content Analysis Content analysis merupakan metode analisis ilmiah di mana hasilnya harus menyajikan generalisasi, proses analisisnya dilakukan secara sistematis, mengarah pada pemberian sumbangan teori, ada relevansi
teoritiknya
dimanifestasikan.
30
dan
mendasarkan
pada
deskripsi
yang
Metode ini penulis gunakan untuk menganilis isi
dari masing-masing variable, yaitu tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan Islam. Sehingga dapat dipahami hakekat dari kedua tujuan pendidikan tersebut. c. Metode Interpretasi Interpretasi artinya menafsirkan, membuat tafsiran, tetapi yang tidak bersifat subyketif (menurut selera orang yang menafsirkan), melainkan harus bertumpu pada evidensi obyektif untuk mencapai kebenaran yang otentik.31 Dengan interpretasi ini diharapkan manusia dapat memperoleh pengertian, pemahaman atau verstehen. Pada dasarnya interpretasi berarti tercapainya pemahaman yang benar mengenai ekspresi manusiawi yang dipelajari. Metode ini penulis gunakan untuk menafsirkan tujuan pendidikan nasional dalam UU No. 20 Tahun 2003 dan tujuan pendidikan Islam. G. Sistematika Penulisan Secara garis besar penulisan skripsi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu : 1. Bagian depan, memuat halaman sampul, halaman judul, persetujuan pembimbing,
halaman
pengesahan,
abstraksi,
persembahan, kata pengantar dan daftar isi.
30
Noeng Muhadjir, Op.Cit., hlm. 49.
31
Sudarto, Op.Cit., hlm., 42.
deklarasi,
motto,
12 2. Bagian isi (batang tubuh skripsi), memuat lima bab dimana antara bab satu dengan bab yang lainnya merupakan satu rangkaian yang saling berhubungan. Untuk lebih jelasnya penulis uraikan sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan. bab ini menguraikan
tentang latar belakang
masalah, alasan pemilihan judul, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Bab ini menjelaskan tentang tujuan pendidikan nasional yang terdiri dari tiga sub bab, yaitu : pengertian pendidikan nasional, dasar pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler dan tujuan instruksional Bab III : Bab ini menjelaskan tentang tujuan pendidikan Islam. Yang terdiri dari dua sub bab yaitu : pengertian dan dasar pendidikan Islam dan tujuan pendidikan Islam yang meliputi tujuan akhir pendidikan Islam, tujuan umum ppen Islam dan tujuan khusus pendidikan Islam. Bab IV : Bab ini menjelaskan tentang relevansi tujuan pendidikan nasional dengan tujuan pendidikan Islam ditinjau dari segi filosofis, sosiologis, historis dan relevansi tujuan pendidikan nasional dan UU No. 20 tahun 2003 dengan tujuan pendidikan Islam. Bab V : Dalam bab ini dikemukakan kesimpulan dari seluruh kajian atau penelitian yang merupakan jawaban dari permasalahan. Kemudian dikemukakan saran-saran dan juga penutup. 3. Bagian Akhir, memuat daftar pustaka, riwayat pendidikan penulis, dan lampiran-lampiran.